Anda di halaman 1dari 30

MEMILIKI JIWA TASAMUH

(TOLERANSI) TERHADAP
PERBEDAAN MADZHAB DAN
PERBEDAAN AGAMA

OLEH:
NUNUNG DWI SETIYORINI, M.PD.I
Mengakui Hak setiap Orang

Diriwayatkan dari Musa ibnu Ismail, dari


Abu Awanah, dari Hushain, dari Amr ibnu
Maimun dari Amr r.a, ia berwasiat tentang
kafir Dzimmi: hendaknya ditunaikan
kesepakatan perjanjian dengan mereka,
tak memerangi mereka dari arah belakang,
dan tidak juga membebani mereka di luar
kemampuan mereka” (HR. Bukhari).
Menghormati Keyakinan Orang Lain
“Diriwayatkan dari Muhammad ibnu al-Ala‟, dari ibnu Idris, dari
Syu‟bah, dari Amr ibnu Murrah, dari Abdullah ibnu Salamah, dari
Shafwan ibnu „Assal, seorang Yahudi berucap kepada temannya:
pergilah engkau bertandang ke rumah Nabi Muhammad; seorang
temannya lalu menegur: jangan kau ucap nama nabi itu, Ia punya
mata-mata. Keduanya (orang Yahudi dan temannya) lalu
mendatangi Rasulullah dan bertanya tentang tujuh ayat keterangan;
nabi pun lalu berucap kepada mereka berdua: janganlah kalian
syirik kepada Allah, janganlah kalian mencuri, berzina, membunuh
nyawa orang lain, jangan berjalan sok-sokan di depan penguasa,
jangan bermain sihir, jangan memakan harta riba, jangan menuduh
perempuan baik-baik melakukan serong atau zina, jangan
melanggar aturan yang ditetapkan dalam sebuah perjanjian, dan
lebih khusus lagi, kalian tak boleh melanggar ritual hari Sabtu. Dua
orang Yahudi tadi segera bersaksi: kami bersaksi, Engkau adalah
nabi, nabi pun lalu menjawab: kalau demikian, mengapa kalian tidak
ikut aku? Keduanya menjawab: kami khawatir akan dibunuh oleh
orang-orang Yahudi kalau kami ikut Engkau” (HR. an-Nasa‟i)
Tidak boleh memusuhi orang-orang selain muslim atau kafir

Perintah Nabi untuk melindungi orang-orang selain


muslim seperti yang dilakukan oleh Nabi waktu
berada di Madinah. Kaum Yahudi danNasrani yang
jumlahnya sedikit dilindungi baik keamanannya
maupun dalam beribadah. Kaum muslimin
dianjurkan untuk bisa hidup damai dengan
masyarakat sesamanya walaupun berbeda
keyakinan.
Saling tolong menolong dengan sesama manusia

QS. Al-Hujurat 13
QS. Al-Maidah: 2
“Diriwayatkan bahwa Hisyam bin Hakim
melihat seorang ahli dzimmah sedang
berdiri di bawah terik matahari. Lalu dia
bertanya kepada orang-orang di
sekitarnya mereka berkata: orang tersebut
adalah orang yang wajib membayar
denda/upeti. Hisyam mendengar
Rasulullah bersabda: siapa menyakiti
manusia di dunia, Allah pasti menyiksanya
di akhirat” (HR. Ahmad).
PEMBAGIAN TASAMUH

Tasamuh sesama muslim, saling tolong


menolong, saling menghargai, saling
menyayangi, dan lain-lain.
Tasamuh terhadap non-muslim, saling
menghargai hak masing-masing selaku
manusia yang hidup dalam suatu
masyarakat dan negara yang berbeda
agama.
PENGERTIAN TOLERANSI

Toleransi dalam Bahasa Arab disebut ikhtimal,


tasamuh yang berarti sama-sama berlaku baik, lemah
lembut, saling memaafkan (toleransi).

Tasamuh dalam pengertian umum adalah suatu akhlak


terpuji dalam pergaulan di mana rasa saling
menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas
yang telah ditentukan oleh Islam.

Toleransi sama artinya dengan lapang dada, sabar,


tahan terhadap sesuatu dan dapat menerima.
Islam memandang perbedaan keyakinan itu sunnatullah. Jika Allah
menghendaki, maka bisa saja umat itu menjadi satu. Berarti
keragaman di dalam keyakinan merupakan petunjuk untuk diuji
kebenaran dan kebaikannya. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
Yunus: 99.

Artinya: Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua


orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang
beriman?

Artinya: Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan


manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.
Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu telah
ditetapkan. Sesungguhnya Aku memenuhi Neraka Jahanam dengan
jin dan manusia (yang durhaka) semuanya (QS. Hud: 118-119).
Perbedaan pendapat dalam segala aspek
kehidupan merupakan fenomena yang lahir
dan akan terus berkelanjutan bagi
kehidupan. Perbedaan juga merupakan
suatu rahmat apabila masing-masing saling
menghormati keyakinan. Sebagaimana
firmannya.

ِ‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َو ىِل َ ِد يْن‬


Artinya: bagimu agamamu dan bagiku
agamaku (QS. Al-Qafirun: 06)
Butir-butir Toleransi
1. Kedamaian adalah tujuan, toleransi adalah
metodenya
2. Toleransi adalah terbuka dan reseptif pada
indahnya perbedaan
3. Toleransi menghargai individu dan perbedaan,
menghapus topeng dan ketegangan yang
disebabkan oleh ketidak pedulian
4. Toleransi adalah saling menghargai
5. Benih dari intoleransi adalah ketakutan dan
ketidakpedulian
6. Benih dari toleransi adalah cinta
7. Jika tidak ada cinta tidak ada toleransi
Unsur-unsur Toleransi

Memberi kebebasan dan


kemerdekaan
Mengakui hak setiap orang
Menghormati keyakinan orang
lain
Saling mengerti
Toleransi di Indonesia
Toleransi di Indonesia di bahas dalam UUD 1945 BAB X tentang
Hak Asasi Manusia Pasal 28 J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan Undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam masyarakat demokratis.
Toleransi pada Kaum Muslimin seperti yang
Diperintahkan Oleh Nabi Muhammad SAW,
Diantaranya:
Tidak boleh memaksakan suatu agama
pada orang lain
Tidak boleh memusuhi orang-orang selain
muslim atau kafir
Hidup rukun dan damai dengan sesama
manusia
Saling tolong menolong dengan sesama
manusia
Tidak boleh memaksakan suatu
1
agama pada orang lain
Di dalam agama Islam orang muslim tidak boleh
melakukan pemaksaan pada kaum agama lainnya,
karena memaksakan suatu agama bertentangan
dengan firman Allah SWT di dalam surat al-Kafirun:
1-6.
Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah, Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah,
agamaku". (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Tidak boleh memusuhi orang-
2
orang selain muslim atau kafir
Perintah Nabi untuk melindungi orang-
orang selain muslim seperti yang
dilakukan oleh Nabi waktu berada di
Madinah. Kaum Yahudi dan Nasrani
yang jumlahnya sedikit dilindungi baik
keamanannya maupun dalam beribadah.
Kaum muslimin dianjurkan untuk bisa
hidup damai dengan masyarakat
sesamanya walaupun berbeda
3
Hidup rukun dan damai
dengan sesama manusia
Hidup rukun antar kaum muslim
maupun non muslim seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW akan
membawa kehidupan yang damai dan
sentosa, selain itu juga dianjurkan untuk
bersikap lembut pada sesama manusia
baik yang beragama Islam maupun yang
beragama Nasrani atau Yahudi.
Saling tolong menolong dengan
4
sesama manusia
Dengan hidup rukun dan saling tolong menolong
sesama manusia akan membuat hidup di dunia yang
damai dan tenang. Nabi memerintahkan untuk
saling menolong dan membantu dengan sesamanya
tanpa memandang suku dan agama yang dipeluknya.
Hal ini juga dijelaskan dalam al-Qur'an pada
penggalan surat al-Maidah ayat 2:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.
Hubungan Antar Agama di Indonesia

Indonesia, negeri berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa dengan 17.800
pulau kecil dan besar dan 6.000 pulau yang didiami, merupakan negeri
kepulauan terbesar di dunia. Dalam sejarahnya negeri ini selalu terbuka
terhadap pemikiran-pemikiran dari luar dan telah terbukti ramah
terhadap budaya asing. Realitas demikian menjadikan Indonesia
sebagai negeri yang memiliki keanekaragaman dalam berbagai hal, dari
segi bahasa, adat, suku, kondisi alam, maupun agama.
Hasil dari penelitian, yaitu agama, di Indonesia terdapat banyak agama
diantaranya; Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Menurut data
setatistik terakhir, 87,21 % penduduk Indonesia adalah muslim, 6,04 %
Protestan, 3,58 % Katolik, 1,83 % Hindu, 1,03 % Budha dan 0,31 %
Animis. Dengan demikian agama Islam merupakan agama yang dianut
oleh mayoritas penduduk Indonesia.
Macam-macam Madzhab

Imam Abu Hanifah


Imam Malik Bin Anas
Imam as-Syafii
Imam Ahmad Bin Hambal
Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi)

Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (bahasa Arab:
444‫ ث‬4‫ن‬44‫نعمان ب‬44‫) لا‬, lebih dikenal dengan nama Abu Ḥanifah, (bahasa
‫ابت‬
Arab: ‫ حنيفة‬444‫ب‬ ‫( ) و‬lahir di Kufah, Irak pada 80H/ 699M meninggal
di Baghdad, Irak, 148H/ 767M) merupakan pendiri dari
Madzhab Hanafi. Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi’in,
generasi setelah Sahabat Nabi, karena dia pernah bertemu
dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan
meriwayatkan hadis darinya serta sahabat lainnya.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali
menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang
berawal dari kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang
kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik
bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan
lainnya.
Imam Malik Bin Anas (Imam Malik)
Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas (lengkapnya: Malik bin
Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani),
(Bahasa Arab: ‫نس‬4‫ أ‬4‫ن‬44‫لك ب‬44‫) ما‬, lahir di (Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada
tahun 800 (179 H)). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.
Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40
tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah. Kitab tersebut
menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan Al Muwaththa’ lebih dari seribu
orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi
yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin
Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi. Sejumlah ‘Ulama berpendapat bahwa sumber
sumber hadits itu ada tujuh, yaitu Al Kutub as Sittah ditambah Al Muwaththa’.Ada pula
ulama yang menetapkan Sunan ad Darimi sebagai ganti Al Muwaththa’. Ketika
melukiskan kitab besar ini, Ibn Hazm berkata,” Al Muwaththa’ adalah kitab tentang fiqh
dan hadits, aku belum mnegetahui bandingannya. Hadits-hadits yang terdapat dalam Al
Muwaththa’ tidak semuanya Musnad, ada yang Mursal, mu’dlal dan munqathi. Sebagian
‘Ulama menghitungnya berjumlah 600 hadits musnad, 222 hadits mursal, 613 hadits
mauquf, 285 perkataan tabi’in, disamping itu ada 61 hadits tanpa penyandara, hanya
dikatakan telah sampai kepadaku” dan “ dari orang kepercayaan”, tetapi hadits hadits
tersebut bersanad dari jalur jalur lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri, karena
itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha memuttashilkan
hadits hadits mursal , munqathi’ dan mu’dhal yang terdapat dalam Al Muwaththa’ Malik.
Imam Malik membangun madzhabnya dengan 20
dasar; Al Quran, As Sunnah (dengan lima rincian
dari masingmasing Al Quran dan As Sunnah;
tekstualitas, pemahaman dlahir, lafadl umum,
mafhum mukhalafah, mafhum muwafakah, tanbih
alal illah), Ijma’, Qiyas, Amal ahlul madinah
(perbuatan penduduk Madinah), perkataan sahabat,
Istihsan, Saddudzarai’, muraatul khilaf, Istishab,
maslahah mursalah, syaru man qablana (syariat nabi
terdahulu).
Imam Malik menerima hadits dari 900 orang
(guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari
tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber
dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’,
Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id
al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya
yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al
Anshari.
Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak
sekali diantaranya ada yang lebih tua darinya
seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang
sebaya seperti al Auza’i., Ats Tsauri, Sufyan bin
Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan
Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya
Imam as-Syafii
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafi ʿī atau
Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (bahasa Arab: ‫إدريس‬4444‫ب‬ ‫ ن‬4‫محمد‬
‫شافعي‬44‫ ) لا‬yang akrab dipanggil Imam Syafi’i (Gaza, Palestina, 150
H / 767 – Fusthat, Mesir 204H / 819M) adalah seorang mufti
besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i. Imam Syafi’i
juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani
Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari
Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi’i pergi ke Madinah untuk
berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun
kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-
murid Imam Hanafi di sana. Imam Syafi`i mempunyai dua
dasar berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang pertama namanya
Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.
Imam Ahmad Bin Hambal

Dilahirkan di Baghdad dan tumbuh besar di sana hingga meninggal pada bulan Rabiul Awal. Beliau
memiliki pengalaman perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Mekah,
Madinah, Yaman, Syam. Beliau berguru kepada Imam Syafi’i ketika datang ke Baghdad sehingga
menjadi mujtahid mutlak mustaqil. Gurunya sangat banyak hingga mencapai ratusan. Ia menguasai
sebuah hadis dan menghafalnya sehingga menjadi ahli hadis di zamannya dengan berguru kepada
Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim Al-Bukhari .
Imam Ahmad adalah seorang pakar hadis dan fiqh. Imam Syafi’i berkata ketika melakukan
perjalanan ke Mesir,”Saya keluar dari Baghdad dan tidaklah saya tinggalkan di sana orang yang
paling bertakwa dan paling faqih melebihi Ibnu Hanbal ,” Dasar madzhab Ahmad adalah Al-Quran,
Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam’, Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai’. Imam Ahmad
tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun pengikutnya yang membukukannya
madzhabnya dari perkataan, perbuatan, jawaban atas pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau
mengarang sebuah kitab hadis “Al-Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis. Beliau memiliki
kukuatan hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan hadis dlaif yang
derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau munkar.
Di antara murid Imam Ahmad adalah Salh bin Ahmad bin Hanbal anak terbesar Imam Ahmad,
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal . Shalih bin Ahmad lebih menguasai fiqh dan Abdullah bin Ahmad
lebih menguasai hadis. Murid yang adalah Al-Atsram dipanggil Abu Bakr dan nama aslinya; Ahmad
bin Muhammad , Abdul Malik bin Abdul Hamid bin Mihran , Abu Bakr Al-Khallal , Abul Qasim
yang terakhir ini memiliki banyak karangan tentang fiqh madzhab Ahmad. Salah satu kitab fiqh
madzhab Hanbali adalah “Al-Mughni” karangan Ibnu Qudamah.
Perbedaan Mazhab dalam Islam

Perbedaan aliran (mazhab) sebenarnya merupakan hal yang


wajar terjadi. Di dalam Islam, fenomena ini sudah
merupakan sunnatullah. Pada Al-Quran surat Huud ayat 118-
119 telah dijelaskan bahwa, “Jikalau Tuhanmu menghendaki,
tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang
yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah
menciptakan mereka.”
Ajaran di dalam Al-Quran sudah pula jauh-jauh hari
“mengantisipasi” potensi benturan dari adanya fenomena
perbedaan aliran (mazhab) dengan, salah satunya, anjuran
untuk ta’aruf atau perkenalan.
Mazhab dan politik ialah 2 (dua) hal yang tidak
dapat dipisahkan. Sejarah telah membuktikan
bahwa terciptanya perbedaan mazhab ialah karena
adanya kepentingan politik. Ketika Rasulullah SAW
wafat, maka terjadilah perbedaan pendapat tentang
siapa yang pantas untuk menggantikan Rasulullah
SAW, di sini lalu terjadi perbedaan visi politik.
Kaum Suni ingin melegitimasi kepemimpinan yang
sudah ada, sementara Kaum Syiah ingin
mempertahankan kepemimpinan keluarga Rasul.
Hal itu kemudian menimbulkan perpecahan di
kalangan umat.
Dari perbedaan pandangan politik tersebut lalu meluas menjadi perbedaan
fiqh. Ketika orang-orang Suni membasuh kakinya dalam ber-wudhu, maka
Syiah mengusapnya. Ketika orang-orang Suni menyilangkan tangannya
setelah takbiratul ihram dalam shalat, maka Syiah meluruskan tangannya.
Bahkan, studi kritis terhadap sejarah perkembangan Islam menunjukkan
pula bahwa puasa asyura ternyata juga merupakan hasil rekayasa politik
untuk menandingi kaum Syiah yang menjadikan hari itu sebagai hari duka
cita.
Apabila berbicara tentang perkembangan Islam, maka sudah sepantasnya
diberikan pula pemahaman bahwa konflik mazhab itu lahir dari kepentingan
politik, sehingga umat Islam tidak mudah diadu domba dan menjadi
terpecah. Secara tekstual, memang diakui, bahwa perpecahan di antara umat
Islam merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, sebagaimana termuat
dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 65 yang menjelaskan bahwa,
“Katakanlah: Dia-lah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu,
dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu
dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan
kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah,
betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti
agar mereka memahaminya.”
Kesimpulan

Dari situ jelas, oleh karenanya, sangat


diperlukan upaya dari mereka untuk
membuka diri, sehingga tidak merasa benar
sendiri dan mudah mengkafirkan orang lain.
Oleh karena itu, tepatlah dalam menghadapi
perbedaan yang ada di tengah-tengah
masyarakat, umat Islam kembali mengacu
pada konsep ta’aruf atau perkenalan
sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Quran.

Anda mungkin juga menyukai