(TOLERANSI) TERHADAP
PERBEDAAN MADZHAB DAN
PERBEDAAN AGAMA
OLEH:
NUNUNG DWI SETIYORINI, M.PD.I
Mengakui Hak setiap Orang
QS. Al-Hujurat 13
QS. Al-Maidah: 2
“Diriwayatkan bahwa Hisyam bin Hakim
melihat seorang ahli dzimmah sedang
berdiri di bawah terik matahari. Lalu dia
bertanya kepada orang-orang di
sekitarnya mereka berkata: orang tersebut
adalah orang yang wajib membayar
denda/upeti. Hisyam mendengar
Rasulullah bersabda: siapa menyakiti
manusia di dunia, Allah pasti menyiksanya
di akhirat” (HR. Ahmad).
PEMBAGIAN TASAMUH
Indonesia, negeri berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa dengan 17.800
pulau kecil dan besar dan 6.000 pulau yang didiami, merupakan negeri
kepulauan terbesar di dunia. Dalam sejarahnya negeri ini selalu terbuka
terhadap pemikiran-pemikiran dari luar dan telah terbukti ramah
terhadap budaya asing. Realitas demikian menjadikan Indonesia
sebagai negeri yang memiliki keanekaragaman dalam berbagai hal, dari
segi bahasa, adat, suku, kondisi alam, maupun agama.
Hasil dari penelitian, yaitu agama, di Indonesia terdapat banyak agama
diantaranya; Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Menurut data
setatistik terakhir, 87,21 % penduduk Indonesia adalah muslim, 6,04 %
Protestan, 3,58 % Katolik, 1,83 % Hindu, 1,03 % Budha dan 0,31 %
Animis. Dengan demikian agama Islam merupakan agama yang dianut
oleh mayoritas penduduk Indonesia.
Macam-macam Madzhab
Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (bahasa Arab:
444 ث4ن44نعمان ب44) لا, lebih dikenal dengan nama Abu Ḥanifah, (bahasa
ابت
Arab: حنيفة444ب ( ) وlahir di Kufah, Irak pada 80H/ 699M meninggal
di Baghdad, Irak, 148H/ 767M) merupakan pendiri dari
Madzhab Hanafi. Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi’in,
generasi setelah Sahabat Nabi, karena dia pernah bertemu
dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan
meriwayatkan hadis darinya serta sahabat lainnya.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali
menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang
berawal dari kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang
kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik
bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan
lainnya.
Imam Malik Bin Anas (Imam Malik)
Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas (lengkapnya: Malik bin
Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani),
(Bahasa Arab: نس4 أ4ن44لك ب44) ما, lahir di (Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada
tahun 800 (179 H)). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.
Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40
tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah. Kitab tersebut
menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan Al Muwaththa’ lebih dari seribu
orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi
yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin
Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi. Sejumlah ‘Ulama berpendapat bahwa sumber
sumber hadits itu ada tujuh, yaitu Al Kutub as Sittah ditambah Al Muwaththa’.Ada pula
ulama yang menetapkan Sunan ad Darimi sebagai ganti Al Muwaththa’. Ketika
melukiskan kitab besar ini, Ibn Hazm berkata,” Al Muwaththa’ adalah kitab tentang fiqh
dan hadits, aku belum mnegetahui bandingannya. Hadits-hadits yang terdapat dalam Al
Muwaththa’ tidak semuanya Musnad, ada yang Mursal, mu’dlal dan munqathi. Sebagian
‘Ulama menghitungnya berjumlah 600 hadits musnad, 222 hadits mursal, 613 hadits
mauquf, 285 perkataan tabi’in, disamping itu ada 61 hadits tanpa penyandara, hanya
dikatakan telah sampai kepadaku” dan “ dari orang kepercayaan”, tetapi hadits hadits
tersebut bersanad dari jalur jalur lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri, karena
itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha memuttashilkan
hadits hadits mursal , munqathi’ dan mu’dhal yang terdapat dalam Al Muwaththa’ Malik.
Imam Malik membangun madzhabnya dengan 20
dasar; Al Quran, As Sunnah (dengan lima rincian
dari masingmasing Al Quran dan As Sunnah;
tekstualitas, pemahaman dlahir, lafadl umum,
mafhum mukhalafah, mafhum muwafakah, tanbih
alal illah), Ijma’, Qiyas, Amal ahlul madinah
(perbuatan penduduk Madinah), perkataan sahabat,
Istihsan, Saddudzarai’, muraatul khilaf, Istishab,
maslahah mursalah, syaru man qablana (syariat nabi
terdahulu).
Imam Malik menerima hadits dari 900 orang
(guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari
tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber
dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’,
Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id
al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya
yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al
Anshari.
Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak
sekali diantaranya ada yang lebih tua darinya
seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang
sebaya seperti al Auza’i., Ats Tsauri, Sufyan bin
Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan
Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya
Imam as-Syafii
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafi ʿī atau
Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (bahasa Arab: إدريس4444ب ن4محمد
شافعي44 ) لاyang akrab dipanggil Imam Syafi’i (Gaza, Palestina, 150
H / 767 – Fusthat, Mesir 204H / 819M) adalah seorang mufti
besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i. Imam Syafi’i
juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani
Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari
Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi’i pergi ke Madinah untuk
berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun
kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-
murid Imam Hanafi di sana. Imam Syafi`i mempunyai dua
dasar berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang pertama namanya
Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.
Imam Ahmad Bin Hambal
Dilahirkan di Baghdad dan tumbuh besar di sana hingga meninggal pada bulan Rabiul Awal. Beliau
memiliki pengalaman perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Mekah,
Madinah, Yaman, Syam. Beliau berguru kepada Imam Syafi’i ketika datang ke Baghdad sehingga
menjadi mujtahid mutlak mustaqil. Gurunya sangat banyak hingga mencapai ratusan. Ia menguasai
sebuah hadis dan menghafalnya sehingga menjadi ahli hadis di zamannya dengan berguru kepada
Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim Al-Bukhari .
Imam Ahmad adalah seorang pakar hadis dan fiqh. Imam Syafi’i berkata ketika melakukan
perjalanan ke Mesir,”Saya keluar dari Baghdad dan tidaklah saya tinggalkan di sana orang yang
paling bertakwa dan paling faqih melebihi Ibnu Hanbal ,” Dasar madzhab Ahmad adalah Al-Quran,
Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam’, Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai’. Imam Ahmad
tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun pengikutnya yang membukukannya
madzhabnya dari perkataan, perbuatan, jawaban atas pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau
mengarang sebuah kitab hadis “Al-Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis. Beliau memiliki
kukuatan hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan hadis dlaif yang
derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau munkar.
Di antara murid Imam Ahmad adalah Salh bin Ahmad bin Hanbal anak terbesar Imam Ahmad,
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal . Shalih bin Ahmad lebih menguasai fiqh dan Abdullah bin Ahmad
lebih menguasai hadis. Murid yang adalah Al-Atsram dipanggil Abu Bakr dan nama aslinya; Ahmad
bin Muhammad , Abdul Malik bin Abdul Hamid bin Mihran , Abu Bakr Al-Khallal , Abul Qasim
yang terakhir ini memiliki banyak karangan tentang fiqh madzhab Ahmad. Salah satu kitab fiqh
madzhab Hanbali adalah “Al-Mughni” karangan Ibnu Qudamah.
Perbedaan Mazhab dalam Islam