Anda di halaman 1dari 6

Pluralisme Jaman 

Nabi

Islam adalah agama yang selalu menganjurkan harmonisasi dan kerukunan.


Agama ini membenci kekerasan dan sekaligus kemunafikan. Tak ada
jaminan yang lebih jelas untuk menghindari dua hal buruk ini kecuali
ajakan Alquran kepada kita semua untuk menghormati keyakinan-keyakinan
agama lain, anjuran mencari titik temu, dan membagi saling keselamatan.
Salah satu pengertian pluralisme adalah…kebenaran dan keselamatan
(salvation) agama itu ada dua macam. Yang satu kebenaran eksklusif,
yang lain kebenaran inklusif. Kebenaran eksklusif adalah kebenaran
tertentu yang hanya diyakini dalam agama tertentu. Misalnya mengenai
doktrin Trinitas. Umat Islam tidak mungkin menerima doktrin itu, namun
doktrin itu bersifat fundamental bagi umat Kristen. Sedangkan ajaran
cinta kasih dalam agama Kristen adalah kebenaran inklusif yang bisa
diterima oleh pemeluk semua agama.
Pluralisme juga berarti, kalau semua agama beranggapan bisa beramal
saleh di dalam agamanya sendiri-sendiri, itu tidak berarti kita mesti
pindah-pindah agama; pagi Islam, sore Kristen. Tidak sama sekali. Itu
juga tidak berarti kita perlu menjalankan ritual-ritual keagamaan yang
berbeda-beda. Setiap umat Islam menjalankan syariat Islamnya, tapi tak
boleh menggunakan syariat itu untuk menilai agama lain.
Perilaku pluralisme ternyata sudah dilakukan oleh Nabi dan para
sahabat sejak dulu,berikut contohnya :

1. Allah menolak sikap kaum Yahudi ketika mendatangi Nabi Muhammad


untuk memutuskan perkara mereka dengan hukum yang berasal dari
Al-Quran. Kisah tersebut tertera dalam surat al-Ma’idah ayat 43. Tapi
bagaimana mereka (kaum Yahudi) meminta keputusan kepadamu (Muhammad),
sedangkan mereka mempunyai Taurat, yang di dalamnya ada hukum Allah?

2. Abu al-Husein adalah seorang sahabat Nabi asal kota Madinah


(Anshar) yang sangat taat beragama. Dia mempunyai dua orang anak
laki-laki yang bekerja sebagai pedagang minyak.
Suatu hari, kota Madinah kedatangan rombongan pedagang dari Syam.
Mereka adalah saudagar-saudagar yang biasa memasok barang dagangan ke
Mekah dan Madinah. Para saudagar itu beragama Kristen. Sambil
berdagang, mereka melakukan tugas misionari (dakwah) kepada penduduk
di kawasan Jazirah Arabia.
Kedua anak Abu al-Husein kerap membeli minyak dan kebutuhan lainnya
dari para pedagang itu. Dan seperti biasanya, para pedagang itu
mengkampanyekan agama mereka kepada para pedagang di Madinah, termasuk
kepada kedua anak Abu al-Husein. Karena khawatir tidak mendapat
pasokan barang-barang dari para saudagar itu, kedua anak tersebut
akhirnya memutuskan diri masuk Kristen. Mereka dibaptis oleh para
saudagar itu, sebelum mereka kembali ke Syam.
Mendengar kedua anaknya masuk Kristen, Abu al-Husein sangat terpukul.
Ia pun mendatangi Nabi dan mengadukan perkara yang menimpanya itu.
Lalu, turunlah ayat terkenal “la ikraha fi al-din” (jangan ada paksaan
dalam beragama) (Al Baqarah, 2:256).

3. Nabi memerintahkan para sahabat beliau untuk melakukan shalat


jenazah untuk Raja Najasyi (Negus) dari Abesinia yang beragama
kristen.Hal ini karena Raja Negus telah berjasa besar melindungi Nabi
dari penganiayaan para kaum musyrik mekkah.Pertanyaan keheranan para
sahabat dijawab dengan firman Allah QS Al Maidah/5:82 yang menegaskan
bahwa sedekat-dekat ummat manusia dalam rasa cintanya kepada kaum
muslim ialah mereka yang berkata,”Kami adalah orang-orang nasrani”

4. Pada peristiwa haji terakhir,beberapa waktu menjelang kewafatannya,


di hadapan sejumlah besar muslimin,Rasulullah saw bersabda:
“Wahai sekalian manusia! Tuhanmu itu Esa dan nenek moyang mu satu
jua.Seorang arab tidak mempunyai kelebihan atas orang bukan
arab.Seorang kulit putih,sekali- kali tidak mempunyai kelebihan atas
orang berkulit merah,dan begitu sebaliknya,seorang kulit merah tidak
mempunyai kelebihannya ialah sampai sejauh mana ia melaksanakan
kewajibannya terhadap Tuhan dan Manusia.
Orang yang paling mulia diantara kau sekalian pada pandangan Tuhan
ialah yang paling bertaqwa diantara kamu”

5. Pasal 37 Piagam Madinah :


“Orang-orang muslim dan orang-orang Yahudi perlu bekerjasama dan
saling menolong dalam menghadapi pihak musuh”

6. Pasal 44 Piagam Madinah:


“Semua warga harus saling bahu membahu dalam menghadapi pihak musuh”

7. Pasal 24 Piagam Madinah:


“Kedua Pihak:kaum muslim dan yahudi bekerjasama dalam menanggung biaya
apabila mereka melakukan perang bersama”

8. Pidato Umar bin Khattab setelah penaklukan Jerussalem yang


memberikan jaminan kepada penduduk Jerussalem keamanan terhadap
diri,gereja, dan patung salib mereka…gereja tidak akan
diduduki,tidak dirusak,tidak dihancurkan, baik perabot ataupun
salibnya tidak seorang pun akan dipaksa meninggalkan agamanya dan
tidak akan dicederai dirinya.

9. Tahun 638,ketika Khalifah Umar dipandu menyusuri jerussalem oleh


Patriarch Sophoronius, Umar menolak untuk menunaikan shalat di
Anastasis,tempat kematian dan kebangkitan Kristus.Ia khawatir,jika ia
shalat di sana,orang-orang muslim akan merubahnya menjadi tempat
peribadatan islam.

10.Ketika perang Uhud Nabi menyeru orang-orang Yahudi untuk menyertai


mereka menghadap musuh tetapi mereka menolak karena peperangan itu
jatuh pada hari sabtu,hari suci mereka.nabi pun tidak memaksa
mereka.Namun ada satu orang Yahudi bernama Mukhayriq yang tetap
berpartisipasi dalam pertahanan madinah itu,hingga kemudian tewas
dalam pertempuran dan mewasiatkan seluruh kekayaannya untuk Nabi.Nabi
pun sangat terharu dan memujinya dengan kata-kata yang terkenal:
“Mukhayriq adalah sebaik-baiknya orang Yahudi”

Sumber : https://paramadina.wordpress.com
Pluralisme Agama di Indonesia

Pluralisme agama adalah satu hal yang sangat terasa dan bisa terlihat dalam kehidupan
sehari-hari. Hanya saja, terkadang tidak semua orang mampu mengenalinya sehingga seakan-
akan pluralisme agama itu tidak ada. Contoh pluralisme agama tidak jauh berbeda dari contoh
sikap toleransi antar umat beragama. Beberapa contoh pluralisme agama tersebut adalah :
 Kebersamaan dalam pelaksanakan gotong royong membersihkan lingkungan tempat
tinggal,
 Tidak memaksakan kehendak orang lain untuk memeluk atau meyakini suatu
keyakinan atau agama,
 Saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing agama,
 Saling membantu dalam perbaikan atau pembangunan sarana umum, dan
 Saling membantu saat terjadi kecelakaan dan bencana alam.
Walaupun contoh pluralisme agama bisa terlihat dimana saja, tentu saja semua itu tergantung
dari kondisi sosial dimana masyarakat tersebut berada. Apakah mereka berada di desa atau
apakah mereka berada di kota. Hal ini karena kondisi sosial masyarakat di kota dan desa
cukup jauh berbeda dan dapat mempengaruhi tingkat toleransi terhadap perbedaan.
Beberapa contoh kondisi sosial masyarakat di suatu wilayah tersebut adalah:

1. Desa
 Lebih mudah curiga,
 Sangat menghargai keadaan orang lain,
 Menjunjung tinggi nilai-nilai yang diajarkan agama,
 Masyarakat desa memiliki sifat kekeluargaan dan gotong royong yang sangat kuat,
 Menjunjung tinggi nilai-nilai warisan nenek moyang atau leluhur, dan sebagainya

2. Kota
Berbeda dengan masyarakat yang berada didesa, masyarakat kota memiliki kondisi :
 Lebih bersifat individalis dan egois,
 Lebih bersifat dinamis dan tidak kaku sehingga cenderung lebih kreatif,
 Memiliki sifat heterogen dalam kesehariannya,
 Memiliki mobilitas sosial yang lebih tinggi dan padat,
 Patuh terhadap program pemerintah, dan sebagainya.
Pluralisme adalah sesuatu yang dikenal dengan baik di Indonesia. Bahkan perbedaan yang
ada lebih dijadikan sebagai pemersatu dibandingkan pembeda ataupun pemisah. Inilah
kenapa kita mengenal semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang bermakna walaupun berbeda
tapi tetap satu.

Pluralisme agama adalah salah satu contoh dari sekian banyak pluralisme atau perbedaan
yang ada di Indonesia dimana hal itu adalah sesuatu yang harus ada karena dari sanalah
masyarakat Indonesia bisa belajar cara menghargai dan menghormati mereka yang berbeda
keyakinan. 

Sumber : https://materiips.com/

Anda mungkin juga menyukai