Anda di halaman 1dari 7

Masyarakat Beda Agama Dalam Memaknai Moderasi

Beragama; Perspektif Komunikasi Islam

Achmad Mido sholeh1 2204011001, Dimas Seto Saputra2 2204011009,


Oktavia Anggraeni3 2204012008, Salsabilla Ayyu Khofiffa4 2204012012
Dosen Pengampu : Budi Ariyanto, M.sos
Komunikasi dan Penyiaran Islam (Institut Agama Islam Negeri Metro/jl.
Ki Hajar Dewantara No,15A, Iringmulyo, kec. Metro Timur, Kota Metro.

LATAR BELAKANG

Moderasi beragama merupakan konsep penting dalam masyarakat multireligi yang


memiliki potensi untuk menciptakan kerukunan dan kerjasama harmonis. Dalam
masyarakat yang berbeda agama, makna moderasi beragama dapat bervariasi
tergantung pada keyakinan dan tradisi agama yang dianut. Bagi sebagian, moderasi
beragama mencakup toleransi, dialog antarumat beragama, dan penghormatan
terhadap perbedaan keyakinan. Bagi yang lain, hal ini melibatkan penerimaan
kedamaian, keadilan, dan penghindaran dari tindakan ekstrem. Memaknai moderasi
beragama juga melibatkan komunikasi antaragama yang bersifat empatik,
penghormatan terhadap keberagaman, dan membangun kerjasama inklusif dalam
memecahkan masalah bersama. Peran pendidikan yang mengajarkan toleransi,
kerukunan antarumat beragama, dan keterampilan komunikasi lintas agama juga
sangat penting. Meskipun terdapat tantangan, dengan komitmen kuat untuk
memahami, menghormati, dan berkomunikasi dengan baik, masyarakat yang
berbeda agama memiliki potensi besar untuk menciptakan lingkungan yang damai,
inklusif, dan harmonis. Pemimpin agama dan tokoh masyarakat juga memiliki peran
penting dalam memperkuat makna moderasi beragama dalam masyarakat yang
berbeda agama, dengan merangkul perbedaan, membangun dialog antarumat
beragama, dan membentuk pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman dan
inklusivitas dalam masyarakat.

PENDAHULUAN
Relasi muslim dengan non-muslim merupakan permasalahan klasik yang telah
muncul semenjak masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Meskipun
demikian, permasalahan ini masih tetap eksis dan masih ramai dibicarakan sampai
saat ini. Bahkan boleh jadi akan menjadi isu menarik dikarenakan masih banyaknya
kontroversi yang terkandung dalam permasalahan ini. Seperti misalnya terkait
batasan bolehnya seorang muslim melakukan interaksi pada non-muslim. Pada
kasus ini, terdapat pandangan yang begitu ketat membatasi relasi umat Islam serta
non-Islam. Di sisi lain, juga ada pandangan yang cukup terbuka dan toleran dalam
hal relasi umat Islam serta non-Islam ini. Bukan Cuma itu, melalui hubungan umat
Islam serta non-Islam, seringkali muncul beragam konflik antar umat beragama.
Bahkan hingga zaman modern saat ini. Sebut saja negara-negara di Timur Tengah,
Syiria, Iran, Mesir, bahkan di Indonesia pun tidak jarang kita temui konflik yang
disebabkan karena relasi antara muslim dengan non-muslim.
Bagi seorang muslim, tentunya menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk mencontoh
dan meneladani Nabi Muhammad. Beliau ialah sosok panutan, akhlak serta
kepribadian baiknya telah dijamin oleh Allah SWT.
ْ‫۝ ﻛَﺜِﯿْﺮًاۗ ﷲَّٰ وَذَﻛَﺮَ اﻻْٰﺧِﺮَ وَاﻟْﯿَﻮْمَ ﷲَّٰ ﯾَﺮْﺟُﻮا ﻛَﺎنَ ﻟﱢﻤَﻦْ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ اُﺳْﻮَةٌ ﷲِّٰ رَﺳُﻮْلِ ﻓِﻲْ ﻟَﻜُﻢْ ﻛَﺎنَ ﻟَﻘَﺪ‬٢

Artinya : “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat serta yang banyak mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).

Namun, perlu digaris bawahi bahwa mencontoh dan meneladani Nabi bukanlah
merupakan persoalan yang sederhana, terlebih dalam hal mencontoh bagaimana
sikap dan perilaku Nabi dalam berhubungan dengan orang-orang non- muslim.
Karena dalam sejarahnya, hubungan antara Nabi dengan non-muslim mengalami
pasang surut dan tidak berjalan mulus. Artinya, hubungan antara Nabi dan non-
muslim telah melewati masa-masa perdamaian dan pertikaian atau konflik.
Sehingga dalam memahami dan meneladaninya butuh adanya pemahaman
terhadap konteks yang melatarbelakangi sikap dan perilaku Nabi dalam
berhubungan dengan non-muslim tersebut.
Di samping itu, perlu diyakini bahwa sikap, perbuatan, perkataan serta seluruh
respon Nabi dalam menjalin hubungan dengan non-muslim ialah tidak terlepas dari
petunjuk Allah SWT berupa wahyu. Banyak sekali ayat yang berbicara tentang
hubungan antara umat Islam serta non-Islam. Baik itu ayat yang menceritakan
tentang hubungan yang harmonis, seperti QS. Al-Mumtahanah: 8- 9, maupun yang
berbicara tentang hubungan yang disharmonis, seperti peperangan dan lain
sebagainya, contohnya QS. At-Taubah: 36. Sementara itu, bila ayat-ayat semakna
diinterpretasikan dengan riwayat-riwayat Nabi SAW, maka juga akan dijumpai hadis-
hadis yang secara literal menjelaskan mengenai hubungan harmonis pada satu sisi,
serta disharmonis (tidak harmonis) pada sisi lainnya. Seperti hadis tentang
penghormatan Nabi kepada jenazah orang yahudi, dan pembebasan terhadap kaum
kafir Żimmī, di mana hadis ini jelas bercerita tentang hubungan baik Nabi dengan
non-muslim. Dan hadis tentang pemberlakuan jizyah, dan perintah memerangi non-
muslim, yang menunjukkan bahwa Nabi juga pernah melakukan hubungan
disharmonis dengan non-muslim. Terlepas dari konteks dari masing-masing hadis
tersebut.

PEMBAHASAN

1. Moderasi Beragama
Arti dari moderasi yaitu persetujuan kepada agama yang dianut tanpa berlebihan
dan harus mempertimbangkan ibadah dan berbuat baik kepada manusia. Tuhan
menciptakan manusia dengan berbeda-beda, meskipun dalam satu rahim yang
sama manusia akan berbeda karakter dan fisiknya. Sama seperti beragama yang
menjadi khas manusia tersebut. Setiap gerak-gerik manusia sudah ketetapan dari-
Nya, semua yang terjadi di muka bumi atas kehendak-Nya, berdasarkan realita
kehidupan, konsep moderasi beragama sangatlah penting dalam kehidupan pada
masa sekarang.
Karena moderasi merupakan titik tengah dan sesuai ajaran agama Islam dan
menurut sesuai kodratnya manusia. Umat manusia yang menganut agama Islam
disebut dengan ummatan wasatan yaitu umat pertengahan, karena mampu
menyatukan dua pemahaman agama yaitu Yahudi dan Nasrani. Cara beragama
jalan tengah maksudnya tidak ekstrim dan sesuai dengan kajian dan ajaran agama
yang dianut. Moderasi beragama dipahami oleh orang yang berbeda-beda dan
tergantung konteks yang ia pahami. Moderasi beragama merupakan pola sikap dan
perilaku beragama yang mengambil jalan tengah, sehingga bisa seimbang.
Menurut ajaran agama Islam, pelaku moderat dapat menciptakan kedamaian
dikehidupan sehari-hari dan sangat penting diterapkan dalam sikap toleransi dan
perbedaan yang terjadi di kalangan masyarakat kita seperti perbedaan suku, agama,
bahasa, sehingga dengan adanya konsep sikap toleransi dapat menghargai
perbedaan agama dan keberagamaan suku yang tersebar di Indonesia.
Pelaku moderasi harus memahami keberagamaan baik dari agama maupun
kebudayaan, dan tidak dibenarkan saling menghakimi dan melecehkan ajaran-
ajaran agama yang berbeda dan keberagaman budaya yang berbeda, jika adanya
sikap toleransi dapat mempererat persaudaraan yang melahirkan persatuan antar
sesama. Moderasi beragama sangat menghindari keekstriman dalam kehidupan
beragama, karena bahasa moderasi merupakan pengurangan keekstriman dan
menjauhi kekerasan. Hal ini biasanya kita sebut moderasi beragama, bukan
moderasi Islam. Berdasarkan fakta yang ada, keberagaman hal ini menimbulkan
adanya ekstriminisme dan sikap yang keras. Karena moderasi beragama itu upaya
untuk mengajak yang ekstrim ke arah jalan yang tengah, sehingga terciptanya sikap
toleran, menghormati atau menghargai keberagaman dan lebih harmonis. Dengan
adanya sikap-sikap tersebut kehidupan beragama jauh lebih baik dan menjadi
penengah bagi kehidupan bermasyarakat.
Moderasi Islam adalah cara pandang terminologi yang timbul dalam pandangan
Islam belakangan ini, karena munculnya pemahaman radikal yang dipahami dan di
eksekusi ajaran atau pesan-pesan agama. Keberagaman cara pandangan terhadap
keagamaan atau penafsiran keagamaan melahirkan cara tafsir yang terlalu keras,
dan tekstual karena berpedoman pada teks sehingga faham keagamaan yang
timbulnya menjadi ketat, ekstrim dan sempit, sehingga tidak menghargai cara
pandang agama lain.
Adapun orang-orang yang liberal, dan tidak terlalu liberal, kedua ini sama-sama
ekstrim, sehingga yang terlalu tekstual pemahamannya dapat diseimbangkan dan
tidak terlalu tekstualis. Begitu juga dengan yang terlalu liberal, ia bisa menghargai
teks-teks keagamaan dari konteksnya. Adapun contohnya seperti kelompok salafi
yang terlalu tekstual, sehingga pandangan mereka dengan sholat saja kadang
ditinggalkan, yang penting ingat dengan Tuhan, namun syariat banyak yang
diabaikan. Sementara yang sisi terlalu ketat, sampai maqosid syariahnya tidak
diabaikan, contohnya saat dia mengamalkan yang sunnah namun ia tidak
menghargai orang lain dan merasa benar, ini perilaku tidak sehat dan cara
beragama yang seperti harus dimoderasikan. pemahaman tentang moderasi
beragama berlaku, dengan adanya moderasi beragama tidak luput dari
keberagaman dan pemahaman seseorang tentang eksistensi beragama dengan
pemahaman tentang moderasi yang membutuhkan wawasan tentang keberagaman
kebudayaan dan agama dalam hal moderasi beragama.
Menurut Yusuf Al Qardhawi, wasatiyyah dengan at-tawazun merupakan upaya yang
dilakukan untuk menyeimbangkan antara dua sisi yang berlawanan, agar dapat
menyeimbangkan dan memberikan ketegasan bagi yang lain. Adanya perselisihan
seperti kejiwaan dan duniawi, keegoisan dan persatuan, realistik dan idealis.
Menyikapi keseimbangan itu dengan berlaku adil kepada bidang tertentu.
Dengan demikian, moderasi dikaitkan dengan adanya keberagaman dan
pemahaman seseorang tentang eksistensi beragama dan membutuhkan
pengetahuan tentang keberagaman budaya dan agama hal ini menjadi pedoman
penting dari moderasi beragama.
Moderasi beragama menjadi konsep penting dalam menjaga kerukunan dan
persaudaraan antar umat berbeda agama di tanah air. Dalam perspektif komunikasi
Islam, penting untuk memahami bagaimana masyarakat beda agama dapat
memaknai moderasi beragama agar tercapai keharmonisan dan keberagaman yang
sehat.
Artikel ini menjelaskan bagaimana moderasi beragama dapat dimaknai oleh orang
yang berbeda agama dalam perspektif komunikasi Islam.
Pengertian Moderasi Beragama Moderasi beragama yang sudah dijelaskan diatas
dapat diambil kesimbulan bahwa moderasi beragama adalah sikap yang
menyeimbangkan prinsip keagamaan dengan berbagai realitas sosial.
Hal ini tidak berarti mengikuti agama secara teoritis dan ketat, namun lebih kepada
praktik keagamaan yang inklusif, toleran, dan saling menghormati di antara orang-
orang yang berbeda agama. Pentingnya komunikasi dalam memahami moderasi
beragama Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam memahami
dan mengamalkan moderasi beragama.
Dalam konteks ini, komunikasi mengacu pada dialog, pemahaman, dan pertukaran
gagasan antara orang-orang yang berbeda agama. Komunikasi yang efektif dan
terbuka dapat meningkatkan pemahaman dan mengatasi kesalahpahaman antar
agama.

A. Perspektif Islam Tentang Moderasi Beragama


1.Dalam Islam, Moderasi beragama ditekankan sebagai salah satu prinsip dasar
ketika berhadapan dengan pemeluk agama lain. Islam menjunjung tinggi nilai-nilai
universal seperti kasih sayang, keadilan, dan menghargai perbedaan serta
mengajarkan pentingnya hidup rukun. Islam juga mendorong umatnya untuk
memberi contoh dalam bersikap adil dan menghormati hak semua pihak.
2.Dalam konteks komunikasi Islam, Moderasi beragama juga menekankan
pentingnya berbicara dan berperilaku dengan lemah lembut serta hikmah. Qur'an
mengajarkan umat Islam untuk berkomunikasi secara bijaksana dan penuh dengan
kelembutan, terutama ketika berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda
keyakinan. Hal ini merupakan aspek penting dalam mempromosikan toleransi dan
pemahaman lintas agama.

3.Moderasi beragama dalam perspektif komunikasi Islam juga menyoroti pentingnya


menolak ekstremisme dan intoleransi.
Islam mengajarkan umatnya untuk menolak segala bentuk ajaran yang ekstrem dan
mendukung sikap toleransi serta kerukunan antar umat beragama. Oleh karena itu,
komunikasi dalam konteks moderasi beragama juga harus mampu menolak citra
negatif atau stereotip yang dapat memicu konflik antar agama.

4.Moderasi beragama dalam perspektif komunikasi Islam menempatkan pentingnya


membangun dialog, toleransi, dan kerjasama antar umat beragama. Komunikasi
yang bersifat inklusif, menghargai keberagaman, menolak ekstremisme,
serta mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan merupakan bagian
integral dari upaya membangun masyarakat yang damai dan harmonis dalam
konteks pluralisme agama.

B. Masyarakat Beda Agama Dalam Memaknai Moderasi


Beragama
Masyarakat beda agama dapat memaknai moderasi beragama dengan melakukan
beberapa hal, antara lain :
1. Meningkatkan pemahaman antaragama melalui dialog dan diskusi terbuka.
2. Mendorong toleransi dan saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membangun kemitraan antar umat beragama untuk mengatasi permasalahan
sosial di masyarakat.
Di samping itu khususnnya Masyarakat muslim di tekankan untuk mempererat
tali persaudaraan atau dengan istilah atau kata lain biasa di sebut ukhuwah.
Pada hal ini Masyarakat sebagai makhluk social tentunya tidak lepas dari andil
orang lain dalam hidupnya. Untuk itu memaknai dan memahami moderasi sangat
penting bagi kehidupan bersosial khususnya di Indonesia yang masyarakatannya
sangat majemuk dan beragam. Melaui konsep yang di perkenalkan oleh kalngan
muslim ini lah kitab isa memaknai persaudaraan bukan hanya sekedar adannya
hubungan darah atau hanya sekedar adannya kesamaan kepercayaan, namun
lebih dari itu semua. Dalam islam konsep ini dibagi menjadi beberapa macam
antara lain :

1. ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat muslim)


2. ukhuwah insaniah (persaudaraan sesama umat manusia)
3. ukhuwah wathoniah (persaudaan sesama umat bernegara)

Dari 3 konsep persaudaraan yang di perkenalkan oleh kalangan muslim datas,


menjadi pondasi bagi masyarakat untuk senantiasa menciptakan lingkungan yang
damai, aman dan terhindar dari perpecahan atau gesekan yang bisa saja timbul
nantinnya. Ketika memahamii dan mengimplementasikannya maka ada hal positif
nantinnya yang akan timbul dalam kehidupan kita. Contohnya kitab isa saling
memahamikelebihan dan kekurangan masing masing, kedua kitab isa saling
mengenal lebih jauh orang orang di sekitar kitar kita seperti latar belakang
Pendidikan, pemikiran dan lain sebagainnyya. Ketiga kita bisa saling tolong
menolong dan menciptakan Kerjasama yang saing menguntungkan tanpa
memandang latar belakang suku maupun agamanya. Ke empat kitab isa saling
memberi rasa aman dan nyaman kepada Masyarakat yang lain, dengan Bersama
sama berkomitmen dalam menciptakan lingkungan yang memang di damba
dambakan oleh Masyarakat yang luas.

C. Peran Pemerintah dan Lembaga Keagamaan


Pemerintah dan lembaga keagamaan memiliki peran penting dalam memfasilitasi
dan mengedukasi masyarakat tentang moderasi beragama. Mereka dapat
mengadakan program-program interreligius, seminar, dan kegiatan apresiasi
antaragama untuk memupuk pemahaman yang lebih baik.
Dalam hal ini pemerintah melalui kementrian agama terus mensosialisasikan
mengenai penguatan moderasi. Moderasi beragama sendiri sudah menjadi program
jangka menengah nasional 2020-2024. Disini bisa di lihat bahwasannya ke pekaan
pemerintah terhadap kemajemukan yang ada di Indonesia menimbulkan keseriusan
pemerintah dalam melakukan pembenahan, termasuk dalam moderasi. Dengan
adannya program ini di harap Masyarakat Indonesia nantinnya bisa teredukasi
terkait pentingnnya moderasi untuk kalangan Masyarakat
Tentunnya selain tugas dari pada pemerintah sendiri, tanggung jawab moderasi
beragamaa merupakan tugas dari pada Lembaga Lembaga bahkan ormas terkait di
dalamnya. Kita tau bahwasannya banyak ormas ormas besar yang ada di Indonesia
seperti halnya ada NU dan Muhammadiya, anggota dari pada 2 organisasi ini sudah
mencakup separo lebih dari populasi Masyarakat yang ada di Indonesia. Jadi sudah
semeatinnya ormas atau Lembaga ikut Bersama dalam rangka mensukseskan
program pemerintah terkait penguatan moderasi.

Dengan adannya program ini nantinnya bisa lebih mengedukasi Masyarakat terkait
pentingnnya memahami moderasi dan mengedepankan kebersamaan tanpa melihat
dan memandang latar belakang dari pada siapa yang ada dalam lingkup Masyarakat
kita. Sehingga nantinnya bisa Bersama sama beriringan dengan pemerintah
mewujudkan lingkungan masyrarakat yang toleran, saling bekerja sama aman
nyaman, damai, dan menghindari adannya gesekan dan perpecahan yang terjadi di
Tengah Tengah Masyarakat.

Sumber :
Juhril,Alan M. 2018, Aplikasi Moderasi Beragama Dalam Interaksi Muslim Dan Non
Musilm, 4(2), 145-163

Khasanah. 2022. Komunikasi Islam Sebagai Upaya Memperkuat Moderasi


Beragama, 1.(3)

Anda mungkin juga menyukai