Anda di halaman 1dari 9

Islam Agama Cinta Perdamaian

Khutbah I
‫ َوَم ْن ُيْض ِلْل َفَال‬،‫ َم ْن َيْهِدِه ُهللا َفَال ُمِض َّل َلُه‬،‫ َوِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬،‫ َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا‬،‫َّن اْلَحْمَد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه‬
‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه‬.‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه‬, ‫َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َالَش ِرْيَك َلُه‬،َ ‫َهاِدَي َلُه‬
‫ َأَّم ا َبْعُد‬. ‫َو َص ْح ِبِه َاْج َم ِع ْيَن‬

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan cinta kasih sayang. Kata Islam sendiri berasal
dari kata aslama yang berarti menyerah diri kepada Allah swt. Seorang muslim adalah orang yang
menyerahkan diri kepada Allah swt, dan mematuhi segala perintah dan larangan-Nya.

Salah satu ajaran utama Islam adalah rahmatan lil'alamin, yang berarti rahmat bagi seluruh alam.
Islam mengajarkan umatnya untuk hidup damai dan berdampingan dengan semua makhluk ciptaan
Allah swt, termasuk sesama manusia, hewan, dan tumbuhan.

Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad saw banyak sekali mengajarkan tentang kedamaian.

Misalnya, dalam Al-Qur'an disebutkan dalam QS al-Anfal [8] ayat 61;

‫َوِاْن َج َنُحْو ا ِللَّس ْلِم َفاْج َنْح َلَها َو َتَو َّك ْل َع َلى ِهّٰللاۗ ِاَّنٗه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬
Artinya; "(Akan tetapi,) jika mereka condong pada perdamaian, condonglah engkau (Nabi
Muhammad) padanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar, pangkal ayat ini menjadi bukti bahwa perang
bukanlah tujuan. Kalau musuh cenderung kepada perdamaian, artinya ada kelihatan tanda-tanda
atau bukti-bukti bahwa musuh itu lebih suka mencari jalan damai, hendaklah di dalam kesiapsiagaan
dan kewaspadaan yang tinggi itu untuk menempuh jalan damai itu. Jalan-jalan menuju damai itu
hendaklah dilapangkan, yaitu damai yang tidak akan merugikan atau menjatuhkan muru'ah Islam.

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin, yaitu agama yang membawa
rahmat dan kasih sayang bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, umat muslim harus
menyebarkan kedamaian dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, tanpa memandang agama,
ras, dan suku.

Pada sisi lain, perdamaian adalah inti dari ajaran Islam. Islam adalah agama yang mengajarkan cinta,
kasih sayang, dan toleransi. Islam juga mengajarkan untuk menghindari kekerasan dan permusuhan.

‫َوِاِن اْمَر َاٌة َخ اَفْت ِم ْۢن َبْع ِلَها ُنُش ْو ًز ا َاْو ِاْع َر اًضا َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم ٓا َاْن ُّيْص ِلَح ا َبْيَنُهَم ا ُص ْلًحاۗ َو الُّص ْلُح َخ ْيٌرۗ َو ُاْح ِض َرِت اَاْلْنُفُس الُّش َّۗح َوِاْن‬
‫ُتْح ِس ُنْو ا َو َتَّتُقْو ا َفِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيًرا‬
Artinya; "Jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh,
keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya.Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka),
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Jika kamu berbuat kebaikan dan memelihara dirimu
(dari nusyuz dan sikap tidak acuh) sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan". [Q.S Anfal [4] : 128].

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Dari ayat ini terlihat bahwa perdamaian dalam Islam merupakan sesuatu yang dianjurkan. Islam
adalah agama yang cinta damai, dan ajarannya mendorong umatnya untuk senantiasa hidup dalam
kedamaian dan harmoni. Lebih lanjut, perdamaian ini tidak hanya ditekankan dalam hubungan antar
sesama Muslim, tetapi juga dalam hubungan antar umat beragama dan antar bangsa.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Sejatinya, Islam mengajarkan umatnya untuk mengutamakan perdamaian dalam menyelesaikan


konflik. Jika terjadi konflik, umat Islam dianjurkan untuk berusaha menyelesaikannya secara damai
melalui dialog dan negosiasi. Kekerasan hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir ketika semua
upaya damai telah gagal.

Lebih jauh, Islam juga mengajarkan umatnya untuk menghormati hak asasi manusia, termasuk hak
orang-orang yang berbeda agama atau keyakinan. Umat Islam dianjurkan untuk hidup berdampingan
secara damai dengan orang-orang dari agama atau keyakinan lain.

Sementara itu dalam Q.S al Maidah [5] ayat 32 dijelaskan bahwa Allah mengutuk keras tindakan
kekerasan, dengan ancaman neraka jahanam. Misalnya, perbuatan menghilang nyawa orang dengan
kekerasan dalam Islam tergolong dalam dosa besar, yang akan diancam dengan neraka jahanam.
Pasalnya, pembunuhan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang paling
fundamental, yaitu hak untuk hidup.

Allah swt menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan memberikannya berbagai macam
nikmat, termasuk hak untuk hidup. Oleh karena itu, membunuh manusia adalah perbuatan yang
tidak menghargai ciptaan Allah swt dan melanggar hak asasi manusia.

Dalam ayat tersebut juga menjelaskan bahwa memelihara kehidupan manusia adalah perbuatan
yang mulia dan akan mendapatkan pahala yang besar. Hal ini karena memelihara kehidupan manusia
berarti menjaga ciptaan Allah swt dan menghargai hak asasi manusia

‫ؕ َم ۡن َقَتَل َنۡف ًۢس ا ِبَغ ۡي ِر َنۡف ٍس َاۡو َفَس اٍد ِفى اَاۡلۡر ِض َفَك َاَّنَم ا َقَتَل الَّناَس َجِم ۡي ًعاؕ َوَم ۡن َاۡح َياَها َفَك َاَّنَم ۤا َاۡح َيا الَّناَس َجِم ۡي ًعا‬

Artinya: "Barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau
bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara
kehidupan semua manusia. ( Q.S al Maidah [5]: 32)

Menurut Ibnu Jarir dalam kitab Tafsir Jami' al Bayan, [Mekkah: Dar Tarbiyah wa at-Turats, tt],
halaman 232 bahwa kekerasan dalam Islam merupakan perbuatan yang terlarang. Jika seseorang
membunuh satu jiwa yang diharamkan dengan menggunakan kekerasan, maka sama saja dia telah
membunuh semua manusia, yang kelak akan diganjar dengan neraka jahanam.

‫ من سلم من‬،"‫ يصلى النار كما يصالها لو قتل الناس جميًعا="ومن أحياها‬،‫ إن قاتل النفس المحرم قتُلها‬:‫ معنى ذلك‬:‫وقال آخرون‬
‫ فقد سلم من قتل الناس جميًعا‬،‫قتلها‬.

Artinya; "Dan orang lain berkata, maksudnya, jika seseorang membunuh jiwa yang diharamkan,
pembunuhnya akan masuk neraka sebagaimana jika dia telah membunuh semua manusia. Dan
barang siapa yang memelihara jiwa itu, maka dia telah memelihara seluruh umat manusia dari
pembunuhan."

Dalam konteks kehidupan modern, ayat tersebut dapat menjadi pedoman bagi kita untuk
menghindari segala bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan verbal. Kita harus
senantiasa menjaga kehidupan manusia dan menghargai hak asasi manusia. Kita juga harus menjauhi
segala hal yang dapat menimbulkan konflik dan kekerasan.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Terakhir, perang bukanlah tujuan utama dari dakwah Nabi Muhammad saw. Dakwah Islam lebih
diutamakan untuk dilakukan dengan cara damai, dengan mengemukakan argumen dan dalil-dalil
agama Islam. Jika orang-orang non-Muslim dapat mendapatkan hidayah dan mau mengucapkan dua
kalimat syahadat tanpa peperangan, maka itulah yang lebih baik daripada jihad atau perang.

Dengan kata lain, perang hanya dilakukan jika terpaksa, misalnya untuk mempertahankan diri dari
serangan orang-orang non-Muslim. Namun, jika memungkinkan, dakwah Islam hendaknya dilakukan
dengan cara yang damai dan persuasif.

Hasil dari dakwah damai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw adalah banyak orang yang masuk
Islam tanpa peperangan. Misalnya, penduduk Madinah masuk Islam secara damai setelah Nabi
Muhammad saw berhijrah ke kota tersebut. Itu semua dilakukan dengan damai, tanpa jalur perang.

KHUTBAH II

‫ َو َتَقَّبَل ِم ِّنْي َوِم ْنُك ْم َج ِم ْيَع َأْع َم اِلَنا ِإَّنُه ُهَو اْلَح ِكْيُم‬، ‫ َو َنَفَعِنْي َو ِاَياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه اَألَياِت َو ألِّذْك ِر اْلَحِكْيِم‬، ‫َباَرَك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفْي َهَذ ا اْلَيْو ِم اْلَك ِرْيِم‬
‫ ِاَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬،‫ َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه‬، ‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم‬، ‫اْلَعِلْيُم‬
Khutbah II
‫َاْلَح ْم ُد ِهلِل َحْم ًدا َك َم ا َأَم َر ‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَل ِاَلَه ِااَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‪َ .‬و َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه َو َح ِبْيُبُه َو َخ ِلْيُلَُه‪ .‬اللهم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى‬
‫َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َعلَى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َوَم ْن َك اَن َلُهْم ِم َن الَّتاِبِع ْيَن ‪َ ،‬ص اَل ًة َداِئَم ًة ِبَد َو اِم الَّس َمَو اِت َو اَأْلْر ِض ْيَن ‪َ .‬أَّم ا َبْعُد‪َ :‬فَيا َأُّيَها اْلَح اِض ُرْو َن اَّتُقوا‬
‫َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َذ ُرْو ا اْلَفَو اِح َش َم ا َظَهَر ِم ْنَها َوَم ا َبَطَن ‪َ .‬و َح اِفُظْو ا َع َلى الَّطاَع ِة‪َ .‬و اْعَلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِبَنْفِس ِه‪َ .‬و َثَنى ِبَم اَل ِئَك ِة‬
‫اْلُمَس ِّبَح ِة ِبُقْد ِس ِه‪ِ .‬إَّن َهللا َوَم َالِئَك َتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ ،‬ياَأُّيهَا اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪َ .‬و َص َّلى هللا َع َلى َس ِّيَدَنا َوَم ْو اَل َنا‬
‫ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َس َّلَم‬
‫اللهم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َاَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم ِواَأْلْم َو اِت‪ .‬اللهم اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو اْلَغاَل َء َو اْلَو َباَء َو اْلَفْح َشاَء َو اْلُم ْنَك َر‬
‫َو اْلَبْغ َي َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َداِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا َظَهَر ِم ْنَها َوَم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخاَص ًة َوِم ْن ُبْلَداِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َعاَم ًة‪ِ ،‬اَّنَك َع َلى ُك ِّل‬
‫َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬

‫ِع َباَد ِهللا‪ِ ،‬اَّن َهللا َيْأُم ُر ُك ْم ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َوِاْيَتاِء ِذ ْي اْلُقْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َشاِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُرْو ا َهللا‬
‫اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ُر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬

‫)‪(Oleh: Zainuddin Lubis, Pegiat kajian tafsir, tinggal di Ciputat‬‬


Berhentilah Berbuat Dzalim kepada Siapa pun

Khutbah I

‫ َوَم ْن ُيْض ِلْل َفَال‬،‫ َم ْن َيْهِدِه ُهللا َفَال ُمِض َّل َلُه‬،‫ َوِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬،‫ َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا‬،‫َّن اْلَحْمَد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه‬
‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه‬.‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه‬, ‫َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َالَش ِرْيَك َلُه‬،َ ‫َهاِدَي َلُه‬
‫ َأَّم ا َبْعُد‬. ‫َو َص ْح ِبِه َاْج َم ِع ْيَن‬

‫ َقاَل ُهللا َتَع اَلى ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬،‫ َو اْذ ُك ُروا آاَل َء ِهللا َو َتَح َّد ُثوا ِبَفْض ِلِه َو اَل َتْكُفُرْو ُه‬،‫ َو َتَفَّك ُرْو ا ِفي ِنَع ِم َر ِّبٌك ْم َو اْشُك ُرْو ُه‬، ‫ ِاَّتُقوا َهللا‬، ‫َأُّيَها الَّناُس‬
‫ ﴿َو اَل َتْح َسَبَّن َهَّللا َغاِفاًل َع َّم ا َيْع َم ُل الَّظاِلُم وَن ِإَّنَم ا ُيَؤ ِّخ ُر ُهْم ِلَيْو ٍم َتْش َخ ُص ِفيِه‬، ‫ َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم‬، ‫َو ُهَو َأْص َد ُق اْلَقاِئِلْيَن‬
‫ َصَدَق ُهللا اْلَعِظ ْيِم َو َصَدَق َرُسْو ُلُه ا َح ِبْيُب‬،‫ َفِإَّن َد ْع َو َة اْلَم ْظُلوِم ُمَج اَبٌة‬، ‫ َو اَّتِق َد ْع َو َة اْلَم ْظُلوِم‬، ‫ َو َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬،﴾‫اَأْلْبَص اُر‬
‫ْل‬
‫ َأَّم ا َبْعُد‬، ‫اْلَك ِرْيُم َو َنْح ُن َع َلى َذ ِلَك ِم َن الَّش اِهِد ْيَن َو الّش اِكِرْيَن َو اْلَحْم ُد ِهلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن‬

Sidang Jumat yang Dirahmati Allah

Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan ke hadirat Allah swt. Dzat yang maha mencipta
dan mengatur segalanya. Dzat yang senantiasa melimpahkan nikmat kepada kita semua. Termasuk
nikmat taufik dan hidayah, sehingga pada kesempatan ini kita berada di tempat yang mulia ini dalam
rangka menunaikan shalat Jumat berjamaah. Semoga setiap amal yang kita lakukan hingga saat ini
menjadi bukti ketaatan kelak bagi kita di hadapan Allah serta menjadi wasilah meraih rida-Nya.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad saw. Penghulu para nabi dan
rasul yang diutus menjadi rahmat ke seluruh alam. Shalawat dan salam juga semoga dicurahkan
kepada para sahabatnya, para tabiin, para tabi' tabiin, dan juga kepada umatnya yang senantiasa
memohon pertolongan dari Allah agar bisa mengikuti ajaran-ajarannya, serta di akhirat bisa
mendapatkan syafaatnya.

Hadirin Sidang Jumat yang dimulyakan Allah

Sebelum memasuki khutbah ini, tak lupa khatib berwasiat khususnya kepada diri khatib sendiri dan
umumnya kepada sidang Jumat sekalian, marilah sama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah
swt. Sebab, takwa menjadi tolok ukur kemuliaan di sisi Allah, takwa menjadi perisai yang
menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang, serta takwa menjadi bekal bagi kita di
dunia dalam menghadapi kehidupan kekal di akhirat kelak. Semoga kita digolongkan Allah sebagai
hamba-Nya yang taat dan bertakwa. Amin ya Rabbal 'alamin.

Hadirin sekalian, sebagaimana ayat yang dikutip dalam muqaddimah di atas, Allah sudah berfirman:

‫ ﴿َو اَل َتْح َسَبَّن َهَّللا َغاِفاًل َع َّم ا َيْع َم ُل الَّظاِلُم وَن ِإَّنَم ا ُيَؤ ِّخ ُر ُهْم ِلَيْو ٍم َتْش َخ ُص ِفيِه اَأْلْبَص اُر‬، ‫﴾َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم‬،

Artinya, "Janganlah sekali-kali engkau mengira bahwa Allah lengah terhadap apa yang orang-orang
dzalim perbuat. Sesungguhnya Dia menangguhkan mereka sampai hari ketika mata (mereka)
terbelalak," (QS. Ibrohim [14]: 42).Melalui ayat di atas, Allah memberi peringatan bahwa kita harus
berhati-hati dalam setiap tindakan dan perbuatan kita. Sebab, khawatir apa yang kita lakukan itu
termasuk perbuatan dzalim. Sementara perbuatan dzalim akan dipertangungjawabkan kelak di
hadapan Allah. Ingatlah bahwa Allah tidak lalai mencatat perbuatan yang dilakukan hamba-Nya,
termasuk perbuatan dzalim.

Terlebih perbuatan dzalim bukan saja kepada sesama manusia, tetapi juga kepada diri sendiri dan
kepada sesama makhluk. Sementara tingkatan perbuatan dzalim itu, ada yang diharapkan akan
diampuni oleh Allah, ada yang tidak akan diampuni oleh Allah, dan ada yang ditangguhkan
ampunannya oleh Allah. Lebih jelasnya mari kita perhatikan pernyataan yang disampaikan oleh Anas
bin Malik sebagaimana yang dikutip oleh Syekh Zainudddin al-Malaibari dalam kitab Irsyadul Ibad
halaman 80.

Kedzaliman yang tidak akan diampuni oleh Allah adalah kedzaliman berupa kesyirikan atau
menyekutukan Allah. Kedzaliman tersebut tidak akan diampuni Allah sehingga benar-benar taubat
kepada-Nya serta menghentikan kesyirikannya.

Selanjutnya, kedzaliman yang akan diampuni Allah yaitu kedzaliman seorang hamba kepada dirinya
sendiri akibat maksiat dan perbuatan dosa yang langsung kepada Tuhannya. Itu kedzaliman yang ada
harapan diampuni Allah meskipun ia tidak bertaubat selama suka mengerjakan kebaikan. Sebab,
perlu diketahui manfaat kebaikan adalah menjadi kafarat atau penebus dosa-dosa kecil yang sudah
lalu. Namun, demi harapan yang lebih besar meraih ampunan Allah adalah bertaubat kepada-Nya.

Berikutnya, kedzaliman yang ditangguhkan ampunannya yaitu kedzaliman yang dilakukan kepada
sesama manusia. Nah, itu kedzaliman tidak akan diampuni oleh Allah sehingga orang yang
melakukannya meminta maaf kepada orang yang didzaliminya. Sebaliknya, jika ia tidak meminta
maaf dan diselesaikan di dunia, maka kedzaliman itu akan jadi hutang di akhirat.

Oleh sebab itu, kita mesti takut melakukan kedzaliman, baik kepada diri sendiri, kepada sesama
makhluk, ataupun kepada sesama manusia. Sebab, semuanya akan diperhitungkan dan
dipertangungjawabkan di akhirat.

Sementara kedzaliman yang dilakukan kepada sesama manusia, sebagaimana yang dijelaskan oleh
az-Zhauhiri dalam kitab al-Kabair, ada tiga bentuk: kedzaliman seorang hamba yang menyangkut
harta seperti memakan harta dan hak orang lain; (2) kedzaliman yang berupa penganiayaan seperti
membunuh, memukul, melukai anggota tubuh dan sebagainya; (3) kedzaliman yang merusak
martabat sesama, seperti menghina, mencaci, menuduh tanpa dasar, membuli, nyinyir, dan
sebagainya

Larangan ketiga bentuk kedzaliman itu sudah ditegaskan Allah dalam Al-Quran:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتْأُك ُلوا َأْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِإاَّل َأْن َتُك وَن ِتَج اَر ًة َع ْن َتَر اٍض ِم ْنُك ْم َو اَل َتْقُتُلوا َأْنُفَس ُك ْم ِإَّن َهَّللا َك اَن ِبُك ْم َرِح يًم ا‬

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara
yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu," (QS.
an-Nisa' ['4]: 29).

‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َيْسَخ ْر َقْو ٌم ِم ْن َقْو ٍم َعَس ى َأْن َيُك وُنوا َخ ْيًرا ِم ْنُهْم‬: ‫َو َقاَل‬
Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok),"
(QS. al-Hujurat [49]: 11).

Jamaah Jumat yang berbahagia

Adapun balasan bagi orang yang dzalim dan merampas hak orang lain sudah banyak dijelaskan dalam
Al-Quran dan hadis, di antaranya:

Pertama, amal kebaikannya diserahkan kepada orang uang didzalim. Dalam salah satu hadis,
Rasulullah saw. menyatakan bahwa orang yang dzalim termasuk orang yang muflis alias bangkrut di
akhirat. Maksud bangkrut di sini adalah amal-amal kebaikannya habis karena diserahkan kepada
orang yang didzalimnya. Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi yang diterima
oleh sahabat Abu Hurairah.

‫ َفَيُقُّص َهَذ ا‬،‫ َفُيْقَع ُد‬،‫ َو َأَك َل َم اَل َهَذ ا‬،‫ َو َقَذ َف َهَذ ا‬،‫ َو َيْأِتي َقْد َشَتَم ِع ْر َض َهَذ ا‬،‫ِإَّن اْلُم ْفِلَس ِم ْن ُأَّمِتي َم ْن َيْأِتي َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِبِص َياٍم َو َص اَل ٍة َو َزَكاٍة‬
‫ ُثَّم ُطِرَح ِفي‬،‫ ُأِخ َذ ِم ْن َخ َطاَياُهْم َفُطِرَح ْت َع َلْيِه‬،‫ َفِإْن َفِنَيْت َح َس َناُتُه َقْبَل َأْن َيْقِض َي َم ا َع َلْيِه ِم َن اْلَخ َطاَيا‬،‫ َو َهَذ ا ِم ْن َح َس َناِتِه‬،‫ِم ْن َح َس َناِتِه‬
‫الَّناِر‬
Artinya, "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari
Kiamat membawa amal puasa, shalat, dan zakat. Namun, ia datang setelah mencaci kehormatan si
ini, menuduh si ini, dan makan harta si ini. Maka ia pun didudukkan. Lalu si ini dibalas dari kebaikan-
kebaikannya. Si itu dibalas dari kebaikan-kebaikannya. Setelah habis kebaikan-kebaikannya sebelum
melunasi kesalahan-kesalahannya, maka diambillah kesalahan-kesalahan mereka lalu ditimpakan
kepadanya. Akhirnya, ia dihempaskan ke dalam neraka," (HR. At-Tirmidzi).

Kedua, diberi balasan yang serupa dengan bentuk kedzalimannya. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad
disebutkan, ketika ada orang yang mengambil sejengkal tanah di dunia, maka di akhirat ia akan diberi
balasan menggali sejengkal tanah sampai tujuh lapis bumi. Selanjutnya, tanah itu akan dikalungkan
kepadanya hingga hari Kiamat sampai diputuskan perkaranya di antara semua manusia. Demikian
seperti yang disabdakan Nabi saw.

‫ ُثَّم ُيَطَّو َقُه ِإَلى َيْو ِم اْلِقَياَم ِة َح َّتى ُيْقَض ى َبْيَن‬، ‫ َك َّلَفُه ُهللا َع َّز َو َج َّل َأْن َيْح ِفَرُه َح َّتى َيْبُلَغ آِخ َر َس ْبِع َأَرِض يَن‬،‫َأُّيَم ا َر ُج ٍل َظَلَم ِش ْبًرا ِم َن اَأْلْر ِض‬
‫الَّناِس‬
Artinya, "Manusia yang mendzalim sejengkal tanah, maka Allah akan menuntutnya untuk menggali
sejengkal tanah itu sampai ujung tujuh lapis bumi, hingga hari Kiamat serta diputuskan perkaranya di
antara semua manusia," (HR. Ahmad).
Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah Ketiga, diancam dengan doa buruk orang yang didzalim. Ingatlah
orang yang didzalim termasuk salah satu di antara tiga golongan yang mustajab doanya, meskipun
orang itu termasuk orang jahat atau non-Muslim, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis
Nabi saw. yang diterima sahabat Abu Hurairah.

‫ َفِإَّن َد ْع َو َة اْلَم ْظُلوِم ُمَج اَبٌة‬، ‫َو اَّتِق َد ْع َو َة اْلَم ْظُلوِم‬

Artinya, "Takutlah kamu terhadap doa orang yang didzalimi. Sebab, doa orang yang didzalim itu
mustajab (cepat terkabut)," (HR. Malik).

Keempat, tuntutan dan persidangan di Padang Mahsyar. Pada waktu itu, ahli neraka tidak akan
masuk neraka, serta ahli surga tidak akan masuk surga sebelum dirinya bebas dari segala sangkutan,
kedzaliman, dan hak kepada sesama manusia. Selanjutnya, ahli neraka tidak akan masuk neraka
selama ia masih memiliki hak pada ahli surga. Begitu pula ahli surga tidak akan masuk surga selama
masih memiliki hak pada ahli neraka. Hal ini seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam
hadis berikut:

‫ َو اَل َيْنَبِغ ي َأِلَح ٍد ِم ْن َأْهِل اْلَج َّنِة َأْن َيْدُخ َل‬،‫ َح َّتى َأُقَّصُه ِم ْنُه‬، ‫ َو َلُه ِع ْنَد َأَحٍد ِم ْن َأْهِل اْلَج َّنِة َح ٌّق‬، ‫ َأْن َيْدُخ َل الَّناَر‬،‫اَل َيْنَبِغ ي َأِلَحٍد ِم ْن َأْهِل الَّناِر‬
‫ َح َّتى الَّلْطَم ُة‬،‫ َح َّتى َأُقَّصُه ِم ْنُه‬، ‫ َو َأِلَحٍد ِم ْن َأْهِل الَّناِر ِع ْنَد ُه َح ٌّق‬،‫اْلَج َّنَة‬

Artinya, "Tidak pantas seorang ahli neraka masuk neraka, sementara ia masih memiliki hak pada ahli
surga. Begitu pun ahli surga tidak akan masuk surga, sementara ia masih memiliki hak pada ahli
neraka, sampai Kami memutuskan perkaranya meskipun bentuk haknya berupa satu tamparan," (HR.
Ahmad).

Pantas Allah berfirman dalam Al-Quran:

‫ َوَم ْن َيْع َم ْل ِم ْثَقاَل َذ َّر ٍة َش ًّر ا َيَرُه‬، ‫َفَم ْن َيْع َم ْل ِم ْثَقاَل َذ َّر ٍة َخ ْيًرا َيَرُه‬
Artinya, "Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah (biji sawi), dia akan melihat (balasan)-nya.
Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya," (QS. az-Zalzalah
[99]: 7-8).

Pada hari itu akan disampaikan kepada mereka, "Siapa saja yang masih memiliki hak, maka
diharuskan datang kepada pemiliknya". Bahkan, saat itu seorang hamba sepertinya merasa senang
jika masih ada hak pada anak atau saudaranya. Sebab, pada hari Kiamat tidak ada hubungan nasab.
Meskipun saat di dunia saling mengenal, tetapi pada hari itu keadaan mereka tidak saling sapa. Lebih
berat lagi, sebagaimana yang diceritakan hadis, disebutkan tuntutan di akhirat bukan saja datang dari
sesama manusia, tetapi juga sesama makhluk seperti hewan yang pernah disiksa. Lebih lengkapnya,
silahkah lihat kitab Fathul Bari, jilid 13, halaman 457.

Hadirin sidang Jumat, berbeda halnya dengan dosa kepada Allah. Dosa apa saja yang dikehendaki
Allah, akan diampuni. Dan dosa apa saja yang dikehendaki-Nya tidak diampuni akan dibiarkan hingga
dibiarkan perkaranya agar tidak ada satu hamba pun yang pada hari itu yang didzalimi.
‫‪Sebab, setiap hak akan diberikan kepada pemiliknya. Semua kebaikan dan keburukan akan dibalas‬‬
‫‪oleh Allah. Tidak ada satu kebaikan dan kedzaliman pun yang dilupakan. Pantas Allah berfirman‬‬
‫‪dalam Al-Quran sebagaimana yang telah disebutkan di atas, "Janganlah sekali-kali engkau mengira‬‬
‫‪bahwa Allah lengah terhadap apa yang orang-orang zalim perbuat. Sesungguhnya Dia menangguhkan‬‬
‫‪mereka sampai hari ketika mata (mereka) terbelalak," (QS. Ibrahim [14]: 42).‬‬

‫‪Semoga kita semua termasuk orang yang mendapat pertolongan Allah untuk menjauhi segala‬‬
‫‪perbuatan dzalim. Amin ya mujibas sa'ilin.‬‬

‫َباَرَك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم ‪َ ،‬و َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن ْاآلَياِت َو الِّذْك ِر اْلَح ِكْيِم ‪َ ،‬و َتَقَبَّل ُهللا ِم ِّنْي َوِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه‪ِ ،‬إَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع‬
‫‪Khutbah II‬اْلَعِلْيُم ‪َ ،‬أُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه ِإّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الّر ِح ْيِم‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ْي َأَم َر َنا ِبْاِال ِّتَح اِد َو ْاِال ْع ِتَص اِم ِبَح ْبِل ِهللا اْلَم ِتْيِن ‪َ .‬أْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َالَش ِرْيَك َلُه‪ِ ،‬إَّياُه َنْعُبُد َو ِإَّيُاه َنْسَتِع ْيُن ‪َ .‬و َأْش َهُد َأَّن‬
‫ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه‪َ ،‬اْلَم ْبُعْو ُث َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْج َم ِع ْيَن ‪ِ .‬اَّتُقوا َهللا َم ا اْسَتَطْع ُتْم‬
‫َو َس اِرُع ْو ا ِإَلى َم ْغ ِفَرِة َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن ‪ِ .‬إَّن َهللا َوَم َالِئَك َتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ ،‬ياَأُّيهَا اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا ‪َ ..‬و َص َّلى هللا‬
‫َع َلى َس ِّيَدَنا َوَم ْو اَل َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َس َّلَم‬
‫َالَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِتَو اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َاَالْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَاْلْم َو اْت ِإَّنَك َسِم ْيٌع َقِرْيٌب ُمِج ْيُب الَّد َع َو اِت َو َيا َقاِض َي اْلَح اَج اِت‬
‫ِبَر ْح َم ِتَك َيا َاْر َح َم الَّر ِحِم ْيَن ‪ .‬الَّلُهَّم ِإَّنا َنُعوُذ ِبَك ِم ْن َع َذ اِب َج َهَّنَم َو َنُعوُذ ِبَك ِم ْن َع َذ اِب اْلَقْبِر َو َنُعوُذ ِبَك ِم ْن ِفْتَنِة اْلَم ِس يِح الَّد َّجاِل َو َنُعوُذ ِبَك‬
‫ِم ْن ِفْتَنِة اْلَم ْح َيا َو اْلَمَم اِت‪ ،‬الَّلُهَّم ِإَّنا َنُعوُذ ِبَك ِم ْن اْلَهِّم َو اْلَح َز ِن َو َنُعوُذ ِبَك ِم ْن اْلَع ْج ِز َو اْلَك َس ِل َو َنُعوُذ ِبَك ِم ْن اْلُجْبِن َو اْلُبْخ ِل َو َنُعوُذ ِبَك ِم ْن‬
‫َغ َلَبِة الَّدْيِن َو َقْهِر الِّر َج اِل ‪َ ،‬ر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َوِفي اآلِخ َرِة َح َس َنًة َوِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
‫ِع َباَد ِهللا‪ِ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر ُك ْم ِباْلَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َوِإيَتآِئ ِذ ي اْلُقْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َشآِء َو اْلُم نَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُروا َهللا‬
‫اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْدُع ْو ُه َيْسَتِج ْب َلُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬

‫)‪(Oleh: Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat‬‬

Anda mungkin juga menyukai