Anda di halaman 1dari 14

Jihad Dalam Perspektif Al-Qur’an

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Studi Al-Qur’an Integratif
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Tubagus Surur, M.Ag

Disusun Oleh :

Aldi Hasani H.F (50223006)


Khairunnisa (50223007)
Amiq Khoirul Fahmi (50223016)

KELAS A
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2023
A. Pendahuluan

B. Pengertian Jihad
Pengertian Jihad menurut bahasa berasal dari kata jahada, artinya tenaga, usaha
atau kekuatan. Menurut istilah jiha>d artinya bersungguh-sungguh mencurahkan
segenap fikiran, kekuatan, dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Jihad dapat
dilaksanakan dalam keadaan perang maupun damai. Dalam keadaan perang, jihad
dilaksanakan dengan qital, yaitu berperang dijalan Allah. Sedangkan jihad dalam
keadaan damai dapat dilaksanakan di bidang ekonomi, pendidikan, budaya dan lain-
lain.1
Jihad menurut al-Qur’an adalah salah satu ajaran agama yang bersifat sentral,
unik, dan sangat fundamental. Menyamakan makna jihad dengan perang (Qitȃl) adalah
suatu kekeliruan dan kesalahan yang besar, sebab perang adalah hanyalah bagian dari
ajaran jihad yang sifatnya sementara. Makna dari jihad itu sendiri adalah perjuangan
seumur hidup yang berkelanjutan atau tanpa ada batasnya. Substansinya berupa ajaran
agama untuk dunia dan akhirat. Penegasan al-Qur’an agar umat Islam melakukan jihad
sudah ada sejak periode Mekkah. Jihad yang dianjurkan ialah jihad dalam pengertian
dakwah, pengendalian diri, dan bersikap sabar menghadapi berbagai penganiayaan yang
dilancarkan orang-orang musyrik atau non muslim. Substansi ajaran jihad yang
digambarkan didalamnya terfokus pada aspek ibadah dan bersifat vertikal. Sedangkan
pada periode Madinah lebih terfokus pada pengertian perang, yaitu perlawanan orang-
orang Islam terhadap serangan dan ancaman musuh atau bisa juga kita sebut dengan
pembelaan diri.2
Qital adalah bentuk terakhir jihad, yaitu perang dengan menggunakan pedang atau
senjata apapun itulah makna umum yang dipahami dari kata jihad, walaupun sebenarnya
keduanya tidak mempunyai kesamaan etimologis; qital berasal dari qatala-yuqatiluqital-
muqatalah. Maknanya pun juga berbeda. Qital serumpun dengan kata qatl yang
mempunyai arti membunuh, sementara jihad dari jahada yang berarti beban berat. Kata
qital dengan ragam bentuk turunannya disebut dalam al-Qur’an sebanyak 67 kali. Antara
jihad dan qital ada hubungan umum dan khusus; setiap qital yang dilengkapi niat agama
disebut jihad, namun jihad tidak mesti berupa qital.3

1
Ahsin A. W. Al-Hafiz, Kamus Ilmu Al-Quran, (Cet. I; Jakarta: Hamzah, 2005), hlm. 138.
2
Rohimin, Jihad Makna dan Hikmah, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006, hlm. 5
3
Yusuf Al Qardhawi, Fiqh al Jihad, (Bandung: Mizan, 2010), hlm. 30.
Ajaran jihad adalah salah satu ajaran penting yang Allah cintai serta mempunyai
fungsi yang sangat besar dalam al-Qur’an. Ajaran ini dideskripsikan sebagai tijȃrah
(sebuah perniagaan yang menguntungkan) yang bisa mendatangkan atau menghasilkan
pahala dan memberikan kebebasan atau kemerdekaan pada manusia dari azab kecil.
Ajaran jihad mempunyai keutamaan khusus yaitu apabila dikomparasikan dengan ajaran
lain.
Konsep ajaran jihad dalam al-Qur’an berperan sangat besar bagi manusia, agama
dan negara. Pengungkapan dan penyampaian ajaran jihad dalam al-Qur’an tidak
independen, melainkan terhubung dengan ajaran-ajaran lainnya, seperti keimanan, hijrah,
dan sabar. Kenyataan ini menandakan bahwa ajaran jihad adalah ajaran penting yang
harus menjadi sebuah perhatian oleh seluruh umat muslim, tidak hanya dilihat atau
dipandang sebelah mata saja.
Tujuan jihad menurut al-Qur’an tidak terbatas pada tujuan politis dan militer saja,
lebih penting lagi adalah tujuan keagamaan di antaranya memperluas penyebaran agama,
menguji kesabaran, mencegah ancaman musuh, mencegah kedzaliman dan menjaga
kesepakatan perjanjian. Dengan begitu, fungsi jihad tersebut menjadi sangat penting dan
luas. Di mana saja dan kapan saja setiap orang harus dan dapat melakukannya sesuai
dengan kemampuannya. Di antara fungsi-fungsi penting dari ajaran jihad dapat dilihat
dari berbagai aspek seperti ibadah, dakwah, politik militer dan aspek spiritual keagamaan.
Objek jihad yang ditunjukkan al-Qur’an pada dasarnya tidak terbatas pada objek tertentu.
Namun demikian, dalam al-Qur’an ditegaskan dan dijelaskan juga ada beberapa objek
yang dipandang cukup penting untuk dilihat dan diperhatikan antara lain, orang-orang
kafir, munafik, musyrik, hawa nafsu, dan pengacau (al-bighat).4
Rasulullah SAW. memposisikan jihad di nomor dua sebagai suatu amal yang
afdhal sesudah mengimani Allah dan Rasulnya. Dijelaskan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah di bawah ini:
“Rasulullah SAW pernah ditanya, amal apakah yang paling utama? Rasulullah
saw bersabda, iman kepada Allah dan Rosulnya. Ia bertanya, kemudian apa? Beliau
menjawab, jihad di jalan Allah. Ia bertanyalagi, kemuadian apa? Beliau menjawab, Haji
yang mabrur.” (Muttafaqun ‘alaih).”
4
Rohimin, Jihad Makna dan Hikmah, hal. vii – ix.
Jihad menjadi salah satu amal yang paling utama sebab di dalamnya terdapat
nuansa perjuangan mukmin dalam menghidupkan dan mempertahankan Islam secara
kaffah. Perjuangan itu memerlukan pengorbanan yang luar biasa yang bisa saja berupa
jiwa, raga, harta, dan lainnya. Oleh sebab itu, jihad menempati puncak kedudukan amal
sesudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena memang demikian urutannya,
segala bentuk jihad apapun harus berlandaskan iman pada Allah dan Rasul-Nya. Ibarat
tubuh, iman adalah ruh dan jihad adalah jasadnya yang tidak dapat dipisahkan dalam
keadaan apapun.5
Jihad bukan hanya dalam bentuk maju berperang ke medan laga melawan musuh
Allah. Memang benar hal ini adalah wujud jihad. namun, makna jihad tidaklah sesempit
itu. Jihad sebagai bentuk pengorbanan jiwa untuk menegakkan kalimat Allah di muka
bumi ini bisa diterjemahkan dalam beragam aktivitas positif lainnya. Salah satunya
adalah sebagaimana diteguhkan melalui sabda Nabi dalam sebuah hadits yang artinya.
“seseorang datang kepada Rasulullah saw dan memohon izin untuk melakukan
jihad. Beliau bertanya: “apakah kedua orang tuamu masih hidup?” dia menjawab:
“iya” Beliau bersabda: “berjihadlah engkau kepada mereka berdua.” (HR. Bukhori).
Hadis diatas menjelaskan bahwasanya Rasulullah pernah melarang seorang
pemuda yang ingin ikut serta dalam barisan pasukan yang hendak berangkat ke
gelanggang pertempuran. Larangan tersebut didasarkan pada alasan bahwa pintu-pintu
jihad yang lain masih terbuka lebar bagi pemuda itu. Pintu jihad tidak hanya satu. Aneka
bentuk ibadah yang berfungsi meneggakan kalimat Allah di muka bumi ini bermartabat
jihad. Bahkan berbakti kepada orang tua pun merupakan jihad.6
Dalam Islam, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa jihad tidak melulu
tentang perang. Sebab setiap kegigihan yang dilakukan oleh umat muslim dalam
mendekatkan diri kepada Allah SWT tergolong jihad. Sementara jihad yang kerapkali
diartikan sebagai perang adalah solusi akhir dalam rangkaian dakwah islamiyah. Sebab
pada dasarnya Islam sangatlah membenci peperangan.7

5
Alaik S, Ajaran Nabi Tentang Jihad Kedamaian, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2010, hal. 2.
6
Alaik S, Ajaran Nabi tentang Jihad Kedamaian, hlm.12-13.
7
Rifa’at Husna Ma’afi dan Muttaqan, Konsep Jihad dalam Perspektif Islam, dalam
Jurnal Kalimah, Vol. 11 No. 1 Tahun 2013, hal. 147-148.
Tujuan jihad menurut al-Qur’an tidak terbatas pada tujuan politis dan militer saja,
lebih penting lagi adalah tujuan keagamaan di antaranya memperluas penyebaran agama,
menguji kesabaran, mencegah ancaman musuh, mencegah kedzaliman dan menjaga
kesepakatan perjanjian. Dengan begitu, fungsi jihad tersebut menjadi sangat penting dan
luas. Di mana saja dan kapan saja setiap orang harus dan dapat melakukannya sesuai
dengan kemampuannya. Di antara fungsi-fungsi penting dari ajaran jihad dapat dilihat
dari berbagai aspek seperti ibadah, dakwah, politik militer dan aspek spiritual
keagamaan.8
Pemahaman jihad menurut Quraish adalah cara mencapai tujuan dengan tidak
mengenal putus asa, menyerah, berkeluh kesah. Tetapi jihad tidak dapat dilakukan tanpa
modal dan perencaan yang strategis. Tema-tema yang mengandung makna jihat dalam al-
Quran Berikut ini penulis paparkan ayat-ayat jihad menurut Quraish Shihab :

QS. Al-Ambiya/21: 17, 18. QS. At-Tahrim/21: 9


QS. Alimran/3:142 QS. Al-Qashas/28: 50.
QS. Al-Baqarah/2: 214, 155, QS. Yusuf /12: 53.
218, 168, 268,216, 190, QS. Al-‘Araf/7: 200, 201
193, 191, 192 QS. Al-Anfal/8: 65, 60, 66,
QS. At-Taubah/9:19, 24, 44, 58
79, 19,24,44, 81 QS. An-Nisa4:76, 120
QS. Al-Ankabut/29: 6, 69. QS. Al-Anfal/8: 61, 62
QS. Luqman /31: 15 QS. Al-Baqarah/2: 216.15
QS. Al-Hajj/22: 78.

C. Jenis-jenis Jihad
Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an, hadits Nabi SAW, dan pendapat para
ulama di atas, jihad dalam Islam dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: jihad akbar
(jihad terbesar) dan jihad asghar (jihad kecil).
1. Jihad Akbar

8
Rohimin, Jihad Makna dan Hikmah, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006, hlm. 15.
Jihad akbar artinya jihad terbesar yaitu berjuang melawan hawa nafsu. Tujuan dari
jihad akbar adalah perbaikan diri sendiri agar dapat mendekat kepada Allah SWT. Dalam
Al-Qur’an dan hadits sangat ditekankan betapa pentingnya jihad akbar ini bagi setiap
orang Islam. Sebenarnya hawa nafsu itu adalah karunia dari Allah, yang dapat
mendatangkan kebaikan dan keburukan kepada manusianya. Jika nafsu diarahkan kepada
keinginan rendah, maka akan mendatangkan malapetaka.9 Firman Allah dalam Al-
Qur’an surah Al-Jasiyah ayat 23-24:

‫ِه‬H‫َأَفَر َء ۡي َت َمِن ٱَّتَخ َذ ِإَٰل َه ۥُه َهَو ٰى ُه َو َأَض َّلُه ٱُهَّلل َع َلٰى ِع ۡل ٖم َو َخَتَم َع َلٰى َس ۡم ِع ِهۦ َو َقۡل ِبِهۦ َو َجَعَل َع َلٰى َبَص ِرِهۦ ِغ َٰش َو ٗة َفَم ن َيۡه ِد ي‬
‫ِم ۢن َبۡع ِد ٱِۚهَّلل َأَفاَل َتَذَّك ُروَن َو َقاُلوْا َم ا ِهَي ِإاَّل َحَياُتَنا ٱلُّد ۡن َيا َنُم وُت َو َنۡح َيا َو َم ا ُيۡه ِلُك َنٓا ِإاَّل ٱلَّد ۡه ُۚر َو َم ا َلُهم ِب َٰذ ِلَك ِم ۡن ِع ۡل ٍۖم‬
‫ِإۡن ُهۡم ِإاَّل َيُظُّنوَن‬

“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak
lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan
membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan
tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (Q.S Al-Jasiyah; 23-24)
Maksud dari ayat ini ialah orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya. Apa yang
dipandang baik oleh hawa nafsunya dia lakukan, dan apa yang dipandang buruk oleh
hawa nafsunya ia tinggalkan. Ayat ini dijadikan dalil oleh kelompok aliran Mu’tazilah
untuk menguatkan pendapat mereka yang menyatakan bahwa penetapan baik dan buruk
itu harus berdasarkan pertimbangan akal.10
2. Jihad Asghar
Jihad asghar atau jihad kecil, yaitu berjuang dengan cara mengangkat senjata atau
pedang untuk mempertahankan agama Allah. Hal itu telah dicontohkan Rasulullah SAW

9
Rohimin, Jihad Makna dan Hikmah, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 17.
10
Ibnu Katsir, Tafsir ibnu Katsir, (Solo: Insan Kamil, 2015), hlm. 299.
dan para sahabatnya. Dengan kata lain sering disebut sebagai perang fii sabillah,
sedangkan dalam kitab-kitab fiqih disebut jihad fii sabilillah.
Para ulama telah sepakat bahwa jihad asghar (perang mengangkat senjata)
hukumnya adalah fardhu kifayah dan bukan fardhu ain, kecuali pendapat Abdullah bin Al
Hasan yang mengatakan bahwa hukum jihad adalah tathawwu (sukarela), yang dimaksud
fardhu kifayah dalam berjihad adalah apabila hal tersebut telah dikerjakan oleh
sekelompok orang, maka gugurlah hukum kefardhuan tersebut dari kelompok lainnya.11
D. Paradigma Memahami Makna Jihad
1. Makna Jihad dalam Konteks Kekinian
Pengertian kata jihad dalam al-Quran dalam berbagai macam ahli tafsir
mengungkapkan bahwa jihad adalah usaha yang sugguh-sungguh untuk mencapai sesuatu
yang dilakukan dengan cara profesional yang didukung oleh modal yang mapan.
Paradigma inilah yang digunakan untuk mendefinisikan makna jihad dalam konteks
kekinian.
Makna jihad jiwa adalah melawan hawa nafsu atau diri (jihad al-nafs). Jihad jiwa
mencurahkan segenap usaha dan kemampuan untuk berkomitmen terhadap aturan Allah
swt. dan menapaki jalan yang lurus. Hal ini mencakup ketaatan dan peribadatan kepada
Allah swt, menjauhi maksiat, melaksanakan kewajiban kepada Tuhan, serta berinteraksi
kepada makhluk. Jihad melawan hawa nafsu mencakup pengendalian diri dalam
menjalankan perintah Allah swt. dan menjauhi larangan-Nya. Jihad melawan hawa nafsu
merupakan perjuangan yang amat berat (jihad akbar).
Jihad melawan hawa nafsu itu memiliki beberapa tingkatan, di antaranya jihad
yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas intelektual, baik untuk pendalaman
ilmu pengetahuan umum maupun ilmu keagamaan dalam rangka mencari dan
mempresentasikan kebenaran agama. Hal ini karena Allah memerintahkan untuk
mempelajari agama dan menyiapkan pahala yang besar bagi para penuntut ilmu. Jihad
melawan hawa nafsu erat kaitannya dengan pengamalan dan pengaplikasian ilmu
pengetahuan yang diperolehnya. Jihad melawan hawa nafsu dengan mensosiasikan
(mendakwahkan) ilmu kepada orang lain. Ketabahan dan kesabaran dalam menuntut ilmu

11
Safuan Al Fandi, Jihad Makna dan Keutamaannya Dalam Sudut Pandang Islam, (Solo: Sendang Ilmu, 2007),
hlm. 34.
pengetahuan, mengamalkan dan mensosialisasikan dikategorikan sebagai jihad melawan
hawa nafsu.12
Inspirasi dari hadis Rasulullah tentang jihad besar yakni jihad melawan hawa
nafsu sendiri, ini menjadi pondasi sisi kemuliyaan seseorang jika sadar dan mampu
melawan pengaruh negatif dalam diri untuk menuju pada kecerdasan individual setiap
individu maka seara otomatis dapat mempengaruhi pola perkembangan kehidupan dunia
modern.13 Perilaku jihad individual setiap hari harus kontinyu dilakukan oleh setiap umat
manusia dengan usaha jihad melawan hawa nafsu dan berusaha keras untuk memperbaiki
budi pekerti, berjihad untuk berbicara yang baik, jihad membantu orang yang susah, juga
untuk hidup yang mapan, berkorban untuk kehidupan yang menakjubkan untuk diri
sendiri dan lingkungan sekitar hemat penulis inilah jihad akbar yang relevan dalam
konteks kekinian.
Sekiranya semua orang dapat menyadari dan mulai dari sekarang melakukan jihad
untuk melawan hawa nafsunya maka secara otomatis perubahan sosial dalam setiap
lingkungan masyarakat kearah yang lebih baik bisa tercapai suasana yang kondusif dan
menyenangkan. Misalnya jihad dalam melakukan ibadah haji khususnya di Indonesia
berjuta-juta penduduk muslim telah mengorbankan cinta tetapi perubahan secara
signifikan belum dirasakan. Jihad individual (jihad melawan diri sendiri) yakni
mengorban rasa cinta baik fisik dan non fisik untuk penyerahan diri hanya semata kepada
Allah tetapi ini tingkat jihad paling tinggi mungkin kita tidak ada dalam level ini. 14
Imam al-Gazali menerangkan jihad melawan nafsu itu berat yang memerintahkan
kepada kejahatan (nafs al- amma’rah bi al-su) dan menentang kebahagiaan manusia dari
dua aspek: Pertama, nafsu merupakan musuh dari dalam diri. Kedua, nafsu merupakan
musuh yang dicintai. Imam al-Gazali mengutarakan bahwa manusia itu buta terhadap aib
dari orang yang dicintainya. Manusia tersebut hampir tidak melihat aibnya tersebut.
Apabila seseorang menganggap baik keburukan dan tidak melihat aibnya, padahal
tampak jelas bahwa nafsu adalah musuh yang berbahaya, manusia itu menyesal dan
mengalami kerusakan tanpa disadari. Pengecualian bagi orang yang merasa diawasi oleh
Allah. Ilmu menjadikan orang penuh amanah dan ihsan, dan mentaati perintah

12
Dzulqarnain M. Sunusi, Antara Jihad dan Terorisme, (Makassar: Pustaka AsSunnah, 2011), Hlm. 84-85.
13
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar, (Cet. VI;Jakarta:Bumi Putra, 2004), Hlm. 5.
14
Amir Hamzah, Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Al Mubarak Vol. 03, No. 02, 2018, Hlm. 37.
perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. dan mengajak. mereka ke jalan Allah atas
kebenaran, dengan cara yang bijak penuh hikmah, nasihat yang baik, dan dialog dengan
kelompok yang berbeda dengan cara yang baik.
Kesimpulannya bahwa diantara aspek terpenting jihad melawan hawa nafsu
adalah harus melatih jiwa dan diri agar dapat ke medan pertempuran jihad lainnya. Jihad
melawan hawa nafsu merupakan tingkatan penting dari beberapa tingkatan jihad di jalan
Allah. Hal ini harus diletakkan pada tempatnya, tidak dibiarkan secara mutlak, tidak
diambil lebih banyak dari yang ditentukan dan tidak melangggar macam macam jihad
yang lain.15
2. Jihad Rohani
Sementara itu, jihad dalam pengertian perjuangan moral dan spiritual, jihad tanpa
kekerasan dan bersenjata telah dengan sangat jelas dikemukakan dalam banyak ayat
Alquran. Perjuangan moral dan spiritual adalah perjuangan menegakkan keadilan,
kebenaran dan kesalehan. Semua tema ini terangkum dalam istilah yang sangat populer
dan menjadi inti keseluruhan perjuangan dalam kehidupan orang-orang beriman; “amar
ma’ruf nahi munkar”.
Perintah al-Qur’an mengenai ini tidak dibatasi hanya terhadap laki-laki, tetapi
juga perempuan. Meskipun pandangan-pandangan konservatif telah membatasi
perjuangan kaum perempuan hanya dalam ruang sempit bernama keluarga, tetapi
pandangan Tauhid, paradigma kesetaraan manusia dan keadilan, memberikan peluang
kepada kaum perempuan untuk berjihad dalam ruang-ruang sosial, ekonomi, politik dan
kebudayaan.16
Jihad membangun kebersamaan dan tanpa diskriminasi, menegakkan keadilan dan
menghapuskan segala bentuk kezaliman, serta mewujudkan kesalehan budaya dan
membatasi keserakahan nafsu, harus menjadi cara-cara kehidupan manusia ke depan.
Inilah makna jihad akbar sekaligus sebuah bentuk kerahmatan semesta yang menjadi cita-
cita Islam.
Jihad juga mengandung arti “kemampuan” yang menuntut sang mujahid
mengeluarkan segala daya dan kemampuannya demi mencapai tujuan. Karena itu Jihad

15
Yusuf Al Qardhawi, Fiqh al Jihad, (Bandung: Mizan, 2010), Hlm. 91-92.
16
H.M. Arifin, Psikologi dan beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang,
1977), Hlm.77.
adalah pengorbanan, dan dengan demikian sang mujahid tidak menuntut atau mengambil
tetapi memberi semua yang dimilikinya. Ketika memberi, dia tidak berhenti sebelum
tujuannya tercapai atau yang dimilikinya habis.
‫َو َلَنۡب ُلَو َّنُك م ِبَش ۡي ٖء ِّم َن ٱۡل َخۡو ِف َو ٱۡل ُجوِع َو َنۡق ٖص ِّم َن ٱَأۡلۡم َٰو ِل َو ٱَأۡلنُفِس َو ٱلَّثَم َٰر ِۗت َو َبِّش ِر ٱلَّٰص ِبِر يَن‬
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar. “ (QS Al-Baqarah: 155)
Jihad dan sabar bukanlah dua buah sikap yang bertentangan tetapi adalah dua
buah sikap yang saling menunjang dimana untuk Jihad itu diperlukan kesabaran. Dua
buah ayat Makiyah lainnya bisa dijadikan sebagai argumentasi bahwa Jihad itu bukanlah
semacam perang fisik yang ditujukan buat orang-orang kafir. Dalam surat Al-Hajj ayat 78
:
‫ِدِه ُهَو ٱۡج َتَبٰى ُك ۡم َو َم ا َجَعَل َع َلۡي ُك ۡم ِفي ٱلِّديِن ِم ۡن َح َر ٖۚج ِّم َّلَة َأِبيُك ۡم ِإۡب َٰر ِهيَۚم ُه َو َس َّم ٰى ُك ُم ٱۡل ُم ۡس ِلِم يَن ِم ن‬
‫َو َٰج ِهُدوْا ِفي ٱِهَّلل َح َّق ِج َها ۚۦ‬
‫َقۡب ُل َوِفي َٰه َذ ا ِلَيُك وَن ٱلَّرُسوُل َش ِهيًدا َع َلۡي ُك ۡم َو َتُك وُنوْا ُش َهَدٓاَء َع َلى ٱلَّناِۚس َفَأِقيُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َو َء اُت وْا ٱلَّز َك ٰو َة َو ٱۡع َتِص ُم وْا ِبٱِهَّلل‬
‫ُهَو َم ۡو َلٰى ُك ۖۡم َفِنۡع َم ٱۡل َم ۡو َلٰى َو ِنۡع َم ٱلَّنِص يُر‬
“ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong. “ (Q.S. Al-Hajj: 78)
‫َفاَل ُتِط ِع ٱۡل َٰك ِفِر يَن َو َٰج ِهۡد ُهم ِبِهۦ ِج َهاٗد ا َك ِبيٗر ا‬
“ Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap
mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.” (Q.s Al-Furqan: 52)
Pada ayat ini yang dituju oleh dlamir (kata ganti) “bihi” (dengan ini) ialah al-
Quran sebagaimana ditunjukkan oleh hubungan ayat ini dan ayat sebelum dan
sesudahnya. Dalam dua ayat tersebut (QS. 22:78 dan 25:52), terang sekali bahwa kaum
Muslimin diperintahkan untuk berjihad yang pada ayat pertama dimana Jihad tersebut
dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan pada ayat kedua jihad tersebut
diarahkan kepada kaum kafir. Kedua-dua jihad tersebut bukanlah semacam perang fisik,
dengan mempergunakan pedang, tetapi semacam Jihad rohani “watawa saubil haqqi”
dengan mempergunakan al-Quran. Oleh karena itu perjuangan untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan untuk menundukkan hawa nafsu serta untuk mengalahkan kaum kafir
bukanlah dengan menggunakan pedang melainkan dengan al-Quran.17
3. Jihad Memerangi Kebodohan
Dalam konteks kekinian khususnya ke-Indonesiaan, persoalan umat dan bangsa
cukup menantang untuk dijadikan sebagai lahan jihad adalah masalah keterbelakangan
terutama di bidang pendidikan. Indonesia sebagai Negara besar tentunya sangat ironis
jika indeks atau prestasi pendidikan di negeri ini berada pada level bawah. Persoalan di
balik Ujian Nasional hingga maraknya Perguruan Tinggi Swasta dengan kualitas yang
sangat meragukan dalam berbagai aspeknya merupakan secuil contoh tentang persoalan
yang ada di balik kualitas pendidikan Indonesia.
Fenomena di atas memang sungguh ironis. Akan tetapi sebagai Muslim harus
tetap optimis dalam menyikapi berbagai persoalan yang di hadapinya. Jihad Ilmu
Pengetahuan adalah merupakan langkah yang sangat tepat untuk menyelesaikan masalah
ini. Ruh al-jihad akan dapat membangkitkan semangat umat Islam untuk bekerja keras
dengan menatap masa depan yang gemilang. Semangat kegigihan dan ketekunan dalam
mengartikulasi makna “Iqra” harus dipadukan dengan makna jihad secara totalitas.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 78 merupakan sebuah motivasi serta
panduan bagi kita untuk berupaya maksimal serta sungguh-sungguh dalam meraih cita-
cita. Arti kata jihad yang mengandung masyaqqah/kesulitan (sebagaimana disebutkan di
atas) memang tidak mudah untuk di implementasikan. Akan tetapi bukankah kondisi
yang menyulitkan serta menyusahkan itu akan melahirkan sebuah kemudahan?. Hal ini
sesuai dengan salah satu kaidah ushul fiqh “Al-Masyaqqah Tujlib al-Taisir”
Kesukaran/kesulitan itu dapat menarik kemudahan.18
E. Term term Jihad
1. Term Jihad Konteks Perang

17
Amir Hamzah, Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an, Hlm. 39.
18
Achmad Dardirie AR, Jihad dalam Konteks Dakwah Kekinian, Jurnal Al-Mishbah, Vol. 16, No. 2, 2020, Hlm.
295.
Term jihad di dalam konteks perang terdapat pada QS. at-Taubah (9): 41
menggunakan term jihad dengan sandingan kata berangkatlah ‫ ِاْنِفُرْو ا‬merupakan fi’il amr
(perintah). Khitab jihad pada ayat ini Allah khususkan untuk orang-orang yang beriman.
Allah menggunakan fi’il amr pada kata ‫ ِاْنِفُرْو ا‬sebagai perintah “berangkatlah” berperang
dengan rasa ringan atau berat. Kemudian term ‫ َج اِهُد ْو ا‬pada ayat ini juga sebagai fi’il amr
yang menyimpan damir kamu (orang-orang mukmin), dengan harta, dan jiwamu di jalan
Allah. Ayat ini mengisahkan tentang sikap orang mukmin yang enggan melaksanakan
perintah perang Tabuk sebab alasan sakit dan lanjut usia. Terdapat riwayat yang
menceritakan bahwa orang mukmin enggan melaksanakan perang sebab sedang musim
buah, dan udara yang panas, sehingga membuat orang mukmin memilih bersantai di
rumah dan menikmati hasil panen.
2. Term Jihad dalam Konteks Ilmu
Terdapat pada QS. al-Furqan (25): 52 yang artinya “Maka janganlah engkau taati
orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Qur'an) dengan
(semangat) perjuangan yang besar”. Di dalam ayat ini terdapat dua term jihad, yaitu
bentuk jahidhum dan jihadan. Keduanya berasal dari akar kata jahada yang memiliki arti
bersungguh-sungguh. Kata sandingannya yaitu bihi sesudah kata jahidhum, dan sesudah
jihadan yang merujuk kembali kepada Al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan bahwa orang
mukmin diperintahkan untuk berjihad dengan membacakan ajaran-ajaran yang ada di
dalam Al-Qur’an kepada orang musyrik Makkah pada saat itu dan sebagai argumen untuk
menjawab problematika saat itu.
3. Term Jihad Konteks Keluarga
Ayat jihad yang berkaitan dengan keluarga yaitu di dalam QS. Luqman (31): 15
menggunakan term jihad dengan bentuk jahadaka (memaksamu) merupakan bentuk fi’il
madi yang menyimpan isim damir mustatir yaitu pada fa’ilnya yang berupa alif tathniyah,
dan damir ka (kamu) menjadi maf’ul bih. Term jihad pada ayat ini disandingkan dengan
kata tushrika sebagai bentuk fi’il mudari’ yang mansub sebab adanya an (antusyrika)
sebelumnya yang berarti mempersekutukan Allah. Ayat ini menceritakan tentang nasihat
Lukman terhadap anaknya, bahwa Allah melarang mengikuti perintah orang tua jika
konteksnya di dalam kemungkaran (mempersekutukan Allah).19

19
Handoko, Agus. “Konsep Jihad Dalam Perspektif Alquran (Studi Tematik Dalam Tafsir al Kasysyaf Atas Ayat-
Ayat Jihad).” Mizan: Journal of Islamic Law 2, no. 2, 2018.
4. Term Jihad Konteks Harta
Ayat jihad dengan konteks harta terdapat di dalam QS. at-Taubah (9): 79, term
jihad yang digunakan yaitu juhdahum bentuk dari isim mas}dar yang bermakna
kesanggupan dengan damir hum sebagai rujukan kepada orang-orang yang bersedekah.
Term jihad disandingkan dengan kata as sadaqati sebagai kalimat isim masdar yang
ditandai dengan huruf jār (fii) yang artinya memberi sedekah (dengan sukarela). Ayat ini
menceritakan kisah orang munafik yang mencela seorang sahabat ketika bersedekah
dengan sedikit harta yang ia miliki dan mendapatkan tuduhan berlaku riya dalam
bersedekah, kemudian Allah menurunkan ayat ini sebagai balasan celaan orang munafik.
5. Term Jihad Konteks Sumpah
Term jihad dalam konteks sumpah terdapat pada QS. an-Nah}l (16): 38,
menggunakan bentuk isim masdar (jahda) yang berarti sungguh-sungguh, term jahda
disandingkan dengan sighat aqsam (aqsamu) atau sumpah yang berbentuk fi’il madli, dan
yang dikuatkan dengan kata billahi (dengan nama Allah). Ayat ini menceritakan ketika
orang musyrik bersumpah dengan sungguh-sungguh, dengan nama Allah, mereka
mengatakan bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang sudah mati sebagai
hukuman. Namun Allah membantahnya dengan suatu janji Allah. Urusan membangkitkan
orang mati atau sesuatu yang Allah kehendaki adalah hal mudah bagi Allah dengan
firman-Nya “jadilah, maka jadilah” (QS. an-Nahl: 40).20

20
Anita Ulyati Azizah, Perkembangan Term Jihad dalam Al-Qur’an (Aplikasi Pendekatan Semantik Toshisiko
Izutsu), Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 6 No. 1, 2022, Hlm. 150.

Anda mungkin juga menyukai