Anda di halaman 1dari 75

Creative Accounting

Permainan Angka-angka
Laporan Keuangan
Jenis-jenis financial numbers game
 Aggressive accounting:
Pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang
bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi
(higher current earnings), terlepas dari apakah
praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum atau tidak.
 Earnings management:
Manipulasi laba secara aktif untuk suatu target
yang sudah ditentukan sebelumnya oleh,
misalnya, manajemen, untuk suatu proyeksi yang
sudah dibuat oleh analis, atau untuk mendapatkan
suatu angka yang konsisten dengan smoother,
more sustainable earnings stream.
Jenis-jenis financial numbers game
 Income smoothing:
Suatu bentuk earnings management yang didesain untuk
menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-
cara untuk mereduksi dan “menyimpan” laba pada saat
kinerja keuangan sedang membaik agar laba tersebut bisa
dimanfaatkan pada saat kinerja keuangan sedang
menurun.
 Fraudulent financial reporting:
Penyajian keliru (misstatement) yang disengaja atau
penyembunyian (ommision) atas suatu angka atau
pengungkapan di dalam laporan keuangan yang bertujuan
untuk memperdayai pengguna laporan keuangan melalui
pendekatan administratif, perdata, atau kriminal.
Jenis-jenis financial numbers game

 Creative accounting practices:


Setiap langkah yang digunakan untuk
memainkan angka-angka laporan
keuangan, yang mencakup aggressive
accounting, fraudulent financial reporting,
income smoothing, dan earnings
management.
Tujuan financial numbers game
 Share price effects
Investor akan mencari dan bersedia membayar harga
saham yang tinggi untuk perusahaan yang memiliki
corporate earning power (kemampuan untuk
menghasilkan pendapatan) yang baik, terus meningkat,
dan sustainable. Earning power yang baik tersebut akan
berimbas pada cash flow perusahaan yang semakin
baik, baik cash flow saat ini maupun yang akan datang.
Dari sisi perusahaan, harga saham yang semakin tinggi
akan meningkatkan market valuation dan menurunkan
cost of capital. Dari sisi manajer perusahaan, harga
saham yang meningkat akan memperbaiki tingkat
kemakmuran mereka.
Tujuan financial numbers game
 Borrowing cost effects
Laba yang tinggi, aset perusahaan yang
meningkat, liabilitas kecil, dan saldo
ekuitas yang tinggi karena saldo laba yang
meningkat dapat memberikan kesan
kepada para kreditur bahwa kualitas kredit
meningkat dan debt rating lebih tinggi.
Pada akhirnya, penerapan creative
accounting ini dapat menurunkan
borrowing cost.
Tujuan financial numbers game
 Bonus plan effects
Pemberian kompensasi atau insentif kepada
pegawai atau karyawan kunci merupakan
rencana yang umum terjadi di perusahaan.
Kompensasi tersebut dapat berbentuk opsi
kepemilikan saham atau bonus yang
dikaitkan dengan pendapatan perusahaan.
Jika pendapatan perusahaan naik, bonus
karyawan akan meningkat. Hal demikian
dapat mengakibatkan manajer perusahaan
menerapkan creative accounting agar
pendapatan meningkat dan bonusnya pun
semakin besar.
Tujuan financial numbers game
 Political cost effects
Adakalanya perusahaan-perusahaan besar termotivasi
untuk menurunkan labanya agar dapat mempengaruhi
regulator. Misalnya, ketika harga minyak melambung pada
tahun 1970-an karena embargo, Kongres Amerika Serikat
berencana menerapkan kebijakan pajak tinggi untuk
mengendalikan laju harga minyak. Untuk mencegah
penerapan kebijakan tersebut, pengusaha minyak di AS
“cenderung” menangguhkan pendapatannya dan
mempercepat pembebanan biayanya agar laba menjadi
kecil.
Contoh lainnya, meskipun menguasai 90% pasar sistem
pengoperasian komputer, Microsoft Corp. gagal meyakinkan
pengadilan tingkat federal bahwa dia tidak memonopoli
pasar. Akibatnya, salah satu yang ditempuh adalah laba
dilaporkan lebih kecil.
Creative Accounting
Alasan creative accounting

 Perlakuan akuntansi yang bervariasi


 Penerapan prinsip akuntansi yang
agresif
 Earnings management
 Pelaporan keuangan yang
menyimpang
Prinsip akuntansi yang bervariasi
 Fleksibilitas Pelaporan Keuangan
Perusahaan dapat memilih dan menerapkan
beberapa model pengukuran secara fleksibel.
Sebagai akibatnya, perusahaan yang bergerak
dalam bidang usaha yang sama mungkin
menyajikan laporan yang berbeda.

 Terjadinya fleksibilitas
Transaksi-transaksi keuangan dan kondisi
ekonomi yang ada tidak selalu sama sehingga
bisa digunakan model pengukuran yang
berbeda, bahkan untuk perusahaan sejenis
sekalipun.
Fleksibilitas pelaporan keuangan
 Penentuan biaya persediaan
 Pengakuan pendapatan
 Model pengukuran aset
 Uji penurunan nilai aset
 Estimasi provisi
Penentuan biaya persediaan
 Dalam penilaian persediaan, dikenal
metode FIFO (first in first out), LIFO (last in
first out), dan average.
 Keuntungan LIFO adalah menghemat pajak
dan pengukuran pendapatan yang lebih
baik. Akan tetapi, kerugiannya adalah
menurunkan pendapatan, saldo persediaan
yang tidak realistis di neraca, dan laba
yang tak dapat diantisipasi karena
pencatatan kuantitas pencatatan.
Perbandingan metode penilaian persediaan

FIFO AVERAGE LIFO


2002
Penjualan 500,00 unit @ Rp 9,00 4.500,00 4.500,00 4.500,00
Inventori:
Saldo awal 200,00 unit @ Rp 5,00 1.000,00 1.000,00 1.000,00
Pembelian 500,00 unit @ Rp 6,00 3.000,00 3.000,00 3.000,00
Tersedia utk dijual 700,00 4.000,00 4.000,00 4.000,00
Saldo akhir 200,00 unit @ Rp 6,00 1.200,00 1.142,86 1.000,00
HPP 2.800,00 2.857,14 3.000,00
Laba kotor 1.700,00 1.642,86 1.500,00
Perbandingan metode penilaian persediaan

FIFO AVERAGE LIFO

2003
Penjualan 450,00 unit @ Rp 12,00 5.400,00 5.400,00 5.400,00
Inventori:
Saldo awal 200,00 unit @ Rp 6,00 1.200,00 1.142,86 1.000,00
Pembelian 500,00 unit @ Rp 8,00 4.000,00 4.000,00 4.000,00
Tersedia utk dijual 700,00 5.200,00 5.142,86 5.000,00
Saldo akhir 250,00 unit @ Rp 8,00 2.000,00 1.836,73 1.400,00

HPP 3.200,00 3.306,12 3.600,00


Laba kotor 2.200,00 2.093,88 1.800,00

2004
Penjualan 475,00 unit @ Rp 10,50 4.987,50 4.987,50 4.987,50
Inventori:
Saldo awal 250,00 unit @ Rp 8,00 2.000,00 1.836,73 1.400,00

Pembelian 450,00 unit @ Rp 7,00 3.150,00 3.150,00 3.150,00


Tersedia utk dijual 700,00 5.150,00 4.986,73 4.550,00
Saldo akhir 225,00 unit @ Rp 7,00 1.575,00 1.602,88 1.200,00

HPP 3.575,00 3.383,86 3.350,00


Laba kotor 1.412,50 1.603,64 1.637,50
Pendapatan
• PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan
Pelanggan menyatakan bahwa pendapatan diakui
ketika (atau selama) entitas menyelesaikan
kewajiban pelaksanaan dengan mengalihkan
barang atau jasa yang dijanjikan (yaitu aset)
kepada pelanggan. Aset dialihkan ketika (atau
selama) pelanggan memperoleh pengendalian
atas aset. Pada awal kontrak entitas menentukan
apakah entitas menyelesaikan kewajiban
pelaksanaan sepanjang waktu atau pada
suatu waktu tertentu.
Identikasi Kontrak – Par.9 PSAK 72
Entitas mencatat kontrak dengan pelanggan hanya jika seluruh
kriteria berikut terpenuhi:
a) para pihak dalam kontrak telah menyetujui kontrak (secara tertulis,
lisan, atau sesuai dengan praktik bisnis pada umumnya) dan
berkomitmen untuk melaksanakan kewajiban masing-masing;
b) entitas dapat mengidentifikasi hak setiap pihak mengenai barang
atau jasa yang akan dialihkan;
c) entitas dapat mengidentifikasi jangka waktu pembayaran barang
atau jasa yang akan dialihkan;
d) kontrak memiliki substansi komersial (yaitu risiko, waktu, atau
jumlah arus kas masa depan entitas diperkirakan berubah sebagai
akibat dari kontrak); dan
e) kemungkinan besar entitas akan menagih imbalan yang akan
menjadi haknya dalam pertukaran barang atau jasa yang akan
dialihkan ke pelanggan. Dalam mengevaluasi apakah kolektibilitas
terjadi, entitas mempertimbangkan kemampuan dan intensi pelanggan
untuk membayar jumlah imbalan ketika jatuh tempo.
Identifikasi Kontrak
 Tidak terdapat suatu kontrak, jika setiap pihak dalam
kontrak memiliki hak yang dapat dipaksakan secara
sepihak untuk mengakhiri kontrak tidak terlaksana
penuh (wholly unperformed contract) tanpa adanya
kompensasi kepada pihak lain.
 Kontrak tidak terlaksana penuh jika kedua kriteria
berikut terpenuhi:
◼ entitas belum mengalihkan barang atau jasa yang
dijanjikan kepada pelanggan; dan
◼ entitas belum menerima, dan belum berhak
menerima, imbalan apapun dalam pertukaran
dengan barang atau jasa yang dijanjikan.
Identifikasi Kontrak
Jika kontrak tidak memenuhi kriteria Paragraf 9 dan
entitas menerima imbalan dari pelanggan, maka
imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan jika
salah satu kriteria terpenuhi:
 entitas tidak memiliki sisa kewajiban untuk
mengalihkan barang atau jasa kepada pelanggan
dan seluruh, atau secara substansial seluruh,
imbalan yang dijanjikan pelanggan telah diterima
entitas dan tidak dapat dikembalikan; atau
 kontrak telah diakhiri dan imbalan yang diterima
dari pelanggan tidak dapat dikembalikan
Identifikasi Kewajiban Pelaksanaan
 Kontrak umumnya secara eksplisit menyatakan
barang atau jasa yang dijanjikan untuk
dialihkan kepada pelanggan.
 Akan tetapi, kewajiban pelaksanaan tidak
terbatas pada barang atau jasa yang secara
eksplisit dinyatakan dalam kontrak.
Penyelesaian Kewajiban Pelaksanaan
dan Pengakuan Pendapatan
 Penyelesaian kewajiban pelaksanaan:
• Kewajiban pelaksanaan yang diselesaikan
sepanjang waktu; atau
• Kewajiban pelaksanaan yang diselesaikan pada
waktu tertentu.
 Entitas mengakui pendapatan ketika (atau selama)
entitas menyelesaikan kewajiban pelaksanaan
dengan mengalihkan barang atau jasa yang
dijanjikan (yaitu aset) kepada pelanggan.
 Aset dialihkan ketika (atau selama) pelanggan
memperoleh pengendalian atas aset.
Kewajiban Pelaksanaan yang Diselesaikan
Sepanjang Waktu (Performance Obligation
Over Time) – Par. 35 PSAK 72
Entitas mengalihkan pengendalian barang atau jasa sepanjang waktu →
menyelesaikan kewajiban pelaksanaan → mengakui pendapatan sepanjang
waktu → salah satu kriteria berikut terpenuhi:
a. pelanggan secara simultan menerima dan mengonsumsi manfaat yang
disediakan oleh kinerja entitas saat entitas melaksanakan kewajiban
pelaksanaannya tersebut;
b. kinerja entitas menciptakan atau meningkatkan aset (sebagai contoh,
pekerjaan dalam proses) yang dikendalikan pelanggan sebagai aset
yang diciptakan atau ditingkatkan; atau
c. kinerja entitas tidak menciptakan suatu aset dengan penggunaan
alternatif terhadap entitas dan entitas memiliki hak atas pembayaran
yang dapat dipaksakan atas kinerja yang telah diselesaikan sampai saat
ini.
Kewajiban Pelaksanaan yang Diselesaikan Pada
Waktu Tertentu (Performance Obligation At a
Point In Time)
 Jika kewajiban pelaksanaan tidak diselesaikan sepanjang waktu, maka
entitas menyelesaikan kewajiban pelaksanaan pada waktu tertentu.
 Untuk menentukan waktu tertentu dimana pelanggan memperoleh
pengendalian atas aset yang dijanjikan dan entitas menyelesaikan
kewajiban pelaksanaan, entitas mempertimbangkan persyaratan
pengendalian.
 Sebagai tambahan, entitas mempertimbangkan indikator pengalihan
pengendalian, yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada, hal berikut:
a. Entitas memiliki hak kini atas pembayaran aset;
b. Pelanggan memiliki hak kepemilikan legal atas aset;
c. Entitas telah mengalihkan kepemilikan fisik atas aset;
d. Pelanggan memiliki risiko dan manfaat signifikan atas kepemilikan
aset;
e. Pelanggan telah menerima aset.
Pengukuran
 Ketika (atau selama) kewajiban pelaksanaan diselesaikan, entitas
mengakui pendapatan atas sejumlah harga transaksi (yang tidak
termasuk estimasi atas imbalan variabel yang dibatasi) yang
dialokasikan terhadap kewajiban pelaksanaan.
 Menentukan Harga transaksi:
- Imbalan variabel;
- Liabilitas pengembalian;
- Estimasi pembatasan imbalan variabel;
- Penentuan kembali imbalan variabel;
- keberadaan komponan pendanaan signifikan dalam kontrak;
- Imbalan non-kas;
- Utang imbalan kepada Pelanggan
 Entitas mempertimbangkan syarat kontrak dan praktik bisnis umum
entitas untuk menentukan harga transaksi. Sifat, waktu, dan jumlah
imbalan yang dijanjikan oleh pelanggan mempengaruhi estimasi harga
transaksi.
Biaya Inkremental atas Perolehan Kontrak
 Entitas mengakui biaya inkremental atas perolehan
kontrak dengan pelanggan sebagai aset jika entitas
memperkirakan untuk memulihkan biaya tersebut.
 Biaya inkremental atas perolehan kontrak adalah biaya
yang terjadi untuk memperoleh kontrak dengan
pelanggan yang tidak akan terjadi jika kontrak belum
diperoleh (sebagai contoh, komisi penjualan).
 Biaya untuk memperoleh kontrak yang terjadi tanpa
memperhatikan apakah kontrak diperoleh diakui sebagai
beban ketika terjadi, kecuali biaya tersebut secara
eksplisit dapat dibebankan ke pelanggan tanpa
memperhatikan apakah kontrak diperoleh.
Biaya Pemenuhan Kontrak
Jika biaya yang terjadi dalam memenuhi kontrak dengan
pelanggan tidak berada dalam ruang lingkup Pernyataan lain,
entitas mengakui sebagai aset atas biaya yang terjadi untuk
memenuhi kontrak hanya jika biaya tersebut memenuhi seluruh
kriteria berikut:
 biaya berkaitan secara langsung dengan kontrak atau untuk kontrak
yang diantisipasi dapat diidentifikasi secara spesifik oleh entitas
(sebagai contoh, biaya yang berkaitan dengan jasa yang disediakan
dalam pembaruan kontrak yang ada atau biaya merancang (costs of
designing) aset untuk dialihkan dalam kontrak spesifik yang belum
disetujui);
 biaya menghasilkan atau meningkatkan sumber daya entitas yang
akan digunakan dalam penyelesaian (atau dalam melanjutkan
penyelesaian) kewajiban pelaksanaan di masa depan; dan
 biaya diharapkan akan dipulihkan.
Amortisasi dan Rugi Penurunan Nilai
 Aset yang diakui diamortisasi dengan dasar
sistematik yang konsisten dengan
pengalihan kepada pelanggan atas barang
atau jasa yang berkaitan dengan aset.
 Entitas mengakui rugi penurunan nilai
dalam laba rugi.
Metode penyusutan dan amortisasi
 Straight line method
 Sum-of-the-years-digit method
 Declining balance method
 Double declining balance method
 Partial period (setengah dari penyusutan
sum-of-the-years-digit)
 Service-hour period
 Service-unit period
 Group depreciation
 Composite depreciation
Perbandingan metode penyusutan
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 2
Januari 2004 dengan harga Rp340 juta,
memiliki masa manfaat 5 tahun (60.000 jam
pemakaian), dan salvage value pada akhir
periode sebesar Rp40 juta. Pada tahun 2004,
mesin tersebut telah beroperasi selama
20.000 jam dan tahun 2005 beroperasi
selama 15.000 jam. Total produk yang
dihasilkan berjumlah 2,5 juta unit.
Perbandingan metode penyusutan:
Straight line method

Hrg perolehan Depreciable Nilai Akum


Th Tarif Nilai buku
(Rp 000) Value Penyusutan penyusutan
2004 340.000 300.000 20% 60.000 60.000 280.000
2005 340.000 300.000 20% 60.000 120.000 220.000
2006 340.000 300.000 20% 60.000 180.000 160.000
2007 340.000 300.000 20% 60.000 240.000 100.000
2008 340.000 300.000 20% 60.000 300.000 40.000
300.000
Perbandingan metode penyusutan:
Sum-of-the-years-digit method
Hrg
Depreciable Nilai Akum
Th ke Th perolehan Tarif Nilai buku
Value penyusutan penyusutan
(Rp 000)
1 2004 340.000 300.000 5/15 100.000 100.000 240.000
2 2005 340.000 300.000 4/15 80.000 180.000 160.000
3 2006 340.000 300.000 3/15 60.000 240.000 100.000
4 2007 340.000 300.000 2/15 40.000 280.000 60.000
5 2008 340.000 300.000 1/15 20.000 300.000 40.000
15 300.000
Perbandingan metode penyusutan:
Declining balance method
Hrg
Depreci- Dasar Biaya Akum
Th perolehan Tarif *) Nilai buku
able Value Penyusutan Depr penyusutan
(Rp 000)
2004 340.000 300.000 34,82% 340.000 118.387 118.387 221.613
2005 340.000 300.000 34,82% 221.613 77.165 195.552 144.448
2006 340.000 300.000 34,82% 144.448 50.296 245.848 94.152
2007 340.000 300.000 34,82% 94.152 32.783 278.632 61.368
2008 340.000 300.000 34,82% 61.368 21.368 300.000 40.000
300.000
*) = [1 - {(nilai residu / hrg perolehan) ^ (1 / masa manfaat)}]
= [1 - {(40 juta / 340 juta) ^ (1/5)}]
Perbandingan metode penyusutan:
Double declining balance method
Hrg Dasar Nilai Akum
Th Tarif*) Nilai buku
perolehan Penyusutan penyusutan penyusutan
2004 340.000 340.000 40% 136.000 136.000 204.000
2005 340.000 204.000 40% 81.600 217.600 122.400
2006 340.000 122.400 40% 48.960 266.560 73.440
2007 340.000 73.440 40% 29.376 295.936 44.064
2008 340.000 44.064 40% 17.626 313.562 26.438

*) = 2 x tarif penyusutan SLM


Perbandingan metode penyusutan:
Partial period
Hrg perolehan Nilai penyusutan Nilai Akum
Th ke Th Nilai buku
(Rp 000) menurut SYD penyusutan penyusutan
1 2004 340.000 100.000 50.000 50.000 290.000
2 2005 340.000 80.000 40.000 90.000 250.000
3 2006 340.000 60.000 30.000 120.000 220.000
4 2007 340.000 40.000 20.000 140.000 200.000
5 2008 340.000 20.000 10.000 150.000 190.000
150.000
Model Biaya
Pengukuran
Awal Biaya Perolehan

Pengukuran
setelah
Aset
Jumlah No No
Pengakuan mengalami Aset mengalami
Awal Tercatat penurunan penyusutan?
nilai?

Yes Yes

Penurunan Nilai Penyusutan

36
Model Revaluasi
◼ Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai
wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada
jumlah terevaluasi, yaitu:
 nilai wajar pada tanggal revaluasi
 dikurangi:
◼ akumulasi penyusutan; dan
◼ akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi.
◼ Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang
cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat
tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada
tanggal neraca.
Model Revaluasi
Pengukuran
Awal Biaya Perolehan

Jumlah Tercatat

Pengukuran
setelah
Aset
No No
Pengakuan mengalami Aset mengalami
Awal Revaluasi penurunan penyusutan?
nilai?

Yes Yes

Penurunan Nilai Penyusutan

38
Model Nilai Wajar
 Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih
menggunakan model nilai wajar mengukur seluruh
properti investasi berdasarkan nilai wajar, kecuali
dalam kasus ketidakmampuan menetapkan nilai wajar
yang andal (Lihat Paragraf 56 PSAK No. 13).
 Apabila hak atas properti yang dimiliki oleh lessee
melalui sewa operasi (Lihat Paragraf 6 PSAK No. 13)
diklasifikasikan sebagai properti investasi, model nilai
wajar harus diterapkan.
 Laba atau rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar
atas properti investasi harus diakui dalam laporan
laba rugi pada periode terjadinya.
 Model nilai wajar properti investasi harus
mencerminkan kondisi pasar pada tanggal neraca
(Lihat Paragraf 41 PSAK No. 13)
Uji Penurunan Nilai
 Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang
merupakan selisih lebih nilai tercatat suatu aset
atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.
 Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk
suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan
(amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai.
 Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil
kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara
- nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dan
- nilai pakainya.
Pendekatan Umum dalam Estimasi
Penurunan Nilai Aset
Uji Penurunan Nilai Aset
 Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus
menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami
penurunan nilai.
 Jika terdapat indikasi tersebut, entitas mengestimasi
jumlah terpulihkan aset tersebut.
 Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, untuk
aset takberwujud tertentu dan goodwill, entitas harus
 minimal setahun sekali, melakukan pengujian penurunan
nilai (impairment test) dengan membandingkan nilai
tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya.
 Aset takberwujud dengan masa manfaat tidak terbatas
 Aset takberwujud yang belum digunakan
 Goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis
Nilai Wajar
 Bukti Terbaik
➢ adalah harga dalam suatu perjanjian penjualan yang mengikat yang
dibuat dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang independen,
disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat dikaitkan secara
langsung dengan pelepasan aset.
 Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yanmengikat
namun aset diperdagangkan di pasar aktif
➢ Berdasarkan harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset
tersebut.
 Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang
mengikat atau pasar aktif untuk aset
➢ Berdasarkan pada informasi terbaik yang ada untuk
menggambarkan jumlah yang dapat diperoleh entitas, pada akhir
periode pelaporan, dari pelepasan aset pada nilai wajar dikurangi
biaya pelepasan
Nilai Pakai
Nilai pakai adalah nilai kini dari estimasi arus kas yang
diharapkan akan diterima dari aset atau unit penghasil kas.
Elemen-elemen berikut harus diperhitungkan dalam
penghitungan nilai pakai aset:
a) estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh
dari aset;
b) ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah vatau waktu arus
kas masa depan tersebut;
c) nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang
berlaku;
d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset
e) faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh
pelaku pasar dalam menilai arus kas masa depan yang diharapkan
entitas akan diperoleh dari aset tersebut.
Penerapan prinsip akuntansi yang agresif

Kadang-kadang perusahaan menerapkan PSAK secara


agresif agar kinerja laporan keuangannya terlihat lebih
menarik dan bagus, bukan menggunakan PSAK yang
fleksibel untuk menyajikan laporan keuangan yang
wajar.
Penerapan prinsip akuntansi yang agresif

 Over-estimasi dalam biaya restrukturisasi


perusahaan
 Memainkan tingkat prosentase penyelesaian
pekerjaan
 Menangguhkan biaya proyek dan menghapus
utang usaha
Over-estimasi dalam biaya
restrukturisasi perusahaan
Restrukturisasi perusahaan merupakan sesuatu
yang positif karena bisa memperbaiki kinerja
perusahaan di masa mendatang. Sesuai dengan
GAAP, seluruh biaya yang terkait dengan
restrukturisasi tersebut dibebankan pada tahun
berjalan. Adakalanya perusahaan yang
melakukan restrukturisasi meng-overestimate
biaya restrukturisasi. Caranya dengan
menghapus sebagian persediaan dan aktiva tetap
dan biaya penghapusan tersebut dimasukkan
sebagai biaya restrukturisasi. Selain itu,
cadangan biaya litigasi dan lingkungan
dimasukkan juga sebagai biaya restrukturisasi.
Over-estimasi dalam biaya
restrukturisasi perusahaan
Akibatnya, biaya restrukturisasi pada tahun
berjalan sangat besar dan kinerja laporan
keuangan pada tahun dilakukannya
restrukturisasi menjadi underestimate. Di
samping itu, kinerja laporan keuangan di tahun-
tahun mendatang menjadi lebih cantik karena
tidak ada lagi biaya penyusutan, biaya persediaan
yang rusak, biaya litigasi atau biaya lingkungan.
Memainkan tingkat prosentase
penyelesaian pekerjaan
Untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa
dan pendapatannya ditentukan oleh besarnya
tingkat penyelesaian, metode percentage of
completion menjadi sesuatu yang menarik. Jika
laba masih terlalu kecil, tingkat penyelesaian akan
dinaikkan agar laba meningkat. Akan tetapi, jika
laba terlalu besar yang berdampak pada
peningkatan pajak, sementara cash flow tidak
memadai, langkah yang ditempuh adalah
menurunkan tingkat penyelesaian proyek-
proyeknya.
Menangguhkan biaya proyek dan
menghapus utang usaha

Untuk mendapatkan kinerja keuangan yang


cantik dan tidak terlalu jauh di bawah target
RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan),
manajemen perusahaan yang menjadi “cucu”
sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
melakukan hal-hal berikut:
Menangguhkan biaya proyek dan
menghapus utang usaha
 Seluruh pendapatan suatu proyek konstruksi telah diakui
100% sesuai dengan percentage-of-completion method,
namun biaya proyek terkaitnya masih dicatat di akun
Construction in Progress.
Alasan yang menjadi dasar adalah jika seluruh biaya proyek
tersebut diakui, laba kotor proyek tersebut menjadi minus
(rugi). Selain itu, kinerja keuangan perusahaan yang diukur
berdasarkan indikator tingkat kesehatan keuangan,
sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara No. Kep-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002,
menjadi turun.
Untuk meyakinkan auditornya, manajemen perusahaan
membuat suatu perhitungan dan pernyataan yang
menjelaskan bahwa di tahun berikutnya proyek tersebut
masih memberikan pendapatan, termasuk klaim yang
sebetulnya masih diperselisihkan antara pemilik proyek dan
perusahaan tersebut.
Menangguhkan biaya proyek dan
menghapus utang usaha
 Penghapusan utang usaha menjadi
pendapatan di luar usaha
Karena target perusahaan untuk mendekati
angka RKAP belum terpenuhi, manajemen
perusahaan “terpaksa” menghapuskan
sebagian utang usahanya yang sudah berumur
lebih dari dua tahun. Tujuannya untuk
meningkatkan laba usaha sebelum pajak.
Earnings management
 Menunda pendapatan (earnings) bisa dilakukan
dengan cara memainkan besaran tingkat kolektibilitas
piutang melalui pencadangan piutang tak tertagih,
masa manfaat aktiva tetap, dan nilai residu harta.
 Contoh lainnya adalah purchased in-process research
& development (R&D). Ini terjadi dalam sebuah
penggabungan perusahaan-perusahaan teknologi.
Sesuai dengan namanya, R&D tersebut belum
selesai, sehingga jika memiliki masa manfaat
ekonomis di masa mendatang, R&D tersebut bisa
dikapitalisasi. Dalam hal ini biaya riset dan
pengembangan tersebut diperbesar dan
pembebanannya dilakukan melalui amortisasi. Hal ini
menyebabkan pendapatan (earnings) perusahaan
dapat dikelola dengan baik.
Pelaporan keuangan yang
menyimpang
 Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002
tanggal 4 Juni 2002 yang antara lain mengatur
mengenai indikator tingkat kesehatan keuangan
menjelaskan bahwa aspek yang dinilai adalah aspek
keuangan, operasional, dan administrasi. Indikator
keuangannya antara lain:
◼ Return on Equity (ROE) yaitu Laba setelah pajak/modal
sendiri
◼ Rasio modal sendiri terhadap total aktiva (total equity to
total asset) yaitu total modal sendiri/total aktiva (TMS/TA).
 Karena saldo ekuitasnya negatif, manajemen sebuah
perusahaan BUMN memutuskan untuk menggunakan
angka modal sendiri sebagai total equity.
Klasifikasi Creative Accounting
 Recognizing Premature or Fictitious
Revenue
 Aggressive Capitalization & Extended
Amortization Policies
 Misreported Assets & Liabilities
 Getting Creative with the Income
Statement
 Problems with Cash-flow Reporting
Recognizing Premature or Fictitious
Revenue
Mengakui penghasilan prematur atau penghasilan fiktif
itu berbeda jika ditinjau dari sudut aggressive
accounting. Untuk premature revenue, pengakuannya
sudah sesuai dengan GAAP. Sementara itu, untuk
fictitious revenue, penghasilan dicatat tanpa adanya
penjualan yang terjadi.
Bentuk dari prematur revenue dapat berupa pengakuan
penjualan dilakukan pada saat barang sudah dipesan,
tapi belum dikirim (goods ordered, but not shipped) atau
barang sudah dikirim, tapi belum dipesan (goods
shipped, but not ordered). Sementara itu, contoh
penjualan fiktif adalah backdated invoice, tanggal
pengiriman yang diubah, atau sengaja salah mencatat
penjualan.
Recognizing Premature or Fictitious
Revenue
Cara Mendeteksi:
 Pahami kebijakan pengakuan pendapatan,
termasuk perubahannya → Lihat PSAK 72;
 Cermati piutang usaha;
 Cermati akun-akun yang “mungkin”
digunakan untuk meng-offset penjualan
prematur atau fiktif
 Review transaksi hubungan istimewa;
 Perhatikan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan sesuai laporan.
Aggressive Capitalization &
Extended Amortization Policies

Dalam kebijakan kapitalisasi yang agresif,


perusahaan melaporkan beban atau rugi
tahun berjalan sebagai aset. Akibatnya,
pengakuan biaya tertunda dan laba naik.
Selanjutnya, “aset” atau beban ditangguhkan
tersebut diamortisasi selama beberapa tahun.
Aggressive Capitalization &
Extended Amortization Policies
Cara Mendeteksi:
 Pahami kebijakan kapitalisasi aset dan
apakah aset yang dikapitalisasi tersebut
melebih nilai pasar → Lihat PSAK 19;
 Proporsikan total biaya pengembangan
software yang dikapitalisasi dan tentukan
apakah proporsi tersebut wajar;
 Cermati biaya bunga yang dikapitalisasi
sehubungan dengan proyek konstruksi
yang sudah berakhir;
 Cermati alasan yang mendasari pencatatan
normal operating expense ke dalam aset
Misreported Assets & Liabilities
Dalam banyak kasus, nilai aset overvalued dan/atau
kewajiban undervalued dengan tujuan agar earning
power menjadi lebih tinggi dan posisi keuangan lebih
kuat. Dengan laba yang tinggi, otomatis saldo laba akan
dan nilai ekuitas akan naik.
Beberapa akun aktiva yang potensial dilaporkan
overvalued adalah piutang usaha, inventori, investasi
(yang diklasifikasikan dalam trading, held to maturity,
atau available for sale). Akun kewajiban yang dicatat
undervalued di antaranya adalah accrued expense
payable, utang usaha, utang pajak, dan contingent
liability.
Misreported Assets & Liabilities
Cara mendeteksi:
 Tandingkan prosentase perubahan piutang usaha dengan
perubahan penghasilan untuk 4-6 triwulan terakhir;
 Pastikan bahwa pembentukan cadangan piutang tak tertagih
cukup untuk menutup risiko inkolektibilitas;
 Cermati apakah persediaan yang overvalued tersebut disebabkan
persediaan fiktif;
 Cermati apakah kasus overvalued inventory pernah terjadi
sebelumnya;
 Cermati penurunan nilai pasar surat berharga yang held to
maturity;
 Cermati trend yang terjadi untuk accrued expense payable;
 Hitung umur utang untuk 4-6 bulan terakhir;
 Review total utang pajak yang tercatat di neraca dengan beban
pajak yang dicatat di laba rugi;
 Cermati provisi yang tidak dicatat di neraca.
Getting Creative with the Income
Statement
Permainan angka-angka di laporan laba rugi terjadi pada
cara mempercepat atau memperlambat pengakuan
pendapatan dan biaya. Dalam hal ini laba diatur untuk
beberapa periode pelaporan.
Selain itu, penyajian laporan yang dapat berbentuk single
step maupun multiple step memungkinkan perusahaan
memainkan angka-angka subtotal, klasifikasi akun, dan
catatan laporan keuangan. Misalnya, unsur pendapatan
usaha dilaporkan sebagai pendapatan di luar usaha atau
sebaliknya, pengeluaran yang termasuk dalam harga pokok
penjualan direklasifikasikan ke dalam kelompok akun
beban operasi atau sebaliknya. Reklasifikasi demikian tentu
saja akan mempengaruhi angka sub total laba kotor atau
laba operasi yang nota bene sering dijadikan sebagai
sumber informasi untuk pengambilan keputusan
Getting Creative with the Income
Statement
Contoh lain:
 Kelompok akun other expense/income yang seringkali di-
netting. Perusahaan hanya melaporkan total other
expense/income tanpa merinci detail dari kelompok akun
tersebut.
 Penggunaan terminologi di dalam laporan laba rugi,
seperti istilah restrukturisasi yang “ternyata” biaya
restrukturisasinya mencakup penghapusan inventori,
pembayaran pesangon dan biaya PHK, penghapusan
aktiva, biaya relokasi, dan biaya penurunan nilai aktiva.
 Penentuan tingkat materialitas suatu transaksi. Dengan
konsep materialitas ini, perusahaan dapat
mengelompokkan transaksi yang sebetulnya material
menjadi tidak material.
Problems with Cash-flow Reporting
Seperti diuraikan sebelumnya, dalam Share Price
Effect, para investor tertarik dengan perusahaan
yang punya earning power yang bagus dan
sustainable. Dengan demikian, future cash flow-nya
menjadi baik pula. Bagi para kreditur, dengan cash
flow yang baik, utang piutang menjadi lancar.

Sudah menjadi hal yang umum bahwa arus kas


bersih dari aktivitas operasi merupakan manifestasi
operating income yang ada di laporan laba rugi.
Arus kas bersih ini menjadi alat ukur utama
tentang kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan sustainable cash flow.
Problems with Cash-flow Reporting
Dalam pelaporan arus kas, arus kas terbagi menjadi arus kas
dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas
pembiayaan (financing). Bentuk penyajian laporan arus kas
sendiri terdiri dari indirect method dan direct method. Dalam
indirect method, arus kas dari aktivitas operasi dihitung dari
laba bersih yang disesuaikan dengan transaksi-transaksi non
kas di laporan laba rugi. Sementara itu, dalam direct method
arus kas dari aktivitas operasi ditampilkan berdasarkan
transaksi-transaksi kas di laba rugi.
Dalam praktiknya, arus kas dari aktivitas operasi hanya
diketahui oleh segelentir pengguna laporan keuangan, tapi
tidak diketahui oleh para investor maupun kreditur. Kedua
stakeholder tersebut lebih fokus pada kinerja keuangan.
Akibatnya, mereka cenderung menganggap bahwa laporan
arus kasnya sudah benar. Pada kenyataannya, laporan arus
kas, khususnya arus kas operasi, tidak terlepas juga dari
creative accounting. Berikut ini adalah contohnya:
Problems with Cash-flow Reporting
 Arus kas operasi memasukkan unsur pembayaran pajak
penghasilan (PPh), baik PPh Badan maupun PPh final.
 Operasi dalam penghentian (discontinued operation) juga
dimasukkan dalam aktivitas operasi, padahal dalam laba rugi
discontinued operation tersebut dikeluarkan dari laba operasi.
 Biaya operasi yang dikapitalisasi dimasukkan sebagai arus kas
dalam aktivitas investasi, padahal jika dibebankan pada tahun
berjalan, masuk dalam arus kas operasi.

Laporan arus kas bisa menjadi alat yang efektif, misalnya:


 transaksi fiktif seperti prematur revenue atau fictitious revenue
tidak akan pernah muncul di laporan arus kas karena tidak
melibatkan unsur kas; dan
 aggressive accounting dapat meningkatkan laba perusahaan,
tapi arus kas dari aktivitas operasi tetap tidak berubah.
Earnings Management
Alasan earnings management

Keinginan untuk mencapai target yang telah


diproyeksikan sebelumnya, atau bahkan
melampaui target tersebut merupakan faktor
yang paling kuat bagi perusahaan untuk
melakukan earnings management.
Kondisi dan tujuan
 Kondisi: Pendapatan tidak memenuhi proyeksi yang
telah ditargetkan.
Tujuan: Menghindari turunnya harga saham.
 Kondisi: Perusahaan sedang mempersiapkan Initial
Public Offering.
Tujuan: menyajikan potret keuangan sebaik mungkin
agar harga saham sesuai dengan yang diekspektasikan.
 Kondisi: Posisi pendapatan tidak memungkinkan
pemberian kompensasi insentif.
Tujuan: Memposisikan pendapatan agar tetap berada di
antara level minimum dan maksimum yang
memungkinkan pemberian kompensasi insentif
maksimal.
Kondisi dan tujuan
 Kondisi: Perusahaan berada pada posisi yang
menjadi target kegiatan politik yang merugikan.
Tujuan: Meminimalkan political cost dengan cara
menghindari hal-hal yang dapat mengganggu
keuntungan perusahaan.

 Kondisi: Kerugian yang cukup besar sebagai


akibat dari pengakuan beban-beban di masa lalu.
Tujuan: Untuk me-reverse pengakuan-pengakuan
beban yang overstated agar tujuan peningkatan
laba di masa berikutnya tercapai.
Teknik earnings management
 Mengubah metode penyusutan (misalnya dari
dipercepat menjadi garis lurus)
 Mengubah masa manfaat untuk keperluan penyusutan
 Mengubah estimasi nilai residu yang digunakan dalam
penyusutan
 Menentukan cadangan yang diperlukan untuk
penghapusan piutang tak tertagih
 Menentukan cadangan yang diperlukan untuk kewajiban
waran
 Menentukan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan
 Menentukan perlunya penurunan nilai aset dan
pengakuan rugi
 Mengestimasi tingkat penyelesaian suatu pekerjaan
 Mengestimasi kemungkinan realisasi klaim kontrak
Teknik earnings management
 Mengestimasi penurunan nilai investasi
 Mengestimasi jumlah yang perlu dimasukkan sebagai accrual
 Memutuskan kebutuhan persediaan
 Mengestimasi pengakuan kewajiban yang terkait dengan
lingkungan
 Membuat atau mengubah asumsi aktuaris dalam perhitungan
pensiun
 Menentukan seberapa besar transaksi pembelian dianggap
sebagai biaya riset dan pengembangan
 Menentukan atau mengubah periode amortisasi aktiva tak
berwujud
 Memutuskan sejauh mana biaya-biaya seperti pengembangan
software dan iklan harus dikapitalisasi
 Memutuskan klasifikasi hedging (lindung nilai) yang cocok untuk
transaksi derivatif
 Menentukan apakah penurunan nilai pasar investasi hanya
bersifat sementara
Teknik earnings management
Bagaimanapun juga, upaya earnings
management yang dilakukan terlalu jauh akan
mengakibatkan penyajian yang keliru
(misstatement) atau bahkan yang seharusnya
diungkap “malah” tidak diungkap. Hal seperti
ini dapat mengelabui pembaca laporan
keuangan. Biasanya hal seperti ini dikenal
dengan istilah accounting irregularities dan
fraudulent financial reporting.

Selain teknik di atas, ada juga yang termasuk


dalam kategori abusive earnings management.
Teknik earnings management
Abusive earnings management:
 Pengiriman sudah dilakukan ke kantor perwakilan di
proyek dan barang masih dalam kontrol perusahaan,
tapi penjualan sudah diakui
 Penjualan sudah diakui tanpa ada pengiriman barang
yang sudah dipesan
 Penjualan sudah diakui seluruhnya, padahal pengiriman
barang baru dilakukan sebagian
 Nilai persediaan akhir dilaporkan kurang
(underreported) agar utang pajak bisa diturunkan
 Cadangan untuk diskon penjualan kurang dicatat
(undervalued)
 Kapitalisasi biaya tidak wajar, khususnya biaya bunga
 Penjualan dicatat, padahal klaim terhadap pelanggannya
masih dipermasalahkan
Efektivitas Earnings Management

Efektivitas earnings management ditentukan


oleh apakah tujuan earnings management
sebagaimana digambarkan di atas tercapai
atau tidak.

Selain itu, efektivitasnya juga tergantung


pada kombinasi teknik yang digunakan dan
kondisi yang melatarbelakangi.

Anda mungkin juga menyukai