Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA ISLAM

HUKUM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL


dalam ISLAM

Disusun oleh:
Addiena Hidayati (115100800111002)
Ainina Ahmad S. (115100513111004)
Annisa Arlisyah (115100500111022)
Hannes Dwi Novia (115100513111002)
Lilis Karlina (115100500111010)
Luvviana Hiba M. (115100500111016)
Sutik Rahayu (115100500111002)
Yayuk Damayanti (115100500111030)
Kelas : I
Kelompok : 3

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya kepada kita. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik dan lancar. Makalah yang berjudul Hukum Mengucapkan Islam ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah agama islam.
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang sejarah diadakannya natal,
kegiatan yang dilakukan umat Nasrani saat natal, serta hukum mengucapkan selamat natal
oleh kaum muslim. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang
selama ini kita cari. Kami juga berharap semoga makalah ini bisa dimafaatkan semaksimal
mugkin.
Saat penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Ibu dosen agama islam Nur Chanifah dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Tidak gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu oenulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 21 Oktober 2011


Penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
2.1 Pengertian Hari Natal.............................................................................................. 3
2.1.1 Sejarah Natal............................................................................................. 3
2.1.2 Kegiatan Perayaan Hari Natal................................................................. 4
2.2. Hukum Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam........................................ 6
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 10
3.2 Saran............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 11












BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau dan setiap pulau
memiliki suku atau ras yang berbeda-beda. Selain memiliki suku yang berbeda-beda,
Indonesia juga terdapat berbagai agama, antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
ataupun Khonghucu. .................... ...............................................................................................
Setiap agama memiliki dasar yang berbeda-beda pula, termasuk dalam tradisi. Tradisi
dari suatu agama sangat banyak dan beragam, contohnya pada agama Islam: terdapat tradisi
peringatan Isra Miraj, Maulid Nabi, dll. Begitu juga dengan agam lain, misalnya Kristen
yang memiliki beberapa tradisi seperti Natal (hari raya umat Nasrani), Valentine, Hallowen,
Paskah, dan masih banyak lagi. ..........................................................
Suatu agama memiliki batasan-batasan tersendiri di setiap hukum agama yang berlaku.
Seperti dalam agama Islam, mengucapkan natal juga memiliki hukum tersendiri. Banyak yang
berpendapat bahwa mengucapkan natal adalah hal biasa, seperti kepada rekan kerja, sahabat,
teman, atau siapapun hanya untuk menjaga tali silaturahim dan toleransi antar agama. Namun
disisi lain, dalam agama Islam itu merupakan larangan, karena itu sama saja kita mendukung
kesyirikan mereka kepada Allah. Namun, hal ini masih menjadi sesuatu yang biasa di
kalangan masyarakat terutama yang beragama islam dan pro-kontra para ulama dalam ijtihad.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini perlu dibahas hal-hal yang menyangkut
hukum-hukum tentang masalah ini, agar umat muslim tahu dan memahami batasan-batasan
dalam hukum Islam.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah natal itu?
1.2.2 Bagaimana sejarah dan kegiatan yang dilakukan saat natal?
1.2.3 Bagaimana hukum mengucapkan natal kepada umat kristiani menurut pandangan
islam?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mendeskripsikan pengertian natal.
1.3.2 Mendeskripsikan sejarah terbentuknya natal dan kegiatan saat natal.
1.3.3 Mendeskripsikan hukum mengucapkan natal kepada umat kristiani menurut
pandangan islam.


































BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hari Natal
Natal merupakan hari raya para umat kristiani untuk memperingati hari kelahitan
tuhan mereka (Yesus Kristus) yang jatuh pada tanggal 25 Desember setiap tahun dan
dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember. Kemudian kebaktian pagi
tanggal 25 Desember. Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat antara lain adalah pohon
Natal, kartu Natal, bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta kisah tentang
Santa Claus atau Sinterklas.
2.1.1 Sejarah Natal
Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang
ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa
Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18
Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai
kelahiran Yesus (Natal). (Anonymous
1
, 2011).
Kata natal berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari Lahir). Dahulu
juga dipakai istilah Melayu-Arab Maulid atau Milad. Pada negara-negara yang berbahasa
Arab, hari raya ini disebut dengan Idul Milad. Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut
Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang
berarti Misa Kristus. Christmas biasa pula ditulis 'mas, suatu penyingkatan yang cocok
dengan tradisi Kristen, karena huruf dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari
Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi-Ro. Dalam Alkitab bahasa Indonesia sendiri tidak
dijumpai kata "Natal", yang ada hanya kelahiran Yesus.
Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus untuk
dilakukan. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari
kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal. Klemens dari Aleksandria mengejek orang orang
yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Dalam abad-abad pertama
hidup kerohanian anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak

mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya (terutama oleh Origenes) dianggap
sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari
ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari
kematiannya sebagai hari ulang tahunnya (Anonymous
1
, 2011)
Berikut merupakan pengertian kisah natal menurut Al-Quran, yaitu QS Maryam
ayat 34 :
Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma. Ingin
rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi Malaikat Jibril datang
menghibur:
"Ada anak sungai di bawahmu, goyanghan pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum
dan senangkan hatimu. Kalau ada yang datang katakan: 'Aku bernazar tidak bicara.'"
"Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun
bukan penzina," demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi digendongannya. Tetapi
Maryam terdiam. Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang bayi
menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta
mengabdi kepada ibunya. Kemudian sang bayi berdoa:
"Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan
pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali.
Dengan demikian, Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal
pertama dari dan untuk Nabi Isa a.s. (Shihab, 1996).

2.1.2 Kegiatan Perayaan Hari Natal
Pada umumnya bagi orang penganut agama Kristen, masa Natal dimulai pada hari
Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya Santo
Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama
masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata
adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Untuk merayakan
masa Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu dalam masa
Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada hari Minggu pertama, keluarga
menyalakan satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari
Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin
merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran daun-daunan itu pada
Hari Natal.
Bagi umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa tengah malam atau
peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember.

Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Masa
Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani
adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari
tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal.
Kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman pada
hari khusus di musim dingin kemungkinan bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di
daerah-daerah tersebut, orang-orang memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian
dari perayaan akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo Nikolas
menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan
hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember.
Tokoh-tokoh yang bukan keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak
lama setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukar-menukar kado.
Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah untuk anak-anak.
Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut tidak
dianggap sebagai hari libur resmi. Umat kristiani merayakan peringatan kelahiran Yesus dari
Nazaret. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan
gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus,
Maria, Yosef, gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal,
yang disebut carol. Aktivitas ini dinyanyikan dan diperdengarkan selama masa liburan.
Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Kebanyakan orang Amerika menghias pohon Natal,
yaitu pohon cemara atau pohon buatan, di rumah-rumah mereka. Lampu-lampu dan lingkaran
daun-daunan dari pohon empat musim, mistletoe dan ucapan Selamat Natal diletakkan di
dalam dan di luar banyak rumah. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Natal juga secara
tradisi merupakan saat untuk berhenti bertengkar.
Orang-orang dewasa minum eggnog (campuran krim, susu, gula, telur kocok dan
brandy rum). Menurut kisahnya, pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh
hadiah, ditarik oleh rusa-rusa kutub lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan
hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan
Santa, anak-anak Amerika mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before
Christmas (Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang
oleh Clement Moore di tahun 1832. Dulu, anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki
besar di atas perapian. Menurut kisahnya, Santa turun dari cerobong asap dan meninggalkan
hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak. Kini, tradisi itu tetap diteruskan, namun
kaus kakinya digantikan oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki. Selain itu juga terdapat

kegiatan Makan Malam Natal Seringkali dengan kalkun. Banyak yang mengadakan pesta
perjamuan persis sebelum dan sesudah Natal.
Natal juga merupakan saat di mana orang Amerika menunjukkan kemurahan hati
kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang dikirimkan ke rumah sakit dan panti
asuhan atau dibuat dana khusus untuk membantu fakir miskin. Xmas secara tradisi merupakan
saat untuk menghentikan segala macam pertempuran dan pertikaian.

2.2. Hukum Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam
Berikut adalah fatwa ulama besar Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin
rahimahullah, dari kumpulan risalah (tulisan) dan fatwa beliau (Majmu Fatawa wa Rosail
Ibnu Utsaimin), 3/28-29, no. 404.
Beliau rahimahullah pernah ditanya, Apa hukum mengucapkan selamat natal (Merry
Christmas) pada orang kafir (Nashrani) dan bagaimana membalas ucapan mereka? Bolehkah
kami menghadiri acara perayaan mereka (perayaan Natal)? Apakah seseorang berdosa jika dia
melakukan hal-hal yang dimaksudkan tadi, tanpa maksud apa-apa? Orang tersebut
melakukannya karena ingin bersikap ramah, karena malu, karena kondisi tertekan, atau karena
berbagai alasan lainnya. Bolehkah kita tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam perayaan ini?
Beliau rahimahullah menjawab :
Memberi ucapan Selamat Natal atau mengucapkan selamat dalam hari raya mereka
(dalam agama) yang lainnya pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan
kesepakatan para ulama (baca : ijma kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh
Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah.
Beliau rahimahullah mengatakan,
Adapun memberi ucapan selamat pada syiar-syiar kekufuran yang khusus bagi
orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal) adalah sesuatu yang diharamkan
berdasarkan ijma (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat
pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, Semoga hari ini adalah hari yang
berkah bagimu, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya.
Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak
akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka
sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib,
bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini

lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang
minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.
Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam
ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat. Oleh karena itu,
barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bidah atau
kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Taala. Demikian
perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah.
Dari penjelasan di atas, maka dapat kita tangkap bahwa mengucapkan selamat pada
hari raya orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. Alasannya, ketika mengucapkan seperti
ini berarti seseorang itu setuju dan ridho dengan syiar kekufuran yang mereka perbuat.
Meskipun mungkin seseorang tidak ridho dengan kekufuran itu sendiri, namun tetap tidak
diperbolehkan bagi seorang muslim untuk ridho terhadap syiar kekufuran atau memberi
ucapan selamat pada syiar kekafiran lainnya karena Allah Taala sendiri tidaklah meridhoi hal
tersebut. Allah Taala berfirman,


Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak
meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu
kesyukuranmu itu. (QS. Az Zumar [39] : 7)
Allah Taala juga berfirman,


Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
(QS. Al Maidah [5] : 3)
Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka pada kita, maka tidak perlu kita
jawab karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh
Allah Taala. Hari raya tersebut boleh jadi hari raya yang dibuat-buat oleh mereka. Atau
mungkin juga hari raya tersebut disyariatkan, namun setelah Islam datang, ajaran mereka
dihapus dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ajaran
Islam ini adalah ajaran untuk seluruh makhluk. Mengenai agama Islam yang mulia ini, Allah
Taala sendiri berfirman,




Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
(QS. Ali Imron [3] : 85)
Adapun seorang muslim memenuhi undangan perayaan hari raya mereka, maka ini
diharamkan. Karena perbuatan semacam ini tentu saja lebih parah daripada cuma sekedar
memberi ucapan selamat terhadap hari raya mereka. Menghadiri perayaan mereka juga bisa
jadi menunjukkan bahwa kita ikut berserikat dalam mengadakan perayaan tersebut.
Begitu pula diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan
mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau
makanan (yang disimbolkan dengan santa clause yang berseragam merah-putih, lalu
membagi-bagikan hadiah, pen) atau sengaja meliburkan kerja (karena bertepatan dengan hari
natal). Alasannya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho mengatakan bahwa sanad hadits ini
jayid/bagus)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidho Ash Shirothil Mustaqim mengatakan,
Menyerupai orang kafir dalam sebagian hari raya mereka bisa menyebabkan hati mereka
merasa senang atas kebatilan yang mereka lakukan. Bisa jadi hal itu akan mendatangkan
keuntungan pada mereka karena ini berarti memberi kesempatan pada mereka untuk
menghinakan kaum muslimin.
Barangsiapa yang melakukan sebagian dari hal ini maka dia berdosa, baik dia
melakukannya karena alasan ingin ramah dengan mereka, atau supaya ingin mengikat
persahabatan, atau karena malu atau sebab lainnya. Perbuatan seperti ini termasuk cari muka
(menjilat), namun agama Allah yang jadi korban. Ini juga akan menyebabkan hati orang kafir
semakin kuat dan mereka akan semakin bangga dengan agama mereka.


Kita sebagai umat muslim, tidak dibenarkan dlam meangikuti perayaan berdasarka
kepercayaan mereka yang telah menyimpang, namun kita hanya dianjurkan untuk saling
menghargai kepercayaan masing-masing, seperti yang di jelaskan dalam Al-Quran,
Artinya : Untukmu agamamu dan untukku agamaku (Qs.Al-Kafirun:6)
Begitu tegas ayat tersebut menjelasksan bahwa Allah telah bijaksana memberikan
keputusannya saat Nabi Muhammad saw tengah dijebak atau dipaksa kaum kafir untuk
menyembah dan mengikuti ajaran mereka dengan berbagai rayuan seperti akan diberikan
harta kekayaan yang melimpah dan wanita yang beliau sukai. Tapi Nabi Muhammad
menolaknya dengan perintah Allah sesuai ayat di atas.
















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Atas nama toleransi dalam beragama, banyak umat Islam yang mengucapkan selamat
natal kepada umat nasrani baik kepada kerabat maupun teman. Menurut mereka, ini adalah
salah satu cara untuk menghormati mereka dan menjaga toleransi antar umat beragama. Ini
alasan yang tidak benar, sikap toleransi dan menghormati tidak harus diwujudkan dengan
mengucapkan selamat kepada mereka karena di dalam ucapan tersebut terkandung makna kita
setuju dan ridha dengan ibadah yang mereka lakukan. Sudah jelas bahwa hal ini bertentangan
dengan aqidah Islam dan ini diharamkan.

3.2 Saran
Dan jika seorang mengucapkan selamat natal pada mereka berarti mereka setuju
bahwa yesus adalah anak Tuhan dan merupakan salah satu Tuhan diantara tiga Tuhan. Untuk
itu bentuk toleransi yang semestinya adalah membiarkan mereka merayakan hari raya mereka
tanpa kita harus mengucapkan selamat natal tersebut. Kita sebaiknya diam saja, dan bersikap
menghargai tanpa ikut campur urusan mereka.
Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami makna sebenarnya dari hukum
dan penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya. Dan kepada penulis diharapkan agar dapat
memperbanyak referensi dan memahami dari isi tulisan serta mengamalkannya dengan baik.







DAFTAR PUSTAKA

Anonymous
1
.2011. Sejarah Budaya Natal. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_budaya-
_Natal. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011.
Anonymous
2
. 2011. Natal Menurut Pandangan Islam. http://www.syariahonline.com-
/konsultasi/?act=view&id=4682. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011.
http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2010/12/21/12415/hukum-mengucapkan-dan-
menjawab-selamat-natal. Diunduh pada tanggal 20 oktober 2011/21:00.
Shihab, Quraish. 1996. Membumikan Al- Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Penerbit Mizan.
Syauqi, Abdullah. 2009. Hukum Mengucapkan Selamat Natal. http://abdullah-syauqi.abata-
sa.com/post/detail/8840/-hukum-mengucapkan-selamat-natal.html. Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai