Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak
meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu
kesyukuranmu itu. (QS. Az Zumar [39] : 7)
Allah Taala juga berfirman,
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
(QS. Al Maidah [5] : 3)
Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka pada kita, maka tidak perlu kita
jawab karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh
Allah Taala. Hari raya tersebut boleh jadi hari raya yang dibuat-buat oleh mereka. Atau
mungkin juga hari raya tersebut disyariatkan, namun setelah Islam datang, ajaran mereka
dihapus dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ajaran
Islam ini adalah ajaran untuk seluruh makhluk. Mengenai agama Islam yang mulia ini, Allah
Taala sendiri berfirman,
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
(QS. Ali Imron [3] : 85)
Adapun seorang muslim memenuhi undangan perayaan hari raya mereka, maka ini
diharamkan. Karena perbuatan semacam ini tentu saja lebih parah daripada cuma sekedar
memberi ucapan selamat terhadap hari raya mereka. Menghadiri perayaan mereka juga bisa
jadi menunjukkan bahwa kita ikut berserikat dalam mengadakan perayaan tersebut.
Begitu pula diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan
mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau
makanan (yang disimbolkan dengan santa clause yang berseragam merah-putih, lalu
membagi-bagikan hadiah, pen) atau sengaja meliburkan kerja (karena bertepatan dengan hari
natal). Alasannya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho mengatakan bahwa sanad hadits ini
jayid/bagus)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidho Ash Shirothil Mustaqim mengatakan,
Menyerupai orang kafir dalam sebagian hari raya mereka bisa menyebabkan hati mereka
merasa senang atas kebatilan yang mereka lakukan. Bisa jadi hal itu akan mendatangkan
keuntungan pada mereka karena ini berarti memberi kesempatan pada mereka untuk
menghinakan kaum muslimin.
Barangsiapa yang melakukan sebagian dari hal ini maka dia berdosa, baik dia
melakukannya karena alasan ingin ramah dengan mereka, atau supaya ingin mengikat
persahabatan, atau karena malu atau sebab lainnya. Perbuatan seperti ini termasuk cari muka
(menjilat), namun agama Allah yang jadi korban. Ini juga akan menyebabkan hati orang kafir
semakin kuat dan mereka akan semakin bangga dengan agama mereka.
Kita sebagai umat muslim, tidak dibenarkan dlam meangikuti perayaan berdasarka
kepercayaan mereka yang telah menyimpang, namun kita hanya dianjurkan untuk saling
menghargai kepercayaan masing-masing, seperti yang di jelaskan dalam Al-Quran,
Artinya : Untukmu agamamu dan untukku agamaku (Qs.Al-Kafirun:6)
Begitu tegas ayat tersebut menjelasksan bahwa Allah telah bijaksana memberikan
keputusannya saat Nabi Muhammad saw tengah dijebak atau dipaksa kaum kafir untuk
menyembah dan mengikuti ajaran mereka dengan berbagai rayuan seperti akan diberikan
harta kekayaan yang melimpah dan wanita yang beliau sukai. Tapi Nabi Muhammad
menolaknya dengan perintah Allah sesuai ayat di atas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atas nama toleransi dalam beragama, banyak umat Islam yang mengucapkan selamat
natal kepada umat nasrani baik kepada kerabat maupun teman. Menurut mereka, ini adalah
salah satu cara untuk menghormati mereka dan menjaga toleransi antar umat beragama. Ini
alasan yang tidak benar, sikap toleransi dan menghormati tidak harus diwujudkan dengan
mengucapkan selamat kepada mereka karena di dalam ucapan tersebut terkandung makna kita
setuju dan ridha dengan ibadah yang mereka lakukan. Sudah jelas bahwa hal ini bertentangan
dengan aqidah Islam dan ini diharamkan.
3.2 Saran
Dan jika seorang mengucapkan selamat natal pada mereka berarti mereka setuju
bahwa yesus adalah anak Tuhan dan merupakan salah satu Tuhan diantara tiga Tuhan. Untuk
itu bentuk toleransi yang semestinya adalah membiarkan mereka merayakan hari raya mereka
tanpa kita harus mengucapkan selamat natal tersebut. Kita sebaiknya diam saja, dan bersikap
menghargai tanpa ikut campur urusan mereka.
Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami makna sebenarnya dari hukum
dan penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya. Dan kepada penulis diharapkan agar dapat
memperbanyak referensi dan memahami dari isi tulisan serta mengamalkannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
1
.2011. Sejarah Budaya Natal. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_budaya-
_Natal. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011.
Anonymous
2
. 2011. Natal Menurut Pandangan Islam. http://www.syariahonline.com-
/konsultasi/?act=view&id=4682. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011.
http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2010/12/21/12415/hukum-mengucapkan-dan-
menjawab-selamat-natal. Diunduh pada tanggal 20 oktober 2011/21:00.
Shihab, Quraish. 1996. Membumikan Al- Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Penerbit Mizan.
Syauqi, Abdullah. 2009. Hukum Mengucapkan Selamat Natal. http://abdullah-syauqi.abata-
sa.com/post/detail/8840/-hukum-mengucapkan-selamat-natal.html. Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2011.