Anda di halaman 1dari 5

TUGAS LITERATURE REVIEW

MATA KULIAH SEMINAR PROBLEMATIK


PENGARUH EMS TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PADA ASPERGILLUS NIGER DAN
BACILLUS SP.

Disusun Oleh :
Ainina Ahmad S.

115100513111004
Kelas : D

Dosen Pengampu:
S. Dita Wijayanti, STP. MSc.
Desiana N. P, STP. MSc.

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

PENGARUH EMS TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PADA ASPERGILLUS NIGER DAN


BACILLUS SP.
EMS (Ethyl Methane Sulfonate) yang memiliki rumus kimia C3H8O3S merupakan
salah satu mutagen kimia yang sering digunakan untuk proses mutasi. Mutasi sendiri berasal
dari bahasa latin dan memiliki pengertian secara umum yaitu sebuah perubahan permanen
yang terjadi pada rangkaian basa pada DNA. Mutasi dapat terjadi secara spontan ataupun
dengan diinduksi menggunakan agen penginduksi. Agen penginduksi mutasi disebut juga
sebagai mutagen (Najafi dan Pezehski, 2013). Salah satu contoh agen penginduksi ini
adalah EMS. EMS ini bersifat karsinogenik terhadap mamalia. Mutagen kimia ini mampu
mengalkilasi basa guanine (mengikatkan gugus etil EMS pada G) dan memicu terjadinya
mispairing saat replikasi sehingga G berpasangan dengan T dan bukan dengan C (Talebi
dan Shahrokhifar, 2012). Berikut merupakan gambar dari alkilasi yang dilakukan oleh
mutagen kimia EMS (Najafi dan Pezeshki, 2013).

Basa DNA yang mengalami alkilasi akan diperbaiki secara langsung oleh enzim O 6metilguanin metal transferase (enzim MGMT), dimana enzim ini akan mengikat gugus alkil
sehingga gugus alkil tersebut lepas dari DNA. Akan tetapi jumlah enzim ini terbatas,
sehingga tidak semua basa teralkilasi dapat diperbaiki oleh enzim MGMT ini, dan hal inilah
yang menyebabkan terjadinya mutasi (Pradipta, 2008). Organisme yang mengalami mutasi
memiliki metabolisme yang tidak normal sehingga umumnya tidak dapat bertahan hidup.
Akan tetapi adanya perbaikan basa menyebabkan metabolisme menjadi normal dan tidak
terhambat sehingga sel dapat bertahan hidup. Mutasi yang terjadi akibat induksi EMS ini
bersifat random.
Aktivitas enzim didefinisikan sebagai unit per ml enzim atau dengan kata lain nmol
per menit per ml. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radha et al (2012) Aspergillus
niger yang telah direndam dalam EMS sehingga menyebabkan rasio kematiannya 99,25%

memiliki aktivitas proteolitik maksimum. Mutagen dianggap mampu memberikan pengaruh


nyata jika menghasilkan rasio kematian sekitar 98-99%. Rasio kematian ini dapat
dipengaruhi oleh konsentrasi EMS yang digunakan dan lama waktu inkubasi (pemaparan)
sel pada EMS. Semakin tinggi konsentrasi EMS yang digunakan, maka viabilitas sel atau
jumlah sel yang hidup akan berkurang, dan untuk lama inkubasi semakin lama inkubasi
maka sel yang dapat bertahan hidup juga akan rendah (Riyanti dkk, 2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Radha et al (2012), Aspergillus
niger yang diinkubasi dengan menggunakan EMS selama 1 jam tidak hanya meningkatkan
aktivitas proteolitiknya saja, namun juga mampu mempengaruhi bentuk dan ukuran koloni
mutan. Aktivitas proteolitik yang dihasilkan oleh Aspergillus niger mutant lebih tinggi dari
Aspergillus niger wild dan ukuran koloninya juga lebih kecil. Dari penelitian tersebut juga
diketahui bahwa konsentrasi EMS dan lama inkubasi dengan EMS dapat mempengaruhi
rasio kematian A. niger. Aktivitas protease maksimal yang didapatkan untuk strain mutan
dengan sistem fermentasi SmF yaitu 7.12 U/ml, sedangkan strain wild hanya menghasilkan
aktivitas protease sebesar 4 U/ml. Akan tetapi tidak semua Aspergillus niger mutan ini
menghasilkan enzim yang mengalami peningkatan aktivitas, terdapat beberapa mutan yang
justru mengalami penurunan aktivitas enzim protease. Aktivitas terendah dari enzim
protease Aspergillus niger mutan ini yaitu 1.5 U/ml. Setelah pemberian EMS ini, dilakukan
screening untuk mendapatkan strain yang dapat menghasilkan enzim dengan aktivitas yang
tinggi.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Imran et al (2011)
menunjukkan bahwa aktivitas glukoamilase yang dihasilkan oleh Aspergillus niger termutasi
juga lebih tinggi dibandingkan Aspergillus niger yang wild. Disebutkan aktivitas glukoamilase
maksimum untuk A. niger mutan adalah 3.185 0.020 IU/ml/min, sementara untuk aktivitas
glukoamilase maksimum A. niger wild yakni 2.085 0.021 IU/ml/min. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Imran et al (2011) ini glukoamilase juga dikarakterisasi berdasarkan pH, suhu,
serta konsentrasi substrat untuk memperoleh aktivitas glukoamilase maksimum. Aktivitas
glukoamilase maksimum untuk A. niger mutan dan wild diperoleh dengan konsentrasi
substrat 6%, lama inkubasi 96 jam, kelembaban 70%, jumlah inokulum 5 ml, suhu 40 oC,
serta pH 4,8.
Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Haq et al (2014) dimana aktivitas
maksimum glucose oxidase (enzim yang mengkatalisis oksidasi -D-glukosa menjadi Dglukono--lactone menggunakan oksigen sebagai penerima electron dan secara simultan
menghasilkan hydrogen peroksida) A. niger termutasi lebih tinggi dibandingkan A. niger wild
pada waktu inkubasi 72 jam, secara berurutan aktivitas glucose oxidase maksimum untuk A.
niger termutasi dan wild adalah 64.950.01 U/g massa sel dan 20.580.01 U/g massa sel.

Sementara itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Raju (2013),
didapatkan data bahwa produksi enzim protease pada Bacillus cereus mutan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan produksi enzim protease pada B. Cereus wild. Aktivitas
enzim protease pada strain mutan ini mencapai 14.78 0.67 U/ml/min. Tidak jauh berbeda,
aktivitas enzim urate oxidase yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis juga mengalami
peningkatan yakni 20.870.06 U/ml untuk B. Subtilis dengan strain termutasi dan 3.330.19
U/ml untuk B. Subtilis wild dengan konsentrasi asam urat yang digunakan sebagai substrat
yaitu 5% (Meraj et al, 2012). Sementara itu, pada penelitian berbeda yang mengkaji aktivitas
-Glukosidase oleh Agrawal et al (2012) menunjukkan bahwa aktivitas -Glukosidase
maksimum dari B. subtilis mutan lebih tinggi dibandingkan B. subtilis wild, secara berurutan
aktivitas enzim tersebut yakni 762.53 36.54 U/l dan 675.38 28.43 U/l. Namun, pada
aktivitas terendah dari strain mutan B. subtilis justru menunjukkan bahwa aktivitas enzim Glukosidase lebih rendah dibandingkan dengan strain wild dimana nilai aktivitas enzim
tersebut yaitu 65.362.88 U/l.
Berdasarkan penelitian Haq et al (2009) enzim alfa amylase dari Bacillus
licheniformis pun juga mengalami peningkatan aktivitas. Aktivitas alfa amilase tertinggi dari
28 sampel yang digunakan adalah 102.782.01 U/ml/min, nilai tersebut adalah nilai untuk B.
Licheniformis yang telah mengalami mutasi, sementara untuk wild nilai aktivitas alfa
amilasenya adalah 73.981.76 U/ml/min. Pada tahun 2010, Haq et al melakukan penelitian
lagi terkait alfa amylase namun dengan B. Amyloliquefaciens. Hasil dari penelitian ini kurang
lebih sama, yaitu terjadi peningkatan aktivitas alfa amylase dengan nilai 102.782.22
U/ml/min dan aktivitas enzim ini dinilai 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan parental
strain dari B. Amyloliquefaciens.
Mutagenesis dengan EMS ini dapat menurunkan dan meningkatkan aktivitas enzim
yang dihasilkan oleh mikroba, dan untuk mendapatkan strain mutan yang diinginkan yaitu
yang menghasilkan enzim dengan tingkat aktivitas yang meningkat perlu dilakukan
screening yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, R., A. Satlewal, A. K. Verma. 2013. Development of A -Glucosidase Hyperproducing
Mutant by Combined Chemical and UV Mutagenesis. Dalam Biotech. Vol 3 (3): 381-388.
Haq, I. U., A. Nawaz, H. Mukhtar, Z. Mansoor, M. Riaz, M. Ahmed, dan S. M. Ameer. 2014. Random
Mutagenesis of Aspergillus niger and Process Optimization for Enhanced Production of
Glucose Oxidase. Dalam Pak. J. Bot. Vol 46 (3): 1109-1114.
Haq, I. U., S. Ali, A. Saleem, dan M. M. Javed. 2009. Mutagenesis of Bacillus licheniformis
through Ethyl Methanesulfonate for Alpha Amylase Production. Dalam Pak. J. Bot. Vol 41 (3):
1489-1498.
Haq, I. U., S. Ali, A. Saleem, U. Hameed, F. Adnan, M. A. Qadeer dan M. M. Javed. 2010. Production
of Alpha Amylase from A Randomly Induced Mutant Strain of Bacillus amyloliquefaciens
and Its Application as A Desizer in Textile Industry. Dalam Pak. J. Bot. Vol 42 (1): 473-484.
Imran, M., M. J. Asad, M. Gulfraz, N. Mehboob, N. Jabeen, S. H. Hadri, M. Irfan, Z. Anwar, dan D.
Ahmed. 2011. Hyper Production of Glucoamylase by Aspergillus niger through The Process
of Chemical Mutagensis. Dalam International Journal of The Physical Sciences. Vol 6 (26): 61796190.
Meraj, M., K. Rahman, A. Jamil, M. Ashraf, M. I. Rajoka, S. Javid, dan N. Jahan. 2012. Bacillus
subtilis

Improvement

through

UV

and

Chemical

Mutagenesis

for

Indigenously

Hyperproduced Urate Oxidase. Dalam Pak. J. Life Soc Sci. Vol. 10 (2): 123-129.
Najafi, M. B. H dan P. Pezehski. 2013. Bacterial Mutation; Types, Mechanisms and Mutant
Detection Methods: A Review. Dalam European Scientific Journal. Vol 4: 628-638.
Pradipta, A. N. A. D. 2008. Pengaruh Ethyl Methane Sulfonate (EMS) terhadap Produksi
Eksopolisakarida (EPS) pada Jamur Tiram Cokelat (Pleurotus cystidiosus O. K. Mill). Skripsi.
FMIPA UI: Depok.
Radha, S., R. H. Babu, A. Sridevi, N. B. L. Prasad, dan G. Narasimha. 2012. Development of Mutant
Fungal Strains of Aspergillus niger for Enhanced Production of Acid Protease in
Submerged and Solid State Fermentation. Dalam European Journal of Experimental Biology.
Vol 2 (5): 1517-1528.
Raju, E. V. N. 2013. Bacillus cereus GD 55 Strain Improvement by Physical and Chemical
Mutagenesis for Enhanced Production of FibrinolyticProtease. Dalam International Journal of
Pharma Sciences and Research. Vol 4 (5): 81-93.
Riyanti, E. I., T. Hadiarto, dan D. N. Susilowati. 2012. Multifunction Mutant of Azospirillum sp. with
Enhanced Capability of Solubilizing Phosphorus, Fixing Nitrogen, and Producing Indole
Acetic Acid. Dalam Indonesian Journal of Agricultural Science. Vol 13 (1): 12-17.
Talebi, A. B, dan B. Shahrokhifar. 2012. Ethyl Methane Sulphonate (EMS) Induced Mutagenesis in
Malaysian Rice (cv. MR219) for Lethal Dose Determination. Dalam American Journal of Plant
Sciences. Vol 3: 1661-1665.

Anda mungkin juga menyukai