Anda di halaman 1dari 13

 

MAKALAH

IBADAH MALIYAH

Disusun Oleh :

NAMA : OCHA CHAYADI

NPM : 162001096

KELAS :D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2021

“Ibadah Maliyah” Page 1


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ibadah harta (ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak
akan berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal
dunia, yang dikenal dengan Amal Jariyah. Harta yang dititipkan kepada
manusia harus dijadikan sebagai bekal kepada Allah SWT. Banyak harta,
harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang
bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan
yang bersangkutan. Dan kewajiban syukur atas nikmat harta harus
dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut sebagai sarana
ibadah kepada Allah SWT. Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak
hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus
diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Investasi amal yang tidak akan
berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia
adalah harta yang disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah maliah atau
ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam. Dalam
rukun Islam pun nampak bahwa rukun yang lima itu terdiri dari ruknul
qalbi, ruknul badani dan ruknul mali.

“Ibadah Maliyah” Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Urgensi Ibadah Maliyah

Ibadah maliah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:

1. Membersihkan harta dari kotoran

Artinya :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat


itu kamu membersihkan[658]dan mensucikan[659]mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Qs. At Taubah 103)

Karena pada dasarnya harta yang kita miliki adalah


sebagiannya hak orang fakir miskin.Untuk itu, kita harus
membersihkan harta itu dari kotoran1

2. Merupakan Sarana Bagi Hamba Untuk Taqarrub Kepada Allah


1
[ ] Hak orang kafir
[658]. Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
kepada harta benda

[659]. Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.

“Ibadah Maliyah” Page 3


3. Merupakan Sarana Penghapus Dosa
4. Harta yang tidak dikeluarkan zakatnya disebut harta yang kotor
5. Tidak mengeluarkan dianggap sebagai merampas hak orang lain
dan mendapatkan dosa besar

Tercantum dalam Qs. Al Baqarah : 40 dan 43 dan dalam Qs. Maryam :


30-31

[44]. Yang dimaksud ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: Tunduklah kepada
perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
[41]. Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya'qub; sekarang
terkenal dengan bangsa Yahudi.

[42]. Janji Bani Israil kepada Tuhan ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada Rasul-Rasul-nya di
antaranya Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana yang tersebut di dalamTaurat.

“Ibadah Maliyah” Page 4


6. Dengan ibadah maliyah berarti telah menjalankan salah satu
rukun islam

Yaitu, rukun islam mengenai zakat. Dimana yang


mengantar seorang hamba kepada kebahagiaan dan
keselamatan dunia dan akhirat.

Dalam Al-Qur'anil karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan dalam
satu ayat. Jadi artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi
zakat sama dengan urgensi shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya
kebijakan-kebijakannya selalu lunak, pada saat ada kasus sejumlah umat
Islam yang rajin shalat tetapi tidak mau membayar zakat, kontan beliau
melakukan sebuah sikap yang sangat keras dengan sumpah, "Demi Allah.
Saksikan oleh kalian, demi Allah, saya akan berperang dengan orang-
3
orang yang sudah rajin shalat, tetapi tidak mau membayar zakat."

3
Diambil dari Ash Shideiqy,H,Z.Kuliyah Ibadah. PT Pustaka Rizki
putra.Semarang. 2000

“Ibadah Maliyah” Page 5


Mungkin karena kebijakan ini dan sikap Abu Bakar yang begitu tegas,
mereka segera membayar zakat.
Perintah itu ditujukan kepada para penguasa Muslim untuk turut campur,
supaya memerintahkan kepada umat Islam yang wajib zakat
mengeluarkan zakat. Allah SWT. berfirman dalam sebuah hadits qudsi.
"Anfiq, unfiq." (Infakkan hartamu ! Keluarkan zakatmu ! Allah yang akan
menggantinya.)
Barangsiapa yang membuka keran rezeki untuk kepentingan agama dan
kemanusiaan. Allah akan membuka keran rezeki yang lebih besar, kontan
di dunia sekarang. Nabi SAW. menyatakan, tidak akan berkurang harta
karena sedekah dan zakat, dijamin tidak akan ada orang menjadi
sengsara gara-gara infak dan zakat, tidak akan ada orang menjadi
menderita gara-gara infak dan zakat. Barangsiapa yang memberikan infak
atau zakat atau sedekah kepada orang yang memerlukannya, berarti dia
lelah menghutangkan sesuatu kepada Allah. Allah yang bertanggung
jawab untuk membayarnya.

2.2 Hikmah Ibadah Maliyah

1. Pembersih Harta
Bagi si kaya, sesuai dengan fungsinya, sebagai pembersih harta, selain
juga pembersih hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi dengan
berzakat, harta itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang dititipkan
oleh Allah kepada orang kaya.
2. Pembersih Hati
Membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan serta penyakit-
penyakit hati lainnya. Jadi zakat memiliki satu kekuatan transformatif
dalam menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki.
3. Membantu Kaum Dhuafa

“Ibadah Maliyah” Page 6


Memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa
menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari
ketidak adilan sosial.

4. Menumbuhkan Akhlak Mulia


Dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat
kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus
mengembangkan harta yang dimiliki. Selain itu, zakat juga bisa dijadikan
sebagai neraca, guna menimbang kekuatan iman seorang mukmin serta
tingkat kecintaannya yang tulus kepada Rabbul ‘izzati. Sebagai
tabiatnya, jiwa manusia senantiasa dihiasi oleh rasa cinta kepada harta,

5. Berfungsi Sebagai Sosial Ekonomi


Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya)
kepada orang miskin sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin
dan orang kaya.

6. Mewujudkan Tatanan Masyarakat yang Sejahtera 


Dikatakan sejahtera dimana hubungan seseorang dengan yang lainnya
menjadi rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan
situasi aman, nyaman, tentram lahir dan batin. Serta mengikis segala
bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.

7. Dapat Menyucikan Diri dari Dosa


memurnikan jiwa (tazkiyatun nafs), menumbuhkan akhlak mulia, murah
hati, peka terhadap rasa kemanusiaan, dan mengikis sifat bakhil atau
kikir serta serakah. Dengan begitu, suasana ketenangan batin karena
terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, akan
selalu melingkupi hati.

“Ibadah Maliyah” Page 7


8. Menunjang Perwujudan Sistem Kemasyarakatan Islam
yang berdiri atas prinsip-prinsip: umatan wahidah (umat yang bersatu),
musâwah (umat yang memiliki persamaan derajat dan kewajiban),
ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), dan takâful ijtima’i (sama-
sama bertanggung jawab).

2.3 Makna Spritual Ibadah Maliah Bagi Kehidupan Sosial

Harta yang dititipkan Allah kepada manusia harus dijadikan sebagai


bekal beribadah kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong
seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti
harta yang bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan
kehidupan yang bersangkutan. Kewajiban syukur atas nikmat harta harus
dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut sebagai sarana
ibadah kepada Allah SWT.
Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak hanya diwujudkan
dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk
ibadah harta. Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya,
walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia adalah harta yang
disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah maliah atau ibadah dengan harta
termasuk bagian penting dalam syari’at Islam.
Ibadah maliyah, seperti zakat, dan lai-lain termasuk ibadah ijtima’i,
yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial
kemasyarakatan.
Ibadah maliyah memiliki  fungsi sosial, dengan memberikan
zakat  atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan
sosial. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya)

“Ibadah Maliyah” Page 8


kepada yang tidak memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara
45
orang miskin dan orang kaya, karena kalau telah terjadi keterpaduan
diantara keduanya, akan mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa
terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan dan ketidakadilan sosial. 6
Zakat merupakan salah satu sendi di antara sendi-sendi Islam
lainnya. Ia (zakat) merupakan ibadah fardiyah yang berimplikasi luas
dalam kehidupan sosial (jama’iyah), ekonomi (iqtishadiyah), politik
(siyasiyat), budaya (tsaqafah), pendidikan (tarbiyah) dan aspek kehidupan
lainnya.
Zakat merefleksikan nilai spiritual dan nilai charity (kedermawanan)
atau filantropi dalam Islam. Sejumlah ayat bertebaran dalam berbagai
surat  dalam al Qur’an dan hadits Nabi ditemukan anjuran tentang
pentingnya filantropi terhadap sesama manusia, di antara QS. 30:39; QS.
9: 103; QS. 18:18.  dalam al Qur’an surat at Taubah [9]: 103,

QS. ArRuum:39;

QS. At Taubah: 103;

4
Diambil dari Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung. Sinar Baru
Algensindo

6
Diambil dari Qardawi, Yusuf. 1997. Hukum Zakat. Jakarta. Litera
Antar Nusa.

“Ibadah Maliyah” Page 9


QS. Al Kahfi:18.

dalam al Qur’an surat at Taubah [9]: 103, misalnya secara tegas


dikatakan bahwa:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui “.

Ayat tersebut mengandung spirit filantropi dalam Islam. Dua nilai


penting yang terkandung dalam spirit ayat filantropi di atas adalah bahwa
zakat dan selalu mengandung dimensi ganda. Dimensi kesalehan
individual tercermin dalam tazkiyat an nufus dalam zakat(penyucian dan
pembersihan diri dan harta) pada satu sisi, dan refleksi kesalehan sosial
pada sisi lain seperti empati dan solidaritas pada sisi yang lain.
Zakat sebagai media tazkiyat an nufus dalam konteks di atas
diungkapkan dalam dua istilah yaitu membersihkan dan menyucikan.

“Ibadah Maliyah” Page 10


Membersihkan dalam konteks ayat tersebut mengandung makna bahwa
zakat itu membersihkan muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) dari
sifat kikir dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda.
Sungguhpun cinta terhadap harta merupakan tabiat manusia yang
bersifat inborn sebagaimana digambarkan dalam

QS. Ali Imran [3]:14.

Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang


diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang
baik (surga).

Sedangkan istilah menyucikan dalam ayat di atas mengandung


makna bahwa zakat memiliki satu kekuatan transformatif dalam
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki dan harta  benda
yang mereka kembangkan menjadi suci lantaran terbayar-bayarnya hak-
hak orang lain yang melekat di dalamnya.
Nilai filantropi zakat lainnya adalah kepedulian dan keadilan sosial kepada
sesama manusia, terutama kepada mereka (asnaf) yang menjadi sasaran
(target group) filantropi dalam Islam, yaitu orang-orang fakir, orang-orang

7
[186]. Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk
jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.

“Ibadah Maliyah” Page 11


miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan.
Filantropisme zakat dalam dinamika dan perkembangannya secara
historis memainkan peran ganda, sebagai instrumen pelaksanaan
kewajiban ritual yang berorientasi pada kepentingan-kepentingan
individual yang bersifat vertikal (hablun min Allah) dalam rangkatazkiyat
an nufus sebagaimana dikatakan di atas pada satu sisi, juga sebagai
instrumen ekonomi transformatif, yaitu dalam memberdayakan ekonomi
dan pemecahan permasalahan kemiskinan umat pada satu sisi yang lain.

BAB III
PENUTUP

“Ibadah Maliyah” Page 12


1.1 KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa apa yang merupakan


perintah Allah selalu membawakan berkah dan hikmah. Manusia tidak
akan pernah lepas dari harta, karena harta merupakan kebutuhan bagi
manusia. Dengan harta manusia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang sifatnya primer, sekunder atau tertier. Selain untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup, dengan harta manusia bisa beribadah
kepada Allah. Harta menjadi alat bagi seseorang untuk mengabdikan
dirinya kepada Allah. Ibadah (harta) maliyah memberikan pengaruh baik
bagi pemberi dan penerimanya. Harta yang lebih dari keperluan yang
pokok bila tidak di belanjakan pada jalan-jalan kebaikan, maka kosonglah
ia dari hikmah dan terlepaslah ia dari maksud dijadikannya sebagai
barang yang memberi manfaat. Maka Allah yang Maha Hakim
melimpahkan harta, juga menyuruh ntuk dikeluarkan sebagiannya untuk
kepentingan orang-orang yang membutuhkannya, yaitu dengan cara
mengeluarkan zakat.

“Ibadah Maliyah” Page 13

Anda mungkin juga menyukai