Anda di halaman 1dari 5

Apa itu Zakat, dan Apa pula Perbedaannya

dengan Infak, dan Sedekah ?


Saat ini kita sudah memasuki bulan Sya'ban, sebagai moment untuk pemanasan dan persiapan
menyambut datangnya bulan Ramadhan. Banyak anjuran dari para ulama, untuk fastabiqul
khairat, dikarenakan pada bulan ini ada momentum penting yakni dilaporkannya semua catatan
harian amalan seseorang.

“Menempatkan sesuatu pada tempatnya”. Ungkapan tersebut menjadi sangat penting untuk
dipahami dan dilakukan oleh setiap orang dalam setiap hal, karena ungkapan tersebut tidak bisa
lepas dari hukum sebab – akibat. Ketidaktepatan ketika menempatkan suatu istilah dapat
berakibat pada kesalahan atau pelanggaran, dan fatalnya bisa berakibat hukum yang tidak
diinginkan. Tidak terkecuali dalam hal kewajiban ber- Zakat. Jangan sampai ketika kita
beranggapan bahwa kita sudah melaksanakan kewajiban mengeluarkan zakat, akan tetapi
ternyata hanya bernilai infak atau sedekah, sehingga kewajiban kita membayar zakat belum
tertunaikan. Dengan demikian menjadi sangat penting pula bagi setiap muslim untuk bisa
menguasai ilmu tentang Zakat, sehingga dapat membedakan antara Zakat, Infak dan Sedekah
(Shadaqah).Pada kesempatan ini, penulis ingin mengajak bersama menelaah (meskipun
ringkas) terkait perbedaan antara Zakat, Infak dan Sedekah. Bagi umat Islam istilah zakat, infak
dan sedekah (ZIS) sudah tidak asing lagi, apalagi Zakat termasuk salah satu kewajiban yang
termaktub dalam Rukun Islam. Secara umum, ketiganya sudah dimengerti : “sebagai perbuatan
pemberian atau dukungan dalam bentuk uang kepada pihak lain dengan menyisihkan sebagian
rizkinya “. Kebanyakan dari kita tidak begitu paham, bahwa sesungguhnya ada perbedaan makna
yang signifikan dari ketiga istilah tersebut.

  Di dalam Al-Qur'an memang tidak ada perbedaan istilah antara zakat, infak dan sedekah.
Karena al-Qur'an seringkali menggunakan kata “shodaqoh” yang sebenarnya dimaksudkan
adalah “zakat” sebagaimana tercantum Surat Attaubah ayat 103:

 ‫علِ ْي ٌم‬
َ ‫ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع‬
َ َ‫ص ٰلوت‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬

 “ Ambillah *zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan
doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Terjemah Kemenag 2019, QS. 9:103).

* Zakat membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta.

 Demikian pula penyebutan “infak” terhadap perintah “zakat” seperti tertulis dalam surat  Al
Baqarah ayat 267 :

 
ُ ‫تَيَ َّم‬
 ‫وا‬vv‫م‬ ‫ض ۗ َواَل‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُ ْوا ِم ْن طَي ِّٰب‬
ِ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِّم َن ااْل َرْ هّٰللا‬
‫ْث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُ ْو َن َولَ ْستُ ْم بِ ٰا ِخ ِذ ْي ِه آِاَّل اَ ْن تُ ْغ ِمض ُْوا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬
َ ‫ْال َخبِي‬
 “ Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang
buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan
memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha
Terpuji.” (Terjemah Kemenag 2019, QS. 2:267).

 Namun demikian dalam banyak hadits ternyata ada makna yang menjelaskan perbedaan dari
ketiga istilah tersebut (zakat, infak dan sedekah). Kemudian, apa sebenarnya perbedaan dari
ketiganya ?Berikut adalah penjelasan sekilas mengenai perbedaan antara zakat, infak dan
sedekah :

 ZAKAT

Menurut bahasa, zakat bisa ditilik dari bahasa Arab, kata zakā, yang berarti suci, tumbuh dan
berkembang. Dengan makna bahasa tersebut (yakni  “suci, tumbuh dan berkembang”),
menurut Ibnu Hajar Al 'Asqalani sesuai tinjauan syariat, maka itulah yang akan menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan pada harta (termasuk pula dalam perdagangan – pertanian) dan
pahala  yakni membersihkan atau mensucikan. Sedangkan menurut terminologi syariah, zakat
berarti sebagian harta yang wajib diserahkan kepada orang-orang tertentu (fakir, miskin, mualaf,
orang yang terlilit hutang, sabilillah, memerdekakan budak, orang dalam perjalanan, dan amil
zakat) dalam waktu tertentu.

 Definisi zakat  juga tertuang dalam Undang-undang No 23 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Zakat. Disebutkan pada Pasal 1, zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya sesuai dengan syariah Islam.  

Adapun secara istilah, makna zakat dalam syariat Islam ialah arti seukuran tertentu
beberapa jenis harta, yang wajib diberikan kepada golongan-golongan tertentu,
dengan syarat-syarat yang tertentu pula. Wajib dikeluarkan bagi  seorang Muslim
yang berakal, baligh, dan merdeka. Zakat adalah kewajiban rutin tahunan yang harus
dikeluarkan atas dasar standar tertentu dalam batas waktu yang ditentukan.
Penyaluran zakat hanya untuk pihak penerima (mustahik) dengan kriteria yang
terbatas yakni 8 golongan (ashnaf), merujuk pada firman Allah dalam al Quran Surat
Attaubah ayat 60 :
 
 
ِ ‫ْن وَ ا ْلعٰ ِم ِليْنَ عَ لَ ْي َها وَ ا ْل ُمَؤ لَّ َف ِة ُقلُ وْ بُ ُه ْم وَ ِفى ال ِّر َق ا‬
ْ‫ب وَ ا ْل ٰغ ِر ِميْنَ وَ ِفي‬ ِ ‫ِانَّمَا الصَّ د َٰقتُ ِل ْل ُف َقرَ اۤ ِء وَ ا ْلمَسٰ ِكي‬
‫ْن الس َِّب ْي ۗ ِل َف ِريْضَ ًة ِّمنَ ال ٰلّ ِه ۗوَ ال ٰلّ ُه عَ ِل ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ٰ
ِ ‫س َِب ْي ِل اللّ ِه وَ اب‬
 
 
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang
berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan
(yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana” (Terjemah Kemenag 2019, QS. 9:60).
 
 Seorang Muslim yang berzakat (muzaki) pun hanya berkewajiban ketika telah
memenuhi kriteria tertentu. Hanya orang beragama Islam dengan kriteria tertentu
yang bisa tergolong sebagai mustahik atau muzaki. Pengelola zakat (amil) memiliki
hak sebesar 1/8 dari nilai zakat untuk keperluan biaya operasional pengelolaan zakat.
 Zakat terbagi menjadi dua yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Mal.

Zakat Fitrah adalah zakat yang wajib dibayarkan oleh setiap orang islam (baik laki laki maupun
perempuan, tua maupun muda, kaya maupun miskin, merdeka atau hamba sahaya) sejumlah 1
Sha’ atau  senilai 3,5 liter atau 2,5 kilogram (ukuran tergantung jenis) bahan makanan pokok,
pada bulan suci Ramadan.

 Zakat Mal adalah harta yang wajib dikeluarkan seorang muslim dari rizeki yang diperolehnya,
baik melalui profesi, usaha pertanian, perniagaan, hasil laut, pertambangan, harta temuan, hasil
ternak, emas, dan perak dengan besaran (nisab) yang telah ditentukan dan waktu dimiliki penuh
selama setahun (haul). 

INFAK

Dari sisi etimologi, infak berasal dari kata anfaqa yang yang bermakna mengeluarkan atau
membelanjakan harta.  Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari
harta atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam (seperti : menafkahi
keluarga, membantu dana untuk yatim piatu, fakir – miskin, menyumbang untuk operasional
masjid, atau menolong orang yang terkena musibah).

 Sifat hukum dari infak, menurut beberapa pendapat adalah : Pertama, Fardlu ‘Ain yakni


berlaku dalam hal menafkahi anak, isteri dan orang yang dalam tanggungannya
(keluarga); Kedua, Fardlu Kifayah, yaitu suatu kewajiban bagi sekelompok orang untuk
melaksanakan perintah Allah SWT sesuai ketentuan syariat, namun bila seudah dilaksanakan
oleh seseorang atau beberapa orang maka kewajiban ini gugur.   Misal: mengisi uang ke kotak
amal untuk operasional dan perawatan masjid adalah infak, bukan sedekah. Amalan itu
hukumnya fardlu kifayah.  Sebab bila tidak ada yang menyumbang maka kegiatan masjid tidak
jalan, dan hal itu menjadi tanggung jawab masyarakat sekitar masjid, semuanya
berdosa; Ketiga, Sunnah yakni pemberian sesuatu (materi) kepada siapapun tanpa ada ketentuan
wajib atau syarat – syarat khusus yang mengaturnya.  

Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Allah memberi kebebasan kepada
pemiliknya untuk menentukan waktu dan besaran harta yang dikeluarkannya sebagai cerminan
kadar keimanan seseorang. Dalam al-Qur'an perintah Infaq ditujukan kepada setiap orang yang
bertaqwa, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di saat lapang maupun
sempit. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah dalam al Quran Surat Ali Imran ayat 134 :

‫ْن عَن النَّ ۗ هّٰللا‬vَ ‫ض ۤ َّراء و ْال ٰكظم ْينَ ْال َغ ْيظَ و ْالعافي‬
  َ‫سنِ ْي ۚن‬
ِ ْ‫اس َو ُ ي ُِحبُّ ْال ُمح‬ ِ ِ ِ َ َ ِ ِ َ ِ َّ ‫الَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ فِى ال َّس ۤ َّرا ِء َوال‬ 

“(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang
yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain.
Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Terjemah Kemenag 2019, QS. 3:134).

  SEDEKAH

Sedekah secara bahasa, berasal dari kata “shidqoh” (bahasa Arab) yang artinya “benar”. Menurut
tafsiran para ulama, orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya.
Jadi, sedekah adalah perwujudan sekaligus cermin keimanan. Pengertian dari sisi terminologi,
sedekah berarti pemberian sukarela kepada orang lain (terutama kepada orang-orang miskin)
yang tidak ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya.  Sedekah tidak terbatas pada pemberian
yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan
senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain termasuk kategori
sedekah.

 Adapun sifat hukum dari sedekah adalah sunah, yaitu suatu suatu amalan yang apabila
diamalkan (dikerjakan) akan mendapatkan pahala dan apabila tidak diamalkan (ditinggalkan)
tidak akan mendapatkan dosa.

 Dengan demikian dapat dipahami bahwa, berbeda dengan Zakat yang ditentukan nisabnya, Infak
dan sedekah tidak memiliki batas. Zakat ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya
sedangkan Infak dan sedekah boleh diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya.
Sedangkan dalam hal teknis pemberiannya, zakat, infak maupun sedekah itu boleh dinampakan
ataupun disembunyikan. Allah berfirman : 

 ۗ ‫ت فَنِ ِع َّما ِه ۚ َي َواِ ْن تُ ْخفُوْ هَا َوتُْؤ تُوْ هَا ْالفُقَ َر ۤا َء فَهُ َو َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۗ َويُ َكفِّ ُر َع ْن ُك ْم ِّم ْن َسي ِّٰاتِ ُك ْم‬
ِ ‫صد َٰق‬
َّ ‫اِ ْن تُ ْب ُدوا ال‬
‫هّٰللا‬
‫ َو ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬ “Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (akan tetapi,) jika kamu
menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. llah
akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan” (Terjemah Kemenag 2019, QS. 2:271).

Anda mungkin juga menyukai