Anda di halaman 1dari 5

Pada penciptaanan binatang, tidak hanya dari tingkah lakunya saja yang perlu diperhatikan.

 Akan tetapi
dari proses penciptaannya juga perlu diamati dengan seksama. Suatu misal dalam proses penciptaan
kupu-kupu.

Kupu-kupu adalah binatang yang indah, bersayap dan  berwarna warni, diciptakan oleh Allah swt.
melalui proses yang panjang. Ia diciptakan dari sebutir telur yang kemudian menetas dan menjelma
menjadi seekor ulat yang terlihat sangat menjijikkan bagi kebanyakan orang. Ia mempunyai bulu yang
akan menimbulkan gatal ataupun panas yang sangat menyengat apabila tersentuh oleh kulit seseorang.
Ulat yang tidak mempunyai bulu harus pandai-pandai sembunyi agar selamat dari burung yang akan
memangsanya. Setelah ulat tersebut dewasa, ia harus berpuasa dalam proses  mengubah diri menjadi
kepompong, barulah beberapa hari kemudian ia akan menjelma menjadi makhluk baru yang sangat
indah, jauh berbeda dari awal mula penciptaannya.

Pada penciptaan kupu-kupu ini, manusia bisa mengambil banyak hikmah darinya. Allah berfirman dalam
Al-Qur'an surat ke 94 ayat 5 dan 6.

"Karena sesungguhnya bersamaan kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersamaan  kesulitan itu
ada kemudahan." (QS Alam Nasrah/94:5-6).

Ulat adalah sosok binatang yang harus rela dengan penampilannya yang tidak
menyenangkan(menjijikkan) dan juga tidak disenangi oleh makhluk lainnya, utamanya manusia, ia juga
binatang yang sangat lemah.

Walaupun mempunyai banyak kelemahan, akan tetapi ulat juga mempunyai beberapa kemudahan dan
keistimewaan tersendiri. Ia biasa  ditempatkan pada sebuah pohon yang tinggi yang memudahkannya
untuk memakan daunnya yang telah tersedia dengan tanpa susah-payah mencarinya. Juga nantinya ia
akan bisa menjelma menjadi binatang yang indah nan cantik.

Namun demikian ia harus puas dengan makanan yang telah ditetapkan. Suatu misal; ulat yang
ditempatkan pada pohon jati, harus puas dengan hanya makan daun jati saja yang keras dan mungkin
rasanyapun juga  tidak seenak daun yang lainnya, dan tidak boleh iri atau ingin mencicipi daun pisang
ataupun daun kedondong misalnya, yang lebih empuk dan enak.           
Berbeda sekali dengan anjing, walaupun berbentuk indah dan banyak yang menyenanginya. Akan tetapi
dalam mencari makan ia harus berusaha  keras untuk bisa mendapatkannya, bahkan kadang harus
mempertaruhkan nyawanya, karena makanannya adalah binatang lain (sesama binatang). Kadang ia
harus bertarung dengan sesamanya untuk saling berebut makanan. Anjing tidak akan bisa menjelma
dalam bentuk yang lain, ia akan tetap seperti itu, ia mempunyai kebiasaan, selalu mengeluarkan suara
keras (menggonggong), yang tidak enak untuk didengar dan selalu menjulurkan lidah yang tidak begitu
enak untuk dilihat.

      

Warga Sumatera Selatan Yang Sakit Lutut dan Pinggul Wajib Membaca Ini!

Recommended by

Dalam penciptaan kupu-kupu bermula dari ulat yang menjijikkan, setelah dewasa harus berpuasa,
menahan diri dari makan dan minum yaitu sewaktu menjadi kepompong, setelah cukup waktunya
barulah ia muncul sebagai binatang yang indah.

Hal  tersebut dapat diambil hikmahnya. Untuk bisa mendapatkan keindahan/kebahagiaan di kemudian
hari, haruslah seseorang tidak takut ataupun segan untuk bersusah-susah terlebih dahulu untuk
memperjuangkannya. Semakin besar/tinggi sesuatu yang ingin dicapai, akan semakin berat pulalah ujian
yang akan ia dapatkan. Semakin kuat keimanan seseorang, akan semakin besar pulalah cobaan-cobaan
yang akan dialaminya.  

Terciptanya binatang yang bermacam-macam prosesnya, begitu juga sifat dan perilakunya. Dapat
diambil hikmahnya sebagai perumpamaan bagi pejalanan hidup seseorang sebagai manusia untuk
mencapai tingkat derajat yang tinggi.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Puasa Ibarat Proses Perubahan Ulat Menjadi
Kupu-kupu", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/shohibulkahfi9/606e476c8ede4836c4500972/puasa-ibarat-proses-
perubahan-ulat-menjadi-kupu-kupu

Kreator: Shohibul Kahfi

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Puasa Ibarat Metamorfosis Kupu-Kupu


By admin / Berita / 15 April 2021
RAMADHAN telah kembali pada jiwa yang telah rindu. Di tahun ini, tepatnya selasa 13 April
2021 menjadi momen yang paling ditunggu umat muslim sedunia. Baik orang tua, remaja
bahkan anak-anak. Sangat terlihat istimewa sekali. Bagi kita orang dewasa tentu sangat
paham makna dari puasa, tak sebatas menahan lapar dan dahaga. Dengan puasalah yang
mampu memahamkan kita akan makna ketaqwaan pada Ilahi. Bulan puasa menjadi bulan
yang amat istimewa karena pada bulan tersebut Al-Quran diturunkan, Dan juga bulan yang
menjadikan semua ritual ibadah dilipatgandakan pahalanya oleh Allah.

Pemahaman kita tentang puasa juga sangat terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman


dari orang tua kita dulu, selain dari pengaruh lingkungan.  Saya masih teringat semasa kecil
dulu, sekitar usia 5 tahun yang mana sangat bahagia saat melihat orang-orang berduyun-
duyun mendatangi masjid melaksanakan sholat tarawih. Setelah usai, suara bedug ditabuh
anak sekitar usia 7 tahunan dengan lantunan sholawat, syahdu sekali.

Di pagi menjelang subuh, meski dalam kegelapan. suara riuh bersahutan membangunkan
sahur. Mata kecil ini masih ngantuk sekali, namun sang ibu dengan lembut membangunkan
saya untuk ikut bersantap sahur. Kemudian setelah ikut santap sahur, kami pun bergegas
menunaikan ibadah sholat subuh.
Hal tersebut terus berulang setiap hari, hingga membekas dalam memori saya sampai
sekarang ini. Sehingga sangat penting bagi orang tua atau guru menstimulasi dalam
perkembangan agamanya. Salah satunya adalah puasa, pada masa golden age nya kita perlu
mengenalkan puasa dengan cara-cara sederhana. Seperti anak selalu dilibatkan dalam
kegiatan yang berkaitan dengan bulan Ramadhan, mulai dari melibatkan si kecil
menyiapkan hidangan santap sahur dan buka puasa.

Mengikutsertakan si kecil pada saat kita tadarus Al-Quran, dan mengajak si kecil untuk
sholat tarawih.  Hal sederhana diatas tentu akan berkesan dalam memorinya. Sebagaimana
menurut prespektif psikodinamika, dalam buku psikologi perkembangan dijelaskan bahwa
perkembangan anak pada masa kakak-kanak menentukan perkembangan kepribadian pada
usia dewasa. Stimulasi positif dalam bentuk bimbingan, latihan dan pemberian pengalaman
akan sangat membantu anak mencapai tahap perkembangan yang optimal.

Sedangkan dalam buku psikologi kepribadian, dijelaskan bahwa keluarga memiliki tugas
mendidik anak sejak kecil, hidup dan berkembang. Mula-mula seluruh keluarga mengisi
pribadi anak dengan menamkan kebiasaan di rumah, kemudian si anak menerima dengan
daya peniruannya.

Dalam kaitannya pengenalan puasa, maka orang tualah yang memiliki tanggung jawab.
Orang tua harus paham juga dengan setiap perkembangan anak. Karena usia 4-6 tahun
adalah usia praoprasional, anak belum mampu berfikir secara kongkrit.

Saya pribadi sebagia pendidik di RA berupaya memahamkan apa itu puasa kepada anak
didik. Bukan suatu hal yang mudah memang, apalagi jika harus menjelaskan secara teori
bahwa puasa itu kewajiban yang Allah berikan kepada semua hambaNya. Saya sering
menganalogikan puasa itu ibarat metamorfosis kupu-kupu dan saya menjelaskannya begini.

“Anak-anak ku sayang, kali ini kita akan belajar puasa dari ulat siapa yang berani memegang
ulat…? (sambil saya perlihatkan ulatnya) ada yang teriak histeris ada juga yang menatapnya
dengan takjub. Ulat itu makannya banyak, semua jenis daun dimakan. Rakus tidak ulat itu
anak-anak? Saya mencoba menggambarkan sifat rakus pada ulat adalah sisi buruk dari sifat
manusia. Tapi kemudian Allah perintahkan ulat itu untuk puasa, menahan untuk tidak
makan daun, tidak minum, dan tidak melakuakn hal yang buruk. Akhirnya si ulat
membungkus diri dalam kepompong. Ulat patuh sekali ya sama perintah Allah.

Setelah beberapa hari, perlahan-lahan keluarlah dari kepompong tersebut sayap yang
warna-warni. Cantik bukan..? Lalu kemana ulat yang rakus tadi ya.. Ternyata Allah
memberikan hadiah yang sangat indah berupa bentuk yang baru yaitu kupu-kupu. Ulat
yang dulunya berbulu kini bersayap, yang dulunya makan daun kini makanannya adalah
madu dan yang dulu membuat kita gatal saat menyentuhnya kini membantu tanaman.
Waah luar biasa bukan. Begitulah diri kita kalau di bulan Ramadhan ini kita patuh sama
Allah, nanti kita akan jadi kupu-kupu yang sangat indah, dan kita semakin dekat sama Allah
ya. 

Dalam memahamkan apa itu puasa anak dapat belajar langsung dari seekor ulat. Kita juga
bisa sambil bercerita kepada anak, mereka akan lebih fokus mendengarkan. Selain itu juga
dapat melatih anak mempelajari hikmah dibalik suatu kejadian. Menurut Miranda Risang
Ayu dalam bukunya Rumah Cahaya Kita menjelaskan bahwa dunia anak-anak dan cara
berfikir mereka sangat khas, sebuah dunia dengan cara berfikir yang total dan imaginatif
yang penuh rasa cinta dan ketulusan.

Sangat disayangkan jika kita sebagai pendidik atau orang tua beranggapan bahwa nanti toh
mereka akan paham sendiri kalau sudah besar. Sikap pembiaran seperti ini melewatkan kita
pada masa masa cemerlang mereka. Tentunya kita tidak ingin penyesalan dikemudian hari,
saat mereka sudah tidak lagi tertarik makna puasa itu sendiri. Puasa hanya menjadi sebuah
ritus tanpa makna.

Tentunya kita sebagai orang tua atau guru tidak ingin melewatkan bulan Ramadhan ini
sebagai proses pembelajaran bagi anak didik kita. Kita harapkan nantinya anak-anak akan
berkembang sempurna sesuai fitrahnya dengan pemahaman puasa sebagai bentuk
ketaqwaan  kita kepada Allah. Mereka mampu memaknai puasa itu sebagai sebuah hakikat
“menahan” menahan dari hal yang buruk untuk melakukan hal yang baik.

Anda mungkin juga menyukai