A. Materi Zakat
1. Zakat dalam Islam
a. Pengertian Zakat, Infak dan Sedekah
Zakat adalah harta yg dikeluarkan untuk mensucikan diri yg sudah terdapat
ketentuan
Infaq adalah harta yg dikeluarkan untuk mensucikan diri tetapi tidak memiliki
batasan
Sedangkan sedeqah mirip dengan infaq tetapi tidak hanya harta bisa juga
tenaga dll
b. Dasar Hukum Zakat
Terdapat pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 43
َّ ٰ ٱلزك َٰوة َ َو ۡٱر َكعُواْ َم َع
َٱلر ِكعِين َّ َوأَقِي ُمواْ ٱل
َّ ْصلَ ٰوة َ َو َءاتُوا
Arinya : “Dan dirikanlah shalat dan bayarkanlah Zakat dan ruku’lah kamu
beserta orang-orang yang ruku”
At-taubah ayat 60 :
ِ َّ يل
ٱَّلل ِ ِسب ٰ ۡ
َ ب َوٱلغَ ِرمِينَ َوفِي ُ َّ ۡ
ِ علَ ۡي َها َوٱل ُم َؤلفَ ِة قُلوبُ ُهمۡ َوفِي
ِ ٱلر َقا ۡ
َ َِين َوٱل ٰ َع ِملِين
ِ سك َ ٰ صدَ ٰقَتُ ل ِۡلفُقَ َرآءِ َوٱل َم
ۡ َّ ۞ ِإنَّ َما ٱل
ِيمٞ علِي ٌم َحك َّ ٱَّلل َو
َ ُٱَّلل ٗ
ِ ِۗ َّ َضة مِن َ يل فَ ِري ِ ِۖ ِسب
َّ َو ۡٱب ِن ٱل
Artinya : Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,orang
miskin, amil zakat, yang digunakan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan)
hamba sahaya,unuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah
dan untuk orang yang sdang dalam perjalanan, sebagai kewajiban.
c. Ancaman Bagi orang yang menolak Zakat
Maka disebutkan dalam Al-Qur’an ancaman bagi orang-orang yang enggan
membayar zakat. Allah berfirman : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu.” (QS. At Taubah : 34-35).
Seseorang yang tidak membayar zakat telah diberikan ancaman baginya ketika
di dunia dan juga di akhirat. Ketika di dunia, seseorang yang enggan membayar zakat
maka akan di ambil secara paksa darinya zakat tersebut. Pada masa ke khalifahan Abu
Bakar RA. terdapat segolongan orang yang enggan membayar zakat, maka Abu Bakar
RA pun berkata, “Demi Allah akan kuperangi orang yang membedakan antara shalat
dengan zakat. Karena zakat adalah hak harta. Demi Allah jika ada orang yang enggan
membayar zakat di masaku, padahal padahal mereka menunaikannya di masa
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, niscaya akan tetap kuperangi dia”.
Ancaman baginya ketika di akhirat telah disebutkan di atas, pada surat At-
Taubah ayat 34-35. dan juga terdapat pada hadits Rasulullah, “Siapa yang memiliki
emas dan perak, tetapi dia tidak membayar zakatnya, niscaya di hari kiamat akan
dibuatkan setrika api untuknya yang dinyalakan di dalam neraka, lalu disetrikakan ke
perut, dahi dan punggungnySetiap setrika itu dingin, maka akan dipanaskan kembali
lalu disetrikakan kembali kepadanya setiap hari –di mana sehari setara lima puluh
tahun di dunia – hingga perkaranya diputuskan. Setelah itu, barulah ia melihat jalannya
keluar, adakalanya ke surga dan adakalanya ke neraka.” (HR. Muslim).
2) Miskin
Kedua, orang yang berhak menerima zakat adalah miskin. Secara harta, miskin
berada di atas fakir. Mereka adalah orang-orang yang memiliki harta namun juga sangat
sedikit.
Penghasilannya sehari-hari hanya cukup untuk memenuhi makan, minum dan tak lebih dari
itu.
3) Amil
Ketiga, orang yang berhak menerima zakat adalah amil. Amil adalah mereka yang
mengumpulkan dan mendistribusikan zakat kepada orang yang membutuhkan.
4) Mualaf
Orang yang berhak menerima zakat adalah mualaf. Orang yang baru masuk Islam
atau mualaf juga menjadi golongan yang berhak menerima zakat.
5) Riqab
Orang yang berhak menerima zakat adalah riqab. Riqab adalah budak atau hamba
sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
6) Gharim
Orang yang berhak menerima zakat adalah gharim. Gharim adalah mereka yang
berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa dan izzahnya.
7) Fi Sabilillah
Orang yang berhak menerima zakat adalah fi sabilillah. Fi sabilillah adalah mereka
yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya.
8) Ibnu Sabil
Orang yang berhak menerima zakat adalah ibnu sabil. Ibnu sabil adalah mereka
yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.
Nishab, Kadar, dan Waktu mengeluarkan Zakat Profesi Dianalogikan dengan zakat
perdagangan, maka nishab, kadar, dan waktu mengeluarkannya sama dengan zakat
perdagangan. 85 nishab Gram Emas 2,5 zakat % Dikeluarkan setahun sekali
setelah dikurangi kebutuhan pokok.
Mengenai zakat obligasi ini, selama si pemilik obligasi belum dapat mencairkan
uang obligasi, karena belum jatuh temponya atau belum mendapat undiannya,
maka ia tidak wajib menzakatinya, sebab obligasi adalah harta yang tidak dimiliki
secara penuh, karena masih hutang, belum di tangan pemiliknya. Demikianlah
pendapat Malik dan Abu Yusuf. Apabila sudah bisa dicairkan uang obligasinya,
maka wajib segera dizakatinya sebanyak 2,5 %
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Agama (PMA), “Nisab zakat
pertanian, perkebunan, dan kehutanan senilai 653 kg gabah. Kadar zakat pertanian,
perkebunan, dan kehutanan sebesar 10 persen jika tadah hujan atau 5 persen jika
menggunakan irigasi dan perawatan lainnya.
Zakat Hasil Ternak (salah satu jenis Zakat Maal) meliputi hasil dari peternakan
hewan baik besar (sapi,unta) sedang (kambing,domba) dan kecil (unggas, dll).
Perhitungan zakat untuk masing-masing tipe hewan ternak, baik nisab maupun
kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu
tahun untuk tiap hewan.
Zakat atas Unta
Nishab & kadar zakat
1- 4 ekor tidak ada zakat
Setiap tambahan 50 unta seekor unta 3 tahun dan tambahan 40 unta seekor unta 2
tahun
Zakat Atas Sapi
110 119 ekor 2 ekor anak sapi & seekor sapi usia 2 tahun
Kemudian setiap pertambahan 30 ekor seekor anak sapi dan pertambahan 40 ekor -
> seekor sapi usia 2 tahun.
Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam:
Tertentu (mu’ayyan), yaitu jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah
seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh
diubah, syaratnya yaitu bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki
harta (ahlan li al-tamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang
memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba
sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf.
Tidak tertentu (ghaira mu’ayyan) yaitu tempat berwakaf itu tidak ditentukan
secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin,
tempat ibadah, dan lain sebagainya. Syaratnya yaitu pertama ialah bahwa yang
akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan
yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya
ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
Syarat-syarat Shigah
- Mengandungi kata-kata yang menunjukKan kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf
kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.
- Ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu.
- Ucapan itu bersifat pasti.
- Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.
4. Jenis-Jenis Wakaf
1) Wakaf ahli atau biasa disebut dengan wakaf keluarga adalah wakaf yang dilakukan
kepada keluarganya dan kerabatnya.
2) Wakaf khairi adalah wakaf yang diberikan untuk kepentingan umum.
3) Wakaf musytarak adalah wakaf yang mana penggunaan harta wakaf tersebut
digunakan secara bersama-sama dan dimiliki oleh kegerunan si pewakaf.
4) Wakaf benda tidak bergerak yaitu harta-harta yang dimaksud adalah bangunan, hak
tanah, tanaman dan benda-benda yang berhubungan dengan tanah.
5) Wakaf benda bergerak selain uang, yaitu benda-benda yang bisa berpindah seperti
kendaraan.
5. Nadzir
Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk
memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf tersebut.
Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat (4) tentang wakaf
menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif
untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
Mengatur tentang prinsip syariah yang digunakan, serta menganut demokrasi ekonomi
dan prinsip kehati-hatian. Ketentuan fungsi bank syariah juga dipaparkan, dengan
tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
BAB III Perizinan, Bentuk Badan Hukum, Anggaran Dasar, dan Kepemilikan
Mengatur tentang tata cara dan persyaratan dalam perizinan usaha bank syariah, serta
ketentuan mengenai badan hukumnya. Anggaran dasar dan ketentuan kepemilikan
juga diatur di bab ini.
Kelayakan Penyaluran Dana, dan Larangan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
Memberikan ketentuan mengenai jenis serta kegiatan usaha bank syariah dan unit
usaha syariah, serta ketentuan mengenai kelayakan penyaluran dana. Sejumlah
larangan bagi bank syariah dan unit usaha syariah juga diatur dalam babini.
Aturan ini memberikan ketentuan mengenai tata kelola yang mencakup prinsip
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran. Selain
menerapkan prinsip kehati-hatian, bank syariah dan unit usaha syariah wajib
memberikan laporan keuangan kepada Bank Indonesia berupa neraca tahunan dan
perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya. Pengelolaan risiko juga dilakukan
dengan prinsip mengenal dan melindungi nasabah.
Aturan yang menegaskan kewajiban untuk merahasiakan keterangan nasabah, tapi ada
sejumlah pengecualian yang dibahas di bab ini.
Aturan yang menyebutkan peran Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank
syariah dan unit usaha syariah. Sejumlah ketentuan yang wajib dilakukan bank syariah
dan unit usaha syariah juga dipaparkan di bab ini.
Aturan yang memaparkan mengenai sanksi administratif yang bisa ditetapkan Bank
Indonesia kepada para pelanggar ketentuan undang-undang ini. Proses pemberian
sanksi administratif juga dipaparkan di bab ini.
Memberikan paparan mengenai sanksi pidana yang bisa dikenakan kepada para
pelanggar undang-undang ini. Ancaman pidana pun akan diberikan sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan.
Setelah undang-undang ini berlaku, maka bab ini menjelaskan mengenai proses
peralihan yang harus dilakukan.
a. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu
penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan
Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok
pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);
b. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti
dan bersifat untung-untungan;
c. gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali
diatur lain dalam syariah;
d. haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
e. zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.
UU 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah juga menindaklanjuti implementasi fatwa
yang dikeluarkan MUI ke dalam Peraturan Bank Indonesia, di dalam internal Bank
Indonesia dibentuk komite perbankan syariah, yang keanggotaannya terdiri atas perwakilan
dari Bank Indonesia, Departemen Agama, dan unsur masyarakat yang komposisinya
berimbang.
4) Kendaraan, berupa:
- Kapal;
- Pesawat Terbang;
- Kendaraan Bermotor;
- Mesin Atau Peralatan Industri Yang Tidak Tertancap Pada Bangunan;
a. Hak cipta;
b. Hak merek;
c. Hak paten;
d. Hak desain industri;
e. Hak rahasia dagang;
f. Hak sirkuit terpadu;
g. Hak perlindungan varietas tanaman; dan/atau
h. Hak lainnya.
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat
diperuntukkan bagi:
a. Sarana dan kegiatan ibadah;
b. sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;
c. bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa;
d. kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau
e. kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah
dan peraturan perundang-undangan.
2. Landasan Perumusan
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Penunaian zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan
syariat Islam. Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan
keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan.
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara
melembaga sesuai dengan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian
hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.
Selama ini pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti. Pengelolaan zakat yang
diatur dalam Undang-Undang ini meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan.
Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi, dan
BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang
bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS
merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariat dan keuangan.
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.
Pendistribusian dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha
produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat apabila
kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.
Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan
sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan pencatatan
dalam pembukuan tersendiri.
Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan Hak Amil. Sedangkan BAZNAS provinsi dan BAZNAS
kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil,
serta juga dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 1
Pasal 2
a. Syariat Islam;
b. Amanah;
c. Kemanfaatan;
d. Keadilan;
e. Kepastian hukum;
f. Terintegrasi; dan
g. Akuntabilitas.
Pasal 3
Pasal 4
a. Emas, perak, dan logam mulia lainnya; b. Uang dan surat berharga lainnya;
b. Perniagaan;
c. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan; e. Peternakan dan perikanan
d. Pertambangan;
e. Perindustrian;
f. Pendapatan dan jasa; dan
g. Rikaz.
3. Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan harta yang dimiliki oleh
muzaki perseorangan atau badan usaha.
4. Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan sesuai
dengan syariat Islam.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan
zakat fitrah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.
2. Landasan perumusannya
UU No 13 tahun 2008 sudah diganti dengan uu no 8 tahun 2019
2. Landasan Perumusan
Sebelum terbentuknya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan
Produk Halal (UUJPH), sudah ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan; Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Instruksi Presiden (Inpres) Tahun 1991
tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Produksi dan Peredaran Makanan Olahan
Keputusan Menteri dan Keputusan Bersama Menteri.