Anda di halaman 1dari 22

ZAKAT

PENGERTIAN ZAKAT
Secara bahasa zakat artinya kesucian, perkembangan, pertumbuhan, atau keberkahan.
Menurut istilah zakat ialah sejumlah harta yang diambil dari orang-orang tertentu dan diberikan
kepada golongan yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.
Sedangkan arti harta ialah segala benda atau barang yang diinginkan oleh manusia dan
memungkinkan disimpan serta memungkinkan untuk dimanfaatkan dan diperjualbelikan.
Kewajiban zakat ini berdasarkan firman Allah:

ِ ‫الز َكا َة وما ُت َقدِّموا أل ْن ُف ِس ُكم ِمن خ ٍ جَتِ ُدوه ِعْن َد اللَّ ِه ِإ َّن اللَّه مِب َا َتعملُو َن ب‬ ِ‫وَأق‬
‫ص ٌري‬ َ َْ َ ُ ‫ْ ْ َرْي‬ ُ َ َ َّ ‫الصال َة َوآتُوا‬ َّ ‫يموا‬
ُ َ
)110 :‫(البقرة‬
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan
bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha
melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.

:‫ (التوبة‬. ‫يم‬ِ‫خ ْذ ِمن َأمواهِلِم ص َدقَةً تُطَ ِّهرهم و ُتَز ِّكي ِهم هِب ا وصل علَي ِهم ِإ َّن صاَل تَك س َكن هَل م واللَّه مَسِ يع عل‬
ٌ َ ٌ ُ َ ْ ُ ٌ َ َ َ ْ ْ َ ِّ َ َ َ ْ َ ُُْ َ ْ َْ ْ ُ
)103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

Demikian pula Rasulullah s.a.w. bersabda:

َّ ‫ َوِإيتَ ِاء‬، ‫الص الَِة‬


، ‫الز َك ِاة‬ َّ ‫ َوِإقَ ِام‬، ‫ول اللَّ ِه‬ َّ ‫س َش َه َاد ِة َأ ْن الَ ِإلَ هَ ِإالَّ اللَّهُ َو‬
ُ ‫َأن حُمَ َّم ًدا َر ُس‬ ٍ ْ‫بُىِن اِإل ْس الَ ُم َعلَى مَخ‬
َ
)‫(ر َواهُ الْبُ َخا ِري َو ُم ْسلِ ٌم َع ِن ابْ ِن عُ َمَر َر ِض َي اهللُ َعْن ُه َما‬ ِ ‫ و‬، ‫واحْل ِّج‬
َ . ‫ضا َن‬َ ‫ص ْوم َر َم‬
َ َ َ َ
“Agama Islam itu ditegakkan di atas lima dasar: 1. Bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang hak
selain Allah, dan bahwasanya Nabi Muhammad itu utusan Allah. 2. Mendirikan shalat. 3.
Menunaikan zakat. 4. Menunaikan ibadah haji. 5. Puasa di bulan Ramadhan”. (H.R. Bukhari
dan Muslim dari Ibnu Umar r.a.)
Rukun Islam yang satu ini dinamakan zakat karena harta yang dikeluarkan itu akan
membersihkan semua harta yang dizakati dan menumbuhkannya serta memberikan keberkahan
kepada pelakunya.

Syarat-syarat wajib zakat.

Tidak semua pemilik harta wajib menunaikan zakat, akan tetapi ada syarat-syarat tertentu yang
harus terpenuhi sehingga pemilik harta wajib mengeluarkan zakat hartanya, yaitu:

1. Islam. Perintah berzakat hanya ditujukan kepada orang-orang Islam. Hal ini didasari atas
pernyataan Abu Bakar ketika beliau mengutus Anas bin Malik ke Bahrain:

‫ َوالَّىِت ََأم َر اللَّهُ هِب َ ا‬، ‫ني‬ ِِ ِ ُ ‫الص َدقَِة الَّىِت َف رض رس‬ ِِ
َ ‫ول اللَّه ص لى اهلل علي ه وس لم َعلَى الْ ُم ْس لم‬ ََُ َ َّ ُ‫يض ة‬ َ ‫َه ذه فَ ِر‬
ٍ ِ‫س ب ِن مال‬
)ُ‫ك َر ِض َي اهللُ َعْنه‬ ُّ ‫(ر َواهُ الْبُ َخا ِر‬
َ ْ ِ َ‫ي َع ْن َأن‬ َ . ُ‫َر ُسولَه‬
“Ini kewajiban zakat yang ditetapkan oleh Rasulullah kepada umat Islam dan yang Allah
perintahkan kepada Rasul-Nya” (H.R. Bukhari dari Anas bin Malik)

2. Milik yang sempurna. Sesuatu yang tidak sempurna kepemilikannya tidak wajib
dikeluarkan zakatnya seperti piutang pada seseorang yang mengingkarinya, atau harta
yang dicuri. Maka pengeluaran zakatnya apabila harta itu telah kembali kepada
pemiliknya.
3. Mencapai nisabnya. Karena seseorang yang memiliki harta pada jumlah nisab yang
ditentukan dia termasuk orang kaya dan berkecukupan. Nisab artinya batas minimum
harta yang mulai wajib dikeluarkan zakatnya.
4. Hartanya harus didapat dengan cara yang halal. Maka harta yang haram, baik
substansinya maupun cara mendapatkannya tidak dapat dikenakan kewajiban zakat
karena Allah tidak akan menerimanya.
5. Hartanya harus berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan. Syarat ini mendorong
setiap muslim untuk memproduktifkan harta yang dimilikinya.
6. Lebih dari kebutuhan pokok. Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok ialah kebutuhan
yang apabila tidak terpenuhi akan mengakibatkan kemudaratan dalam hidup, seperti
keubuthan sandang, pangan, dan papan.
7. Bebas dari utang. Utang merupakan penghalang wajib zakat, atau paling tidak
mengurangi ketentuan wajibnya, kecuali terhadap zakat pertanian dan zakat penghasilan.
8. Mencapai satu tahun dalam kepemilikannya. Artinya harta yang berada di tangan si
pemilik sudah berlalu masanya 12 bulan qomariah. Persyaratan ini berlaku bagi harta
perniagaan, uang, peternakan, dan lain-lainnya yang dapat dimasukkan dalam istilah
“zakat modal”. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan, madu, harta karun, dan lain-
lainnya yang dimasukkan dalam istilah “zakat pendapatan” tidak berlaku padanya syarat
ini.

HARTA-HARTA YANG WAJIB DIZAKATI


Binatang ternak.

Jenis binatang yang wajib dizakatkan ialah unta, sapi, kerbau, dan kambing. Syarat-syarat bagi
pemilik binatang yang wajib dizakatkan ialah selain 4 syarat yang telah disebutkan di atas ada
dua syarat lagi yaitu:
1. Digembalakan di padang rumput yang mubah atau tempat penggembalaan umum.
Dengan demikian binatang yang didatangkan atau dibelikan umpannya tidak wajib
dizakati atau mengikuti cara menzakatkan harta lain.
2. Binatang itu tidak dipekerjakan, tidak dipergunakan untuk keperluan pribadi seperti
angkutan, dan tidak pula diperniagakan.

Nisab dan kadar zakat hewan ternak:


Unta:
Nisab zakat umur

5 – 9 ekor 1 ekor kambing 2 tahun lebih


atau 1 ekor domba 1 tahun lebih
10 – 14 ekor 2 ekor kambing 2 tahun lebih
atau 2 ekor domba 1 tahun lebih
15 – 19 ekor 3 ekor kambing 2 tahun lebih
atau 3 ekor domba 1 tahun lebih
20 – 24 ekor 4 ekor kambing 2 tahun lebih
atau 4 ekor domba 1 tahun lebih
25 – 35 ekor 1 ekor anak unta betina, 1 tahun lebih
atau 1 ekor unta jantan 2 tahun lebih
36 – 45 ekor 1 ekor anak unta 2 tahun lebih
46 – 60 ekor 1 ekor anak unta 3 tahun lebih
61 – 75 ekor 1 ekor anak unta 4 tahun lebih
76 – 90 ekor 2 ekor anak unta betina 2 tahun lebih
91 – 120 ekor 2 ekor anak unta betina 3 tahun lebih
121 ekor 3 ekor anak unta 2 tahun lebih

Mulai dari 121 ekor dihitung tiap-tiap 40 ekor unta zakatnya 1 ekor anak unta yang berumur 2
tahun lebih, dan tiap-tiap 50 ekor unta zakatnya 1 ekor unta yang berumur 3 tahun lebih. Jadi,
130 ekor unta zakatnya 2 ekor anak unta umur 2 tahun lebih dan 1 ekor anak unta umur 3 tahun.
Sedangkan 140 ekor unta zakatnya 1 ekor anak unta umur 2 tahun dan 2 ekor anak unta umur 3
tahun. Kalau 150 ekor unta zakatnya 3 ekor anak unta umur 3 tahun, dan seterusnya menurut
perhitungan di atas. Umur-umur tersebut sebaiknya dilebihkan walaupun sedikit seperti yang
tersebut dalam daftar.

Sapi dan kerbau:

Nisab Zakat Umur

30 – 39 ekor 1 ekor anak sapi atau kerbau (tabi’) 1 tahun lebih


40 – 59 ekor 1 ekor anak sapi atau kerbau (musinnah) 2 tahun lebih
60 – 69 ekor 2 ekor anak sapi atau kerbau (tabi’) 1 tahun lebih
70 - …. 1 ekor anak sapi atau kerbau (musinnah) 2 tahun lebih
dan 1 ekor anak sapi atau kerbau (tabi’) 1 tahun lebih
Seterusnya tiap-tiap 30 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau umur 1
tahun lebih, dan tiap-tiap 40 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau umur
2 tahun lebih. Jadi zakat 70 ekor sapi atau kerbau ialah 1 ekor anak sapi atau kerbau umur 2
tahun lebih dan 1 ekor anak sapi atau kerbau umur 1 tahun lebih, dan zakat 80 ekor sapi atau
kerbau ialah 2 ekor anak sapi atau kerbau umur 2 tahun lebih.

Kambing:
Nisab Zakat Umur
40 – 120 ekor 1 ekor kambing betina 2 tahun lebih
atau 1 ekor domba betina 1 tahun lebih
121 – 200 ekor 2 ekor kambing betina 2 tahun lebih
atau 2 ekor domba betina 1 tahun lebih
201 – 399 ekor 3 ekor kambing betina 2 tahun lebih
atau 3 ekor domba betina 1 tahun lebih
400 ekor 4 ekor kambing betina 2 tahun lebih
atau 4 ekor domba betina 1 tahun lebih.

Mulai dari 400 ekor kambing dihitung tiap-tiap 100 ekor kambing zakatnya 1 ekor kambing
betina atau domba betina yang umurnya sebagaimana tertera di atas, dan seterusnya. Jadi 501 -
600 ekor kambing zakatnya 5 ekor kambing, 600 ekor kambing zakatnya 6 ekor kambing, dan
seterusnya.
Dalam kenyataannya, hampir semua jenis peternakan sekarang tidak lagi memenuhi persyaratan
as-saum (merumput sendiri) akan tetapi dikandangkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan
diberikan rumput/makanan dan minuman kebutuhannya. Apabila peternak-peternak sekarang
menyediakan kandang bagi ternaknya sepanjang tahun seperti sapi, kambing, ayam, itik, dan
lain-lain maka penentuan obyek zakatnya bukan sebagai hewan ternak, akan tetapi berubah
menjadi harta perdagangan yang diperhitungkan setahun sekali dengan nisab senilai 85 gram
emas dan kadar zakatnya sebesar 2,5%.
Perikanan

Zaman sekarang berkembang perusahaan yang mengandalkan perikanan dan bernilai ekonomi
tinggi semenjak digarap oleh perusahaan-perusahan besar dengan peralatan yang modern. Oleh
karena itu tidak wajar apabila sektor perikanan tidak terkena kewajiban zakat berdasarkan
penganalogian dengan barang tambang, hasil pertanian dan lain-lain.
Hasil perikanan ini jika diniatkan untuk diperjualbelikan maka zakatnya dianalogikan kepada
zakat perdagangan dan wajib dikeluarkan zakatnya setelah mencapai nisab setara dengan 85
gram emas dengan kadar zakat 2,5%.

Emas, perak, uang, logam mulia dan batu mulia.

Emas, perak, uang, dan harta lainnya seperti logam mulia, batu mulia, tabungan, deposito
termasuk harta yang wajib dizakati apabila jumlah akumulasinya mencapai nisab dan terpenuhi
syarat-syarat yang telah disebutkan di atas.
Emas dan perak serta harta-harta lainnya yang tersebut di atas wajib dizakati apabila mencapai
nisabnya yaitu 20 mitsqal untuk emas yang pada zaman sekarang sama dengan 85 geram.
Sedangkan untuk perak nisabnya 200 dirham yang pada zaman sekarang sama dengan 595
geram. Sedangkan kadar zakat dari harta-harta tersebut di atas ialah 2,5 %.
Rasulullah s.a.w. bersabda:

ِ ِ ٍ ِ ِ َ َ‫ت ل‬
‫ب‬ َّ ‫ َي ْعىِن ىِف‬- ٌ‫ك َشىء‬
ِ ‫الذ َه‬
ْ َ ‫س َعلَْي‬ َ ‫ك ماَئتَا د ْر َهم َو َح َال َعلَْي َها احْلَ ْو ُل فَف َيها مَخْ َسةُ َد َراه َم َولَْي‬ ْ َ‫فَِإ َذا َكان‬
‫ف ِدينَا ٍر فَ َما‬ ِ ِ َ ‫ك ِع ْش ُرو َن ِدينَ ًارا َو َح‬ ِ
َ َ‫ك ِع ْش ُرو َن دينَ ًارا فَِإذَا َكا َن ل‬
ُ ‫ص‬
ْ ‫ال َعلَْي َها احْلَ ْو ُل فَف َيها ن‬ َ َ‫ َحىَّت يَ ُكو َن ل‬-
)ُ‫ب َر ِض َي اهللُ َعْنه‬ ٍ ِ‫ (رواهُ َأبُو َداو َد َع ْن َعلِ ٍّى بْ ِن َأيِب طَال‬. ‫ك‬ ِ ِ ِِ
ُ َ َ َ ‫َز َاد فَبح َساب َذل‬
“Apabila engkau mempunyai perak 200 dirham dan telah cukup satu tahun maka zakatnya 5
dirham. Dan tidak wajib atasmu zakat emas hingga engkau mempunyai 20 dinar. Apabila
engkau telah mempunyai 20 dinar dan telah cukup satu tahun maka wajib padanya zakat
sebesar setengah dinar. Pertambahan jumlah (emas dan perak) nya zakatnya mengikuti
hitungan tersebut.” (HR. Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib r.a.).
Zakat piutang.

Orang yang mempunyai piutang yang jumlahnya mencapai satu nisab dan masanya telah
sampai satu tahun serta terpenuhi syarat-syarat yang mewajibkan zakat, juga keadaan piutang
itu telah tetap, baik piutang itu dari jenis emas, perak atau mata uang, maupun harta perniagaan,
maka piutang yang seperti itu wajib dikeluarkan zakatnya bila orang yang berutang itu
diharapkan membayarnya.

Pakaian.

Pakaian yang sifatnya mubah seperti emas perhiasan perempuan dalam jumlah yang wajar tidak
wajib dizakati karena perhiasan itu sama dengan sapi yang dipakai bekerja atau rumah tinggal
untuk hunian sendiri dan kendaraan sebagai alat transportasi pribadi.

Biji makanan dan buah-buahan (zakat pertanian).

Yang dimaksud dengan biji makanan ialah biji makanan pokok pada suatu wilayah dan dapat
disimpan, seperti padi (beras), jagung, gandum, dan sebagainya. Sedangkan buah-buahan yang
wajib dizakati ialah anggur dan kurma. Bagaimana dengan biji makanan yang tidak
mengenyangkan seperti kacang tanah, kacang panjang, buncis, tanaman muda dan buah- buahan
lainnya seperti jeruk, apel, durian, dan sebagainya?

Allah berfirman:

ِ َ ِ‫ض واَل َتي َّمم وا اخْل ب‬ ِ ‫مِم‬ ِ ِ ِ ِ َّ


ُ‫يث مْن ه‬ َ ُ َ َ ِ ‫اَأْلر‬ ْ ‫ين آَ َمنُ وا َأنْف ُق وا م ْن طَيِّبَ ات َم ا َك َس ْبتُ ْم َو َّا‬
ْ ‫َأخَر ْجنَ ا لَ ُك ْم م َن‬ َ ‫يَاَأيُّ َه ا الذ‬
)267 :‫ (البقرة‬. ‫ضوا فِ ِيه‬ ِِِ ِ
ُ ‫ُتْنف ُقو َن َولَ ْستُ ْم بِآَخذيه ِإاَّل َأ ْن ُت ْغ ِم‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya”.
(Q.S. al-Baqarah: 267)

)141:‫ (األنعام‬. ‫ص ِاد ِه‬ ِ


َ ‫ُكلُوا م ْن مَثَِر ِه ِإ َذا َأمْثََر َوآتُوا َح َّقهُ َي ْو َم َح‬
“Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya”. (Q.S. al-An’am: 141)

Demikian pula berdasarkan hadits di bawah ini:

‫َّخ ُل َو ُتْؤ َخ ُذ َز َكاتُهُ َزبِيبًا َك َما ُتْؤ َخ ُذ‬ ِ ‫ول اللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم َأ ْن خُيْر‬
ْ ‫ص الن‬
ُ ‫ب َك َما خُيَْر‬ُ َ‫ص الْعن‬َ َ ُ ‫ََأمَر َر ُس‬
ٍ ‫َأس‬
ِ ‫َّاب ب ِن‬
)‫يد‬ ْ ِ ‫(ر َواهُ َأبُ ْو َد ُاو َد َع ْن َعت‬
َ . ‫َّخ ِل مَتًْرا‬
ْ ‫َز َكاةُ الن‬
“Rasulullah s.a.w memerintahkan (kepada ‘Attab bin Asid) untuk menghitung anggur berapa
jumlahnya jika telah menjadi kismis, kemudian dikeluarkan zakatnya, demikian pula
menghitung buah korma kemudian ditentukan zakatnya”. (H.R. Abu Daud dari ‘Attab bin Asid)

Berdasarkan firman Allah di atas dapat dipahami bahwa semua tanaman wajib dizakati. Hal itu
didukung oleh keumuman cakupan pengertian tex Alqur’an di atas dan sesuai dengan hikmah
disyari’atkannya zakat. Apabila zakat hanya diwajibkan kepada petani padi, gandum, atau
jagung, sedangkan pemilik-pemilik kebun jeruk, mangga, durian, apel, dan sebagainya yang
luas-luas tidak diwajibkan berzakat maka hal itu akan menghilangkan hikmah diwajibkannya
zakat dan tidak mencapai tujuan dari syari’at zakat.

Syarat bagi pemilik perkebunan yang diwajibkan berzakat ialah:

1. Beragama Islam.
2. Milik yang sempurna.
3. Sampai nisabnya.
4. Pertaniannya sengaja diusahakan.

Nisab dan zakat hasil pertanian.


Nisab zakat pertanian dan buah-buahan ialah 300 sha’ yang dalam ukuran zaman sekarang
diperkirakan 653 kg dalam bentuk gabah atau 524 kg dalam bentuk beras.

Sedangkan zakatnya ialah 10% apabila tanaman itu diairi dengan air sungai atau air hujan.
Akan tetapi apabila tanaman itu disiram dengan air kincir yang ditarik oleh binatang atau
dengan alat yang memerlukan biaya maka zakatnya 5%.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

ِ ‫ (رواه مسلِم عن جابِ ِرب ِن عب ِد‬. ‫السانِي ِة نِصف الْع ْش ِر‬ ِ ِ ‫ت اَألْنهار والْغَيم الْعش‬ ِ ‫فِيما س َق‬
‫اهلل‬ َْ ْ َ ْ ُ ٌ ْ ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ َّ ِ‫يما ُسق َى ب‬
َ ‫ور َوف‬
ُ ُ ُ ُْ َ ُ َ َ َ
)ُ‫َر ِض َي اهللُ َعْنه‬
“Pada biji yang diairi dengan sungai dan hujan zakatnya sepersepuluh, dan yang diairi dengan
kincir yang ditarik oleh binatang zakatnya seperduapuluh”. (H.R. Muslim dari Jabir bin
Abdillah r.a.)

Selebihnya dari satu nisab (300 sha’ atau 653 kg) dihitung zakatnya menurut perbandingan
yang tersebut di atas (10% atau 5%).

Mulai wajib zakat pertanian dan buah-buahan ialah apabila sudah dimiliki, yaitu dari saat
sesudah masak. Zakat itu wajib dikeluarkan tunai apabila sudah terkumpul dan sudah ada
penerimanya. Semua hasil yang sudah masak itu wajib dizakati termasuk yang dikeluarkan
untuk upah menuai, mengangkut dan sebagainya.

)141 :‫ (األنعام‬. ‫ص ِاده‬ ِ


َ ‫ُكلُوا م ْن مَثَِر ِه ِإ َذا َأمْثََر َوآَتُوا َح َّقهُ َي ْو َم َح‬
“Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya. (Q.S. al-An’am: 141)

Apabila pengairan untuk perkebunan membutuhkan pekerjaan-pekerjaan besar yang tidak dapat
dikerjakan dengan alat-alat biasa, seperti pembuatan waduk dan saluran-saluran irigasi maka hal
itu tidak mengurangi besaran zakat. Karena pekerjaan itu termasuk ke dalam usaha perawatan
tanah yang tidak dikerjakan setiap tahun. Oleh karena itu apabila air mengalir kembali secara
wajar ke perkebunan maka zakatnya tetap 10%. Berbeda halnya apabila pengairannya dilakukan
dengan bantuan alat-alat penyiraman yang membutuhkan biaya.

Sedangkan faktor lain yang bisa mengurangi besaran zakat ialah biaya untuk pertanian seperti
benih, pupuk, dan bajak sawah/kebun.

Zakat paroan sawah/ladang.

Zakat hasil paroan ladang pertanian diwajibkan atas orang yang punya benih sewaktu mulai
bertanam. Apabila yang mengeluarkan benihnya adalah petani yang menggarap ladang itu maka
zakat seluruh hasil ladang yang dikerjakannya itu wajib atas petani itu, karena pada hakikatnya
petanilah yang bertanam, pemilik ladang hanya mengambil sewa ladangnya dan penghasilan
dari sewaan tidak wajib dizakati kecuali dengan ketentuan lain.

Jika benih itu berasal dari yang punya tanah/ladang maka zakat seluruh hasil ladang itu wajib
dibayar oleh pemilik ladang karena pada hakikatnya dialah yang bertanam, petani hanya
mengambil upah kerja. Penghasilan yang didapat dari upah tidak wajib dizakati.

Biaya mengurus biji dan buah-buahan misalnya biaya mengetam, mengeringkan,


membersihkan, membawanya, dan sebagainya, semua itu wajib dipikul oleh pemiliknya
(muzakki), sehingga tidak mengurangkan hitungan zakatnya.

Harta perniagaan.

Harta perniagaan ialah barang-barang yang disiapkan untuk diperjualbelikan demi mendapatkan
keuntungan. Harta perniagaan ini meliputi alat-alat, barang-barang, pakaian, makanan,
perhiasan, binatang, tumbuhan, tanah, rumah, dan barang-barang lain baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak. Harta perniagaan tersebut wajib dizakati dengan syarat-syarat
seperti pada zakat emas dan perak.

Sedangkan perumahan yang dijadikan hunian oleh pemiliknya atau tempat kerjanya seperti
tempat dagang dan tempat industri, kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi, semua
itu tidak ada kewajiban zakat di dalamnya.
Hal ini berdasarkan firman Allah:

ِ ‫يا َأيُّها الَّ ِذين آَمنُوا َأنِْف ُقوا ِمن طَيِّب‬


)267 :‫ (البقرة‬. ‫ات َما َك َسْبتُ ْم‬َ ْ َ َ َ َ
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik”. (Q.S. al-Baqarah: 267)

Perintah menafkahkan sebagian dari hasil usaha di atas dipahami oleh para ulama tafsir sebagai
perintah berzakat. Dan yang dimaksud dengan hasil usaha ialah penghasilan dari berdagang.

Demikian pula dilandasi dengan hadits:

ِ‫الص َدقَةَ ِمن الَّ ِذي َنع دُّه ل‬ ِ ِ ُ ‫َك ا َن رس‬


‫(ر َواهُ َأبُ و َد ُاو َد‬
َ . ‫ع‬
ِ ‫ي‬
ْ ‫ب‬‫ل‬ْ
َ ُ ُ َ َ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم يَْأ ُم ُرنَ ا َأ ْن خُنْ ر‬
َّ ‫ِج‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ
)ُ‫ب َر ِض َي اللَّهُ َعْنه‬ ٍ ‫والدَّار قُطْىِن َعن مَسُر َة بْ ِن جْن ُد‬
ُ َ ْ ُ َ
“Adalah Rasulullah s.a.w. memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan zakat dari barang
yang kami siapkan untuk perdagangan”. (H.R. Abu Daud dan Daaruquthni dari Samurah bin
Jundub r.a.)

Demikian pula Rasulullah s.a.w. bersabda:

‫(ر َواهُ َأمْح َ ُد َع ْن َأيِب َذ ٍّر‬ َ ‫ َويِف الَْب ِّز‬، ‫ص َد َقُت َها‬
َ . ُ‫ص َد َقتُه‬ َ ‫ َويِف الَْب َق ِر‬، ‫ص َد َقُت َها‬
َ ‫ َويِف الْغَنَ ِم‬، ‫ص َد َقُت َها‬َ ‫يِف اِإْل بِ ِل‬
)ُ‫َر ِض َي اللَّهُ َعْنه‬
“Pada unta ada kewajiban zakatnya, pada kambing ada kewajiban zakatnya, pada sapi ada
kewajiban zakatnya, demikian pula pada kain-kain yang disediakan untuk perniagaan ada
kewajiban zakatnya”. (H. R. Ahmad dari Abu Dzarr r.a.).

Tahun perniagaan dihitung dari mulai berniaga. Pada tiap-tiap akhir tahun perniagaan
dihitunglah harta perniagaan itu, apabila cukup satu nisab maka wajib dikeluarkan zakatnya,
meskipun di pangkal tahun atau di tengah tahun tidak cukup satu nisab. Sebaliknya, kalau di
pangkal tahun cukup satu nisab namun karena terjadi kerugian di akhir tahun sehingga tidak
cukup lagi satu nisab, maka dalam hal ini tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Jadi perhitungan
akhir tahun perniagaan itulah yang menjadi ukuran sampai atau tidaknya satu nisab.
Nisab harta perniagaan adalah sebesar nilai 85 gram emas. Pada akhir tahun perniagaan muzakki
(pedagang) menghitung barang-barang perniagaannya dengan harga penjualan saat itu dan
menjumlahkannya dengan keuntungan dari perniagaan itu kemudian dikeluarkan daripadanya
2,5 % sebagai zakatnya.

Ketentuan zakatnya:

1. Mencapai nisab (85 gram emas).


2. Barang yang dimiliki diniatkan untuk diperjualbelikan.
3. Tidak dimaksudkan untuk dimiliki (disimpan).
4. Genap satu tahun (haul) perjalanan dagangnya.
5. Kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%.

Zakat hasil tambang.

Yang dimaksud hasil tambang ialah segala sesuatu yang dikeluarkan dari perut bumi dan
mempunyai nilai ekonomi seperti emas, perak, tembaga, besi, minyak bumi, belerang, timah,
batubara, dan sebagainya.

Dalam buku Fikih Zakat Kontekstual Indonesia dijelaskan bahwa barang tambang seperti
minyak, batubara, gas, air mineral dan sumber alam lainnya wajib dikeluarkan zakatnya setahun
sekali sebesar 2,5% setelah diperhitungkan pendapatannya dikurangi biaya-biaya yang
dipergunakan untuk mengeksplorasi dan mendapatkan hasilnya. Zakat barang tambang ini
karena memang niat awalnya untuk diperjualbelikan maka dianalogikan pada zakat
perdagangan. Apabila hasil tambang itu mencapai satu nisab yaitu sebesar nilai 85 geram emas
maka wajib dikeluarkan zakatnya.

ِ ‫ (رواه الْبيه ِقي عن بِالَ ِل ب ِن احْل ا ِر‬. َ‫الص َدقَة‬


)‫ث‬ َّ ِ َّ‫ول اللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم ِمن الْمع ِاد ِن الْ َقبلَي‬
‫ة‬ ُ ‫َأخ َذ َر ُس‬
َ ْ ْ َ َ ْ َ ُ ََ َ ََ َ َ
“Rasulullah s.a.w. mengambil sedekah (zakat) dari hasil tambang negeri Qabalayyah”. (H.R.
Baihaqi dari Bilal bin Harits)

‫(ر َواهُ الَْبْي َه ِقي َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن‬ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ


َ . ‫َأخ َذ عُ َم ُر بْ ُن َعْبد الْ َع ِزي ِز م َن الْ َم َعادن م ْن ُك ِّل ماَئىَت ْ د ْر َه ٍم مَخْ َسةَ َد َراه َم‬
َ
)‫َأىِب بَ ْك ٍر‬
“Umar bin Abdul Aziz mengambil dari tiap-tiap 200 dirham hasil tambang zakatnya sebesar 5
dirham” (H.R. Baihaqi dari Abdullah bin Abu Bakar)
Zakat harta rikaz

Rikaz (harta terpendam) adalah harta seperti emas, perak, atau lainnya yang terpendam sejak
zaman dahulu (harta karun) atau yang ditemukan di dasar laut. Apabila harta seperti itu
ditemukan maka orang yang menemukannya wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 20% dari
jumlah harta yang ditemukan. Zakat barang temuan ini tidak disyaratkan haul (setahun
kepemilikannya) dan tidak pula nisab (jumlah minimal untuk terkena kewajiban zakat).

Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah s.a.w:

)ُ‫ود ُاو َد َع ْن َأيِب ُهَر ْيَر َة َر ِض َي اهللُ َعْنه‬


َ ُ‫(ر َواهُ َأب‬
َ .‫س‬
ُ ‫م‬
ُ ُ‫خْل‬‫ا‬ ِ ‫الر َكا‬
‫ز‬ ِّ ‫ىِف‬
“Pada rikaz zakatnya seperlima” (H.R. Abu Daud dari Abu Hurairah r.a.)

Harta rikaz itu menjadi milik orang yang menemukannya apabila ditemukan pada tanah yang
tidak bertuan. Akan tetapi apabila ditemukan pada tanah yang dimiliki seseorang maka perlu
ditanyakan kepada semua orang yang telah memiliki tanah itu. Kalau tidak ada yang
mengakuinya maka rikaz itu menjadi kepunyaan orang yang membuka tanah itu.

Zakat surat-surat berharga, saham dan sukuk.

Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk
menjalankan operasional perusahaan. Pada setiap akhir tahun dapat diketahui keuntungan atau
kerugian perusahaan. Pada saat itulah diketahui berapa kewajiban zakat terhadap saham
tersebut.

Zakat saham dianalogikan pada zakat perdagangan, baik nisab (85 gram emas) maupun kadar
zakatnya (2,5%). Sebagai contoh seseorang memiliki saham senilai Rp 100jt. Pada akhir tahun
saham tersebut mendapatkan keuntungan Rp 20jt. Maka zakat yang harus dikeluarkan ialah:
(100jt + 20jt) x 2,5% = Rp 3jt.

Apabila perusahaan telah mengeluarkan zakatnya sebelum keuntungannya dibagikan kepada


para pemegang saham maka para pemegang saham tidak perlu lagi mengeluarkan zakatnya.

Sukuk merupakan surat berharga atau obligasi yang diterbitkan berdasarkan prinsip syari’ah.
Oleh karena sukuk merupakan instrumen investasi yang sesuai syari’ah maka para investor pun
terkena kewajiban zakat jika telah memenuhi ketentuan syari’ah. Zakat pada sukuk ini
dianalogikan dengan zakat perdagangan atau zakat emas dan perak baik dari sisi nisab maupun
kadarnya.

Zakat perusahaan

Zaman sekarang bisnis yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan telah merambah pada
berbagai bidang kehidupan dalam skala dan wilayah yang sangat luas, bahkan antarnegara
dalam bentuk ekspor-impor. Perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi sandang dan
pangan, alat-alat kosmetika, obat-obatan, alat-alat kesehatan, berbagai macam kendaraan dan
suku cadangnya, alat-alat rumah tangga, bahan-bahan bangunan, dan sebagainya yang diniatkan
untuk diperjualbelikan dengan mengharapkan keuntungan.

Selain itu banyak pula perusahaan yang bergerak di bidang jasa, seperti jasa angkutan, jasa
konstruksi, teknologi data, dan sebagainya. Tidak sedikit pula perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan, seperti lembaga keuangan syari’ah.

Zakat perusahaan ini dianalogikan dengan zakat perdagangan kerana dipandang dari aspek
legal dan ekonomi kegiatan sebuah perusahaan intinya berpijak pada kegiatan perdagangan.
Oleh karena itu secara umum pola pembayaran dan perhitungan zakatnya sama dengan zakat
perdagangan, baik dari segi nisab, kadar zakatnya, dan waktu pengeluarannya.

Sebuah perusahaan biasanya memiliki tiga bentuk harta:

1. Harta dalam bentuk barang, baik yang berupa sarana dan prasarana , maupun komoditas
perdagangan.
2. Harta dalam bentuk uang tunai.
3. Harta dalam bentuk piutang.

Dari ketiga macam harta tersebut yang dizakatkan adalah harta dalam bentuk komoditas
perdagangan, uang tunai, piutang dikurangi kewajiban mendesak lainnya seperti utang yang
jatuh tempo.

Dalam kondisi perusahaan mengalami kerugian karena sekian lama hanya sedikit barang-barang
yang terjual maka zakatnya hanya ditarik dari laba bersih saja. Sedangkan dari tahun-tahun
yang mengalami kerugian zakat tidak dikenakan.

Contoh perhitungan zakat perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan barang:

Laba sebelum pajak x 2,5% = zakat.

Dalam kondisi perusahaan tidak mendapatkan keuntungan namun masih mencapai nisab maka
perhitungannya adalah: Laba bersih (setelah pajak) x 2,5% = zakat.
Contoh perhitungan zakat perusahaan yang bergerak di bidang jasa apabila penghasilannya
mencapai nisab (senilai 85 gram emas) :

Penghasilan satu haul x 2,5% = zakat. Apabila penghitungan penghasilan setiap bulan maka
perhitungan zakatnya sebagai berikut: penghasilan yang diterima x 12 bulan x 2,5% = zakat.

Zakat perusahaan yang bergerak di bidang pertukaran mata uang juga dianalogikan dengan
zakat perdagangan, baik nisab, waktu, maupun kadar zakatnya.

Zakat investasi properti (perumahan, pabrik, gedung, dan yang sejenisnya)

Seiring dengan perkembangan zaman pada saat ini modal dalam bentuk uang tidak hanya
dikonsentrasikan kepada pertanian dan perdagangan saja, akan tetapi sudah diarahkan pula
kepada pembangunan perumahan atau gedung untuk disewakan, pendirian pabrik-pabrik,
penyediaan sarana transportasi udara, laut, darat, dan sektor-sektor lainnya.

Para ulama yang mewajibkan zakat pada usaha di atas menganalogikannya dengan zakat
perdagangan, karena kegiatan menyewakan gedung, alat-alat transportasi dan yang lainnya
merupakan kegiatan perdagangan yang bertujuan mencari keuntungan. Oleh karena itu nisab
zakatnya adalah senilai 85 gram emas, dengan kadar zakatnya 2,5% dari hasil sewa-menyewa
setelah dikurangi berbagai biaya yang diperlukan dan dikeluarkan zakatnya setiap haul/tahun.

Zakat pendapatan, profesi dan jasa.

Penghasilan yang didapat oleh seseorang melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan
secara sendiri seperti dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, apoteker, termasuk da’i, dan lain-
lain, maupun keahlian yang dilakukan secara bersama-sama seperti pegawai. Semua
penghasilan yang diperoleh melalui kegiatan profesional tersebut, apabila telah mencapai nisab
(senilai 85 gram emas) wajib dikeluarkan zakatnya. Sedangkan waktu pengeluaran zakatnya
adalah pada saat diterima penghasilan tersebut apabila mencapai nisabnya. Apabila jumlah yang
diterima itu tidak mencapai nisabnya maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu tahun
(dengan kalender hijiriah) kemudian dikeluarkan zakatnya apabila sudah cukup nisabnya. Kadar
zakatnya adalah 2,5%.

Zakat harta warisan, pesangon, klaim asuransi.


Harta yang diperoleh dari pesangon, warisan, dan klaim asuransi, termasuk kategori al-maal al-
mustafaad, yaitu harta yang datang tiba-tiba atau harta yang bukan berasal dari pengembangan
suatu harta yang dimiliki. Para ulama sepakat bahwa al-maal al-mustafad termasuk harta yang
wajib dikeluarkan zakatnya bila jumlahnya mencapai nisab (senilai 85 gram emas).

Pengeluaran zakat al-maal al- mustafad tidak harus menunggu haul atau tersimpan selama satu
tahun. Apabila seseorang mendapatkan uang kaget, pesangon, hadiah, warisan dan sejenisnya,
dan jumlahnya mencapai nisab, maka ia wajib segera mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dari
jumlah al-maal al-mustafad. Dengan menyegerakan pengeluaran zakatnya berarti
menyegerakan hak-hak fakir miskin untuk sampai kepada mereka.

Zakat fitrah

Zakat fitrah ialah zakat badan yang wajib dikeluarkan pada Hari Raya Fitri (1 Syawwal) oleh
setiap muslim laki-laki, perempuan, besar, kecil, merdeka atau hamba sahaya, bahkan mereka
yang tidak memiliki nisab zakat harta. Kewajiban zakat fitrah ini dinyatakan dalam hadits di
bawah ini:

‫الصغِ ِري‬
َّ ‫اعا ِم ْن مَتٍْر َعلَى‬ ِ ِ ‫ول اللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم ص َدقَةَ الْ ِفطْ ِر ص‬
ً‫ص‬ َ ‫ َْأو‬، ‫اعا م ْن َشع ٍري‬ً َ َ ُ ‫ض َر ُس‬ َ ‫َفَر‬
)ُ‫(ر َواهُ الْبُ َخا ٍري َع ِن ابْ ِن ُع َمَر َر ِض َي اهللُ َعْنه‬ ِ
ُ ْ‫َوالْ َكبِ ِري َوال‬
َ . ‫ـح ِّـر َوالْ َم ْملُوك‬
“Rasulullah s.a.w. mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha’ gandum atau satu sha’ korma
atas setiap orang, baik anak kecil, orang dewasa, orang merdeka, dan hamba sahaya”. (H.R.
Bukhari dari Ibnu Umar r.a.)

Orang atau badan yang wajib dizakati (dikeluarkan zakatnya) ialah:

1. Badannya atau dirinya sendiri baik laki-laki atau waninta, tua atau muda, kaya atau tidak
kaya apabila memiliki kelebihan makanan pokok pada Hari Raya Fitri.
2. Orang-orang yang berada di bawah tanggungannya seperti anak, istri, ibu, bapak, dan
sebagainya.

Syarat-syarat wajib zakat fitrah:

1. Orang Islam. Orang yang tidak beragama Islam tidak diwajibkan zakat fitrah.
2. Ada kelebihan makanan pokok untuk sekeluarga (orang-orang yang di bawah
tanggungannya) pada hari itu.
3. Orang-orang yang akan dizakatkan masih hidup atau sudah terlahir ketika matahari
terbenam pada hari terakhir bulan Ramadhan.

Jumlah zakat fitrah:

Untuk setiap orang/badan zakatnya satu sha’ yaitu sama dengan sebanyak 2,305 kg (dibulatkan
menjadi 2,5 kg) dari beras atau lainnya yang menjadi makanan pokok di masing-masing negeri.

Waktu mengeluarkan zakat fitrah lebih utama sebelum shalat Hari Raya, tapi boleh dikeluarkan
semenjak permulaan bulan Ramadhan sebagai ta’jil atau mendahulukan pembayaran sebelum
waktunya.

Kwalitas harta yang dizakati

Harta zakat yang dikeluarkan itu harus sama nilainya atau kwalitasnya dengan keseluruhan
harta benda yang dizakati (yang dikeluarkan zakatnya).

Zakat emas dan perak contohnya, harus emas dan perak yang sama nilainya (karatnya) dengan
keseluruhan emas yang dizakati itu, atau yang lebih baik, jangan dipilihkan emas yang buruk-
buruk atau yang rendah nilainya.

Zakat binatang demikian pula, harus binatang yang sedang, yaitu yang seimbang dengan
binatang-binatang yang dizakati, jangan dipilihkan yang sakit, atau yang terkurus, atau yang
cacat, dan sebagainya.

Begitu pula zakat harta temuan, hasil bumi dan sebagainya harus sepadan (sejenis) atau sama
kwalitasnya dengan seluruh harta yang dikeluarkan zakatnya.

Demikianlah yang Allah s.w.t. firmankan:

‫يث ِمْن ُه‬


َ ِ‫ض َواَل َتيَ َّم ُم وا اخْلَب‬
ِ ‫اَأْلر‬ ِ ‫ات م ا َكس بتُم ومِم َّا َأخرجنَ ا لَ ُكم‬
ِ ِ ِ ِ َّ
ْ َ ْ ‫ن‬ ‫م‬ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ‫ين آَ َمنُ وا َأنْف ُق وا م ْن طَيِّب‬ َ ‫يَاَأيُّ َه ا الذ‬
)267 :‫ (البقرة‬. ‫ضوا فِ ِيه‬ ِِِ ِ
ُ ‫ُتْنف ُقو َن َولَ ْستُ ْم بِآَخذيه ِإاَّل َأ ْن ُت ْغ ِم‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya”.
(Q.S. al-Baqarah: 267)

Pihak-pihak yang berhak menerima zakat.


Allah s.w.t. sudah menetapkan pihak-pihak penerima zakat dalam firman-Nya:

‫ني َويِف َسبِ ِيل اللَّ ِه‬ ِ


َ ‫اب َوالْغَا ِرم‬ ِّ ‫ني َعلَْي َها َوالْ ُمَؤ لََّف ِة ُقلُوبُ ُه ْم َويِف‬
ِ َ‫الرق‬ ِِ ِ ِ‫ات لِْل ُف َقر ِاء والْمساك‬
َ ‫ني َوالْ َعامل‬ َّ ‫ِإمَّنَا‬
َ َ َ َ ُ َ‫الص َدق‬
ِ ِ ِ ِ ‫السبِ ِيل فَ ِر‬
)60 :‫ (التوبة‬. ‫يم‬ ٌ ‫يضةً م َن اللَّه َواللَّهُ َعل‬
ٌ ‫يم َحك‬ َ َّ ‫َوابْ ِن‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana”. (Q.S. at-Taubah: 60)

Kriteria orang atau pihak yang berhak menerima zakat ialah sebagai berikut:

1. Fakir: Orang yang sangat miskin, tidak berharta dan tidak mampu untuk bekerja atau
berusaha untuk mencukupi kebutuhan pokoknya, sedangkan orang yang menjaminya
tidak ada. Termasuk fakir orang yang dengan usahanya tidak dapat menutupi separoh dari
kebutuhan pokoknya.
2. Miskin: Orang yang dengan usahanya tidak dapat mencukupi kebutuhan pokoknya, dia
hanya mampu menutupi maksimal lebih dari separoh kebutuhannya, sedangkan orang
yang menjaminnya tidak ada.
3. ‘Amil: Petugas atau panitia yang mengumpulkan dan membagi-bagikan zakat kepada
pihak-pihak yang berhak menerimanya.
4. Muallaf: Orang non muslim yang diharapkan masuk Islam atau orang yang baru masuk
Islam dan diharapkan bertambah kuat iman dan Islamnya baik dari kalangan orang biasa
maupun dari kalangan pemimpin-pemimpin suatu kelompok atau orang-orang yang
berpengaruh.
5. Hamba sahaya yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh tuannya dengan
jalan menebus dirinya dengan sejumlah harta. Termasuk juga untuk membebaskan
muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Gharim: Orang yang mempunyai hutang karena suatu kepentingan yang bukan maksiat
dan ia tidak mampu untuk melunasinya.
7. Fii sabiilillaah: Pembiayaan orang-orang yang berperang untuk pertahanan Islam dan
membela kaum muslimin. Untuk usaha-usaha dalam meninggikan agama Islam dan
menyebarkan ajaran-ajarannya. Termasuk setiap upaya untuk menyebarkan syi’ar Islam
seperti pendirian masjid-masjid, meningkatkan pendidikan agama Islam, meningkatkan
pelayanan rumah sakit, pendirian rumah-rumah yatim, dan sebagainya.
8. Ibnu sabil: Orang yang kehabisan bekal dalam perjalanannya yang bukan maksiat seperti
menuntut ilmu, berdakwah, dan sebagainya.

Keterangan: Apabila delapan golongan tersebut di atas ada semuanya maka pembagian
zakatnya kepada semuanya. Namun apabila tidak lengkap delapan golongan itu maka zakat itu
dapat diberikan kepada golongan yang ada saja.

Orang-orang yang tidak berhak menerima zakat.

1. Orang yang kaya dengan harta atau usahanya.

2. Hamba sahaya (karena menjadi tanggungan tuannya).

3. Keturunan Bani Hasyim dan Muththalib (keturunan keluarga Rasulullah s.a.w.). Hal ini

berdasarkan hadits di bawah ini:

َ‫(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم َع ْن َربِ َيعة‬ ٍ ِ ٍ ِ ِ ‫اخ الن ِ ِإ‬


َ . ‫َّاس َو نَّ َها الَ حَت ُّل ل ُم َح َّمد َوالَ آلل حُمَ َّمد‬
ِ ِ َّ ‫ِإ َّن ه ِذ ِه‬
ُ ‫الص َدقَات ِإمَّنَا ه َى َْأو َس‬ َ
ِ ِ‫اس بْ ِن َعْب ِد الْمطَّل‬
)‫ب‬ ِ ِ‫ث بْ ِن َعْب ِد الْمطَّل‬
ِ َّ‫ب َوالْ َعب‬ ِ ‫ب ِن احْل ا ِر‬
َ ْ
ُ ُ

“Sesungguhnya sedekah ini merupakan “kotoran manusia”, ia tidak dibolehkan bagi


Muhammad dan keluarga Muhammad”. (H.R. Muslim dari Rabi’ah bin Harits dan dari Abbas
bin Abdul Muttalib)

4. Orang yang tidak beragama Islam.

5. Orang yang menjadi tanggungan muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) seperti anak,

ibu, bapak, istri, dan sebagainya.

Kewajiban pemimpin atau imam.


Imam sebagai pemimpin orang Islam berhak memungut harta zakat dari para muzakki (orang-
orang yang wajib mengeluarkan zakatnya), dan berkewajiban membagi-bagikan harta zakat itu
kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Hikmah zakat

Kewajiban mengeluarkan zakat itu mengandung hikmah dan faedah guna perbaikan
perseorangan dan masyarakat. Di antara hikmah-hikmah zakat itu antara lain:

1. Mendidik jiwa menjadi pemurah.


2. Membersihkan jiwa dari sifat kikir
3. Menolong penghidupan fakir miskin
4. Menjaga hubungan baik atau persahabatan dan memperkokoh persaudaraan di kalangan
umat.
5. Mencegah timbulnya rasa dengki dan timbulnya jurang pemisah antara si miskin dan si
kaya.
6. Mencegah terjadinya pencurian, perampokan, dan sebagainya yang disebabkan oleh
tekanan hidup atau kemiskinan.
7. Untuk menghidupkan dan menegakkan agama Allah seperti membiayai jihad di jalan
Allah, mendirikan masjid-masjid, madrasah-madrasah, rumah-rumah penampugan fakir-
miskin, memajukan penyiaran atau pendidikan agama Islam dan sebagainya.
8. Merupakan jalan menuju keadilan.

Pemberian selain zakat:

Selain dari zakat harta dan zakat fitrah masih banyak macam-macam pemberian atau dana yang
disunahkan, antara lain:

1. Sedekah:
Orang yang mampu disunahkan memberikan sedekah atau memberikan pertolongan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Pertolongan itu tidak dibatasi waktu, cara dan
jumlahnya, bahkan si penerimanya.
Sedekah atau derma ini dapat diberikan kepada fakir/miskin, atau untuk kepentingan
umum. Yang untuk kepentingan umum pahalanya lebih besar daripada yang diberikan
kepada perseorangan.
Sedekah ini dapat berupa makanan atau benda yang lekas habis, bahkan dapat berupa
tenaga atau jasa. Sedangkan yang berupa harta atau benda yang tahan lama yang
senantiasa bermanfaat pahalanya lebih besar dan kekal meskipun pemberi sedekahnya
sudah meninggal dunia selama barang itu masih bermanfaat. Inilah yang disebut
“sedekah jariah” atau “amal jariah”, artinya kebaikan yang pahalanya tidak putus-putus.
Apabila sedekah itu berupa barang yang tahan lama dan ditentukan untuk diambil
manfaatnya saja dan tidak boleh dijual serta dengan syarat-syarat tertentu maka sedekah
ini dinamakan “wakaf”, hukumnya juga sebagai sedekah atau amal jariah. Seperti wakaf
masjid, gedung madrasah, sumur air, pondokan, saluran air, dan sebagainya.

2. Hadiah.
Yaitu pemberian kepada orang lain sesamanya atau orang yang dihormatinya (orang
atasan) sebagai tanda penghormatan atau tanda hubungan baik. Seperti memberikan buah
tangan (oleh-oleh) dan sebagainya. Hukumnya sunah bagi yang mampu.

3. Hibah.
Yaitu merelakan atau memberikan sejumlah harta benda kepada siapa saja yang
dikehendaki. Apabila pemberian itu digantungkan dan ditangguhkan setelah
meninggalnya si pemberi maka itu dinamakan “wasiat”.
Hukumnya mubah.

4. Walimah/kenduri/pesta.
Yakni sedekah berupa makanan-makanan atau lainnya kepada fakir/miskin dan handai
taulan serta sanak kerabat pada waktu-waktu mendapatkan anugrah atau nikmat sebagai
ungkapan syukur kepada Allah. Seperti mensyukuri pernikahan, mensyukuri anugrah
keturunan, dan sebagainya.
Hukumnya sunah selama tidak berlebih-lebihan dan tidak ada kegiatan-kegiatan yang
diharamkan. Sedangkan orang yang diundang menghadiri acara walimah pernikahan
wajib menghadirinya kecuali apabila berhalangan atau ada udzur.

5. ‘Aqiqah.
Yaitu sedekah dengan memotong kambing ketika seorang bapak dikaruniai anak.
Hukumnya sunah dan lebih utama jika dagingnya disedekehkan kepada fakir/miskin dan
kerabat dalam keadaan masak.

6. Qurban.
Yaitu sedekah dengan kambing, sapi atau kerbau yang disembelih pada Hari Raya
Qurban atau hari-hari tasyriq (10 Dzulhijjah dan 3 hari sesudahnya).
Hukumnya sunah.

7. Selain dari yang telah disebutkan masih ada beberapa pemberian yang wajib atau yang
sunah seperti kifarat, fidyah, nafkah, dan sebagainya.

Keterangan:

Bersedekah atau beramal akan lebih utama jika tidak diumumkan atau disiar-siarkan guna
menghindari unsur riya’, sombong, dan sebagainya. Akan tetapi zakat yang hukumnya wajib
lebih utama diumumkan agar diketahui bahwa orang itu telah mengeluarkan zakat sebagaimana
mestinya. Walimah pernikahan juga disunahkan untuk disiarkan guna menghindari fitnah dan
sebagai pengumuman serta persaksian atas perkawinan yang sah.

Anda mungkin juga menyukai