Anda di halaman 1dari 22

BERHITUNG

Bilangan Bulat
 Penjumlahan bilangan bulat
Berikut ini ketentuan operasi penjumlahan bilangan bulat.

1. Jika suatu bilangan dijumlahkan dengan lawan bilangannya, maka hasilnya adalah nol:
[a + (-a) = 0].
Contoh ⇒  19 + (-19) = 0, ⇒⇒⇒  -19 lawan dari 1
2. Jika suatu bilangan di depannya terdapat tanda negatif lebih besar dari bilangan positifnya,
hasilnya adalah bilangan negatif.
Contoh ⇒  8 + (-12) = 8 - 12 = - 4, ⇒⇒⇒  12 lebih besar dari
3. Jika suatu bilangan di depannya terdapat tanda negatif lebih kecil dari bilangan positifnya,
hasilnya adalah bilangan positif.
Contoh ⇒  (-4) + 14 = 10, ⇒⇒⇒  4 lebih kecil dari 14

 Pengurangan bilangan bulat


Berikut ini ketentuan operasi pengurangan pada bilangan bulat.

1. Jika suatu bilangan positif dikurangi dengan lawannya, maka hasilnya dua kali bilangan itu sendiri: [a -
(-a) = 2 x a].
Contoh ⇒ 11 - (-11) = 11 + 11 = 22, ⇒⇒⇒  -11 lawan dari 11

2. Jika suatu bilangan negatif dikurangi bilangan positif, hasilnya bilangan negatif.
Contoh ⇒ -14 - 6 = -20, ⇒⇒⇒  (sama artinya -14 ditambah -6)

3. Jika suatu bilangan negatif dikurangi bilangan negatif, ada 3 kemungkinan seperti berikut ini.
Berupa bilangan positif jika bilangan di belakang tanda negatif lebih besar.

Contoh ⇒ -4 - (-9) --4 + 9 = 5, ⇒⇒⇒  9 lebih besar dari 4

Berupa bilangan negatif jika bilangan di belakang tanda negatif lebih kecil.

Contoh ⇒ -8 - (-3) = -8 + 3 - -5, ⇒⇒⇒  3 lebih kecil dari 8

Berupa bilangan nol jika bilangan negatifnya sama.

Contoh ⇒ -15 - (-15) = -15 + 15 = 0, ⇒⇒⇒  -15 sama dengan -15

4. Jika semua bilangan bulat dikurangi dengan nol, hasilnya adalah bilangan bulat itu sendiri.
Contoh ⇒ 4 - 0 = 4

 Perkalian bilangan bulat


Berikut ini ketentuan operasi perkalian pada bilangan bulat.
1. Jika bilangan positif dikalikan bilangan negatif, hasilnya bilangan negatif.
Contoh ⇒ 6 x (-3) = -15
2. Jika bilangan positif dikalikan bilangan positif, hasilnya bilangan positif.
Contoh ⇒ 13 x 5 = 65
3. Jika bilangan negatif dikalikan bilangan negatif, hasilnya bilangan positif.
Contoh ⇒ (-3) x (-7) = 21
4. Jika bilangan bulat dikalikan dengan nol, hasilnya nol.
Contoh ⇒ (-8) x 0 = 0

 Pembagian bilangan bulat


Berikut ini ketentuan operasi pembagian pada bilangan bulat.

1. Jika tanda kedua bilangan bulat itu sama

 Positif dibagi positif hasilnya positif : [ + : + = + ].


Contoh ⇒ 6 : 6 = 1
 Negatif dibagi negatif, hasilnya positif : [- : - = + ].
Contoh ⇒ (-21) : (-3) = 7

2. Jika tanda kedua bilangan itu berbeda

 Positif dibagi negatif, hasilnya negatif: [+ : - = –].


Contoh ⇒  25 : (-5) = –5
 Negatif dibagi positif, hasilnya negatif: [ - : + = - ].
Contoh ⇒ (-27) : 9 = -3

 Operasi hitung campuran bilangan bulat


1. Operasi pembagian dan perkalian adalah sama kuat. Oleh karena itu, agar lebih praktis,
maka pengerjaan operasi yang ditulis terlebih dahulu harus dikerjakan lebih awal.
Contoh ⇒ 3 x 4 : 2 = 6
Caranya ⇒ (3 x 4) : 2 = 6 = 12 : 2
2. Operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat. Oleh karena itu, pengerjaan operasi
yang ditulis terlebih dahulu harus dikerjakan lebih awal.
Contoh ⇒ 50 + 25 - 30 = 45
Caranya ⇒ (50 + 25) - 30 = 75 - 30 = 45
3. Apabila dalam suatu soal terdapat tanda kurung, maka pengerjaan operasi dalam kurung
terlebih dahulu harus dikerjakan.
Contoh ⇒ 30 : (2 + 4) + 13 = 18
Caranya ⇒ 30 : (6) + 13 = (30 : 6) + 13 = 5 + 13 = 18
4. Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan pengurangan, maka
harus dikerjakan terlebih dahulu.
Contoh ⇒ 125 + 400 : 8 - 5 x 30 = 25
Caranya ⇒ 125 + (400 : 8) - (5 x 30) = 125 + 50 – 150 = 175 - 150 = 25

PECAHAN
 
Pecahan menunjukkan pembagian ½ berarti 1 dibagi 2. Bagian atas suatu pecahan adalah pembilang,
sedangkan bagian bawahnya adalah penyebut.

 Penjumlahan dan pengurangan pecahan


1. Jika pada penjumlahan atau pengurangan pecahan memiliki penyebut sama, maka cukup lakukan
penjumlahan atau pengurangan pada pembilangnya, sementara penyebutnya tetap sama.

2. Jika pada penjumlahan atau pengurangan pecahan memiliki penyebut yang berbeda, maka terlebih
dahulu samakan penyebutnya, kemudian bisa dilakukan penjumlahan atau pengurangan pada
pembilangnya.

 Perkalian pecahan
Pada perkalian pecahan, Anda tidak perlu menyamakan penyebutnya. Caranya adalah kalikan pembilang
dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.

 Pembagian pecahan
Pada pembagian pecahan, pembagian pecahan pertama dengan pecahan kedua sama dengan perkalian
pecahan pertama dengan sebalikan dari pecahan kedua.

PERSENTASE
Persentase adalah sebuah pecahan yang penyebutnya 100. Untuk mengubah bentuk persentase
menjadi bentuk pecahan dapat dilakukan dengan menuliskan bilangan asli sebagai pembilang dan 100
sebagai penyebut.
Beberapa bentuk persen yang equivalent dengan pecahan dan umum kita kenal adalah sebagai berikut.

PERBANDINGAN
Perbandingan adalah pernyataan yang membandingkan dua nilai dimana salah satu nilai dibagi nilai
lainnya.
Contoh: Di dalam suatu bus terdapat 15 pria dan 25 wanita. Perbandingan jumlah pria dengan wanita
dalam bus tersebut adalah atau 15. Perbandingan wanita dengan pria adalah atau 25 : 15. 15

PROPORSI
Proporsi adalah suatu persamaan dari dua pecahan di kedua ruasnya.
Contoh :
 

INGAT !

Proporsi terbagi menjadi dua, yaitu:

 Proporsi langsung

Pada proporsi langsung, kedua variabelnya berhubungan, artinya jika kedua bilangan dikalikan atau
dibagi dengan bilangan yang sama, perbandingan tidak berubah.

 Proporsi invers

Pada proporsi invers ada 2 ketentuan, yaitu:

1. Peningkatan galah satu nilai melalui perkalian akan menyebabkan penurunan pada nilai
kedua.
2. Penurunan salah satu nilai melalui pembagian akan menyebabkan peningkatan pada nilai
kedua.

RATA-RATA
Rata-rata adalah jumlah bilangan dibagi banyaknya bilangan.

TIPS !

 Dalam menyelesaikan soal rata-rata, perhatikan satuan yang akan dijumlahkan. Jika
berbeda, samakan terlebih dahulu, selanjutnya dikerjakan.
 Jika dua atau tiga rata-rata digabung menjadi satu, terlebih dahulu dibuat bobot yang sama.
 Jika soalnya menanyakan bilangan yang hilang dengan rata-ratanya tertentu, kurangkan
total seluruh bilangan dengan jumlah bilangan yang diketahui.

JARAK, WAKTU DAN KECEPATAN


 

BILANGAN BERPANGKAT
Bilangan berpangkat adalah bilangan yang berfungsi untuk menyederhanakan  penulisan dan
penyebutan suatu bilangan yang memiliki faktor-faktor perkalian yang sama.  Contoh: 3x3x3x3x3=…
atau 7x7x7x7x=…

3x3x3x3x3 ini dapat kita ringkas menggunakan bilangan berpangkat menjadi 35

8x8x8x8x8x8x8x8x8x8 dapat diringkas dengan bilangan berpangkat menjadi 810

Cara membacanya: 35    : Tiga pangkat 5

810 : Delapan pangkat 10

Pangkat diatas berfungsi untuk menentukan jumlah faktor yang di ulang.

Rumus bilangan berpangkat adalah  “an=a×a×a×a…sebanyak n kali“.

Jenis – Jenis Bilangan Berpangkat


Ada beberapa jenis bilangan berpangkat yang paling sering dibahas, yaitu: bilangan berpangkat positif
(+), bilangan berpangkat negatif (-) dan bilangan berpangkat nol (0).

1.     Bilangan Berpangkat Positif

Bilangan berpangkat positif adalah bilangan yang memiliki pangkat atau eksponen positif. Apa itu
eksponen? eksponen ialah penyebutan lain dari pangkat. Bilangan berpangkat positif memiliki sifat-sifat
tertentu, yang mana bilangan tersebut terdiri dari  a, b, sebagai bilangan  real dan  m, n,  yang
merupakan  bilangan bulat positif. Ada beberapa sifat-sifat bilangan berpangkat positif yaitu sebagai
berikut:

1. am  x an  = am+n


2. am  : an  = am-n ,  untuk m>n dan b ≠ 0
3. (am)n  = amn
4. (ab)m  = am  bm
5. (a/b)m  = am/bm  , untuk b ≠ 0

2. Bilangan Berpangkat Negatif

Selanjutnya adalah pengertian bilangan berpangkat negatif yaitu bilangan yang memiliki pangkat atau
eksponen negatif (-). Adapun sifat-sifat bilangan berpangkat negatif yaitu:

Apabila a∈R, a ≠ 0, dan  n ialah bilangan bulat negatif, jadi:

3. Bilangan berpangkat Nol (0)

Sahabat rumusbilangan.com, selain bilangan berpangkat positif dan bilangan berpangakt negatif diatas,
ternyata dalam ilmu matematika juga ada bilangan berpangkat nol (a). Untuk itu yuk mari kita pelajari
lebih dalam.

Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa sifat-sifat bilangan berpangkat, yaitu:

   . Berdasarkan sifat pembagian bilangan berpangkat positif dapat tersebut maka kita

peroleh:   .

Sehingga sifat untuk bilangan berpangkat nol (0) ialah “Apabila a adalah bilangan riil dan a tidak sama

dengan 0, maka   “

Pengertian Bentuk Akar


Bentuk akar Adalah akar dari suatu bilangan-bilangan yang hasilnya bukan termasuk bilangan rasional
(bilangan yang mencakup bilangan cacah, bilangan prima, dan bilangan-bilangan lain yang termasuk)
atau bilangan irasional (yaitu bilangan yang hasil baginya tidak pernah berhenti).

Bentuk akar yaitu bentuk lain untuk menyatakan suatu bilangan yang berpangkat. Bentuk akar termasuk
kedalam bilangan irasional yang mana bilangan irasional  tidak dapat dinyatakan dengan pecahan a/b, a
dan b bilangan bulat a dan b ≠ 0. Bilangan bentuk akar adalah bilangan yang terdapat dalam
tanda √ yang disebut sebagai tanda akar. 
Beberapa contoh bilangan irasional didalam bentuk akar yaitu √2, √6, √7, √11 dan lain-lain. Sedangkan
√25 bukanlah bentuk akar karena √25 = 5  (5 adalah bilangan rasional) sama saja angka 5 bentuk
akarnya adalah √25

Sebagaimana bilangan berpangkat yang memiliki beberapa sifat-sifat, Bentuk akar pun juga memiliki
sifat-sifat, yaitu:

1. √a2  = a
2. √a x b = √a x √b : a ≥ 0 dan b ≥ 0
3. √a/b = √a/√b dan b ≥ 0

Atau bisa dilihat gambar dibawah:

DERET ANGKA
Deret Fibonacci
Fibonacci adalah suatu barisan bilangan yang merupakan hasil penjumlahan dua bilangan sebelumnya.

Dua bilangan Fibonacci pertama yaitu bilangan 0 dan 1. Sehingga suku-suku berikutnya dari barisan
bilangan Fibonacci yaitu sebagai berikut.

Bilangan pertama: 0

Bilangan kedua: 1

Bilangan ketiga: 0 + 1 = 1

Bilangan keempat: 1 + 1 = 2

Bilangan kelima: 1 + 2 = 3

Bilangan keenam: 2 + 3 = 5
Bilangan ketujuh: 3 + 5 = 8

Bilangan kedelapan: 5 + 8 = 13

dan seterusnya sehingga bilangan selanjutnya merupakan penjumlahan dari dua bilangan sebelumnya.

Selain itu, konsep Fibonacci juga digunakan digunakan untuk barisan bilangan yang lainnya. Perhatikan
contoh di bawah ini.

4, 5, 9, 14, 23, . . .

Pada barisan di atas, suku pertama: 4 dan suku kedua: 5.

Suku ketiga: 4 + 5 = 9,

Suku keempat: 5 + 9 = 14,

Suku kelima: 9 + 14 = 23,

dan seterusnya.

Deret Fibonacci didefinisikan secara rekursif (berulang). Misalkan dalam beberapa pola barisan bilangan
dengan dua suku pertama  F1 = 0 dan F2 = 1.

Suku selanjutnya dirumuskan secara rekursif sebagai berikut.

Fn + 1 = Fn – 1  + Fn

Deret Aritmatika
Barisan aritmatika (Un) adalah barisan bilangan yang memiliki pola tetap berdasarkan operasi
penjumlahan dan pengurangan.

Barisan aritmatika terdiri atas suku ke-satu (U 1), suku ke-dua (U2) dan seterusnya hingga sebanyak n atau
suku ke-n (Un).

Setiap sukunya memiliki selisih atau beda yang sama. Selisih setiap sukunya inilah yang disebut beda,
disimbolkan sebagai b. Suku pertama U1 juga disimbolkan sebagai a.

Barisan aritmatika : 0,5,10,15,20,25,….,Un

Sebagai contoh diatas merupakan Barisan aritmatika yang memiliki beda yang sama yaitu b=5 dan suku
pertama adalah a=0. Selisih didapatkan dari pengurangan setiap sukunya. Misalnya suku kedua
U2 dikurangi suku pertama U1 , b= U2 – U1 = 5 – 0 = 5, nilai b juga dapat diperoleh dari suku ketiga
dikurangi suku ke dua dan seterusnya, mudah bukan?

Nah, untuk mencari rumus suku ke-n (Un) kita dapat menggunakan rumus praktis yang mudah
digunakan.

Dimana, Un adalah suku ke-n, Un-1 adalah suku sebelum n, a adalah suku pertama, b adalah beda dan n
adalah bilangan bulat.

Seperti bahasan sebelumnya, Barisan aritmatika menyatakan susunan bilangan berurutan U1 , U2 , … ,
Un yang mempunyai pola yang sama . Sedangkan deret aritmatika adalah jumlah susunan bilangan pada
Barisan aritmatika U1+ U2 +… + Un sampai suku-n.

Secara konsep sebenarnya untuk deret aritmatika ini sederhana karena kita hanya menjumlahkan
Barisan aritmatika yang sudah kita bahas sebelumnya sampai suku ke-n tergantung apa yang
diperintahkan.

Misalnya kita menjumlahkan Barisan contoh soal sebelumnya sampai suku ke-empat, mudah bukan?
Tetapi bagaimana kalau menjumlahkan Barisan aritmatika sampe suku ke 100, wah kok jadi sulit ya.

Oleh karena itu, untuk mempermudah menghitung deret aritmatika ini digunakan rumus praktis

Dengan,

a adalah suku pertama

b adalah beda

Sn adalah jumlah suku ke-n

Deret Geometri (Deret Ukur)


Sama seperti deret aritmetika, deret geometri pun merupakan jumlah suku-suku dari suatu barisan
geometri. Coba kamu perhatikan barisan geometri berikut ini.

 1, 3, 9, 27, 81, 243, 729, …, Un

Jika kamu menjumlahkan suku-suku barisan geometri tersebut, diperoleh


 1 + 3 + 9 + 27 + 81 + 243 + 729 + … +Un

Bentuk seperti ini disebut sebagai deret geometri.

Jadi,  Deret Geometri  adalah suatu deret bilangan yang memiliki rasio atau perbandingan yang tetap.

Rumus Jumlah Deret Geometri


Selanjutnya, kamu akan mempelajari cara menentukan jumlah n suku pertama dari deret geometri.
Misalkan, Sn adalah jumlah n suku pertama deret geometri maka;

Jadi, rumus jumlah suku-suku deret geometri dapat dinyatakan sebagai berikut.

Deret Persegi
Pola bilangan persegi ialah suatu barisan bilangan yang membentuk suatu pola yang berbentuk persegi.
Oleh sebab bentuknya itu maka dinamakan pola bilangan persegi.

Jika digambarkan yaitu sebagai berikut:


dan seterusnya
….
Dari gambar tersebut nominalnya yaitu: 1 , 4 , 9 , 16 , 25 , dan seterusnya ….

Rumus untuk mencari pola bilangan persegi jika misal 1, 4, 9, 16, 25, ….. n, ialah:

Un =   n2

Deret Segitiga
Pola bilangan segitiga adalah suatu barisan pada bilangan yang membentuk sebuah gambar pola
segitiga. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah

Jika kita gambarkan maka bentuknya adalah sebagai berikut:

 dan seterusnya ….

Rumus Pola Bilangan Segitiga

Rumus pola bilangan segitiga yaitu:

Un = 1 / 2 n ( n + 1 )

Deret Persegi Panjang


Pola bilangan persegi panjang ialah suatu barisan bilangan yang membentuk sebuah pola yang
berbentuk bangun persegi panjang.

Secara langsung dapat kita gambarkan pola bilangan persegi panjang tersebut yakni sebagai berikut:
Pola persegi panjang terdiri atas bilangan yang diawali bilangan dengan nominal 2 , 6 , 12 , 20 , 30 , . . .

Rumus Pola Bilangan Persegi Panjang

Pola bilangan persegi panjang adalah 2 , 6 , 12 , 20 , 30 , . . .  n  , maka rumusnya adalah :

Un = n . n + 1

Perbandingan
Pengertian Perbandingan Senilai
Perbandingan senilai adalah upaya membandingkan dua buah objek atau lebih, dengan besar salah satu
nilai variabel yang bertambah, maka membuat variabel lain menjadi bertambah juga. Maka dari itulah
perbandingan senilai mempunyai jumlah nilai variabel yang sama.

Misalnya sejumlah barang yang dibeli dengan jumlah harga barang, jumlah nilai tabungan dengan waktu
menyimpan, jumlah pekerja dengan gaji pekerja, dan lain sebagainya.

Rumus Perbandingan Senilai


Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa perbandingan senilai adalah upaya membandingkan dua objek
atau lebih dengan besar salah satu nilai variabel yang bertambah maka membuat variabel lain menjadi
bertambah juga.

Oleh sebab itu perbandingan senilai mempunyai jumlah nilai variabel yang sama.

Rumus yang digunakan adalah:

Dapat kita perhatikan bahwa nilai a1 sama dengan nilai b1 dan nilai a2 sama dengan nilai b2.

Pengertian Perbandingan Berbalik Nilai


Perbandingan berbalik nilai adalah suatu upaya membandingkan dua buah objek atau lebih dengan
besar nilai salah satu variabel yang bertambah, maka membuat variabel lain menjadi berkurang nilainya
atau tidak sama.
Misalnya jumlah hewan dengan waktu makanan habis, jumlah pekerja dengan waktu menyelesaikan
pekerjaan dan sebagainya.

Rumus Perbandingan Berbalik Nilai


Selanjutnya adalah rumus perbandingan berbalik nilai. Perbandingan berbalik  sebagaimana yang telah
dijelaskan diatas adalah suatu upaya membandingkan dua objek atau lebih dengan besar nilai salah satu
variabel yang bertambah maka membuat variabel lain menjadi berkurang nilainya.

Untuk dapat menghitungnya maka dapat digunakan sebuah rumus yakni sebagai berikut:

Soal Cerita
A. Harga pembelian, harga penjualan, untung, dan rugi
Seorang pedagang membeli barang dari pabrik untuk dijual lagi dipasar. Harga barang dari pabrik disebut
modal atau harga pembelian sedangkan harga dari hasil penjualan barang disebut harga penjualan.
Dalam perdagangan sering terjadi dua kemungkinan yaitu pedagan mendapat untung dan rugi.

 Untung

Untuk memahami pengertian untung perhatikan contoh berikut:

Pak Umar membeli sebidang tanah dengan harga Rp 10.000.000,- kemudian karena ada suatu leperluan
pak Umar menjual kembali sawah tersebut dengan harga Rp 11.500.000,-.

Ternyata harga penjualan lebih besar dibanding harga pembelian, berarti pak Umar mendapat untung.

Selisih harga penjualan dengan harga pembelian

=Rp 11.500.000,- – Rp 10.000.000,-

=Rp 1.500.000,-

Jadi Pak Umar mendapatkan untung sebesar Rp 1.500.000,-

Berdasarkan contoh diatas, maka dapat ditarik kesimpulan:


“Penjual dikatakan untung jika jika harga penjualan lebih besar dibanding dengan harga
pembelian.”

Untung = harga jual – harga beli

 Rugi

Ruri membeli radio bekas dengan harga Rp 150.000,- radio itu diperbaiki dan menghabiskan biaya Rp
30.000,- kemudian Ruri menjual radio itu dan terjual dengan harga Rp 160.000,-

Modal (harga pembelian) = Rp 150.000,- + Rp 30.000,-

= Rp 180.000,-

Harga penjualan = Rp 160.000,-

Ternyata harga jual lebih rendah dari pada harga harga pembelian, jadi Ruri mengalami rugi.

Selisih harga pembelian dan harga penjualan:

=Rp 180.000,- – Rp 160.000,-

=RP 20.000,-

“Berdasarkan uraian diatas penjual dikatakan rugi jika harga penjualan lebih rendah dibanding
harga pembelian.”

Rugi = harga beli – harga jual

 Harga pembelian dan harga penjualan

Telah dikemukakan bahwa besar keuntungan atau kerugian dapat dihitung jika harga penjualan dan
harga pembelian telah diketahui.

Besar keuntungan dirumuskan:

Untung =harga jual – harga beli

Maka dapat diturunkan dua rumus yaitu:

1. Harga jual = harga beli + Untung


2. Harga beli = harga jual – harga untung

Besar kerugian dirumuskan:

Rugi = harga beli – harga jual

Maka dapat diturunkan rumus:

1. Harga beli = harga jual + Rugi


2. Harga jual = harga beli – Rugi
B. Persentase untung dan rugi
 Menentukan Persentase Untung atau Rugi

Pada persentase untung berarti untung dibanding dengan harga pembelian, dan persentase rugi berarti
rugi dibanding harga pembelian.

Untung

Persentase Untung=  X 100 %Harga beli

Rugi

Persentase Rugi =  X 100 %Harga beli

Contoh:

a). Seorang bapak membeli sebuah mobil seharga Rp 50.000.000, karena sudah bosan dengan mobil
tersebut maka mobil tersebut dijual dengan harga Rp 45.000.000,.Tentukan persentase kerugiannya!

Jawab:

Harga beli Rp 50.000.000

Harga jual Rp 45.000.000

Rugi = Rp 50.000.000 – Rp 45.000.000

= Rp 5.000.000

Rp 5.000.000

Rp 50.000.000

= Rp 10 %

Jadi besar persentase kerugiannya adalah 10 %.

b). Seorang pedagang membeli gula 5 kg dengan harga Rp 35.000, kemudian dijual dengan harga Rp
45.000, Berapakah besar persentase keuntungan pedagang tersebut?

Jawab:

Harga beli Rp 35.000,

Harga jual Rp 45.000,

Untung = Rp 45.000 – Rp 35.000


= Rp 10.000

Rp 10.000

Rp 35.000

= 28,7 %

Jadi persentase keuntungan adalah 28,7 %

 Menentukan harga pembelian atau harga penjualan berdasarkan persentase untung


atau rugi

Contoh:

Seorang pedagang membeli ikan seharga Rp 50.000 / ekor. Jika pedagang tersebut menghendaki untung
20 % berapa rupiahkah ikan tersebut harus dijual?

Jawab:

Harga beli Rp 50.000

Untung 20 % dari harga beli = = Rp 10.000

Harga jual = harga beli + untung

=Rp 50.000 +Rp 10.000

=Rp 60.000

Jadi pedagang itu harus menjual dengan harga Rp 60.000

Persentase untung atau rugi selalu dibandingkan terhadap harga pembelian (modal), kecuali ada
keterangan lain.

Persentase Untung =

Persentase Rugi =

Hb = harga pembelian

C. Rabat(diskon), bruto, tara, dan neto


 Rabat

Rabat adalah potongan harga atau lebih dikenal dengan diskon.

Contoh:
Sebuah toko memberikan diskon 15 %, budi membeli sebuah rice cooker dengan harga Rp 420.000.
berapakah harga yang harus dibayar budi?

Jawab:

Harga sebelum diskon = Rp 420.000

Potongan harga = 15 % x Rp 420.000 = Rp 63.000

Harga setelah diskon = Rp 420.000 – Rp 63.000 = Rp 375. 000

Jadi budi harus membayar Rp 375.000

Berdasarkan contoh diatas dapat diperoleh rumus:

Harga bersih = harga kotor – Rabat (diskon)

Harga kotor adalah harga sebelum didiskon

Harga bersih adalah harga setelah didiskon

 Bruto, Tara, dan Neto

Dalam sebuah karung yang berisi pupuk tertera tulisan berat bersih 50 kg sedangkan berat kotor 0,08 kg,
maka berat seluruhnya = 50kg + 0,08kg=50,8kg.

Berat karung dan pupuk yaitu 50,8 kg disebut bruto(berat kotor)

Berar karung 0,08 kg disebut disebut tara

Berat pupuk 50 kg disebut berat neto ( berat bersih)

Jadi hubungan bruto, tara, dan neto adalah:

 Neto = Bruto – Tara

Jika diketahui persen tara dan bruto maka untuk mencari tara digunakan rumus:

 Tara = Persen Tara x Bruto

Untuk setiap pembelian yang mendapat potongan berat(tara) dapat dirumuskan:

 Harga bersih = neto x harga persatuan berat

D. Bunga tabungan dan pajak


 Bunga tabungan (Bunga Tunggal)

Jika kita menyimpan uang dibank jumlah uang kita akan bertambah, hal itu terjadi karena kita
mendapatkan bunga dari bank. Jenis bunga tabungan yang akan kita pelajari adalah bunga tunggal,
artinya yang mendapat bunga hanya modalnya saja, sedangkan bunganya tidak akan berbunga lagi.
Apabila bunganya turut berbunga maka jenis bunga tersebut disebut bunga majemuk.

Contoh:

Rio menabung dibank sebesar Rp 75.000 dengan bunga 12% per tahun. Hitung jumlah uang rio setelah
enam bulan.

Jawab:

Besar modal (uang tabungan) = Rp 75.000

Bunga 1 tahun 12 % =

= Bunga 6 bulan = Rp 4500

Jadi jumlah uang Rio setelah disimpan selama enam bulan menjadi:

= Rp 75.000 + Rp 4500

= Rp 79.500

Dari contoh tersebut dapat disimpulkan

Bunga 1 tahun = persen bunga x modal

Bunga n bulan = x persen bunga x modal = x bunga 1 tahun

Persen bunga selalu dinyatakan untuk 1 tahun, kecuali jika ada keterangan lain pada soal.

 Pajak

Pajak adalah statu kewajiban dari masyarakat untuk menyerahkan sebagian kekayaannya pada negara
menurut peraturan yan di tetapkan oleh negara. Pegawai tetap maupun swasta negeri dikenakan pajak
dari penghasilan kena pajak yang disebut pajak penghasilan (PPh). Sedangkan barang atau belanjaan
dari pabrik, dealer, grosor, atau toko maka harga barangnya dikenakan pajak yang disebut pajak
pertambahan nilai (PPN).

Contoh:

Seorang ibu mendapat gaji sebulan sebesar Rp 1.000.000 dengan penghasilan tidak kena pajak Rp
400.000. jira besar pajak penghasilan (PPh) adalah 10 % berapakah gaji yang diterima ibu tersebut?

Jawab:

Diketahui: Pesar penghasilan Rp 1.000.000

Penghasilan tidak kena pajak Rp 400.000

Pengahasilan kena pajak = Rp 1.000.000 – Rp 400.000


= Rp 600.000

Pajak penghasilan 10 %

Ditanya: gaji yang diterima ibu tersebut

Jawab:

Besar pajak penghasilan = 10 % x Rp 600.000

= x Rp 600.000

= Rp 60.000

Jadi besar gaji yang diterima ibu tersebut adalah

= Rp 1.000.000 – Rp 60.000

= Rp 940.000

Contoh soal :

1. Ahmad membeli sepeda motor dengan harga Rp 15.000.000 dengan pajaknya 10 %,


setelah beberapa tahun Ahmad menjual motor tersebut dengan harga Rp 11.500.000.
berapakah kerugian yang diderita Ahmad?

Jawab :

Diketahui: harga beli Rp 15.000.000

Pajak 10 % = 10 % x 15.000.000 = Rp 500.000

Harga jual Rp 11.500.000

Ditanya: kerugian?

Jawab:

Besar modal ( harga beli + pajak) = Rp 15.000.000 + Rp 500.000

= Rp 15.500.000

Rugi = Rp 15.500.000 – Rp 11.500.000

= Rp 4.000.000
Jadi kerugian yang diderita Ahmad adalah Rp 4.000.000.

2. Dalam sebuah toko terdapat diskonan, baju dengan harga Rp 40.000 didiskon 10 %, celana
seharga Rp 70.000 didiskon 15 %, topi seharga 20.000 didiskon 5 %, tas seharga 35.000
didiskon 5 %, dan kaos seharga Rp 55.000 didiskon 25 %. Jika Yuda ingin berbelanja
dengan menghabiskan uang antara Rp 130.000 s/d Rp 150.000 maka barang apa saja yang
akan Yuda beli?

Jawab :

Harga baju Rp 40.000, diskon 10 %

Harga celana Rp 70.000, diskon 15 %

Harga topi Rp 20.000, diskon 5 %

Harga tas Rp 35.000,diskon 5 %

Harga kaos Rp 55.000,diskon 15 %

Uang belanja Rp 130.000 s/d Rp 150.000

Ditanya:  Barang apa saja yang bisa dibeli Yuda?

Jawab:

Harga setelah didiskon:

Baju = 40.000 – (10 % x Rp 40.000) = 40.000 – 4000 = 36.000

Celana = 70.000 – (15% x Rp 70.000) = Rp 64.500

Topi = 20.000 – (5 % x Rp 20.000) = Rp 19.000

Tas = Rp 35.000 – ( 5 % x Rp 35.000) = Rp 33.250

Kaos = Rp 55.000 – (15 % x Rp 55.000) = Rp 41.250

Jadi barang yang dapat dibeli Yuda adalah

 Celana, tas, kaos

 Baju, celana, tas

 Baju, celana, kaos

 
3. Seorang pedagang membeli telur 10 kg dengan harga Rp 120.000, kemudian telur itu dijual
denan harga Rp12.500/kg. Berapakah keuntungan pedagang tersebut?

Jawab :

harga beli 10 kg telur Rp 120.000

Harga jual 1 kg telur Rp 12.500

Ditanya: keuntungan pedagang?

Jawab:

Untung = Harga Jual – Harga Beli

Harga jual = 10 x Rp 12.500

= Rp 125.000

Untung = Rp 125.000 – Rp 120.000

= Rp 5.000

Jadi pedagang itu mendapat keuntungan Rp 5000

Anda mungkin juga menyukai