Anda di halaman 1dari 8

Materi Deret Angka & Huruf

Barisan merupakan suatu susunan dalam bilangan yang dibentuk menurut suatu pola
urutan tertentu. Bilangan-bilangan yang terbentuk seperti itu disebut suku. Perubahan
diantara suku-suku berurutan terjadi akibat adanya pengurangan, pembagian,
penambahan, atau kelipatan bilangan tertentu. Jika barisan yang suku berurutannya
memiliki selisih yang tetap atau sama, maka barisan seperti itu disebut barisan
aritmetika.

Contoh :

 2, 6, 10, 14, 18, .... ditambahkan 4 dari suku yang mendahului (suku yang ada di
depannya)
 80, 74, 68, 62, 56, .... dikurangikan 6 dari suku yang mendahului (suku yang ada
di depannya)

Jika dalam suatu barisan yang suku berurutannya mempunyai kelipatan bilangan sama
atau tetap, maka barisan seperti itu disebut barisan geometri.

Contoh :

 2, 6, 18, 54, 32, 162, 486.... dikalikan 3 dari suku yang mendahului (suku yang
ada di depannya)
 800, 200, 50, 12½,.... dikalikan ¼ dari suku yang mendahului (suku yang ada di
depannya)

Deret merupakan jumlah dari semua bilangan dalam suatu barisan tertentu.
Contoh :

 Deret hitung (Deret aritmetika): 8 + 10 + 12 + 14 + 16 = 60


 Deret ukur (Deret geometri): 3 + 9 + 27 + 81 + 243 = 363

1. Barisan Yang Bukan Merupakan Barisan Aritmetika dan Geometri


Dalam menentukan suku-suku suatu barisan sobat bisa melihat keteraturan pola dari
suku-suku sebelumnya. Barisan seperti 3, 6, 10, 15, ... mempunyai keteraturan karena
beda suku ke dua dengan suku pertama adalah 3, beda dari suku ke tiga dengan suku
ke dua adalah 4, beda suku ke empat dengan ke tiga adalah 5. Jadi dengan kata lain
setiap kenaikan suku, penjumlahannya pun ikut ditambahkan. Dan akan terlihat
keteraturan polanya

2. Barisan Bertingkat Yang Mengacu Pada Barisan Aritmetika


Dalam menentukan rumus umum suku ke-n barisan seperti ini caranya adalah sobat
perhatikan aja selisih antara dua suku yang berurutan. Jika dalam satu tingkat
dilakukan pengurangan tetapi belum diperoleh selisih yang sama atau tetap, maka
pengurangan harus dilakukan pada tingkat berikutnya yaitu tingkat dua sampai
diperoleh selisih sama atau tetap. Suatu barisan disebut berderajat satu (linear) jika
selisih tetap diperoleh dalam 1 tingkat pengurangan, dan disebut berderajat dua jika
selisih tetap diperoleh dalam 2 tingkat pengurangan dan begitu seterusnya.

Barisan 2, 5, 8, 11, 14, 17. . . . Barisan ini disebut barisan berderajat satu karena
mempunyai selisih tetap yang diperoleh pada satu tingkat pengurangan.
Mempunyai selisih tetap sebesar 3

Barisan 5, 8, 13, 20, 29, 40, 53 . . . . Barisan ini disebut barisan berderajat dua karena
selisih tetap yang diperoleh pada dua tingkat pengurangan.

Mempunyai selisih tetap sebesar 2

Barisan 2, 5, 18, 45, 90, 157, 250 . . . . Barisan ini disebut barisan berderajat tiga
karena selisih tetap yang diperoleh pada tiga tingkat pengurangan.

Mempunyai selisih tetap sebesar 4

3. Barisan Bertingkat yang Mengacu Pada Barisan Geometri


Terdapat barisan yang setelah dicari beda antara 2 suku yang berurutan tidak juga
diperoleh selisih yang tetap sampai beberapa kali tingkat pengurangan, tetapi beda
pada tingkat tertentu itu membentuk suatu barisan geometri.
Contoh :

Barisan tersebut di atas dapat dilihat keteraturan barisannya setelah terjadi


pengurangan pada tingkat ke dua. Terlihat pada barisan tersebut terdapat unsur 2
Materi Tes Kemampuan Numerik
Tes kemampuan numerik merupakan tes yang ditujukan untuk mengetahui
kemampuan seseorang dalam berhitung dengan benar dalam waktu yang terbatas.
Ruang lingkup tes numerik meliputi perhitungan, estimasi, interpretasi data, dan logika
matematika, serta barisan dan deret.

PERHITUNGAN
Soal-soal perhitungan yang umum diujikan dalam psikotes, tes potensi akademik, dan
tes bakat skolastik adalah aritmatika dasar seperti penjumlahan, pengurangan,
pembagian, perkalian. Perhitungan lain seperti pecahan, persentase, perbandingan,
proporsi, rata-rata, jarak, waktu, dan kecepatan juga sering muncul dalam setiap tes.

1. BILANGAN

 Bilangan Romawi

I = 1 (satu) C = 100 (seratus)


V = 5 (lima) D = 500 (lima ratus)
X = 10 (sepuluh) M = 1.000 (seribu)
L = 50 (lima puluh)

Contoh:
XXI = 21 MMIII = 2.003
CDV = 405 CL = 150
XI = 11 MCMXCIX = 1.999

 Penjumlahan bilangan bulat

Berikut ini ketentuan operasi penjumlahan bilangan bulat.

1. Jika suatu bilangan dijumlahkan dengan lawan bilangannya, maka hasilnya


adalah nol:
[a + (-a) = 0].
Contoh ⇒ 19 + (-19) = 0, ⇒⇒⇒ -19 lawan dari 1

2. Jika suatu bilangan di depannya terdapat tanda negatif lebih besar dari bilangan
positifnya, hasilnya adalah bilangan negatif.
Contoh ⇒ 8 + (-12) = 8 - 12 = - 4, ⇒⇒⇒ 12 lebih besar dari

3. Jika suatu bilangan di depannya terdapat tanda negatif lebih kecil dari bilangan
positifnya, hasilnya adalah bilangan positif.
Contoh ⇒ (-4) + 14 = 10, ⇒⇒⇒ 4 lebih kecil dari 14

 Pengurangan bilangan bulat

Berikut ini ketentuan operasi pengurangan pada bilangan bulat.

1. Jika suatu bilangan positif dikurangi dengan lawannya, maka hasilnya dua kali
bilangan itu sendiri: [a - (-a) = 2 x a].
Contoh ⇒ 11 - (-11) = 11 + 11 = 22, ⇒⇒⇒ -11 lawan dari 11
2. Jika suatu bilangan negatif dikurangi bilangan positif, hasilnya bilangan negatif.
Contoh ⇒ -14 - 6 = -20, ⇒⇒⇒ (sama artinya -14 ditambah -6)
3. Jika suatu bilangan negatif dikurangi bilangan negatif, ada 3 kemungkinan
seperti berikut ini.
Berupa bilangan positif jika bilangan di belakang tanda negatif lebih besar.
o Contoh ⇒ -4 - (-9) --4 + 9 = 5, ⇒⇒⇒ 9 lebih besar dari 4

Berupa bilangan negatif jika bilangan di belakang tanda negatif lebih kecil.

o Contoh ⇒ -8 - (-3) = -8 + 3 - -5, ⇒⇒⇒ 3 lebih kecil dari 8

Berupa bilangan nol jika bilangan negatifnya sama.

o Contoh ⇒ -15 - (-15) = -15 + 15 = 0, ⇒⇒⇒ -15 sama dengan -15


4. Jika semua bilangan bulat dikurangi dengan nol, hasilnya adalah bilangan bulat
itu sendiri.
Contoh ⇒ 4 - 0 = 4

 Perkalian bilangan bulat

Berikut ini ketentuan operasi perkalian pada bilangan bulat.

1. Jika bilangan positif dikalikan bilangan negatif, hasilnya bilangan negatif.


Contoh ⇒ 6 x (-3) = -15
2. Jika bilangan positif dikalikan bilangan positif, hasilnya bilangan positif.
Contoh ⇒ 13 x 5 = 65
3. Jika bilangan negatif dikalikan bilangan negatif, hasilnya bilangan positif.
Contoh ⇒ (-3) x (-7) = 21
4. Jika bilangan bulat dikalikan dengan nol, hasilnya nol.
Contoh ⇒ (-8) x 0 = 0

 Pembagian bilangan bulat

Berikut ini ketentuan operasi pembagian pada bilangan bulat.


1. Jika tanda kedua bilangan bulat itu sama

 Positif dibagi positif hasilnya positif : [ + : + = + ].


Contoh ⇒ 6 : 6 = 1
 Negatif dibagi negatif, hasilnya positif : [- : - = + ].
Contoh ⇒ (-21) : (-3) = 7

2. Jika tanda kedua bilangan itu berbeda

 Positif dibagi negatif, hasilnya negatif: [+ : - = –].


Contoh ⇒ 25 : (-5) = –5
 Negatif dibagi positif, hasilnya negatif: [ - : + = - ].
Contoh ⇒ (-27) : 9 = -3
 Operasi hitung campuran bilangan bulat

1. Operasi pembagian dan perkalian adalah sama kuat. Oleh karena itu, agar lebih
praktis, maka pengerjaan operasi yang ditulis terlebih dahulu harus dikerjakan
lebih awal.
Contoh ⇒ 3 x 4 : 2 = 6
Caranya ⇒ (3 x 4) : 2 = 6 = 12 : 2
2. Operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat. Oleh karena itu, pengerjaan
operasi yang ditulis terlebih dahulu harus dikerjakan lebih awal.
Contoh ⇒ 50 + 25 - 30 = 45
Caranya ⇒ (50 + 25) - 30 = 75 - 30 = 45
3. Apabila dalam suatu soal terdapat tanda kurung, maka pengerjaan operasi
dalam kurung terlebih dahulu harus dikerjakan.
Contoh ⇒ 30 : (2 + 4) + 13 = 18
Caranya ⇒ 30 : (6) + 13 = (30 : 6) + 13 = 5 + 13 = 18
4. Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan
pengurangan, maka harus dikerjakan terlebih dahulu.
Contoh ⇒ 125 + 400 : 8 - 5 x 30 = 25
Caranya ⇒ 125 + (400 : 8) - (5 x 30) = 125 + 50 – 150 = 175 - 150 = 25

2. PECAHAN
Pecahan menunjukkan pembagian ½ berarti 1 dibagi 2. Bagian atas suatu pecahan
adalah pembilang, sedangkan bagian bawahnya adalah penyebut.

 Penjumlahan dan pengurangan pecahan

1. Jika pada penjumlahan atau pengurangan pecahan memiliki penyebut sama,


maka cukup lakukan penjumlahan atau pengurangan pada pembilangnya,
sementara penyebutnya tetap sama.

2. Jika pada penjumlahan atau pengurangan pecahan memiliki penyebut yang


berbeda, maka terlebih dahulu samakan penyebutnya, kemudian bisa dilakukan
penjumlahan atau pengurangan pada pembilangnya.

 Perkalian pecahan

Pada perkalian pecahan, Anda tidak perlu menyamakan penyebutnya. Caranya adalah
kalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.

 Pembagian pecahan

Pada pembagian pecahan, pembagian pecahan pertama dengan pecahan kedua sama
dengan perkalian pecahan pertama dengan sebalikan dari pecahan kedua.
3. PERSENTASE
Persentase adalah sebuah pecahan yang penyebutnya 100. Untuk mengubah bentuk
persentase menjadi bentuk pecahan dapat dilakukan dengan menuliskan bilangan asli
sebagai pembilang dan 100 sebagai penyebut.

Beberapa bentuk persen yang equivalent dengan pecahan dan umum kita kenal adalah
sebagai berikut.

4. PERBANDINGAN
Perbandingan adalah pernyataan yang membandingkan dua nilai dimana salah satu
nilai dibagi nilai lainnya.
Contoh : Di dalam suatu bus terdapat 15 pria dan 25 wanita. Perbandingan jumlah pria
dengan wanita dalam bus tersebut adalah atau 15. Perbandingan wanita dengan pria
adalah atau 25 : 15. 15

5. PROPORSI
Proporsi adalah suatu persamaan dari dua pecahan di kedua ruasnya.
Contoh :
Proporsi terbagi menjadi dua, yaitu:

 Proporsi langsung

Pada proporsi langsung, kedua variabelnya berhubungan, artinya jika kedua bilangan
dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama, perbandingan tidak berubah.

 Proporsi invers

Pada proporsi invers ada 2 ketentuan, yaitu:

1. Peningkatan galah satu nilai melalui perkalian akan menyebabkan penurunan


pada nilai kedua.
2. Penurunan salah satu nilai melalui pembagian akan menyebabkan peningkatan
pada nilai kedua.

6. RATA-RATA
Rata-rata adalah jumlah bilangan dibagi banyaknya bilangan.

INGAT !!!

 Dalam menyelesaikan soal rata-rata, perhatikan satuan yang akan dijumlahkan.


Jika berbeda, samakan terlebih dahulu, selanjutnya dikerjakan.
 Jika dua atau tiga rata-rata digabung menjadi satu, terlebih dahulu dibuat bobot
yang sama.
 Jika soalnya menanyakan bilangan yang hilang dengan rata-ratanya tertentu,
kurangkan total seluruh bilangan dengan jumlah bilangan yang diketahui.
7. JARAK, WAKTU DAN KECEPATAN

INGAT !!!

1. Gunakan rumus yang sesuai dengan jawaban yang akan dicari.


2. Untuk menghitung kecepatan rata-rata dari suatu perjalanan yang terdiri dari dua
atau lebih bagian, maka anggaplah perjalanan tersebut sebagai satu perjalanan
dengan menggunakan total jarak dan total waktu.
3. Perhatikan jika ada perbedaan satuan.
4. Gambarkan situasi yang dijelaskan pada soal.

Anda mungkin juga menyukai