Anda di halaman 1dari 68

BAB 1 BILANGAN CACAH

 Bilangan cacah adalah bilangan yang terdiri atas 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya.


 Operasi hitung bilangan cacah meliputi:
 Penjumlahan
 Pengurangan
 Perkalian dan
 Pembagian
 Bilangan cacah juga sering disebut sebagai bilangan positif yang dimulai dari nol
sampai angka yang tak terhingga
 Sifat bilangan cacah:
a. Tertutup untuk penjumlahan dan perkalian
Kalau ada dua bilangan bulat yang ditambahkan, hasilnya akan tetap bulat
atau cacah contohnya 2 + 2 = 4. Sifat tertutupnya juga sama dioperasi
perkalian. Misalnya, 2 × 4 = 8.
b. Asosiatif
Sifat asosiatif dalam operasi bilangan cacah yaitu hasil dari penjumlahan dan
perkalian tiga bilangan bulat bakal tetap sama walaupun pengelompokannya
berbeda-beda.
Misalnya :
(2+3) + 4 = 9
2 + (3+4) = 9
Setiap ada tiga bilangan cacah yang dijumlahkan, hasilnya sebenarnya bakal
tetap sama walaupun cara pengelompokan bilangannya berbeda Seperti di
atas. Sifat ini juga berlaku buat perkalian.
Misalnya :
(2×3) × 4 = 24
2 × (3×4) = 24
c. Distributif
Distributif atau penyebaran titik maksudnya, hasil operasi hitung bilangan
cacah dalam bentuk penjumlahan pengurangan perkalian sampai pembagian
ini bisa disebarkan kelompoknya. Rumusnya yaitu (a+b) × c = (axc) + (b×c)
Misalnya :
(2+3) × 2 = 10
(2×2) + (3×2) = 4 + 6 = 10
 Bilangan cacah dibagi menjadi dua yaitu genap dan ganjil
a) Bilangan cacah genap
Kalau bilangan cacah genap sendiri merupakan bilangan cacah kelipatan 2 atau habis
kalau dibagi angka 2
Contoh bilangan cacah genap ini mulai dari 2,4,6,8,9,10,12,14,16,18,20 sampai
seterusnya.
b) Bilangan cacah ganjil
Bilangan cacah ganjil ini kebalikannya dari yang genap angka di bilangan ganjil ini
bukan kelipatan 2 dan nggak bakal habis kalau dibagi 2. Contoh bilangan cacah ganjil
mulai dari 1,3,5,7,9, 11, 13, 15, 17, 19, sampai seterusnya.
 Penjumlahan adalah penambahan 2 atau lebih bilangan titik penjumlahan ditulis
dengan tanda “+” diantara dua bilangan titik pada penjumlahan bilangan cacah
mempunyai hasil yang lebih besar.
 Pengurangan adalah kebalikan dari penjumlahan titik pengurangan ditulis dengan
tanda “-“ di antara dua bilangan titik hasil dari pengurangan bilangan cacah lebih
kecil dari bilangan yang dikurangkan.
 Dalam menjumlahkan dan mengurangkan bilangan-bilangan besar lebih mudah
dilakukan dengan cara susun.

 Perkalian bilangan cacah dapat diartikan sebagai hasil penjumlahan berulang-ulang


dari bilangan cacah yang dikalikan titik misalnya : 3 × 4 = 4 + 4 + 4 dan 7 × 3 = 3 + 3 +
3 + 3 + 3 + 3 + 3.
 Pembagian dapat diartikan sebagai proses pengurangan berulang dari pembagi titik
pada perkalian dinotasikan dengan tanda X di antara kedua bilangan titik untuk
pembagian dinotasikan dengan : diantara kedua bilangan.
 Untuk perkalian dan pembagian bilangan-bilangan besar, lebih mudah menggunakan
cara susun pendek.
 Operasi hitung campuran adalah operasi hitung yang melibatkan penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dalam operasi hitung tersebut ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1) Kerjakan lebih dahulu operasi hitung yang berada dalam kurung.
2) Penjumlahan dan pengurangan sama kuat maka Kerjakanlah secara
berurutan dari depan atau dari kiri ke kanan
3) Perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan pengurangan
maka dahulukan mengerjakannya
4) Perkalian dan pembagian sama kuat maka kerjakan secara berurutan dari kiri
ke kanan.
 Pembulatan merupakan menaksir atau memperkirakan suatu bilangan yang memiliki
tujuan untuk mempermudah dalam menghitung bilangan cacah melalui pendekatan
titik pembulatan yang dipelajari antara lain: pembulatan menuju puluhan terdekat
ratusan terdekat dan ribuan terdekat.
Berikut aturan-aturan dalam membulatkan bilangan cacah
a) Pembulatan menuju puluhan terdekat
- Angka satuan yang kurang dari 5 dibulatkan ke bawah.
- Angka satuan yang lebih banyak atau sama dengan 5 dibulatkan ke atas.
Contoh :
Angka 48 dibulatkan menjadi 50
Angka 73 dibulatkan menjadi 70
Angka 235 dkbulatkan menjadi 240
b) Pembulatan menuju ratusan terdekat
- Angka puluhan yang nilainya kurang dari 50 dibulatkan ke bawah.
- Angka puluhan yang nilainya lebih atau sama dengan 50 dibulatkan ke
atas.
Contoh :
Angka 143 dibulatkan menjadi 100
Angka 382 dibulatkan menjadi 400
c) Pembulatan menuju ribuan terdekat
- Angka ratusan yang nilainya kurang dari 500 dibulatkan ke bawah.
- Angka ratusan yang lebih atau sama dengan 500 dibulatkan ke atas.
Contoh :
2.346 dibulatkan menjadi 2.000
4.495 dibulatkan menjadi 4.000
 Penaksiran merupakan perkiraan yang dilakukan untuk hasil sebuah operasi hitung
bilangan titik dalam melakukan penaksiran, terdapat aturan-aturan pada
pembulatan titik tujuannya agar hasil yang diperoleh bisa mendekati hasil operasi
hitung yang sebenarnya.
 Dalam menaksir operasi hitung bilangan dibagi menjadi 3 keadaan, yaitu: taksiran
atas, taksiran rendah, dan taksiran terbaik.
 Langkah-langkah dalam menaksir operasi hitung bilangan.
I. Bulatkan operasi hitung bilangan-bilangan
a. Pada taksiran rendah semua bilangan dibulatkan ke bawah
b. Pada taksiran tinggi semua bilangan dibulatkan ke atas
c. Pada taksiran terbaik semua bilangan dibulatkan sesuai aturan
pembulatan
II. Operasi hitung bilangan-bilangan hasil pembulatan penjumlahan dan
pengurangan, perkalian dan pembagian

Operasi Taksiran Bawah Taksiran Atas Taksiran Terbaik


235 + 589 200 + 500 = 700 300 + 600 = 900 200 + 600 = 800
773 – 428 700 – 400 = 300 800 – 500 = 300 800 – 400 = 400
3.763 + 4.425 3.000 + 4.000 = 4.000 + 5.000 = 4.000 + 4.000 =
7.000 9.000 8.000
9.125 – 4.769 9.000 – 4.000 = 10.000 – 5.000 = 9.000 – 5.000 =
5.000 5.000 4.000
8.405 + 2.828 8.000 + 2.000 = 9.000 + 3.000 = 8.000 + 3.000 =
10.000 12.000 11.000
17 × 33 10 × 30 = 300 20 × 40 = 800 20 × 30 = 600
45 × 236 40 x 200 = 8.000 50 × 300 = 15.000 50 × 200 = 10.000
265 : 23 200 : 20 = 10 300 : 30 = 10 300 : 20 = 15
315 × 885 300 × 800 = 24.000 400 × 900 = 360.000 300 × 900 = 27.000
8.862 : 267 8.000 : 200 = 40 9.000 : 300 = 30 9.000 : 300 = 30

BAB 2 FPB DAN KPK

 Kelipatan merupakan bilangan loncat yang dimulai dari bilangan loncat terkecil dengan
setiap loncatan sama panjang atau jarak atau satuannya. Nol tidak termasuk dalam
anggota kelipatan. Contoh :
1) Bilangan kelipatan 2 = 2,4,6,8,10,12,14,16,18, . . .
2) Bilangan kelipatan 3 = 3,6,9,12,15,18,21,24,27, . . .
 Kelipatan persekutuan adalah kelipatan yang sama dari dua bilangan atau lebih.
Contoh :
Bilangan kelipatan 2 = 2,4,6,8,10,12,14,16,18,20,22,24,26,28 . . .
Bilangan kelipatan 3 = 3,6,9,12,15,18,21,24,27,30 . . .
Kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 = 6,12,18,24
 Faktor bilangan adalah bilangan-bilangan yang membagi habis bilangan tertentu
misalnya ada bilangan 12 titik faktor dari bilangan 12 adalah bilangan yang membagi
habis bilangan 12 tersebut.
Contoh
1) Faktor 12 = 1,2,3,4,6,12
2) Faktor 20 = 1,2,4,5,10,20
3) Faktor 36 = 1,2,3,4,6,9,12,18,36
Cara mudah menentukan faktor bilangan
1. Buat tabel 2 kolom
2. Carilah pasangan bilangan yang hasil kalinya bilangan yang dicari faktornya
3. Itulah bilangan-bilangan faktornya
Perhatikan cara berikut untuk menentukan faktor 12,20 dan 36
 Faktor persekutuan adalah faktor-faktor yang sama dari dua bilangan atau lebih.
Contoh :
Tentukan faktor persekutuan dari 12 dan 30.
Faktor 12 = 1,2,3,4,6,12
Faktor 30 = 1,2,3,5,6,10,15,30
Faktor persekutuan = 1,2,3,6
 Bilangan prima adalah bilangan yang hanya dapat dibagi dengan bilangan 1 dan bilangan
itu sendiri.
 Bilangan-Bilangan Prima
2 (hanya bisa dibagi 1 & 2)
3 (hanya bisa dibagi 1 & 3)
5 (hanya bisa dibagj 1 & 5)
7 (hanya bisa dibagi 1 & 7)
 Faktor prima adalah bilangan prima yang dapat digunakan sebagai pembagi suatu
bilangan titik faktor prima dapat dicari dengan memilih bilangan prima dari faktor-faktor
suatu bilangan.
Contoh :
1. Faktor 12 : 1,2,3,4,6,12
Faktor prima dari 12 adalah 2 dan 3.
2. Faktor 30 : 1,2,3,5,6,10,15,30
Faktor prima dari 30 adalah 2,3,5.
 Faktorisasi prima adalah perkalian bilangan-bilangan prima yang merupakan faktor dari
bilangan itu. Dalam menentukan faktorisasi prima, lebih mudah menggunakan diagram
pohon.
Contoh
Menentukan faktorisasi prima dari 20, 48, dan 90 dengan diagram pohon.

Diperoleh faktorisasi berikut.


1) 20=2x2x5=22x5

2) 48 2x2x2x2x3=24 x 3

3) 90=2x3x3x5=2x32x5

 Faktor Persekutan Terbesar (FPB) adalah faktor-faktor sama yang dimiliki dua bilangan
atau lebih yang nilainya paling besar.
 Ada beberapa cara menentukan FPB.
Menggunakan Faktor Persekutuan
Cara yang dilakukan adalah menentukan faktor-faktor persekutuan- nya terlebih dahulu,
lalu menentukan faktor yang terbesar.
Contoh
Menentukan FPB dari 24 dan 36.
Faktor 24: 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
Faktor 36: 1, 2, 3, 4, 6, 9, 12, 18, 38
Faktor persekutuan: 1, 2, 3, 4, 6, 12
FPB dari 24 dan 36 adalah 12.

Menentukan FPB dari 48, 60, d 80.


Faktor 48: 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 48
Faktor 60: 1, 2, 3, 4, 5, 6,10, 12, 15, 20, 30, 60
Faktor 80: 1, 2, 4, 5, 8, 10, 12, 16, 20, 40, 80
Faktor persekutuan: 1, 2, 4, 12
FPB dari 48, 60, dan 80 adalah 12.

Menggunakan Faktorisasi Prima Langkah-langkah menentukan FPB dengan cara


faktorisasi prima Adalah sebagai berikut.
1) Menentukan faktorisasi prima dari bilangan-bilangan itu (bisa Dengan cara pohon
faktor).
2) Mengambil faktor-faktor yang sama dari bilangan-bilangan itu.
3) Jika terdapat faktor yang sama, ambillah faktor yang memiliki pangkat terkecil.
4) Kalikan faktor-faktor tersebut. Contoh

1) Menentukan FPB dari 24 dan 36.


24= 2x2x2x3
36=2×2×3×3
Pilih bilangan yang sama dari Kedua bilangan ini
FPB 2x2x3=8
Jadi, FPB dari 24 dan 36 adalah 8.

2) Menentukan FPB dari 60, 72, dan 80


60=2×2×3×5
72=2x2x2 x3x3
80=2x2x2x2x5
Pilih bilangan yang sama dari Ketiga bilangan ini
FPB = 2x2=4
Jadi, FPB dari 60, 72, dan 80 adalah 4.

 Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah kelipatan-kelipatan sama yang dimiliki dua
bilangan atau lebih yang nilainya paling kecil.
Ada beberapa cara menentukan FPB.

Menggunakan Faktor Persekutuan

Cara yang dilakukan adalah menentukan kelipatan persekutuannya terlebih dahulu, lalu
menentukan kelipatan yang terkecil. Contoh

1) Menentukan KPK dari 6 dan 8.

Kelipatan 6:6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72, 80

Kelipatan 8: 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, 72, 80, 88, 96 Kelipatan persekutuan: 24, 48,
72,... KPK dari 6 dan 8 adalah 24.

2) Menentukan KPK dari 12, 18, dan 24.

Kelipatan 12: 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, 120, 132, 144 Kelipatan 18: 18, 36, 54,
72, 90, 108, 126, 144, 162, 180

Kelipatan 24: 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168, 192 Kelipatan persekutuan: 72, 144,... KPK
dari 12, 18, dan 24 adalah 72.

Menggunakan Faktorisasi Prima

Langkah-langkah menentukan KPK dengan cara faktorisasi prima.

1) Menentukan faktorisasi prima dari bilangan-bilangan itu.


2) Mengambil faktor-faktor yang sama atau tidak sama dari bilangan- bilangan itu.
Dengan kata lain,ambillah semua bilangan faktor Pada bilangan-bilangan itu.
3) Jika terdapat faktor yang sama ambillah faktor yang memiliki Pangkat terbesar.
4) Kalikan faktor-faktor tersebut

Contoh
1) Menentukan KPK dari 30 dan 48.
30=2×3×5
48=2x2x2x2x3=24x3
KPK = 2x3x5 = 240
Jadi, KPK dari 30 dan 48 adalah 240.

2) Menentukan KPK dari 40, 45, dan 60.


40=2x2x2x5=23x5
45 3x3x5=32x5
60=2x2x3x5=22x3x5
KPK = 23 x 32 x 5 = 8x9x5=360
Jadi, KPK dari 40, 45, dan 60 adalah 360.

BAB 3 PANGKAT DAN AKAR

 Bilangan pangkat dua diartikan sebagai perkalian berulang dari suatu


bilangan sebanyak dua kali. Hasil bilangan pangkat dua dinamakan bilangan
kuadrat. Bilangan a pangkat dua ditulis dengan a²
Bilangan kuadrat ditulis:
a² = axa
Contoh
1² = 1 × 1 = 1
2² = 2 × 2 = 4

TABEL LENGKAP AKAR KUADRAT 1-50


Bilanga Bilangan Hasil Bilangan Hasil
Hasil Bilangan Hasil
n
1² 1 16² 256 31² 961 46² 2.116
2² 4 17² 289 32² 1.024 47² 2.209
3² 9 18² 324 33² 1.089 48² 2.304
4² 16 19² 361 34² 1.156 49² 2.401
5² 25 20² 400 35² 1.225 50² 2.500
6² 36 21² 441 36² 1.296
7² 49 22² 484 37² 1.369
8² 64 23² 529 38² 1.444
9² 81 24² 576 39² 1.521
10² 100 25² 625 40² 1.600
11² 121 26² 676 41² 1.681
12² 144 27² 729 42² 1.764
13² 169 28² 784 43² 1.849
14² 196 29² 841 44² 1.936
15² 225 30² 900 45² 2.025

 Bilangan pangkat tiga diartikan sebagai perkalian bilangan beruntun


sebanyak tiga kali. Hasil bilangan pangkat tiga dinamakan bilangan kubik.
Bilangan a pangkat tiga ditulis dengan a³.
Bilangan kubik ditulis:
A³ = a x a x a

 Akar pangkat dua merupakan kebalikan dari pangkat dua (kuadrat). Akar
Dari bilangan b ditulis dengan √b. Jika a x a = b maka √b=a.
Contoh
1) 7x7 49 maka √49=7
2) 21 x 21=441 maka √441-21 3) 52 x 52 = 2.704 maka √2.704 = 42

Untuk menentukan akar suatu bilangan, dapat menggunakan cara pen


Dekatan puluhan dan satuan. Sebelum berlanjut, hafalkan dahulu akar
pangKat di bawah 100.

Contoh :
Untuk menentukan √2.401, misal √2.401-PS hasil (P puluhan dan S satuan)
Jadikan 2.401 menjadi dua bagian yaitu 24 dan 01.

 Bilangan 24 untuk menentukan puluhan.


 Bilangan 01 untuk menentukan satuan.
 Pada 24, tentukan suatu bilangan yang hasil kuadratnya < 24 (yaitu
4).
 Pada 01 (satuan 1), tentukan bilangan yang nilai kuadratnya memiliki
satuan 1 (yaitu 1 dan 9). Jadi, ada dua kemungkinan, yaitu 41 dan 49.
Cek kedua hasil dengan mengkuadratkan.
41 x 41 = 1.681
49 x 492.401 (ini yang diharapkan)
Jadi, hasil √2.401-49.

Tabel Akar Kuadrat Bilangan dengan Hasil 11-50.

 Akar pangkat tiga merupakan kebalikan dari pangkat tiga. Akar pangkat dari
bilangan b ditulis dengan b. Jika a x a x a = b maka ³√b=a.
Contoh:
1) 6 x 6 x 6 = 216 maka ³√216 = 6
Contoh :
Untuk menentukan √19.683, misalkan hasil 19.683=PS (P puluhan dan S
satuan)

o Pisahlah 19.683 menjadi 19 dan 683. Bilangan 19 untuk menentukan


puluhan (P) dan 683 untuk menentukan satuan (S).
o Pilihlah P dengan bilangan akar pangkat tiga ≤ 19, yaitu 2 (karena 2³
<19).
o Pilihlah S dengan melihat digit terakhir pada 683 yaitu 3. Pilihlah S
sehingga digit terakhir S3 adalah 3. Maka hanya S = 7 (73 = 343, digit
terakhir adalah 3). Hasil akhir PS = 27. Jadi, √19.683= 27.

Tabel Akar Pangkat Tiga dengan Hasil 11-50.


BAB 4 PECAHAN

 Pecahan adalah bilangan yang berbentuk ½ dengan 1 disebut pembilang


Dan 2 disebut penyebut. Misalnya: ½, ⅕ , ⅞ Namun, lebih dari itu bentuk
pecahan tersebut dapat diubah ke bentuk lain, seperti bentuk desimal,
persen, atau permil.
Contoh
1) 0,2; 1,5; dan 0,85 (bentuk desimal)
2) 5%, 20%, dan 67% (bentuk persen)
 Cara menyederhanakan pecahan yaitu dengan dara membagi pembi- lang
dan penyebut dengan faktor persekutuan terbesar (FPB) atau de- ngan
membagi dengan faktor-faktornya secara bertahap sampai tidak bisa dibagi
lagi.
Contoh :

 Dua Pecahan dikatakan senilai apabila kedua pecahan tersebut memiliki


perbandingan antara bilangan pembilang dan penyebut sama.
 Berikut cara mudah dan cepat dalam mengubah bentuk pecahan ke bentuk
pecahan lain, yaitu dalam bentuk desimal, persen, atau sebaliknya.
 Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Desimal
Langkah-Langkah
a. Ubahlah pecahan senilai yang berpenyebut 10, 100, 1.000, 10.000 dan
seterusnya.
b. Ubahlah pecahan tersebut menjadi desimal dengan banyak angka di
belakang koma sesuai dengan banyak nol penyebut (10 berarti satu
angka dibelakang koma, 100 berarti dua angka di belakang koma, dan
seterusnya).
 Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Persen
 Mengubah Desimal Menjadi Pecahan

 Mengubah Persen Menjadi Pecahan


 Cara Cepat Mengurutkan Pecahan
Ada berbagai kondisi dalam mengurutkan pecahan, antara lain mengurut-
kan pecahan biasa/pecahan campuran, mengurutkan pecahan desimal, Dan
mengurutkan berbagai bentuk pecahan.
1) Mengurutkan Pecahan Berpenyebut Sama
Jika terdapat sekelompok pecahan berpenyebut sama maka cara
mengurutkan dari terkecil atau dari terbesar, cukup bandingkan pada
pembilangnya.
 Mengurutkan Pecahan Berpenyebut Berbeda
Jika terdapat sekelompok pecahan berpenyebut berbeda maka cara

Mengurutkan dari terkecil atau dari terbesar menggunakan langkah-

Langkah berikut.
1) Samakan penyebutnya dengan mencari KPK dari semua penyebut Pada
pecahan itu.
2) Setelah penyebut menjadi sama, urutkan dengan membandingkan
pembilangnya.
 Mengurutkan Pecahan Desimal
Dalam pecahan desimal terdapat nilai tempat sepersepuluhan,
seperseratusan, seperseribuan, dan seterusnya. Untuk membanding- kan
atau mengurutkan pecahan desimal, lakukan langkah-langkah berikut.
1) Bandingkan angka yang terdapat pada sepersepuluhan. Angka Yang
besar menunjukkan bahwa bilangan desimal tersebut lebih besar.
2) Jika pada sepersepuluhan ada yang sama, bandingkan angka pada
seperseratusan. Angka yang besar menunjukkan bahwa bilangan desimal
itu lebih besar.
3) Jika pada seperseratusan ada yang sama, bandingkan angka pada
seperseribuan. Angka yang besar menunjukkan bahwa bilangan Desimal
itu lebih besar.
4) Dan seterusnya ke nilai tempat berikutnya.

Contoh
Urutkan pecahan desimal berikut dari terkecil dan dari terbesar.
1) 0,243; 0,345; 0,329; 0,453

 Mengurutkan Berbagai Bentuk Pecahan


Jika terdapat sekelompok pecahan yang berbeda jenis dan bentuknya,
untuk mengurutkan dari terkecil/terbesar dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut.

1) Ubahlah setiap pecahan menjadi pecahan yang sejenis, yaitu:


i) jadikan pecahan yang berpenyebut sama dan
ii) jadikan dalam bentuk desimal
2) Urutkan pecahan-pecahan tersebut dari terkecil/terbesar.
 Seperti pada bilangan cacah, pada pecahan juga diajarkan operasi hitung
pecahan. Bagaimana cara menjumlah dan mengurang pecahan? Ayo, si-
Maklah penjelasan berikut!
 Menjumlah dan Mengurang Pecahan Biasa
1) Penjumlahan/Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama
Pada penjumlahan/pengurangan pecahan berpenyebut
sama, ca- ranya cukup jumlahkan/kurangkan bilangan
pembilangnya.
2) Penjumlahan/Pengurangan Pecahan Berpenyebut Berbeda
Pada penjumlahan/pengurangan pecahan berpenyebut
berbeda gunakan langkah berikut.
1) Ubahlah dahulu menjadi pecahan yang penyebutnya
sama Dengan mencari KPK dari bilangan penyebut.
2) Kerjakan penjumlahan dan pengurangan.

 Menjumlah dan Mengurang Pecahan Desimal Langkah menjumlahkan


pecahan desimal sama seperti pada penjum- lahan bilangan cacah.
Jumlahkan atau kurangkan angka-angka yang mempunyai nilai letak sama.
Penjumlahan dan pengurangan lebih mudah dengan cara susun.
Contoh :
1) 0,384 +0,475 =...
 Menjumlah dan Mengurang Berbagai Bentuk Pecahan Berbeda Langkah-
langkah menjumlah dan mengurang pecahan bentuk berbe- da, yaitu
sebagai berikut.
1) Ubahlah pecahan menjadi pecahan sejenis.
2) Setelah sama, selesaikanlah sesuai cara yang sudah diberikan.

 Mengalikan dan Membagi Pecahan


Perkalian bilangan antara pecahan biasa caranya dengan mengalikan
pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.
Pembagian bilangan antara pecahan biasa sama artinya dengan mengalikan
dengan kebalikan pecahan kedua.

 Mengalikan dan Membagi Pecahan Desimal


Mengalikan pecahan desimal sama mudahnya dengan mengalikan dan
membagi bilangan cacah. Hanya saja yang perlu dicermati pada banyak
angka desimalnya (banyak angka di belakang tanda koma). Pada perkalian
dan pembagian bilangan desimal, cermati letak desimal.
Contoh
Mengalikan desimal
1) 21,5 x 26,3=565,45
(1 angka desimal x 1 angka desimal = 2 angka desimal)

2) 2,15 x 26,3 = 56,545


(2 angka desimal x 1 angka desimal = 3 angka desimal)

3) 2,15 x 2,63 = 5,6545


(2 angka desimal x 2 angka desimal = 4 angka desimal)

Membagi Desimal
1) 343,65: 14,5 = 23,7
(2 angka desimal: 1 angka desimal = 1 angka desimal)

2) 34,365: 14,5 = 2,37


(3 angka desimal: 1 angka desimal = 2 angka desimal)

3) 34,365: 1,45 = 23,7


(3 angka desimal: 2 angka desimal 1 angka desimal)

 Mengali dan Membagi Berbagai Bentuk Pecahan Berbeda Langkah-langkah


mengali dan membagi pecahan bentuk berbeda Adalah sebagai berikut.
1) Ubahlah pecahan menjadi pecahan sejenis.
2) Setelah sama, selesaikan sesuai cara yang sudah diberikan.
 Langkah-langkah dalam menyelesaikan operasi hitung campuran sama
Seperti pada langkah-langkah operasi hitung campuran bilangan cacah dan
bilangan bulat. Urutan pengerjaan pada operasi hit campuran pecahan.
 Kerjakan lebih dahulu operasi hitung yang berada dalam kurung.
 Penjumlahan dan pengurangan sama kuat maka kerjakanlah
secara Berurutan dari depan atau dari kiri ke kanan.
 Perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan
Pengurangan maka dahulukan mengerjakannya.
 Perkalian dan pembagian sama kuat maka kerjakan secara
berurutan dari kiri ke kanan.

BAB 5 PERBANDINGAN SKALA

 Perbandingan nilai-nilai/kuantitas dari suatu objek mempunyai satuan


sejenis/sama.
Contoh :
1) Berat benda A adalah 20 kg dan berat benda B adalah 25 kg,
perbandingan antara berat benda A dan berat benda B ditulis 20:25 atau
disederhanakan 4:5.
2) Uang Andi Rp8.000,00 dan uang Budi Rp5.000,00, perbandingan antara
besar uang Andi dan Budi adalah 8.000: 5.000 atau diseder- hanakan 8:5.
Apabila benda/objek pertama mempunyai nilai A dan benda kedua
mempunyai nilai B maka perbandingan kedua benda ditulis A: B atau
dapat disederhanakan a: b (a dan b dinamakan angka pembanding/
rasio). Dengan demikian, dalam menentukan salah satu unsur yang
belum diketahui menggunakan rumus berikut :
 Skala pada peta/denah adalah perbandingan antara ukuran pada
peta Dengan ukuran sesungguhnya. Skala ditulis 1: p.
Penulisan skala antara lain 1: 200, 1:500.000, dan 1: 200.000
Misalnya, 1:50.000 artinya jarak 1 cm pada peta mewakili jarak
50.000 cm (atau 500 m) pada jarak sesungguhnya.

Rumus-Rumus dalam Penghitungan Skala


BAB 6 KONVERSI ANTAR SATUAN

 Satuan panjang antara lain: kilometer (km), hektometer (hm),


dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm), sentimeter (cm), dan
milimeter (mm).

 Satuan berat antara lain: ton, kuintal, kilogram (kg), hektogram (hg),
dekagram (dag), gram (g), desigram (dg), sentigram (cg), dan miligram
(mg)

 Satuan waktu antara lain: abad,Windu, dekade, tahun, semester,


bulan, Minggu, hari, jam, menit, dan detik.

Konversi Satuan Waktu


 1 abad = 100 tahun

 1 dekade = 10 tahun
 1 abad = 100 Tahun
 1 triwulan = 3 bulan
 1 semester = 6 bulan
 1 windu = 8 tahun
 1 tahun = 12 bulan
 1 bulan = 30 hari
 1 minggu = 7 hari
 1 tahun = 52 minggu
 1 caturwulan = 4 bulan
 1 tahun = 12 bulan
 1 Hari = 7 Minggu
 1 hari = 24 jam
 1 jam = 60 menit = 3.600 detik
 1 menit = 60 Detik

 Satuan kuantitas merupakan satuan untuk ukuran banyak


benda/jumlah benda. Misalnya banyak gelas, piring, kain, baju, dan
kertas.
 Konversi Satuan Kuantitas (Jumlah)
1 lusin = 12 buah/biji
1 gros = 12 lusin
1 gros = 144 buah/biji
1 kodi = 20 buah/helai
rim = 500 lembar

 Satuan luas yang sering dipakai antara lain: km², dam², m², hektar,
are, cm³, Dan mm².
 Satuan luas yang sering dipakai antara lain: liter, m³, cm³, dan mm³.

 Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh dalam perjalanan tertentu.


 Waktu adalah lama perjalanan pada lintasan yang ditempuh.
 Kecepatan adalah besaran yang mempunyai jarak tempuh dalam satuan
waktu tertentu.
 Debit air dapat diartikan sebagai banyaknya air (volume air) yang
mengalir dalam satuan waktu. Misalnya, debit air 2 liter/menit berarti air
yang mengalir setiap menit sebanyak 2 liter.
Satuan debit antara lain:
m³/detik, liter/detik, liter/jam, cm³/detik, m³/jam
BAB 8 BANGUN DATAR

 Sifat, Unsur, Keliling, dan Luas Persegi Panjang


 Sifat, Unsur, Keliling, dan Luas Persegi
 Sifat, Unsur, Keliling dan Luas Segitiga
 Sifat, Unsur, Keliling, dan Luas Trapesium

AB, BC, CD, dan AD dinamakan sisi.

A, B, C, dan D dinamakan sudut trapesium.

AC dan BD dinamakan diagonal.


AD dan BC dinamakan kaki trapesium.

Sifat-sifat Trapesium

1) Mempunyai 4 sisi dan 4 titik sudut.

2) Mempunyai sepasang sisi yang sejajar (AB sejajar dengan CD).

3) Tidak memiliki simetri putar.

Sifat khusus pada trapesium sama kaki memiliki satu sumbu simetri.
 Sifat, Unsur, Keliling, dan Luas Layang-Layang

Sifat-sifat Layang-Layang
1) Mempunyai 4 sisi dan 4 titik su
2) Mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang (AB = BC dan
AD = CD).
3) Mempunyai sepasang sudut yang sama besar (ZA = <C).
4) Memiliki satu sumbu simetri.
5) Tidak memiliki simetri putar.
6) Diagonalnya berpotongan tegak lurus.
 Sifat, Unsur, Keliling, dan Luas Jajargenjang

Sifat-Sifat Jajargenjang
1) Mempunyai 4 sisi dan 4 titik sudut.
2) Mempunyai 2 pasang sisi yang sejajar dan sama panjang (AB = CD dan
AD = BC).
3) Memiliki 2 sudut lancip sama besar (<A=<C) dan 2 sudut tumpul Sama
besar (<B = <C).
4) Tidak memiliki sumbu simetri.
5) Tidak memiliki simetri putar.
 Sifat, Unsur, Keliling, dan Luas Belah Ketupat
 Sifat, Unsur, Keliling, dan Luas Lingkaran
BAB 9 BILANGAN BULAT
 Bilangan bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan
bilangan negatifnya.
 Bilangan cacah yaitu bilangan yang dimulai Dengan angka 0, 1, 2, 3,...
(titik-titik berarti: dan seterusnya sampai tak hingga). Negatif dari
bilangan cacah adalah -1, -2, -3, Bilangan -0 tidak dituliskan karena -00
sehingga tidak dituliskan sebagai negatif bilangan cacah. Lambang
bilangan bulat:..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,....
 Letak bilangan bulat pada garis bilangan, yaitu: bilangan bulat yang
berada di sebelah kiri nol bernilai negatif,
 Bilangan bulat yang berada di sebelah kanan nol bernilai positif.

 Menjumlah dua bilangan bulat ada tiga keadaan, yaitu sebagai berikut.
1. Jika kedua bilangannya positif, jumlahkan seperti bilangan cacah dan
hasilnya semakin besar. Contoh :
1) 7+9=16
2) 24+36=60
3) 120+54=174
4) 128+260 = 388
5) 253 +379 632
6) 1.200 + 457 = 1.657

2. Jika kedua bilangannya negatif, jumlahkan seperti bilangan cacah dan


Berilah tanda negatif (-) pada hasil. Contoh :
1) -6+(-7)=-13
2) -20+(-30)=-50
3) -35+(-48)=-83
4) 110+(-29)=-139
5) 45+(-135)=-180
6) -270+(-264)=-534

3. Jika kedua bilangannya berbeda tanda (positif dan negatif), jadikan


dulu pengurangan, Dan bagaimana cara memutuskan hasilnya pakai
minus / tidak ? Jawabannya adalah lihat angka yang terbesar
memakai minus atau tidak. Contoh :
1) -12+7=-5
12-7=5
Berarti tanda pada hasil mengikuti tanda pada 12, yaitu
negatif.

2) 52+(-38) = 14
52-38 = 14
Berarti tanda pada hasil mengikuti tanda pada 52, yaitu positif.

 Mengurangkan bilangan bulat adalah menjumlahkan bilangan lawan


bilangan kedua. Jadi, jika terdapat pengurangan lakukan langkah beri-
kut. Ubahlah tanda pengurangan menjadi penjumlahan, lalu jumlahkan
dengan lawan bilangannya. Langkah selanjutnya, selesaikan dengan
penjumlahan.
 Macam2 pengurangan bilangan bulat :
1. Pengurangan tanpa min (+) – (+)
a. Pengurangan yang angka depan lebih besar dari pada
angka dibelakang.
Contoh : 5-3 = 2
b. Pengurangan yang angka depan lebih kecil dari pada
angka dibelakang.
Contoh : 3-5 = -2
Maka yang besar kurangkan yang kecil lalu hasilnya
dikasih minus (-)
3-5 = 5-3 = -2

2. Pengurangan dengan min dikedua bilangan (-) – (-)


a. Pengurangan negatif atau minus yang angka depan
lebih besar daripada di belakang
Contoh : (-5) – (-3) = -2
b. Pengurangan negatif atau minus yang angka depan
lebih kecil daripada di belakang
Contoh : (-3) – (-5) = 2
Maka yang besar (5) kurangkan yang kecil (3) Lalu nanti
setelah ketemu hasilnya maka positif dikarenakan yang
di depan lebih sedikit minusnya daripada yang di
belakang.

3. Pengurangan dengan minus di depan (-) – (+)


Ketika minus di salah satu bilangan jadikan dulu penjumlahan
dan untuk memutuskan hasilnya pakai minus maka lihatlah
angka terdepan memakai minus atau tidak.
Contoh :
(-5) – 3 = 5 + 3 = -8 karena yang depan memakai minus

4. Pengurangan dengan minus di belakang (+) – (-)


Ketika minus di salah satu bilangan jadikan dulu penjumlahan
dan untuk memutuskan hasilnya pakai minus maka Lihatlah
angka terdepan memakai minus atau tidak.
Contoh :
5 – (-3) = 5 + 3 = 8 karena yang depan tidak memakai minus

 Bagaimana cara menjumlah dan mengurang bilangan bulat yang disajikan


secara beruntun? Ada trik dan cara cepat yang dapat dilakukan. Langkah-
Langkah
1. Apabila terdapat dua operasi dalam hitungan, ubahlah dua tanda operasi
menjadi satu tanda operasi.
I) Jika terdapat dua tanda operasi hitung sama, diubah menjadi “+”.
Ii) Jika terdapat dua tanda operasi hitung berbeda, diubah menjadi “-“.
2. Kelompokkan menjadi dua kelompok (bilangan bertanda positif dan
bertanda negatif).
3. Jumlahkan pada masing-masing kelompok tersebut sehingga menjadi
Operasi dua bilangan.
4. Selesaikan operasi hitung bilangan tersebut.
 Perkalian dan pembagian bilangan bulat
Tabel rumus perkalian dan pembagian

 Langkah-langkah dalam menyelesaikan operasi hitung campuran bilangan


bulat sama seperti langkah-langkah pada bilangan cacah.
Urutan pengerjaan pada operasi hitung campuran bilangan bulat.
1) Kerjakan lebih dahulu operasi hitung yang berada dalam kurung.
2) Penjumlahan dan pengurangan sama kuat maka kerjakanlah secara
berutan dari depan atau dari kiri ke kanan.
3) Perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan pe-
ngurangan maka dahulukan mengerjakannya.
4) Perkalian dan pembagian sama kuat maka kerjakan secara berurutan
dari kiri ke kanan.
BAB 10 BANGUN RUANG

 Sifat, Unsur, Jaring-Jaring, Volume, dan Luas Permukaan Balok

2. Luas Permukaan Dan Volume Balok


Luas Permukaan = 2 x (p x l + p x t + l x t)
Volume = p x l x t
 Sifat, Unsur, Jaring-Jaring, Volume, dan Luas Permukaan Kubus

2. Volume dan Luas Permukaan Kubus

Luas Permukaan = 6 x s x s
Volume = s x s x s

 Sifat, Unsur, Jaring-Jaring, Volume, dan Luas permukaan prisma


1) Unsur-unsur dan Jaring-Jaring Prisma Segitiga

2) Luas permukaan Dan Volume

Luas permukaan = 2 x Luas alas + Luas selimut


= 2 x Luas alas + Keliling alas x tinggi
Volume = Luas alas x t
 Sifat, Unsur, Jaring-Jaring, Volume, dan Luas Permukaan Limas

 Luas permukaan dan volume


Luas permukaan = Luas alas + Luas selimut
Volume = ⅓ x luas alas x tinggi

Contoh

1) Hitunglah volume dan luas permukaan limas segi empat beraturan


di bawah ini jika tinggi limas 8 cm.
 Sifat, Unsur, Jaring-Jaring, Volume, dan Luas Permukaan Tabung
Sifat-Sifat Tabung

1) Mempunyai 3 sisi, 2 rusuk, dan tidak mempunyai titik sudut.


2) Sisi alas dan sisi atas sama bentuk dan ukuran, yaitu lingkaran.
3) Selimut tabung melengkung.
4) Sepasang rusuk melengkung

 Luas permukaan dan volume


Luas permukaan = 2πr x (r+t)
Volume = π x r x t

 Sifat, Unsur, Jaring-Jaring, Volume, dan Luas Permukaan kerucut


Sifat-sifat kerucut
1) Mempunyai satu titik puncak.
2) Mempunyai 2 sisi, yaitu sisi alas berbentuk lingkaran dan selimut (sisi
melengkung).
3) Mempunyai satu rusuk berbentuk lingkaran.
4) Sisi selimut melengkung.

 Volume dan Luas Permukaan kerucut


Luas permukaan = Luas Lingkaran + Luas Selimut
= π x r x (r+s)
Volume = ⅓ x π x r² x t
 Sifat, Unsur, Volume, dan Luas Permukaan Bola

Sifat-sifat Bola
1) Mempunyai satu sisi yang melengkung.
2) Tidak mempunyai titik sudut.
3) Tidak mempunyai rusuk.
4) Tidak bisa dibuat jaring-jaring bola.
 Luas permukaan dan Volume Bola
Luas permukaan = 4 x π x r²
Volume = 4/3 x π x r²

BAB 10 PENGOLAHAN DATA

 Penyajian data dapat berbentuk tabel, diagram batang, diagram garis, dan
diagram lingkaran. Penyajian data tersebut memiliki tujuan agar bisa
dibaca, dimengerti, ditafsirkan, dan diolah oleh orang lain.
Dari tabel di atas diperoleh keterangan berikut.
a. Buku Matematika ada 135 buku.
b. Buku yang berjumlah 90 adalah buku PKn.
c. Buku paling banyak adalah buku IPA.
d. Buku paling sedikit adalah buku Agama.
e. Selisih antara buku IPA dan IPS adalah 35 buku.

2. Membaca Data dalam Bentuk Diagram Batang


Diagram batang adalah diagram yang menyajikan data dalam bentuk
persegi panjang tegak ataupun persegi panjang mendatar. Pada diagram
batang, terdapat sumbu mendatar dan sumbu tegak. Sumbu mendatar
untuk menjelaskan nama/objek data dan sumbu tegak untuk
menjelaskan banyak/kuantitas objek.
Dari diagram batang di atas diperoleh keterangan sebagai berikut.
a. Hasil panen ketela 50 ton.
b. Hasil panen terbanyak adalah padi.
c. Hasil panen paling sedikit adalah kacang
d. Selisih antara hasil panen padi dan kedelai adalah 20 ton.
e. Jumlah hasil panen ketela dan jagung adalah 130 ton.

4. Membaca Data dalam Bentuk Diagram Lingkaran


Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan memakai
gambar berbentuk lingkaran. Lingkaran tersebut dibagi dalam beberapa
bagian (juring) yang menyatakan nilai dengan bentuk persen atau sudut
juring lingkaran.
Perhatikan diagram lingkaran dan cara membacanya.

Dari diagram lingkaran di atas Sebanyak 16% diperoleh keterangan


berikut.
1) Sebanyak 16% bermata pencaharian buruh
2) Sebanyak 50% x 400 = 200 orang bermata pencaharian petani
3) Penduduk paling sedikit bermata pencaharian sebagai pegawai
4) Penduduk paling banyak bermata pencaharian sebagai petani
5) Selisih antara banyak petani dan pedagang adalah 27%

 Beberapa penyajian data antara lain: menyajikan data dalam bentuk tabel,
menyajikan data dalam bentuk diagram batang, dan menyajikan data dalam
bentuk diagram lingkaran.
 Rata-rata adalah nilai yang diperoleh dari jumlah sekelompok nilai data
dibagi banyak data.
 Median adalah nilai data yang terletak di tengah setelah data diurutkan.
Dengan demikian, median membagi data menjadi dua bagian yang sama
besar.
 Langkah-langkah menentukan median.
1. Urutkan data dari terkecil.
2. Tentukan nilai data yang berada di tengah.
 Modus adalah nilai data yang sering muncul pada sekelompok data. Dengan
kata lain, nilai data yang frekuensinya paling banyak. Bila terdapat dua nilai
data yang terbanyak maka data tersebut mempunyai dua nilai modus.

Anda mungkin juga menyukai