Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MK: KIMIA FARMASI

Dosen Pengampu:

Nora Susanti, S.Si, Apt., M.Sc

OBAT ANTI INFLAMASI STEROID

DisusunOleh:

Kelompok 2

Nama : 1. Yohana Stefani Manurung (4183210014)

2. Marisa Hafifah Nasution (4183510003)

Jurusan : Kimia

Program Studi : S1

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU NPENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak

terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan

baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki

bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan

pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam

makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 27 Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Obat Anti Inflamasi..........................................................................................................5
2.1.1 Obat Anti Inflamasi Stereoid.....................................................................................5
2.2 Penggolongan Anti Inflamasi Steroid...............................................................................6
2.2.1 Golongan Obat Anti Inflamasi Stereoid....................................................................7
2.3 Indikasi Pemberian Obat Anti Inflamasi Steroid..............................................................7
2.4 Contoh Obat Anti Inflamasi Steroid................................................................................8
2.4.1 Dexamethason............................................................................................................8
2.4.2 Betamethason.............................................................................................................9
2.4.3 Prednison..................................................................................................................10
2.4.4 Methylprednisolone.................................................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
Kebijakan Obat Nasional bertujuan untuk meningkatkan keterjangkauan dan
pemerataan obat sehingga, dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Semua obat yang beredar harus dijamin mutu, keamanan, serta khasiatnya guna
memberikan manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Obat adalah substansi kemis yang mempengaruhi sistem biologi secara spesifik
reversible dan memberikan manfaat. Obat juga didefinisikan sebagai senyawa yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis penyakit/gangguan, mengobati, atau menimbulkan
suatu kondisi tertentu.Hampir semua dari puluhan ribu obat yang tersebar dimasyarakat saat
ini dapat digolongkan menjadi 70 kelompok. Kebanyakan obat – obat yang ada di dalam tiap
kelompok tertentu sangat mirip dalam kerja farmakodinamik dan sifat farmakokinetiknya
Jenis – jenis obat yang ada dikalangan masyarakat sekarang ini sangat banyak dan beragam.
Obat – obatan yang umum digunakan dan mudah didapat dimasyarakat misalnya, antibiotik,
anti-inflamasi, anti piretik, analgesik, anti konvulsan, dan lain – lain. Disini penulis akan
membahas tentang Obat Anti Inflamasi Steroid.
Obat anti inflamasi dibagi menjadi dua, yaitu antiinflamasi Steroid dan AntiI nflamasi
Non Steroid. Obat steroid atau biasa disebut dengan kortikosteroid, merupakan jenis obat
yang digunakan sebagai anti inflamasi atau anti peradangan pada tubuh dan Obat anti
inflamasi (anti radang) non steroid, NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah
suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun
panas), dan anti inflamasi (anti radang).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat anti inflamasi streroid ( AIS ) ?
2. Apa saja penggolongan obat anti inflamasi steroid ( AIS ) ?
3. Apa indikasi pemberian obat anti inflamasi steroid ( AIS ) ?
4. Apa saja contoh obat anti inflamasi steroid ( AIS ) ?
1.1 Tujuan
1. Mengetahui obat anti inflamasi steroid ( AIS ).
2. Mengetahui penggolongan obat anti inflamasi Steroid ( AIS ).
3. Mengetahui indikasi pemberian obat anti inflamasi steroid ( AIS ).
4. Mengetahui contoh-contoh anti inflamasi steroid ( AIS ).
BAB II
PEMBAHASAN

4
2.1 OBAT ANTI INFLAMASI
Anti inflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang memiliki
aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Radang atau inflamasi dapat disebabkan
oleh berbagai rangsangan yang mencakup luka-luka fisik, infeksi, panas dan interaksi
antigen-antibodi. Berdasarkan mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi terbagi dalam dua
golongan, yaitu obat antiinflamasi golongan steroid dan obat antiinflamasi non steroid.
Mekanisme kerja obat antiinflamasi golongan steroid dan non-steroid terutama bekerja
menghambat pelepasan prostaglandin ke jaringan yang mengalami cedera.
Ekskresi steroid terjadi melalui urine dan empedu. Sebelum di eleminasi, terjadi
konjugasi sebagai sulfat atau glukoronida. Beberapa jenis konjugat dalam bentuk seperti
DHEA-S di sekresi secara aktif.
2.1.1 Obat Anti Inflamasi Steroid
Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki stuktur kimia tertentu
yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Adapun mekanisme
kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat
pembentukan prostaglandin maupun leukotrien. Penggunaan obat antiinflamasi steroid dalam
jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak
dapat menimbulkan tukak lambung, osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.
Obat steroid atau biasa disebut dengan kortikosteroid, merupakan jenis obat yang
digunakan sebagai anti inflamasi atau anti peradangan pada tubuh. Hal yang paling umum,
kortikosteroid mengatasi reaksi peradangan seperti pembengkakan, gatal, kemerahan, reaksi
alergi, dsb. Berbagai kondisi medis memerlukan obat jenis ini. Tidak hanya penyakit pada
kulit, obat ini juga digunakan pada beberapa penyakit yang diakibatkan adanya reaksi
peradangan, misalnya penyakit asma, peradangan pada persendian, dsb.

2.2 PENGGOLONGAN ANTI INFLAMASI STEROID (AIS)

5
Penggolongan obat AIS didasari dari proses steroid dihasilkan. Dimana steroid yang
dihasilkan melalaui adrenal dalam tubuh atau steroid alami dan steroid yang dihasilkan
melalui sintesis atau steroid buatan.
Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal tubuh
dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid. Kortikosteroid adalah obat yang mengandung
hormon steroid yang berguna untuk menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan,
dan meredakan peradangan atau inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang
berlebihan.
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintetis protein. Molekul hormon
memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Molekul hormon memasuki
jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi
dengan reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan bentuk, lalu bergerak menuju
nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis
protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologis steroid. Pada
beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis
protein spesifik, pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblas hormon steroid
merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid,
hal ini menimbulkan efek katabolik
Induksi sintetis protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid.
Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya, yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki peranan pada metabolisme
glukosa, sedangkan mineralokortikosteroid memiliki retensi garam. Kortikosteroid digunakan
sangat luas dalam pengobatan berbagai penyakit alergi oleh karena sifat anti inflamasinya
yang kuat. Beragam kerja anti inflamasi kortikosteroid diperantarai oleh pengaturan ekspresi
dari bermacam gen target spesifik. reseptor glukokortikoid. Saat ini belum diketahui
bagaimana molekul kortikosteroid dapat bekerja secara khusus pada sel-sel inflamasi dan sel-
sel epitel di hidung tanpa diserap ke dalam sirkulasi.
Kortikosteroid itu sendiri sebenarnya adalah sekumpulan hormon yang diproduksi
oleh tubuh manusia di kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Hormon ini berfungsi
dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, regulasi cairan tubuh, sistem
pertahanan tubuh, dan pembentukan tulang. Kortikosteroid dalam bentuk obat disebut
kortikosteroid sintetis dengan cara kerja dan manfaat yang sama dengan kortikosteroid alami.

6
Selain steroid alami, telah banyak disintetis glukokortikoid sintetik, yang termasuk
golongan obat yang penting karena secara luas digunakan terutama untuk pengobatan
penyakit-penyakit inflasi. Contoh antara lain adalah deksametason, prednison, metil
prednisolon, triamsinolon dan betametason

2.2.1 Golongan Obat AIS


Golongan dalam obat anti inflamasi steroid dapat digolongkan berdasarkan masa
kerjanya terhadap kortikosteroid, yaitu:
 Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh < 12 jam, yang termasuk golongan
ini adalah kortisol/hidrokortison, kortison, kortikosteron, fludrokortison.
 Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12 – 36 jam, yaitu metilprednisolon,
prednison, prednisolon, dan triamsinolon.
 Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh >36 jam, adalah parametason,
betametason dan deksametason.

2.3 INDIKASI PEMBERIAN ANTI INFLAMASI STEROID ( AIS )


Pemberian obat AIS dapat diberikan jika melihat adanya beberapa indikasi pada
penderita yang termasuk didalmnya :
1. Terapi pengganti (substitusi) pada insufisiensi adrenal primer akut dan kronis (disebut
Addison’s disease), insufisiensi adrenal sekunder dan tersier.
2. Diagnosis hipersekresi glukokortikoid (sindroma Cushing).
3. Menghilangkan gejala peradangan : peradangan rematoid, peradangan tulang sendi
(osteoartritis) dan peradangan kulit, termasuk kemerahan, bengkak, panas dan nyeri
yang biasanya menyertai peradangan.
4. Terapi alergi. Digunakan pada pengobatan reaksi alergi obat, serum dan transfusi,
asma bronkhiale dan rinitis alergi, reaksi alergi pada kulit, mata, atau hidung.
5. Asma
6. Rheumatoid arthritis
7. Bronkitis
8. Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.

7
2.4 CONTOH OBAT ANTI INFLAMASI STEROID ( AIS )
Contoh obat antiinflamasi steroid diantaranya, hidrokortison, deksametason, metil
prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid,
prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon. Penyakit lain yang dapat diobati dengan
anti inflamasi diantaranya, artritis rematoid, demam rematik dan peradangan sendi.
2.4.1 Dexamethasone
Obat Deksametason adalah hormon kortikosteroid, suatu glukokortikoid sintetis yang
memiliki efek antiinflamasi, anti alergi dan anti shock yang sangat kuat, di samping sebagai
antirematik. Tidak menimbulkan efek retensi natrium dan dapat diterima oleh tubuh dengan
baik. Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi
mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan
respon imun.
a. Indikasi dexamethasone seperti rheumatoid arthritis dan bronkospasme, gangguan
darah/hormon/sistem kekebalan tubuh, Idiopathic thrombocytopenic purpura ,
penurunan jumlah trombosit karena masalah kekebalan tubuh, reaksi alergi,
masalah kulit dan mata tertentu, masalah pernapasan, gangguan usus tertentu, dan
kanker tertentu. Obat ini juga digunakan sebagai tes untuk gangguan kelenjar
adrenal (sindrom Cushing). Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah mual
dan muntah yang disebabkan oleh kemoterapi kanker.
b. Kontraindikasi terjadi pada Hipersensitif terhadap obat AIS lainnya atau infeksi
jamur sistemik, cerebral malaria; jamur, atau penggunaan pada mata dengan
infeksi virus (active ocular herpes simplex). Pemberian kortikosteroid sistemik
dapat memperparah sindroma Cushing. Pemberian kortikosteroid sistemik jangka
panjang atau absorpsi sistemik dari preparat topikal dapat menekan hypothalamic-
pituitary-adrenal (HPA) dan atau manifestasi sindroma Cushing pada beberapa
pasien.

c. Efek samping dari pemakaian obat ini dapat berupa Kardiovaskuler : Aritmia,
bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, CHF, kolaps sirkulasi, edema,
hipertens, ruptur miokardial (post-MI), syncope, tromboembolisme, vasculitis.
Susunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit kepala,
peningkatan tekanan intracranial, insomnia, malaise, neuritis, pseudotumor
cerebri, perubahan psikis, kejang, vertigo. Dermatologis : Akne, dermatitis alergi,
alopecia, angioedema, kulit kering, erythema, kulit pecah-pecah, hirsutism,
8
hiper-/hipopigmentasi, hypertrichosis, perianal pruritus (pemberian IV), petechiae,
rash, atrofi kulit, striae, urticaria, luka lama sembuh

d. Mekanisme kerja dengan Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi


neutrofil, mengurangi produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas
kapiler yang semula tinggi dan menekan respon imun. Deksametason akan
berinterferensi dengan kalsium bentuk sediaan dapat berupa Tablet & Injeksi.
Penggunaan obat ini dengan Indikasi berupa Antialergi dan obat untuk anafilaksis.
Namun risiko penekanan HPA pada penggunaan deksametason topikal sangat
rendah. Insufisiensi adrenal akut dan kematian dapat terjadi apabila pengobatan
sistemik dihentikan mendadak.
e. Merek dagang dari jenis obat dexametason antara lain, Alletrol Compositum,
Dexamethasone, Dexaharsen, Dextamine, Etadexta, Kalmethasone, Mexon,
Oradexon, Tobroson dan Polydex.

2.4.2 Betametasone

Betametason adalah glukokortikoid sintetik yang mempunyai efek sebagai


antiinflamasi dan imunosupresan. Karena efek retensi natriumnya (sifat
mineralokortikosteroid) sangat sedikit, maka bila digunakan untuk pengobatan insufisiensi
adrenokortikal, betametason harus dikombinasikan dengan suatu mineralokortikoid. Efek
antiinflamasi terjadi karena betametason menstabilkan leukosit lisosomal, mencegah
pelepasan hidrolase perusak asam dari leukosit, menghambat akumulasi makrofag pada
daerah radang, mengurangi daya pelekatan leukosit pada kapiler endotelium, mengurangi
permeabilitas dinding kapiler dan terjadinya edema, melawan aktivitas histamin dan
pelepasan kinin dari substrat, mengurangi proliferasi fibroblast, mengendapkan kolagen dan
mekanisme lainnya. Betametason juga menstimulasi sel-sel eritroid dari sumsum tulang;
memperpanjang masa hidup eritrosit dan platelet darah; menghasilkan neutrofilia dan
eosinopenia; meningkatkan katabolisme protein, glukoneogenesis dan penyebaran kembali
lemak dari perifer ke daerah pusat tubuh. Juga mengurangi absorbsi intestinal dan menambah
ekskresi kalsium melalui ginjal.
Betamethason merupakan obat untuk mengatasi berbagai infeksi kulit seperti eksim,
psoriasis, atau reaksi alergi. Betamethasone dapat mengurangi bengkak, gatal, dan kemerahan
yang muncul akibat kondisi ini. Dalam uji coba terkontrol secara acak, betametason

9
ditunjukkan untuk mengurangi beberapa gejala ataksia yang terkait dengan ataxia
telangiectasia (AT) sebesar 28-31%. Betametason juga digunakan untuk merangsang
pematangan paru janin (untuk mencegah IRDS), dan untuk mengurangi insidensi dan
mortalitas dari perdarahan intrakranial pada bayi prematur.
a. Indikasi dapat berupa Terapi topikal pruritus eritema dan pembengkakan
dikaitkan dengan dermatosis, dan sebagian lesi psoriasis.
b. Kontraindikasi Infeksi virus, spt varisela dan vasinia, sirkulasi tak sempurna
dengan nyata. Tidak dianjurkan untuk pruritus dan jerawat.
c. Efek samping Absorpsi melalui kulit dapat mensupresi adrenal dan sindrom
cushing tergantung luas permukaan kulit dan lama pengobatan.  Pada kulit
dapat terjadi peningkatan lebar dan buruknya infeksi yang tidak diobati,
penipisan kulit dan perubahan struktur kulit, dermatitis kontak, dermatitis
perioral. Timbul  jerawat atau memperparah jerawat, depigmentasi sedang dan
hipertrikosis.
d. Mekanisme kerja dengan mengontrol kecepatan sintesis protein, menekan
migrasi leukosit polimorfonuklear, fibroblast, mengubah permeabilitas kapiler 
dan stabilisasi lisosomal pada level selular untuk mencegah atau mengontrol
inflamasi.
e. Merek dagang dari Betametasone antara lain, Betam-opthal, Betametason
Valerate, Beprosone, Canedrylskin, Celestik, Diprosone OV, Hufabethamin,
Meclovel Nilacelin, Ocuson dan Betametason Topikal. Betametason adalah
kortikosteroid yang tersedia sebagai pil, dengan suntikan, dan sebagai krim.
2.4.3 Prednison

Prednisone adalah hormon kortikosteroid (glukokortikoid) yang mampu mengurangi


respon sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit untuk mengurangi gejala seperti
pembengkakan dan reaksi alergi tipe.
a. Indikasi prednison dapat digunakan pada pengobatan beberapa penyakit berikut
ini: Reaksi inflamasi akut, Penyakit rematoid artitis, Penyakit asma bronkhial,
Penyakit lupus eritematosus, Penyakit pada kulit karena peradangan atau alergi,
Penyakit pada mata karena peradangan atau alergi, Penyakit keganasan sistem
limfatik neoplastis, Sindroma adrenogenital. Obat ini digunakan untuk kondisi
kesehatan seperti arthritis, gangguan darah, masalah pernapasan, alergi parah,

10
penyakit kulit, kanker, masalah mata, dan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Prednison termasuk dalam kelas obat yang diketahui sebagai corticosteroid.
b. Kontra Indikasi, obat prednison tidak boleh digunakan pada penderita yang
memiliki beberapa kondisi berikut, yaitu mempunyai penyakit tuberculosis aktif,
penyakit infeksi akut, penyakit infeksi jamur, penyakit herpes simpleks mata,
penyakit ulkus peptikum, penyakit hipertensi, Mengalami osteoporosis, psikosis
maupun psikoneurosis berat, Sedang menerima vaksin hidup, dan dalam
kehamilan trimester pertama.
c. Efek samping yang ditimbulkan obat ini sendiri berupa mual, muntah, mulas,
keringat berlebih, jerawat, sulit tidur bahkan penurunan nafsu makan. Bahkan
dapat mengalami efek samping yang serius seperti kram otot, aritma dan nyeri
perut yang parah.
d. Mekanisme aksi dari prednisone ini sendiri mengurangi peradangan melalui
penghambatan migrasi leukosit polimorfonuklear dan pembalikan peningkatan
permeabilitas kapiler. Ini menekan sistem kekebalan tubuh dengan mengurangi
aktivitas dan volume sistem limfatik.
e. Merek dagang dari jenis Prednison Eltazon, Inflason, Lexacort, atau Pehacort.

2.4.4 Methylprednisolone
Methylprednisolone adalah obat kortikosteroid atau glukokortikoid sintetis.
methilprednisolon biasanya digunakan sebagai obat anti-inflamasi. Obat ini bekerja dengan
menurunkan respon sistem imun terhadap beberapa penyakit. Methylprednisolone juga bisa
digunakan dengan obat-obatan lain untuk kelainan hormon. Obat ini secara umum digunakan
untuk terapi Artritis dan pengobatan jangka pendek peradangan bronkus peradangan atau
bronkitis akut akibat penyakit pernapasan. Metilprednisolon juga mungkin bermanfaat dalam
pengobatan pasien gagal jantung.
a. Indikasi Methylprednisolone adalah obat jenis kortikosteroid untuk mengurangi
gejala pembengkakan, rasa nyeri, dan reaksi alergi. Methylprednisolone juga
memiliki fungsi untuk mengobati arthritis, kelainan darah, reaksi alergi yang
parah, jenis-jenis kanker tertentu, penyakit mata, penyakit kulit/ginjal/usus/paru-
paru, dan kelainan sistem imun.
b. Kontra indikasi berupa Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap
prednison atau komponen-komponen obat lainnya

11
c. Efek Samping, keseimbangan cairan dan elektrolit : Retensi cairan tubuh Retensi
natrium Kehilangan kalium Alkalosis hipokalemia Gangguan jantung kongestif
Hipertensi Gangguan Muskuloskeletal : Lemah otot Mipati steroid Hilangnya
masa otot Osteoporosis Putus tendon, terutama tendon Achilles Fraktur vertebral
Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai Fraktur patologis dari tulang
panjang Gangguan Pencernaan.

d. Mekanisme kerja dengan cara menekan sistem imun, anti efek samping berupa
gangguan radang.
e. Merek dagang dari jenis Methylprednisolone antara lain, Advantan, Intidrol
Medixon, Metilgen 8, Methylprednisolone, Medrol, Nichomedson, Ometilson 8,
Rhemafar, Solumedrol, Somerol, Stenirol-8.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

12
DAFTAR PUSTAKA

13
Gunawan, G., Sulistia, (2007), Farmakologi Dan Terapan, Balai Pustaka, Jakarta.

Simbolon, B. P., Loebis, S., Irsa, L., (2006), Penggunaan Kortikosteroid Intranasal Dalam
Tata Laksana Rinitis Alergi Pada Anak, Sari Pediatri, 8( 1).

Triakoso, N., (2008), Penggunaan Kortikosteroid Dan Non Steroid Anti-Inflammatory


Drug’s, Airlangga University, Surabaya

14

Anda mungkin juga menyukai