Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

MUNTAH PADA ANAK

Pembimbing:

dr. Pulung M. Silalahi, Sp.A

Penulis:

Farida Citra Permatasari

1102014094

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO

PERIODE 28 JANUARI – 6 APRIL 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan YME yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah referat ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.

Adapun judul yang penulis pilih untuk penulisan makalah referat ini
adalah “Muntah Pada Anak”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah
mencurahkan pikiran dan kemampuan yang dimilikinya. Namun tetap ada
hambatan dan kendala yang dialami.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Pulung M. Silalahi, Sp.A,


selaku pembimbing makalah referat yang telah membimbing selama pembuatan
makalah, terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang selalu
mendukung penulis dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
menjadi pembelajaran di kemudian hari.

Jakarta, 5 Maret 2019

Penu

Farida Citra Permatasari

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
2.1 Definisi........................................................................................................................5
2.2 Epidimiologi................................................................................................................5
2.3 Etiologi........................................................................................................................5
2.4 Patogenesis..................................................................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis........................................................................................................9
2.6 Diagnosis...................................................................................................................14
2.7 Diagnosis Banding.....................................................................................................21
2.8 Tatalaksana................................................................................................................24
2.9 Komplikasi................................................................................................................29
2.10 Pencegahan................................................................................................................30
BAB III KESIMPULAN .........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................32

3
BAB I
PENDAHULUAN

Saluran pencernaan dapat diibaratkan sebagai sekelompok organ


berbentuk corong yang saling berhubungan dan membentuk satu tabung yang
dilapisi oleh otot, mulai dari rongga mulut sampai ke anus.Berdasarkan perbedaan
diameter dan fungsi karakteristik yang dimilikinya, saluran tersebut dapat
dibedakan menjadi esofagus, lambung, usus halus, usus besar (colon), rektum dan
anus. Hati dan limpa merupakan organ lain yang ikut berperan dalam proses
pencernaan dengan mensekresi cairannya ke dalam saluran cerna.1

Salah satu manifestasi klinis yang paling sering diperlihatkan oleh seorang
anak akibat adanya gangguan pada saluran cerna adalah muntah. Keadaan tersebut
dapat merupakan manifestasi klinis dari satu keadaan yang tidak berbahaya, tetapi
dapat pula sebagai tanda dari suatu penyakit “serius”. Muntah menimbulkan
kecemasan bagi orang tua untuk segera membawanya ke dokter. Pada saat mual,
seringkali anak juga berkeringat, terlihat pucat, dan tidak nafsu makan. Muntah
seringkali dianggap sebagai satu mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan bahan toksik yang tertelan, sedangkan rasa mual dianggap sebagai
suatu mekanisme proteksi untuk mencegah masuknya bahan tersebut lebih lanjut.
Muntah bukan merupakan satu penyakit melainkan merupakan salah satu
manifestasi klinis dari suatu penyakit.1,2

Oleh karena itu besarnya variasi penyakit atau keadaan yang dapat
menyebabkan muntah pada anak, maka pengenalan keluhan dan gejala klinis dari
masing-masing penyakit tersebut sangat diperlukan oleh seorang dokter sebagai
langkah awal melakukan pendekatan diagnosis.1,2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Muntah adalah suatu gejala bukan merupakan sebuah penyakit. Gejala
ini berupa keluarnya isi lambung dan usus melalui mulut dengan paksa atau
dengan kekuatan. Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat
berfungsi melawan toksin yang tidak sengaja tertelan. Selain itu, muntah
merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa mengurangi
tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan
penekanan pada saluran pencernaan.1

2.2 EPIDEMIOLOGI
Belum ada data yang pasti mengenai insiden muntah pada anak secara
global. Insiden yang dilaporkan adalah berdasarkan penyebab
spesifik.Muntah ditemukan pada 90% anak dengan volvulus, sedangkan sakit
perut pada 80% anak. Sindrom Muntah Siklik terjadi sebanyak 1,9% pada
anak-anak sekolah. Tingkat prevalensi refluks gastroesofagus sangat
bervariasi dari beberapa studi yang telah dilakukan tetapi refluks
gastroesofagus merupakan hal yang sangat umum terjadi pada tahun pertama
kehidupan. Angka kejadian refluks esophagus mencapai 1:300 bayi pada
tahun pertama kehidupan. Data menyebutkan sekitar 50% pada bayi berumur
2 bulan mengalami regurgitasi 2 kali sehari atau lebih. Prevalensi tertinggi
yaitu 67% terjadi sekitar bayi berumur 4 bulan dan kemudian prevalensi
menurun menjadi 1% pada saat bayi berumur 1 tahun.1,6

2.3 ETIOLOGI
Penyebab muntah pada anak sangat bervariasi dan tergantung dari usia.
Beberapa keadaan dapat menjadi pencetus terjadinya muntah seperti gangguan
pada lambung atau usus (infeksi, iritasi makanan, trauma), gangguan pada
telinga bagian dalam (Dizziness dan Motion Sickness), Kelainan pada susunan
saraf pusat (trauma, infeksi) atau akibat makanan yang berlebihan.

5
Gastroenteritis adalah penyebab utama muntah pada anak. Muntah bisa
terjadi akibat langsung gastroenteritis. Dalam keadaan ini muntah bisa
mendahului timbulnya diare sampai 48 jam. Tetapi gejala muntah juga
menghilang lebih cepat 12-48 jam setelah diare muncul. Muntah juga bisa
terjadi akibat gangguan metabolik sebagai akibat diare/dehidrasi. Misalnya
akibat asidosis4.
Beberapa penyebab muntah yang sering ditemukan pada anak berdasarkan
lokasi kelainan dan usia dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.1
Tabel 1. Penyebab muntah pada neonatus1

Tabel 2. Penyebab muntah pada bayi1

6
Tabel 3. Penyebab muntah pada anak1

2.4 PATOGENESIS
Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah (Vomiting
Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan pusat pernapasan
atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai
ventrikel keempat susunan saraf. Koordinasi pusat muntah dapat diransang
melalui berbagai jaras. Muntah dapat terjadi karena tekanan psikologis
melalui jaras yang kortek serebri dan system limbic menuju pusat muntah
(VC). Pencegahan muntah mungkin dapat melalui mekanisme ini. Muntah
terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau sistim
vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga. Rangsangan bahan kimia
melalui darah atau cairan otak (LCS) akan terdeteksi oleh CTZ. Mekanisme
ini menjadi target dari banyak obat anti emetik. Nervus vagal dan visceral
merupakan jaras keempat yang dapat menstimulasi muntah melalui iritasi
saluran cerna dan pengosongan lambung yang lambat. Sekali pusat muntah
terangsang maka cascade ini akan berjalan dan akan menyebabkan timbulnya
muntah.8

7
Gambar 1. Refleks Muntah
Proses muntah sendiri mempunyai 3 tahap, yaitu nausea, retching dan
emesis. Nausea (mual), merupakan sensasi psikis yang disebabkan oleh
berbagai stimulus baik pada organ visera, labirin atau emosi. Fase ini ditandai
oleh adanya rasa ingin muntah pada perut atau kerongkongan dan sering
disertai berbagai gejala otonom seperti bertambahnya produksi air liur,
berkeringat, pucat, takikardia atau anoreksia. Pada saat nausea, gerakan
peristaltik aktif berhenti dan terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus
dan fundu secara mendadak. Tekanan pada fundus dan korpus menurun,
sedangkan kontraksi di daerah antrum sampai pars desendens duodemum
meningkat. Bulbus duodenum relaksasi sehingga terjadi refluks cairan
duedenum menjadi distensi.1. Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltik
aktif. Muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan
obstruksi saluran gastrointestinal tidak didahului oleh fase nausea3.

Pada fase retching terjadi inspirasi dengan gerakan otot napas spasmodik
yang diikuti dengan penutupan glottis. Keadaan ini menyebabkan tekanan
intratoraks negatif dan pada saat yang sama terjadi pula kontraksi otot perut
dan diafragma. Fundus mengalami dilatasi, sedangkan antrum dan pylorus
mengalami kontraksi Sfingter esofagus bagian bawah membuka tetapi sfingter

8
bagian atas masih menutup. Fase retching-pun dapat terjadi tanpa harus diikuti
oleh fase emesis.1

Pada fase emesis/muntah ditandai dengan adanya isi lambung yang


dikeluarkan melalui mulut. Pada keadaan ini terjadi relaksasi diafragma,
perubahan tekanan intratoraks dari negatif menjadi positif dan relaksasi
sfingter positif. Relaksasi sfingter esophagus bagian atas yang mungkin
disebabkan oleh peningkatan tekanan intralumal esophagus.1

Gambar 2. Patogenesis Muntah

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Muntah sebagai gejala infeksi umumnya disertai oleh gejala klinis
lainnya, seperti demam, mual, sakit perut, atau diare. Gejala ini akan berhenti
dalam waktu 6-48 jam. Apabila muntah terus berlangsung, perlu dipikirkan

9
adanya penyebab lain yang lebih serius. Anak mempunyai risiko lebih besar
untuk menjadi dehidrasi, terutama apabila disertai diare. Muntah yang terjadi
segera setelah makan perlu dipikirkan penyakit peptik. Muntah akibat
keracunan makanan dapat terjadi 1-8 jam setelah makan. Sedangkan pada
food borne disease (misalnya salmonella) memerlukan waktu lebih lama,
karena perlu waktu untuk inkubasi. Infeksi virus merupakan penyebab
terbanyak diantara patogen lainnya. Muntah yang disertai demam lebih sering
disebabkan oleh infeksi bakteri dibanding virus atau parasit. Kandidiasis oral
sering pula sebagai penyebab muntah pada bayi1,4
Muntah proyektil non-bilious berulang pada bayi dapat merupakan tanda
obstruksi saluran cerna, misalnya stenosis pilorus. Stenosis pilorus sering
ditemukan pada minggu kedua setelah lahir, walaupun sangat jarang dapat
pula ditemukan sejak lahir. Muntah persisten pada neonatus yang terjadi pada
malam hari perlu dipikirkan kemungkinan adanya hernia hiatus. Penyakit
pankreatitis jarang ditemukan pada anak. Penyebab tersering kelainan ini
adalah infeksi virus, obat-obatan, dan trauma. Selain muntah, anak
memperlihatkan gejala sakit perut di daerah epigastrium dan perut sebelah kiri
atas yang kadang-kadang menyerupai gastritis tetapi tidak memperlihatkan
perbaikan setelah diberi obat antagonis reseptor H2.1
Satu hal penting yang juga harus dipahami pada seorang anak yang
mengalami muntah adalah menentukan adanya kelainan yang memerlukan
tindakan bedah segera. Kelainan ini umumnya digolongkan ke dalam
kelompok penyakit perut akut. Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan
sebagai petanda kecurigaan terhadap kelainan tersebut, yaitu :1
(1) nyeri perut yang timbul mendahului muntah dan/atau berlangsung
selama lebih dari 3 jam,
(2) muntah bercampur empedu, dan
(3) distensi perut.
Volvulus pada neonatus memperlihatkan muntah berwarna hijau yang
timbul pada hari-hari pertama kehidupan dan selanjutnya diikuti tanda
obstruksi saluran cerna letak tinggi dan peritonitis.1

10
Muntah dapat pula disebabkan oleh kelainan di luar saluran cerna seperti
infeksi saluran napas atau saluran kemih. Beberapa obat dapat pula sebagai
pencetus muntah pada anak seperti histamin, fenitoin, (obat anti epilepsi),
kemoterapi, aspirin, dan beberapa antibiotika. Muntah setelah trauma kepala
yang ringan ditemukan pada 15% anak dan sebagian besar mempunyai riwayat
sakit kepala berulang dan motion sickness.1
Oleh karena itu, muntah pada trauma kepala ringan lebih dihubungkan
dengan adanya faktor intrinsik individual. Muntah akibat kelainan fungsional
biasanya ditemukan pada anak berusia 2-7 tahun dengan disertai keluhan
migrain, motion sickness, dan gangguan saluran cerna fungsional lainnya (sakit
perut, gangguan defekasi). Saat keluhan, adanya gangguan tingkah perilaku
seperti anoreksia atau bulimia nervosa perlu dipikirkan adanya kelainan
psikiatri.1

SINDROMA MUNTAH
Muntah siklik (Cyclic vomiting)
Merupakan kelainan fungsional gastrointestinal yang dapat di identifikasi
dengan adanya 3 atau lebih episode mual dan muntah yang berlangsung dalam
hitungan jam hingga hari yang diselingi dengan masa bebas gejala hingga
beberapa minggu. Muntah yang hebat terjadi diantara kondisi yang sehat,
penyebabnya tidak diketahui, diagnosa dengan cara eklusi, pengobatan
biasanya simptomatik, dan prognosa tidak jelas. Mungkin merupakan
diagnosa keranjang sampah (wastebasket), mungkin termasuk anak dengan
migrain, epileptogenic, dan mutah psikogenik. Hal yang perlu dicermati
adalah adanya kelainan organik yang didiagnosa sebagai mutah siklik,
misalnya intususepsi intermiten, volvulus, duplikasi intestinal, divertukulum,
malrotasi, tekanan intrakranial yang meningkat, penyakit metabolik dan
toksik1,4
Muntah psikogenik
Penyebab kelainan organik tak ditemukan, sindroma ini menekankan
pengaruh yang kuat dari kortek, faktor psikologi yang merangsang mual
(nausea) dan muntah. Ciri-ciri mutah psikogenik adalah berjalan kronis,

11
terkait dengan stres atau makan, tidak ada nausea dan anoreksia, mutah dapat
dipicu oleh dirinya sendiri dengan memaksakan mutah atau memasukan
tangannya kedalam mulut. Muntah sembuh setelah dirawat di rumah sakit.1,4
Ruminasi
Kejadian yang secara sadar dan menyenangkan memutahkan makanan dari
lambung, dikunyah-kunyah dan ditelan kembali. Anak besar atau dewasa
meregurgitasikan makanan dengan cara kontraksi otot abdomen, sedang pada
bayi melogok kedalam mulutnya dengan jari dalam upaya untuk menimbulkan
regurgitasi.1,4
Faktor psikologis memainkan peranan penting pada kejadian tersebut,
tetapi perilaku tersebut berhenti dengan mengobati esofagitisnya. Hal tersebut
diduga untuk menimbulkan gag reflek adalah sebagai respons terhadap nyeri
tenggorokannya. Dikatakan bahwa ruminasi sebagai manifestasi dari GER,
sehingga diagnosis dan pengobatannya perlu mempertimbangkan faktor
psikologis dan esofagitisnya. Terdapat 2 bentuk ruminasi psikogenik dan self
stimulating. Psikogenik biasanya terjadi pada anak normal dengan ganguan
hubungan orang tua anak, sedangkan self stimulating sering terjadi pada anak
dengan keterlambatan mental1,4

Jenis-Jenis Bahan Muntahan


Berdasarkan gambaran dari isi lambung (yang dapat berubah sesuai waktu
dan perjalanan penyakit), maka tipe muntahan dapat diidentifikasi menjadi:
- Alimentary Vomiting
Merupakan muntahan yang berisi makanan yang belum dicerna
atau baru sebagian dicerna, terkadang dalam jumlah yang berlebih. Tipe
ini yang paling sering didapatkan dan dapat terjadi segera atau beberapa
jam setelah makan. Muntahan ini paling sering disebabkan karena
refluks esofagus, malformasi anatomi dari saluran cerna bagian atas,
atau karena intoleransi makanan. Komplikasi utama akibat tipe
muntahan ini adalah malnutrisi6.

12
- Acid Vomiting
Biasanya tampak sebagai sejumlah kecil cairan mukus berwarna
keputihan dan mengandung material busa dengan pH<5, yang mungkin
terjadi selama atau selesai makan dan terkadang terjadi pada waktu
malam hari. Biasanya disertai dengan adanya gangguan berupa
iritabilitas, kurang istirahat, bayi menangis, dan nyeri epigastrium atau
rasa panas dalam perut pada anak-anak. Tipe ini lebih merupakan
penyakit refluk esofagus dengan komplikasi berupa esofagitis dan
striktur peptik (jarang terjadi)6.
- Bilious vomiting
Karakteristik dari tipe muntahan ini adalah ekspulsi dari cairan
berwarna hijau kekuningan yang tebal. Pada bayi dan neonatus,
muntahan tipe ini selalu merupakan tanda yang penting untuk
memikirkan adanya total (atresia) atau sebagian (stenosis) obstruksi
saluran cerna yang berada di distal dari ampulla Vater yang
membutuhkan diagnosa pasti dan intensif/subintensif terapi6.
- Bloody vomiting
Muntah berwarna merah terang atau seperti kopi yang dapat
diakibatkan oleh adanya perdarahan yang baru terjadi maupun sedang
terjadi pada saluran cerna bagian atas (esofagus, lambung, atau
duodenum). Muntah ini lebih banyak merupakan komplikasi dari pada
manifestasi klinis awal. Intake nonsteroidal anti-inflamatory drugs
(NSAIDs) dapat juga menyebabkan terjadinya muntah ini. Hematemesis
merupakan kegawatdaruratan yang potensial dan selalu harus dievaluasi
di rumah sakit. Apabila perdarahan ringan dan tidak menimbulkan
anemia atau perubahan hemodinamik dapat diberikan obat anti sekretori.
Perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi sangat masif yang juga
merupakan kegawatdaruratan dan harus segera mendapatkan terapi.
Hematemesis tidak selalu berasal dari traktus gastrointestinal, tetapi
dapat juga berasal dari perdarahan tonsil, laring, atau trakea dengan
gejala biasanya darahnya yang keluar sedikit dan disertai gejala sakit

13
tenggorok dan batuk. Bila muntahan berupa bekuan darah dan berwarna
hitam seringkali berasal dari perdarahan hidung bagian posterior
biasanya di indikasi dari lapisan tipis dari darah di dalam orofaring.6

2.6 DIAGNOSIS
Mengingat bahwa muntah adalah gejala dari berbagai macam
penyakit, maka evaluasi diagnosis muntah tergantung pada diferensial
diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala
gastrointestinal yang lain. Setelah dilakukan anamnesis lengkap mengenai
muntahnya, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik penderita, maka
untuk membantu penegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang.
Jenis pemeriksaan penunjang dipilih sesuai dengan dugaan diagnosis
berdasarkan data anamnesis dan manifestasi klinis1,4,6,7.
Anamnesis1,4,6
Rangkaian pertanyaan yang dapat membimbing kita pada diagnosis yang
tepat, sebagai berikut:
- Usia dan jenis kelamin
- Tentukan lebih dulu, apakah yang dihadapi: spitting, regurgitasi atau
muntah
- Kapan mulai muntah
- Derajat/beratnya muntah, kekuatannya (projektil)
- Adakah faktor predisposisi (yang lebih dikenal orang tua) yang
menyebabkan timbulnya muntah ini
- Apakah ada penyakit lain yang menyerang anak, seperti
hidrosefalus, intoleransi susu, riwayat operasi abdomen dll.
- Bagaimana bentuk/isi muntahan, apakah seperti susu/makanan
asal (isi dari esofagus), telah merupakan susu yang telah menggumpal
(isi lambung) atau mengandung empedu (isi duodenum) dan adakah
darah
- Saat muntah berhubungan dengan saat makan/minum
- Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi kejadian muntah

14
- Diperlukan informasi tentang diet: kualitas, kuantitas dan
frekuensi makan, penting terutama pada anak kecil
- Bagaimana teknik pemberian minum
Anamnesa tambahan dapat berupa sebagai berikut:
- Muntah yang terjadi saat makanan atau minuman baru sampai di
dalam rongga mulut, pikirkan adanya infeksi rongga mulut.
- Adanya riwayat hidramnion selama kehamilan, pikirkan
kemungkinan atresia esofagus
- Bayi dengan muntah menyemprot beberapa saat setelah diberi
minum pikirkan adanya gangguan gastric outlet
- Muntah dengan riwayat keterlambatan pengeluaran mekonium atau
konstipasi sejak lahir perlu dipikirkan adanya Morbus Hirschprung
- Muntah didahului nyeri perut dan perut kembung perlu dipikirkan
adanya obstruksi saluran cerna
- Muntah pada bayi yang terjadi beberapa saat setelah minum
sedangkan faktor lain yang disebut di atas tidak ada, perlu dipikirkan
kemungkinan RGE atau faktor non- organik sebagai penyebab muntah
- Muntah pada anak yang selalu terjadi pada keadaan tertentu yang
sama, perlu dipikirkan faktor psikogenik sebagai dasar keluhan
tersebut

Pemeriksaan Fisik1,4,6,7,9
- Keadaan umum: kompos mentis, lethargi, kejang, gejala neurologi yang
lain
- Ikterus, rhinitis, moniliasis
- Status hidrasi/sirkulasi: nadi, tensi, berat badan, lingkaran lengan,
lingkaran kepala
- Bila ada tanda infeksi, pikirkan muntah sebagai salah satu gejala infeksi
tersebut
- Bercak putih dengan dasar merah pada rongga mulut perlu
dipikirkan suatu kandidiasis oral

15
- Hipersalivasi pada bayi baru lahir, pikirkan adanya aresia esofagus
- Muntah yang didahului gambaran gerakan peristaltik lambung setelah
diberi minum, pikirkan stenosis pilorus hipertrofik.
- Distensi perut dan pada pemeriksaan colok dubur ditemukan ampula
kolaps, perlu dipikirkan kemungkinan adanya morbus hirschsprung.
- Obstruksi saluran cerna perlu dipikirkan bila ditemukan perut
distensi dan bising usus meningkat pada daerah proksimal dan
menurun pada daerah distal.
- Muntah pada bayi yang disertai gejala klinis lainnya seperti diare,
kembung, eritema perianal, dan sering flatus, perlu dipikirkan adanya
intoleransi laktosa.
- Muntah yang terjadi pada bayi ”sehat” dan tidak ditemukan
gejala seperti yang disebut diatas, perlu dipikirkan adanya faktor
organik, seperti teknik pemberian minum atau iritasi cairan
amnion(bayi baru lahir).

Pemeriksaan Penunjang1,4,6
Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan urin: urin lengkap, reduksi, kultur
- Pemeriksaan darah: darah lengkap, BUN, serum kreatinin, serum
elektrolit, analisis gas darah, analisis asam amino, LFT, glukosa darah,
amonia

Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya:


- kecurigaan terhadap atresia esofagus dapat dilakukan pemasangan
pipa nasogastrik dan pemeriksaan foto Roentgen toraks
- adanya gangguan gastric outlet dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan minum barium, sedangkan stenosis pilorus hipertrofi
selain dengan minum barium dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
ultrasonografi
- kecurigaan terhadap Morbus Hirschprung dapat dilakukan
pemeriksaan barium enema dan biopsi hisap rektum

16
- adanya ileus (paralitik atau obstruksi) dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan foto polos abdomen 2 atau 3 posisi untuk melihat
distribusi udara
- adanya infeksi dapat dibuktikan dengan pemeriksaan darah perifer
lengkap dan urin lengkap
- kecurigaan adanya refluks esofagus dapat dibuktikan dengan
melakukan pemeriksaan pemantauan pH esofagus 24 jam
- konsultasi ke psikolog bila dicurigai adanya faktor psikogenik
- kecurigaan kelainan organ di luar saluran cerna dapat dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan kecurigaankelainan tersebut.

Pendekatan Diagnosis
Mengadakan diagnosis banding dengan memikirkan semua penyebab
muntah dalam prakteknya sulit dilaksanakan karena penyebab muntah sangat
luas dan seringkali tidak mudah ditemukan. Pendekatan diagnosis
berdasarkan usia anak seringkali dapat mempermudah dan bermanfaat dalam
upaya mencari penyebab muntah.5
Beberapa gejala penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan
diagnosis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut: 5
1. Sifat Muntahan
- Bentuk: bentuk makanan yang masih dapat dikenali pada muntah yang
terjadi lama setelah makan, menunjukkan adanya statis pada lambung
- Bau: bau asam seringkali menandakan statis pada lambung, bau
busuk/tinja menunjukkan adanya obstruksi rendah
- Warna: jika ditemukan muntahan yang berwarna empedu harus
dipikirkan adanya gangguan di sebelah distal ampula Vateri. Anjuran
untuk melakukan penatalaksanaan obstruksi usus pada setiap kejadian
muntah dengan muntahan yang berwarna hijau sampai terbukti tidak
terdapat obstruksi usus
- Darah: pada muntahan neonatus kemungkinan terjadi akibat neonatus
menelan darah ibu saat dilahirkan atau bayi mengisap darah dari

17
puting yang pecah-pecah (fisura). Untuk membedakan perdarahan
yang berasal dari bayi, misalnya pada erosi esofagus atau defek
koagulasi, dapat dilakukan uji APT.6,10
2. Frekuensi Muntah
Muntah yang sangat sering dan menetap menunjukkan faktor atau
kelainan yang permanen5.
3. Kekuatan Muntah
Muntah yang amat kuat (proyektil) pada bayi dan anak sering terdapat
pada stenosis pilorus dan peninggian tekanan intrakranial. Pada
peninggian tekanan intrakranial, muntah tidak disertai nausea6.
4. Hubungan dengan Makanan
Pada bayi muntah yang terjadi selama atau sesudah makan, hampir selalu
disebabkan oleh distensi lambung yang berlebihan akibat cara pemberian
makan yang salah (aerofragi)6.
5. Gejala Lain
- Bila dijumpai ubun-ubun yang menonjol atau gejala neurologis lain,
harus dipikirkan adanya proses intrakranial
- Sepsis dan infeksi lain seperti gastroenteritis, meningitis dan infeksi
saluran air kemih merupakan penyebab muntah yang sering ditemukan
pada neonatus
- Riwayat hidraamnion dapat berhubungan dengan atresia saluran
pencernaan
- Mekoneum yang tidak keluar dalam 24 jam sering dijumpai pada
penyakit Hirschprung atau ileus mekoneum6
Ada yang membedakan muntah atas kelainan medis dan muntah
bedah, tetapi sebenarnya batasan ini tidak selalu tegas. Yang lebih penting
adalah bila menemukan gejala muntah, harus ditetapkan apakah muntah
disebabkan kelainan yang harus segera ditolong secara bedah atau tidak.
Umumnya kasus semacam ini mencakup kelainan yang digologkan
abdomen akut. Ada beberapa pegangan untuk menduga abdomen akut:

18
- Nyeri perut muncul mendahului muntah dan/atau berlangsung lebih
dari 3 jam
- Muntah bercampur empedu
- Distensi abdomen6.
Secara garis besar pendekatan diagnosis muntah pada anak dapat
dirangkum sebagai berikut:
- Tegakkan/singkirkan penyakit infeksi sebagai penyebab muntah
(misalnya otitis media, diare, infeksi intrakranial, infeksi saluran kemih
atau napas, sepsis, atau hepatitis)
- Tegakkan/singkirkan kelainan organik saluran cerna (misalnya atresia
esofagus, RGE, stenosis pilorus, M. Hirschsprung, penyakit peptikum)
- Cari kemungkinan adanya masalah dalam makanan (misalnya
intoleransi laktosa, alergi makanan, kebanyakan makan, teknik
pemberian makan/minum yang salah)
- Cari kemungkinan adanya pengaruh obat-obatan, kelainan psikologi,
dan kelainan metabolik.1
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membantu menegakkan
diagnosis.Jenis pemeriksaan yang dipilih sesuai dengan dugaan diagnosis
berdasarkan anamnesis dan gejala klinis. Pemeriksaan penunjang dapat
berupa pemeriksaan darah, radiologis dengan atau tanpa kontras,
ultrasonografi, endoskopi, pemantauan pH esofagus, Uji hidrogen napas,
biopsi mukosa saluran cerna1

19
Gambar 3. Pendekatan Diagnosis Muntah pada
Neonatus1

20
Gambar 4. Algoritma pendekatan untuk mengevaluasi pasien dengan
Muntah7
2.7 Diagnosis Banding
Pada dasarnya penyebab muntah sangat banyak. Pendekatan muntah
pada anak merupakan problem yang sulit, diagnosa banding bukan hanya
menyangkut masalah gastrointestinal tetapi juga masalah emergensi pada
anak. Penyebab muntah pada anak sangat bervariasi dan tergantung usia.
Beberapa keadaan dapat sebagai pencetus terjadinya muntah seperti infeksi,
iritasi makanan, trauma, alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness
dan motin sickes, kelainan pada saraf seperti trauma dan infeksi.Klasifikasi

21
muntah biasanya didasarkan pada lokus anatomi, umur penderita, adanya
gejala dan tanda asosiasi yang lain4,6. Muntah harus dibedakan dengan:
Possetting
Pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar
dari mulut. Sering didahului oleh bersendawa. Tidak berbahaya. Akan hilang
dengan sendirinya6.
Ruminasi (merycism)
Suatu kebiasaan abnormal, mengeluarkan isi lambung, mengunyahnya,
kemudian menelannya kembali. Kadang-kadang dirangsang secara sadar
dengan mengorek faring dengan jari. Tidak berbahaya. Kebiasaan sadar yang
sulit untuk dihilangkan. Membutuhkan bimbingan psikologik/psikoterapi yang
intensif6.
Regurgitasi (gumoh, spitting)
Disebabkan inkompetensi spinkter kardioesofageal dan/atau memanjangnya
waktu pengosongan lambung. Dapat mengganggu pertumbuhan dan
menimbulkan infeksi traktus respiratorius berulang akibat aspirasi. Malahan
diperkirakan bisa merupakan salah satu penyebab sudden infant death
syndrome. Tapi sebagian besar akan menghilang sendiri dengan bertambahnya
umur bayi6.
Refluks gastroesofageal (RGE)
RGE adalah keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Keadaan ini
mungkin normal atau dapat pula abnormal. Setiap refluks tidak selalu disertai
regurgitasi atau muntah, tetapi setiap regurgitasi pasti disertai refluks1.
Tabel 4. Diagnosis Banding Muntah pada Bayi4

Common Rare
Anatomic obstruction Adrenogenital syndrome
Brain tumor (increased intracranial
Gastroenteritis
pressure )
Gastroesophageal reflux Food poisoning
Overfeeding Inborn error of metabolism
Systemic infection Renal tubular acidosis
  Rumination
  Subdural hemorrhage

22
Tabel 5. Diagnosis Banding Muntah pada Anak dan Remaja4
Child Adolescent
Common
Gastroenteritis Gastroenteritis
Systemic infection Syatemic infection
Toxic ingestion Toxic ingestion
Pertussis syndrome Inflammatory bowel disease
Medication Appendicitid
Migraine
Pregnancy
Medication
Ipecac abuse/bulimia
Rare
Reye syndrome Reye syndrome
Hepatitis Hepatitis
Peptic ulcer Peptic ulcer
Pancreatitis Pancratitis
Increased intracranial pressure Increased intracranial pressure
Middle ear disease Middle ear disease
Chemotherapy Chemotherapy
Achalasia Cyclic vomiting
Cyclic vomiting Biliary colic
Esophageal stricture Renal colic
Duodental hematoma
Inbern error of metabolism

2.8 TATALAKSANA
Tujuan utama penatalaksanaan muntah adalah menghilangkan kausa
spesifiknya, namun penatalaksanaan simptomatik untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala muntah acapkali perlu dilakukan terlebih dahulu. Perlu
diingat bahwa pada keadaan yang akut dan muntah yang hebat, obat anti
muntah hanya bermanfaat jika obat tersebut dapat diserap dalam
jumlah yang cukup. Menghentikan makan/minum untuk beberapa jam
dapat membantu mengurangi hebatnya muntah sehingga memungkinkan
pemberian obat-obat per oral. Muntah umumnya akan berhenti dalam waktu
6-24 jam.

23
Penanganan awal muntah pada anak antara lain mencegah terjadinya
dehidrasi (kekurangan cairan). Lalu, diistirahatkan anak (sebaiknya di tempat
tidur) sampai ia merasa lebih enak. Selain itu, hentikan pemberian obat yang
diduga dapat menyebabkan muntah bertambah dan hindarkan anak dari
makanan padat pada 6 jam pertama dan berikan rasa nyaman pada anak
( misalnya menurunkan suhu tubuh). Berikan makanan dengan kalori cukup
dan mudah dicerna dan minuman manis seperti jus buah (kecuali jeruk dan
anggur karena terlalu asam), sirup, atau madu (untuk anak di atas 1 tahun)
secara bertahap setiap 15-20 menit; minuman diberikan dengan jumlah 1-2
sendok makan setiap  15 menit, dinaikkan secara bertahap. Apabila muntah
kembali terjadi, berikan minuman dalam jumlah lebih sedikit. Jumlah
makanan juga diberikan secara bertahap. Diet normal biasanya dapat
diberikan setelah 24 jam.Hindarkan anak dari aktivitas setelah makan.
Berikan obat anti muntah bila memang benar- benar diperlukan setelah
mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Pengamatan lebih lanjut
oleh seorang dokter perlu diberikan pada muntah yang disertai beberapa
keadaan sebagai berikut:

(1) muntah tetap berlansung selama 12 jam (untuk bayi) dan 24 jam (untuk
anak), (2) disertai diare, gangguan neurologis, atau gangguan pernafasan, (3)
lemas atau tanda dehidrasi. (4) sakit perut, atau (5) isi muntah berwarna
kehijauan1
Obat anti muntah tidak digunakan secara rutin pada anak, tetapi hanya
pada anak yang menolak minum setelah muntah atau muntah berlangsung
lebih dari 24 jam sehingga dikhawatirkan keadaan tersebut akan
menimbulkan komplikasi baik berupa dehidrasi maupun gangguan
keseimbangan elektrolit dan gas darah. Obat anti muntah dapat langsung
diberikan pada kasus yang mendapat kemoterapi atau radioterapi. Hal yang
paling penting adalah harus diyakini bahwa tidak ada obstruksi saluran
cerna1.
Tabel 6. Golongan obat antiemetik1

24
Antikolinergik Hyocine, Buskopan, Holopon,
Atropin
Antihistamin Dimenhydrinate (Dramamin,
Antimo), Meclozine (Tavegyl),
Promethazine (fenergan, Avropeg)
Fenotiazin Proklorperazine (Stemetil),
Pervenazin (Avomit),
Tietilperazine maleat (Torecan)
Antagonis dopamin Metoklopramid (Vomitrol),
Domperidone (Motilium)
Meningkatkan asetilkolin Metoklopramid
Langsung pada reseptor Betanechol
muskarinik
Berdasarkan pengaruhnya terhadap motilitas usus, obat yang
biasa diberikan sebagai obat simptomatik untuk muntah dapat dibagi
menjadi 2 golongan:

Golongan I.
Golongan stimulan motor gastrointestinal
Merupakan bahan (seringkali neurotransmiter atau sejenis) yang
meningkatkan aktifitas otot polos. Selain merangsang motilitas juga
merangsang sekresi yang tidak terbatas pada usus saja.
Contoh: Betanechol, yang pada anak hanya digunakan pada RGE

Golongan II.
Golongan obat prokinetik
Obat ini menormalisir gangguan motilitas otot sehingga mempunyai sifat
memperbaiki koordinasi aktifitas peristaltik. Protipe dari golongan ini
adalah metoklopramide yang mempunyai efek antagonis terhadap
reseptor dopamin (antagonis terhadap inhibisi motorik oleh dopamin)
yang tidak saja terbatas pada tingkat gastrointestinal, tetapi juga

25
mempunyai pengaruh pada tingkat susunan syaraf pusat sehingga dapat
terjadi efek samping neurologik.
Obat golongan Domperidone (Motilium) dikatakan mempunyai efek
sama tetapi tanpa mempengaruhi susunan syaraf pusat, walaupun tidak
spesifik. Kedua obat antagonis dompamin ini daya prokinetikya adalah
dengan cara antagonistik terhadap inhibisi motorik oleh dopamin. Akhir-
akhir ini diproduksi obat yang mempunyai daya prokinetik tanpa efek
antagonistik, mempunyai efek langsung merangsang pengeluaran
asetilkolin secara fisiologik dalam pleksus mienterikus, dan dengan
demikian mempunyai efek spesifik motorik pada tingkat usus bagian
distal.

Tabel 7. Obat-obat yang mempengaruhi motilitas usus1

Mekanisme aksi Stimultan motilitas Obat prokinetik


Efek langsung pada Betanechol ---
reseptor muskarinik
Antagonis reseptor --- Metoklopramid,
Dopamin Domperidone
Meningkatkan --- Metoklopramid, Cisaprid
asetilkolin

Gambar 5. Mekanisme Kerja Obat Anti Muntah

26
Domperidone merupakan derivat benzimi-dazoledan merupakan
antagonis dopamin yang bekerja pada chemoreceptor trigger zone
Domperidone banyak digunakan pada penanganan muntah pada anak, walau-
pun studi yang mendukung pemberian domperidonepada anak dengan gastro-
enteritis masih sangat terbatas. Sebuah studi tersamar ganda, membandingkan
penggunaan domperidone 30 mg dan metoclopramide 10 mg secara
suppositoria pada anak dengan gastroenteritis yang disertai muntah. Hasil
studi ini adalah domperidone supositoria merupakan pilihan lebih baik dalam
kasus muntah pada anak dan tidak ada efek samping yang ditemukan dalam
24 jam.2
Domperidon banyak digunakan sebagai obat anti muntah karena efeknya
yang positif dan efek sampingnya kecil (0,5%). Obat ini selain menghambat
reseptor dopamin di CTZ, juga pada reseptor dopamin perifer (saluran cerna).
Efek positif yang diperlihatkan setelah pemberian domperidon antara lain
meningkatkan kontraktilitas lambung, memperbaiki koordinasi
antroduodenum dan mempercepat pengosongan lambung. Domperidon
mempunyai bioavailabilitas yang rendah karena di metabolisme secara cepat
di dinding usus dan hati. Domperidon dapat ditoleransi lebih baik dan
mempunyai efek samping ekstrapiramidal yang lebih kecil dibanding
metoklopramid karena kemampuan kecil menembus sawar darah otak 1,6
Untuk mencegah nausea dan muntah pada pengobatan sitostatika, dosis per
oral 1 mg/kg bb/hari (lebih efektif dari metoklopramid 0,5 mg/kg
bb/hari). Dosis pada anak-anak 0,2-0,4 mg/kg bb/hari per oral, interval 4-8
jam.
Ondansetron merupakan antagonis serotonin (subtype-3) yang disetujui
sebagai terapi mual dan muntah karena kemoterapi, radioterapi, ataupun
pasca-operasi. Dibandingkan anta-gonis dopamin, ondansetron memiliki efek
samping ekstrapiramidal yang lebih besar, tetapi efi kasi dalam mengatasi
muntah lebih baik.Ondansetronjuga banyak dipakai sebagai terapi muntah
pada anak dengan gastroenteritis akut.Studi penggunaan ondansetronuntuk
muntah pada anak dengan gastroenteritis masih sedikit. Sebuah studi dengan

27
desain acak, tersamar ganda, dengan kontrol plasebo menilai penggunaan
ondansetronsecara oral dalam mengatasi muntah pada anak (usia 5 bulan–8
tahun) dengan gastroenteritis. Subyek diberi ondansetron 0,2 mg/kgBB atau
plasebo dan dinilai frekuensi muntahnya selama 8 jam setelah pasien masuk.
Dari studi ini disimpulkan bahwa ondansetronefektif menurunkan frekuensi
muntah pada 8 jam pertama maupun 24 jam setelahnya2
Obata-obatan antiemetik termasuk prokinetik, metoklopramide,
domperidome, cisapride, dan bethanechol. Metoklopramide cukup efektif,
cisapride sebagai prokinetik memberikan hasil yang baik, sebenarnya
komplikasi jarang terjadi7
a. Antihistamines : Dimenhydrinate (dramamine) berhasil untuk terapi
terutam pada mabuk (motion sickness) atau kelainan vestibuler
b. Anticholinergic : Scopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada
mutah oleh karena faktor vestibular atau stimulus oleh mediator
proemetik
c. Phenothiazines dan Butyrophenones: Prochlorperazine (Comphazine),
Clorpromazine (Thorazine) dan Butyrophenon haloperidol (Haldol) tidak
dianjurkan pada anak tetapi mutah pada orang dewasa karena obat,
radiasi, pembedahan tetapi dengan efek samping extrapyramidal yang
irreversibel dan kelainan darah8
d. Cannabinoids : Tetrahydrocannabinol adalah komponen aktif dari
marihuana dan nabilone suatu sintetik dari derivat cannabinoid efektif
untuk terapi mutah oleh karena khemotherapi. Alternatif lain dapat
diberikan metoclopramide dosis tinggi dandiphenhydramine untuk
menghilangkan efek samping extrapyramidal7
e. Anxiolytics, sedative, dan tricyclic antidepresan : Diazepam (valium)
dan derivat yang terkait mempunyai efek antiemetik pada dewasa dan
anak terutama oleh karena faktor psikogenik7
f. Steroid: Steroid mempunyai sifat antiemetik, tetapi kelompok obat ini
tak digunakan sebagai obat primer pada mutah. Efek samping antiemetik
yang menguntungkan pada pengobatan steroid oleh indikasi lain8

28
g. Betadrenergic antagonist : Propanolol efektif untuk mencegah mutah
oleh karena migraine.7

2.9 KOMPLIKASI
1. Mallory-Weiss syndrome
Salah satu konsekuensi akibat muntah yang berlangsung terus menerus
adalah rupturnya dinding kapiler (robekan pada epitel gastroesophageal
junction akibat muntah yang berulang) dan mengakibatkan perdarahan
pada jaringan subkutan yang tampak pada wajah dan leher berbentuk
seperti kepala peniti. diakibatkan karena terjadi herniasi fundus pada fase
retching dan ekspulsi kadang-kadang dapat menimbulkan robekan-
robekan longitudinal pada mukosa. Keadaan ini ditandai dengan bahan
muntahan yang mengandung darah setelah beberapa siklus recthing dan
ekspulsi.
2. Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode
aspirasi ringan berulang-ulang dapat menyebabkan infeksi saluran nafas
berulang. Hal ini terjadi sebagai RGE, Walaupun tanpa adanya gejala yang
jelas.
3. Gagal Tumbuh Kembang
Muntah yang berulang-ulang dan cukup hebat akan menyebabkan
gangguan gizi oleh karena intake menjadi sangat berkurang dan bila hal ini
terjadi cukup lama, maka akan terjadi kegagalan tumbuh kembang.
4. Dehidrasi/Gangguan Elektrolit dan Gangguan Asam Basa
Dehidrasi/ gangguan elektrolit dan asam-basa dapat terjadi. Muntah-

muntah yang hebat dan berulang-ulang akan menyebabkan hilangnya

H+ dan CI- yang manifest sebagai alkalosis metabolik, yang dapat


menyebabkan terjadinya cardiac arrest.5

2.10 PENCEGAHAN

29
Pencegahan yang dimaksud di sini adalah pencegahan terjadinya
komplikasi akibat muntah, seperti gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (dehidrasi, asidosis/alkalosis metabolik, hipokalemia,
hiponatremia), aspirasi, gangguan nutrisi, esofagitis peptikum, dan sindrom
Mallory-Weiss. Keadaan tersebut dapat dicegah dengan mengikuti petunjuk
tatalaksana muntah pada anak seperti yang diuraikan sebelumnya.1

BAB III
KESIMPULAN

30
Muntah merupakan keluarnya isi lambung ke mulut secara paksa. Muntah
bisa disebabkan kelainan gastrointestinal atau di luar gastrointestinal. Pendekatan
diagnosis di dasarkan kepada usia, makanan yang dimakan, warna mutnah dan
gejala lain yang bersamaan dan keadaan psikologis anak.

Muntah merupakan salah satu manifestasi klinis yang paling sering


diperlihatkan oleh seorang anak yang mengalami gangguan pada saluran
pencernaan maupun di luar saluran pencernaan. Penyebab muntah pada anak
sangat bervariasi. Penggunaan obat anti muntah bukan merupakan pilihan utama
pada kasus muntah, tetapi pada beberapa keadaan, obat anti muntah yang efektif
dan aman sangat diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie M, dkk. Buku Ajar Gastoenterologi-Hepatologi. Jilid I. IDAI; 2012

31
2. Hegar B. Apa yang perlu dilakukan bila anak muntah?.IDAI; 2013
[Diakses 16 Februari 2019] Dari : http://www.idai.or.id/artikel/seputar-
kesehatan-anak/apa-yang-perlu-dilakukan-bila-anak-muntah
3. Ravelli, Alberto. Recurrent Vomiting. Dalam: Guandalini, Stefano ed.
Essential Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. 2005.
USA: McGraw-Hill Medical Publishing. Hal. 3-14.
4. Putra, Deddy S. Muntah Pada Anak. Diakses: 7 Februari 2019] dari:
www.dr-deddy.com/artikel- kesehatan/4-muntah-pada-anak.pdf
5. Li buk, Bhanu KS, Vomiting and Nausea. Pediatric Gatrointestinal and
Liver Disease Pathopsiology/Diagnosis/Management. Saunders Elseviers.
Edisi 3. h127-49. 2006.
6. Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. Hal.
155-169. 2005.
7. Rerksuppaphol S, Rerksuppaphol L. Randomized study of ondansetron
versus domperidone in the treatment of children with acute gastroenteritis.
J Clin Med Res. 2013 Dec;5(6):460-6. doi:10.4021/jocmr1500w. [Diakses:
20 Februari 2019]. Dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov
8. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. EGC: Jakarta;
2014
9. Laney, Wayne. The Gastrointestinal Tract & Liver. Dalam: Rudolph,
Abraham ed. 10. Rudolph’s Fundamentals of Pediatrics. USA: McGraw-
Hill Medical Publishing. Hal. 466-472. 2002.
10. Sudarmo, Subijanto M. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak.
[Diakses 16 Februari 2019] dari: www.pediatrik.com/buletin/20060220-
hw0gpy-buletin.pdf

32

Anda mungkin juga menyukai