Puji syukur kita senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan rahmat serta
karunianya lah kami akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan makalah dengan tema
PENYAKIT TIFOID
Kami juga sadar bahwa pada makalah ini tetap ditemukan banyak kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan. Dengan demikian, kami benar benar menantinya adanya kritik dan saran untuk
perbaikan makalah yang hendak kami tulis di masa yang selanjutnya, menyadari tidak ada suatu
hal yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Kami berharap makalah sederhana ini
bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika ada perkataan yang tidak berkenan di hati.
Penyusun kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Keperawaatan (Demam typoid) ............................................... 3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................... 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 4
3.2 Saran ..................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 5
BAB I
PENDAHULAHAN
Demam tifoid adalah penyakit sistematik yang akut yang mempunyai karak
teritik demam,sakit kepala dan ketidak enakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 mingguyang
juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid(termasuk para-
tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C.
Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan
oleh S typhi.Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
rendah,cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerahtropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit
demam tifoidadalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.
Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis, Typhoid
fever atauEntericfever.
1.1 Tujuan
A. Mengetahui pengertian dari typoid
B. Mengetahui etiologi dari typoid
C. Mengetahui patofisiologi dan pathway dari typoid
D. Mengetahui tanda penyakit typoid
E. Mengetahui komplikasi dari typoid
F. Mengetahui pemeriksaan penujang pada typoid
G. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari typoid
BAB II
PEMBAHASAN
TYPOID
1. Pengertian
hipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (Bruner and Sudart, 1994 ).
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Thyposa dengan gejala demam 1 minggu atau lebih disertai gangguan pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penularannya secara faeco oral melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi kuman salmonella (Devid Werner,1993)
Thypoid abdominalis (Demam Thypoid, Enteric Fever) ialah penyakit infeksi akugt yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI, 2000).
Typhoid abdominalis adalah infeksi penyakit akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).
Typhoid abdominalis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau
Salmonella Paratyphii A, B dan C. Berdasarkan definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa
typhoid fever adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typosa dengan
gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan bahkan gangguan
kesadaran (Soedarto,1992)
2. Etiologi
Typoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A.B dan C. ada dua super penularan
Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typoid dan psien dengan carier, Carier adalah orang
yang sembuh dari demam typoid dan amsih terus mengekresi Salmonella tyhpi dalam tinja dan air
kemih selama lebih dari satu tahun
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
4. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala dari tifus yang muncul 1 hingga 3 minggu setelah paparan adalah:
Demam yang rendah namun meningkat setiap harinya, dalam mencapai hingga 40,5
derajat Celcius
Sakit kepala
Kelemahan dan kelelahan
Nyeri otot
Berkeringat
Batuk kering
Kehilangan nafsu makan dan berat badan
Sakit perut
Diare atau konstipasi
Ruam
Perut yang sangat bengkak.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini:
Penyebab
Infeksi Salmonella typhi dari mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi adalah
penyebab utama dari demam typhoid.
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang
memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah
manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia
sedang sakitatau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita
pada masihmengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau didalam ginjal. Sebanyak
5% pe
Faktor-faktor risiko
Tifus dapat didiagnosis berdasarkan gejala serta sejarah medis dan perjalanan Anda.
Untuk mengonfirmasi kondisi Anda, diperlukan identifikasi S. typhi pada kultur darah atau cairan
tubuh atau jaringan lainnya.
Satu-satunya cara efektif untuk mengatasi tifus adalah dengan terapi antibiotik, seperti:
Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan diare yang
berkelanjutan.
Operasi untuk memperbaiki apabila usus berlubang.
Pengobatan di rumah
Mencuci tangan
Hindari minum air yang tidak diproses
Hindari minum dengan es batu yang tidak jelas asalnya
Hindari buah dan sayuran mentah
Pilihlah makanan yang panas.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,sedang 2 % yang lain akan
menjadi karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier
intestinal(intestinal type) sedang yang lain termasuk urinarytype. Kekambuhan yang yang ringan
pada karier demam tifoid,terutama pada karier jenis intestinal,sukar diketahui karena gejala dan
keluhannya tidak jelas.
Penyebaran Kuman
Patologi
Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis superfisial yang
disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama disebabkan oleh pembuntuan pembuluh-
pembuluh darah keci loleh hiperplasia sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosayang nekrotik
kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang
berbentuk bulatatau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar dengan sumbu usus.
Padaumumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa terkena, dasar ulkus
dapatmencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai membran serosa.Pada waktu kerak
lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka perdarahan yang hebat dapat terjadi
atau juga perforasi dari usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat
dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkankematian pada penderita
demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai
dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid yang berat
sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi
yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi
yang berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi
baik perdarahan maupun perforasi.p ada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang
masih tetap mengandung kuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka penderita
merupakan urinarykarier penyakit tersebut.Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung
membesar dan melunak.
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama
dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu
setinggi39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,
muntah, batuk,dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat
dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama ,diare lebih sering terjadi.
Khaslidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atautremor.
Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa
keringdan beradang. penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam
dengan gejala-gejala dia tas yang bias saja terjadi pada penyakit penyakit lain juga
. Ruamkulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satusisi
dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari,kemudian hilang dengan
sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula
merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul palingsering pada kulit perut, lengan atas atau
dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksiyang berat, purpura kulit yang
difus dapat dijumpai. Limpa menjaditeraba dan abdomen mengalami distensi.
Minggu Kedua
Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika
terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala
akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saatinikomplikasi
perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya
jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-
tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan
inkontinensia urin. Metoirisme dan timpani masih terjad juga
tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami
kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis local maupun umum, maka hal
ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah ,sukar bernapas
dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi
miokardial toksi kmerupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid
pada minggu ketiga.
Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai
adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya menghasilkan
kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek.
Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat
daripada infeksi primer tersebut .Sepuluh persen dari demam tifoid yangtidak diobati akan
mengakibatkan timbulnya relaps.
Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel najis atau darah bagi mengesan
kehadiran bakteri Salmonella spp dalam darah penderita, dengan membiakkan darah pada hari
14 yang pertama dari penyakit selain itu tes widal (O dah H agglutinin) mulai posotif pada
hari kesepuluh dan titerpakan semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit.
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan penunjang
a. Hematologi
· Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau
perforasi.
· Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.
· Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.
· LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
· Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).
b. Urinalis
· Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)
· Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.
c. Kimia Klinik
Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai
hepatitis Akut.
d. Imunologi
Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)
terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang
masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis
seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif
dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile
agglutinin.Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif
palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah
mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi
anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat
disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya
penyakit imunologik lain.
Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160 , bahkan mungkin
sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di
Indonesia. Titer O meningkat setelah akhir minggu. Melihat hal-hal di atas maka permintaan tes
widal ini pada penderita yang baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif
(positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak
sebelumnya.
· Elisa Salmonella typhi/paratyphi lgG dan lgM
Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan
spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes cepat
(Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid
dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah
kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.
e. Mikrobiologi
Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)
Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid/ paratyphoid.
Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid.
Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid, karena hasil biakan
negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit
kurang dari 2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku
dalam spuit sehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam
minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.Kekurangan
uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman
(biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari).
Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium
lanjut/ carrier digunakan urin dan tinja.
f. Biologi molekular.
PCR (Polymerase Chain Reaction)
Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang
kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi
kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang
tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan
biopsi.
C. Intervensi
Diagnosa Keperwatan 1. :
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal
Intervensi :
Diagnosa Keperawatan 3. :
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :
3.1 Kesimpulan
Typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses.
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan
atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran
darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam
hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
3.2 Saran
Dalam penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka saran,kritikal,idea dari
mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan membangun maka penulis sangat
mengharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: FK UI