Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan rahmat serta
karunianya lah kami akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan makalah dengan tema
PENYAKIT TIFOID

Kami juga sadar bahwa pada makalah ini tetap ditemukan banyak kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan. Dengan demikian, kami benar benar menantinya adanya kritik dan saran untuk
perbaikan makalah yang hendak kami tulis di masa yang selanjutnya, menyadari tidak ada suatu
hal yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Kami berharap makalah sederhana ini
bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika ada perkataan yang tidak berkenan di hati.

Jombang, 09-10- 2018

Penyusun kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Keperawaatan (Demam typoid) ............................................... 3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................... 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 4
3.2 Saran ..................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 5
BAB I

PENDAHULAHAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid adalah penyakit sistematik yang akut yang mempunyai karak
teritik demam,sakit kepala dan ketidak enakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 mingguyang
juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid(termasuk para-
tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C.
Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan
oleh S typhi.Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
rendah,cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerahtropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit
demam tifoidadalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.
Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis, Typhoid
fever atauEntericfever.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apakah Pengertian dari typoid?


B. Apa Etiologi dari typoid?
C. Bagaimana Patofisiologi dan pathway typoid?
D. Apa saja tanda dan gejala typoid?
E. Komplikasi dari typoid?
F. Bagaimana pemereiksa penunjang typoidl?
G. Konsep asuhan keperawatan (Pengkajian, Diagnosis, Intervensi)

1.1 Tujuan
A. Mengetahui pengertian dari typoid
B. Mengetahui etiologi dari typoid
C. Mengetahui patofisiologi dan pathway dari typoid
D. Mengetahui tanda penyakit typoid
E. Mengetahui komplikasi dari typoid
F. Mengetahui pemeriksaan penujang pada typoid
G. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari typoid

BAB II
PEMBAHASAN
TYPOID
1. Pengertian
hipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (Bruner and Sudart, 1994 ).
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Thyposa dengan gejala demam 1 minggu atau lebih disertai gangguan pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penularannya secara faeco oral melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi kuman salmonella (Devid Werner,1993)
Thypoid abdominalis (Demam Thypoid, Enteric Fever) ialah penyakit infeksi akugt yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI, 2000).
Typhoid abdominalis adalah infeksi penyakit akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).
Typhoid abdominalis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau
Salmonella Paratyphii A, B dan C. Berdasarkan definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa
typhoid fever adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typosa dengan
gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan bahkan gangguan
kesadaran (Soedarto,1992)

Penyebarannya melalui lima F yaitu :


1) Feses (tinja)
2) Flies (lalat)
3) Food (makanan)
4) Finger (jari tangan)
5) Fomites (muntah)

2. Etiologi
Typoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A.B dan C. ada dua super penularan
Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typoid dan psien dengan carier, Carier adalah orang
yang sembuh dari demam typoid dan amsih terus mengekresi Salmonella tyhpi dalam tinja dan air
kemih selama lebih dari satu tahun

3. Patofisiologi dan pathway

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
4. Tanda dan gejala

Tanda-tanda dan gejala dari tifus yang muncul 1 hingga 3 minggu setelah paparan adalah:

 Demam yang rendah namun meningkat setiap harinya, dalam mencapai hingga 40,5
derajat Celcius
 Sakit kepala
 Kelemahan dan kelelahan
 Nyeri otot
 Berkeringat
 Batuk kering
 Kehilangan nafsu makan dan berat badan
 Sakit perut
 Diare atau konstipasi
 Ruam
 Perut yang sangat bengkak.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini:

 Menduga Anda terkena tifus


 Sakit saat mengunjungi negara lain
 Munculnya tanda-tanda dan gejala setelah Anda kembali.

Penyebab

Infeksi Salmonella typhi dari mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi adalah
penyebab utama dari demam typhoid.

Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang
memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah
manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia
sedang sakitatau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita
pada masihmengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau didalam ginjal. Sebanyak
5% pe

Faktor-faktor risiko

Ada banyak faktor risiko untuk demam tifoid, yaitu:


 Tinggal di negara berkembang, seperti India, Asia Tenggara, Afrika, Amerika Selatan
dan area lainnya
 Anak-anak
 Bekerja atau mengunjungi area dengan wabah demam tifoid
 Mikrobiologis klinis yang menangani bakteri Salmonella typhi
 Memiliki kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau baru saja terinfeksi tifus

Obat & Pengobatan

Bagaimana mendiagnosis tifus (demam tifoid)?

Tifus dapat didiagnosis berdasarkan gejala serta sejarah medis dan perjalanan Anda.

Untuk mengonfirmasi kondisi Anda, diperlukan identifikasi S. typhi pada kultur darah atau cairan
tubuh atau jaringan lainnya.

Tes antibodi untuk memeriksa DNA typhoid pada darah Anda.

Bagaimana mengobati tifus (demam tifoid)?

Satu-satunya cara efektif untuk mengatasi tifus adalah dengan terapi antibiotik, seperti:

 Ciprofoxacin (Cipro) jika Anda tidak sedang hamil


 Ceftriaxone (Rocephin) untuk anak-anak

Ada beberapa perawatan lain untuk demam typhoid, yaitu:

 Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan diare yang
berkelanjutan.
 Operasi untuk memperbaiki apabila usus berlubang.

Pengobatan di rumah

 Mencuci tangan
 Hindari minum air yang tidak diproses
 Hindari minum dengan es batu yang tidak jelas asalnya
 Hindari buah dan sayuran mentah
 Pilihlah makanan yang panas.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,sedang 2 % yang lain akan
menjadi karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier
intestinal(intestinal type) sedang yang lain termasuk urinarytype. Kekambuhan yang yang ringan
pada karier demam tifoid,terutama pada karier jenis intestinal,sukar diketahui karena gejala dan
keluhannya tidak jelas.

Penyebaran Kuman

Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran pencernaaan


(mulut,esofagus,lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan seterusnya). S typhi masuk ke
tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya
melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat
(kaki-kaki lalat). Lalat itu mengon taminasi makanan, minuman, sayuran,maupun
buah- buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian
kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus.
Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus.
Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh
darah, danke seluruh tubuh (terutama padaorgan hati, empedu, dan lain-lain). Jika demikian
keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siap
menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada
penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ininamun tidak menampakkan gejalasakit),
kuman Salmonella bisa ada terus menerus dikotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi
hanya berumah di dalam tubuh manusia.Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-
tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin
tercemar dengan sisa kumbahan.Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan
membahagi dan merebakkedalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan
menunjukkan beberapagejalaseperti demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan
hinggapan lalat (lipasdan tikus)yang akan menyebabkan demam tifoid.

Patologi

HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya


Salmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk bersama -sama cairan,
maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadap mikroorganisme
penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu
terjadi pengosongan lambung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalam usus penderita
dengan lebih senang.Salmonella spp seterusnya memasuki folikel-folikellimfe yang terdapat di
dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk menghasilkan
lebih banyak Salmonella spp. Setelah itu, Salmonella memasuki saluran limfe dan akhirnya
mencapai aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati
kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding kandung empedu atau secara tidak langsung melalui
kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteria dapat mencapai empedu yang larut
disana. Melalui empedu yang infektif terjadilah invasi kedalam usus untuk kedua kalinya
yang lebih berat daripadainvasi tahap pertama. Invasi tahap edua inimenimbulkan lesi yang luas
pada jaringan limfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi jelas. Demam tifoid
merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi menyeluruh dan toksemia yang
dalam.Berbagai macam organ mengalami kelainan,contohnya sistem hematopoietik
yangmembentuk darah, terutama jaringan limfoid ususkecil, kelenjar limfe abdomen, limpadan
sumsum tulang. Kelainan utama terjadi pada ususkecil, hanya kadang-kadang padakolon bagian
atas, maka Salmonella paratyphi B dapatmenimbulkan lesi pada seluruh bagian kolon dan
lambung.

Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis superfisial yang
disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama disebabkan oleh pembuntuan pembuluh-
pembuluh darah keci loleh hiperplasia sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosayang nekrotik
kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang
berbentuk bulatatau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar dengan sumbu usus.
Padaumumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa terkena, dasar ulkus
dapatmencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai membran serosa.Pada waktu kerak
lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka perdarahan yang hebat dapat terjadi
atau juga perforasi dari usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat
dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkankematian pada penderita
demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai
dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid yang berat
sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi
yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi
yang berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi
baik perdarahan maupun perforasi.p ada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang
masih tetap mengandung kuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka penderita
merupakan urinarykarier penyakit tersebut.Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung
membesar dan melunak.

Anakanak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadiendokaritis. Tromboflebitis,


periostitisdan nekrosis tulang dan juga bronkhitis sertameningitis kadang-kadang dapat terjadi
pada demam tifoid

Minggu Pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama
dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu
setinggi39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,
muntah, batuk,dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat
dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama ,diare lebih sering terjadi.
Khaslidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atautremor.
Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa
keringdan beradang. penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam
dengan gejala-gejala dia tas yang bias saja terjadi pada penyakit penyakit lain juga
. Ruamkulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satusisi
dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari,kemudian hilang dengan
sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula
merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul palingsering pada kulit perut, lengan atas atau
dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksiyang berat, purpura kulit yang
difus dapat dijumpai. Limpa menjaditeraba dan abdomen mengalami distensi.

Minggu Kedua

Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap


hari,yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau
malamhari.Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi
hari berlangsung.Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya
nadi meningkat bersamadengan peningkata suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan
peningkatansuhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita
yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,
merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare
menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelapakibat terjadi perdarahan.pembesaran
hati dan limpa perut kembung dan sering berbunyi ,gangguan kesadaran , mengantuk dan terus
menerus mulai kacau jika berkomunikasi dan lan-lain.

Minggu Ketiga

Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika
terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala
akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saatinikomplikasi
perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya
jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-
tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan
inkontinensia urin. Metoirisme dan timpani masih terjad juga
tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami
kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis local maupun umum, maka hal
ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah ,sukar bernapas
dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi
miokardial toksi kmerupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid
pada minggu ketiga.
Minggu keempat

Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai
adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

Relaps

Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya menghasilkan
kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek.
Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat
daripada infeksi primer tersebut .Sepuluh persen dari demam tifoid yangtidak diobati akan
mengakibatkan timbulnya relaps.

Diagnosis

Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel najis atau darah bagi mengesan
kehadiran bakteri Salmonella spp dalam darah penderita, dengan membiakkan darah pada hari
14 yang pertama dari penyakit selain itu tes widal (O dah H agglutinin) mulai posotif pada
hari kesepuluh dan titerpakan semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit.

Pengulangan tes widal selang 2 hari menunjukkan peningkatan progresif darititer


agglutinin (diatas 1:200) menunjukkkan diagnosis positif dari infeksi aktif demamtifoid. Biakan
tinja dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin pada minggu ketiga dan keempat
dapat mendukung diagnosis dengan ditemukannya Salmonella.

Gambaran darah juga dapat membantu menentukan diagnosis. Jika terdapatl


ekopeni polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam,
makaarah demam tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear,
maka berarti terdapat infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus.Peningkatan yang cepatdari
lekositosis polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspadaakan terjadinya perforasi dari usus
penderita. Tidak selalu mudah mendiagnosis karena gejala yangditimbulkan oleh penyakit itu tidak
selalu khas seperti di atas. Bisa ditemukan gejala-gejala yang tidak khas. Ada orang yang setelah
terpapar dengan kuman S typhi,hanya mengalami demam sedikit kemudian sembuh tanpa diberi
obat. Hal itu bisa terjadi karena tidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan kuman
ini langsung menjadisakit. Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat kekebalan seseorang
dan daya tahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman hanya sedikit
yang masuk ke saluran cerna, bisa saja langsung dimatikan oleh sistem pelindung tubuh manusia.
Namun demikian, penyakit ini tidak bisa dianggap enteng, misalnya nanti jugasembuh sendiri.

5. Komplikasi

Komplikasi demam typhoid dibagi dalam:


a. Komplikasi Intestinal
1) Perdarahan usus: perdarahan sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
bensidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri
perut dengan tanda-tanda rejatan.
2) Perforasi usus, timbul biasanya pada minggu kedua atau setelah itu dan terjadi pada bagian
distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat
udara di rongga peritonium yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati
dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan
gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defence
musculair) dan nyeri pada tekanan.
4) Ileus paralitik.
b. Komplikasi ekstra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (rejatan, sepsis), miokarditis,
trombosis dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskular
diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung kemih; hepatitis dan kolelitiasis.
5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, miningismus, meningitis, polineuritis perifer,
sindrom Guillain-Barre, psikosis, dan sindrom katatonia.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Hematologi
· Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau
perforasi.
· Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.
· Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.
· LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
· Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).
b. Urinalis
· Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)
· Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.
c. Kimia Klinik
Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai
hepatitis Akut.
d. Imunologi
 Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)
terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang
masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis
seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif
dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile
agglutinin.Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif
palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah
mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi
anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat
disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya
penyakit imunologik lain.
Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160 , bahkan mungkin
sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di
Indonesia. Titer O meningkat setelah akhir minggu. Melihat hal-hal di atas maka permintaan tes
widal ini pada penderita yang baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif
(positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak
sebelumnya.
· Elisa Salmonella typhi/paratyphi lgG dan lgM
Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan
spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes cepat
(Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid
dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah
kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.
e. Mikrobiologi
 Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)
Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid/ paratyphoid.
Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid.
Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid, karena hasil biakan
negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit
kurang dari 2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku
dalam spuit sehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam
minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.Kekurangan
uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman
(biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari).
Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium
lanjut/ carrier digunakan urin dan tinja.
f. Biologi molekular.
 PCR (Polymerase Chain Reaction)
Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang
kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi
kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang
tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan
biopsi.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat
ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
2. Riawayat kesehatan sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien
4. Riwayat psikososial
Intra personal: perasaan yang dirasakan oleh klien (cemas/sedih)
Interpersonal: hubungan dengan orang lain.
5.
 Pola Fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme :
 Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus.
Pola istirahat dan tidur
 Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada
perutnya, mual, muntah, kadang diare.
 Pemeriksaan Fisik

o Kesadaran dan keadaan umum pasien


Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma)
untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
o Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu
juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena
peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan.

B. Masalah Keperawatan yang Muncul

1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.


2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

C. Intervensi

Diagnosa Keperwatan 1. :
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal
Intervensi :

 Observasi suhu tubuh klien


Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
 Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
 Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti
katun
Rasional : menjaga kebersihan badan
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
Rasional : menurunkan panas dengan obat.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
Intervensi :

 Kaji pola nutrisi klien


Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
 Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian
makan yang tidak disukai.
 Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
 Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
 Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh
dikonsumsi.

Diagnosa Keperawatan 3. :
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :

 Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya


Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
 Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit
typhoid.
 Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di
beri penjelasan tantang penyakitnya.
 Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses.
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan
atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran
darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam
hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

3.2 Saran
Dalam penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka saran,kritikal,idea dari
mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan membangun maka penulis sangat
mengharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegma dkk. 2000.

Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 volume Z

Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Burnside, Mc Glynn. 1995.

Adam’s Diagnosis Fisik.

Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Hegar, Badriul dkk. 2010.

Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid 1.

Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ilmu Kesehatan Anak.1985.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Jakarta: FK UI

Masjoer, Arif dkk. 2000.

Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 2

Jakarta: Media Aesculapius.

https://www.autoimuncare.com/komplikasi-penyakit-thypoid/ di akses tanggal 09 oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai