Pembimbing:
Oleh :
Tiara Muslimawaty
Pembimbing
dr. Frans Johannis Huwae, M.Si.Med, Sp. A
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena atas
berkat dan rahmat-Nya, laporan kasus Ilmu Kesehatan Anak yang berjudul
Seorang Anak Laki-Laki dengan Demam Typoid dapat saya selesaikan. Laporan
kasus ini disusun sebagai bagian dari program dokter internship dan saya
menyadari bahwa laporan kasus ini tidaklah sempurna. Untuk itu saya mohon
laporan kasus ini. Saya sangat menghargai segala kritik dan saran sehingga
laporan kasus ini bisa menjadi lebih baik dan dapat lebih berguna bagi pihak-
Penulis
2
DAFTAR ISI
1.
2.
2.2 Etiologi........................................................................................................... 6
2.3 Patogenesis..................................................................................................... 6
2.6 Laboratorium.................................................................................................. 10
2.7 Diagnosis........................................................................................................ 15
3
BAB 1
Pendahuluan
Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang
masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian
demam tifoid di dunia diperkirakan sebanyak 21 juta kasus dan sekitar 220.000
orang meninggal setiap tahun (WHO, 2014). Demam tifoid termasuk penyakit
menular pada manusia pada semua kelompok umur baik laki-laki maupun wanita.
Penyakit ini secara luas banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis dengan
kualitas sumber air yang tidak memadai, standar higienitas dan sanitasi buruk
kejadian demam tifoid berbeda di setiap daerah, seperti di Kota Semarang tahun
2014 mencapai 9721 kasus dan tahun 2015 mencapai 9748 kasus (Dinkes 2014;
demam tifoid masih tinggi, sehingga dibutuhkan penegakan diagnosis yang tepat
dengan cara melihat manifestasi klinis pasien yang diperkuat oleh pemeriksaan
4
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan pada diagnosis demam
tifoid yaitu uji serologi Widal. Kultur bakteri S. typhi atau S. paratyphi dapat
dilakukan dengan sampel darah, sumsum tulang, feses, atau urin. Bila laporan
hasil biakan ‘basil Salmonella tumbuh”, maka penderita sudah pasti mengidap
demam tifoid. Namun, waktu untuk kultur bakteri mencapai 3 hari dan harus
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam tifoid disebut juga Typus abdominalis atau typoid fever. Demam
tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) dengan gejala demam satu minggu ataulebih disertai gangguan pada
2.2 Etiologi
berbentuk batang, gram (-), anaerob fakultatif, tidak berkapsul dan hampir selalu
motil dengan menggunakan flagela peritrikosa, yang menimbulkan dua atau lebih
somatik yang terlibat dalam serogrouping (S. typhi termasuk serogrouping D) dan
antigen yang satu lagi adalah antigen Vi (virulen) capsular yang berhubungan
dengan resistensi terhadap lisis yang dimediasi oleh komplemen dan resistensi
6
2.3 Patogenesis
Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch, nodus
intestinal.
banyak yang mati namun sebagian lolos masuk kedalam usus dan berkembang
masuk ke dalam lambung dan sebagian lagi kuman masuk ke dalam usus
7
masuk ke dalam aliran darah yang menimbulkan bakteriemi I dan melalui
sirkulasi portal dari usus halus, dan masuk kembali ke dalam hati.
peyeri di ileum terminalis, hati, lien, bagian lain sistem RES kemudian
2.4 Patofisiologi
akan di telan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa oleh
8
kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain
sistem saraf pusat, ginjal dan jaringan limpa. Pada minggu kedua akan
Gambaran Klinis
1. Demam
3. Gangguan Kesadaran
4. Hepatosplenomegali
5. Bradikardia relative
Pemeriksaan Fisik
9
dapat berubah menjadi perdarahan kecil yang tidak mudah
3. Bradikardia relatif.
4. Hepatosplenomegali.
peritoneum.
12).
2.6 Laboratorium
10
Pemeriksaan apus darah tepi penderita memperlihatkan anemia
jumlah sel polimorfonuklear. Pada sebagian besar pasien, jumlah sel darah
putih normal, walaupun jumlah tersebut rendah jika dikaitkan dengan tingkat
demam. Leukopenia (<2000 sel per mikroliter) dapat terjadi tetapi jarang
sekunder dapat terjadi. Albuminuria terjadi pada fase demam. Uji benzidin
Kultur Salmonella typhi dari darah pada minggu pertama positif pada
90% penderita, sedangkan pada akhir minggu ketiga positif pada 50%
kuman. Pembawa kuman lebih banyak pada orang dewasa daripada anak dan
Pada akhir minggu kedua dan ketiga pembiakan darah menjadi positif untuk
basil usus. Ini menunjukkan adanya ulserasi di ileum. Jika terjadi perforasi yang
diikuti peritonitis terdapat toksemia basil aerob (E. coli) dan basil anaerob (B.
fragilis). Titer aglutinin O dan H (reaksi Widal) biasanya sejajar dengan grafik
demam dan memuncak pada minggu ketiga. Interpretasinya kadang sulit karena
ada imunitas silang dengan kuman salmonela lain atau karena titer yang tetap
meninggi setelah diimunisasi. Antibodi H dapat ditemukan bahkan pada titer yang
lebih tinggi, tetapi karena reaksi silangnya yang luas maka sulit untuk ditafsirkan.
Peninggian antibodi empat kali lipat pada sediaan berpasangan adalah kriteria
yang baik tetapi sedikit kegunaannya pada pasien yang sakit akut dan dapat
menjadi tidak bermanfaat akibat pengobatan antimikroba yang dini. Semakin dini
11
sediaan awal diambil, maka semakin mungkin ditemukan peningkatan yang nyata.
1. Leukosit.
normal. Pada demam tifoid tidak ditemukan adanya leukopenia, tetapi kadang-
SGOT dan SGPT dapat meningkat, tetapi dapat kembali normal setelah
3. Biakan darah.
Biakan darah (+) dapat memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah ()
tidak menyingkirkan demam tifoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan
4. Uji Widal.
12
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antibodi (aglutinin) dan antigen
Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi Salmonella yang
serum pada :
Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, maka di dalam tubuh pasien membuat
a. Aglutinin O.
b. Aglutinin H.
c. Aglutinin Vi.
13
Dari ketiga aglutinin di atas, hanya aglutinin O dan aglutinin H yang
- Penyakit-penyakit tertentu.
- Reaksi anamnestik.
- Aglutinasi silang.
demam tifoid.
• Tidak ada konsensus mengenai tingginya titer uji Widal yang mempunyai
14
• Uji Widal positif atau negatif dengan titer rendah tidak menyingkirkan
• Uji Widal positif dapat disebabkan oleh septikemia karena Salmonella lain.
kesembuhan pasien, karena pada seseorang yang telah sembuh dari demam
tifoid, aglutinin akan tetap berada dalam darah untuk waktu yang lama.
2.7 Diagnosis
klinik serta pemeriksaan laboratorium serologi. Bila didapati titer O yang tinggi
tanpa imunisasi sebelumnya, maka diagnosis demam tifoid dapat dianggap positif.
Diagnosis dapat dipastikan bila biakan dari darah, tinja, urin, sumsum tulang,
Demam tinggi dengan atau tanpa bronkitis, disertai keluhan sakit kepala dan
15
pada umumnya, tuberkulosis diseminatus, malaria, demam dengue, bronkitits
1. TBC milier.
2. TBC paru.
3. Meningitis TBC.
4. Efusi pleura.
5. Ricketsiosis (tifus)
2.9 Terapi
pengobatan dalam dosis yang sesuai (3 sampai 4 g/hari pada orang dewasa
atau 50 sampai 75 mg/kgBB per hari pada anak yang lebih muda). Obat
g/hari atau 30 mg/hari jika pasien menjadi tidak demam, yang biasanya
dua dosis harian terbagi pada orang dewasa atau 185 mg/m2 luas
anak).
16
4-fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau oflosaksin pada individu
tidak mampu menelan obat per os. Antimikroba parenteral efektif lainnya adalah
demikian, tidak ada satupun yang aksinya begitu cepat atau begitu efektifnya
dibandingkan dengan seftriakson, yang dapat menandingi atau lebih baik daripada
kloramfenikol dalam hal kecepatan penurunan panas. Sejak itu, rekomendasi awal
pemberian 7 hari tidak diturunkan menjadi 3 hari, 3-4 g sekali sehari pada orang
dewasa atau 80 mg/kgBB sekali sehari, selama 5 hari pada anak, tanpa kehilangan
daya gunanya (efikasi). Lagi pula, dibandingkan dengan angka kekambuhan yang
berhubungan dengan obat lainnya, angka kekambuhan tampak lebih rendah pada
orang dewasa atau anak-anak yang sedikit diberi seftriakson; namun, jumlah
Prevalensi S.typhi yang resisten terhadap obat oral garis pertahanan pertama
karena kemahiran plasmid menjadikan β-laktamase yang tidak aktif dan enzim
yang berusia lebih dari 17 tahun, dengan seftriakson sebagai pilihan terbaik untuk
17
Pemberian kortikosteroid, dapat dilakukan atas indikasi pasien demam tifoid
toksik, dengan dosis dan cara pemberian : oral atau perenteral dalam dosis yang
2.10 Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
- Ileus paralitik
2. Komplikasi Ekstra-Intestinal
hemolitik
18
2.11 Prognosis
rumah sakit tipe A berkisar antara lima sampai sepuluh persen. Pada operasi atas
alasan perforasi, angka kematian berkisar antara 15 dan 25%. Kematian pada
pneumonia
19
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : An . RA
BB/PB : 11 kg/88 cm
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Batu
20
Tanggal Pemeriksaan : 5 Juni 2020
3.2.1 Anamnesis
Husada Batu dengan keluhan demam sejak 7 hari SMRS (29/5/2020), suhu
badan meningkat saat malam hari dan makin hari makin meningkat, saat
pagi dan siang suhu badan tidak meningkat pasien belum diberi obat dan
diperiksakan sama sekali oleh ibunya, 1 hari SMRS pasien sudah dibawa
ke IGD tetapi ibu pasien memilih untuk dirawat dirumah saja dan minta
diberi obat minum saja dari IGD, namun demam tidak turun. Ibu pasien
juga mengatakan BAB anaknya lebih lembek dari biasanya dalam 1 hari
ini. Batuk (-), pilek (-), nafsu makan sudah berkurang. BAK terakhir jam
11.30. Keluar cairan dari telinga (-), gusi dan mulut (-), bercak merah di
Diare (-)
21
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat Antenatal :
Saat hamil ANC rutin di bidan, tidak pernah sakit saat hamil.
Riwayat Persalinan :
Status Gizi
BB/U : 0
TB/U : 0
Riwayat Gizi :
22
Pasien minum ASI sampai saat ini ditambah susu formula
Saat umur 6 bulan pasien mulai makan bubur halus, umur 8 bulan
mulai makan nasi tim, umur 10 bulan makan nasi tim kasar.
Riwayat Sosial:
sudah semen
Tanda Vital :
RR : 30 x/min
BB/PB : 11 kg/88cm
Kepala :
Rambut : hitam
23
Mata : mata cowong (-)
Hidung : sekret (-), darah (-), Pernafasan cuping hidung (-), deviasi
septum(-)
Mulut : Mukosa bibir basah kemerahan, Lidah kotor (-), Gusi berdarah
Thorax : normochest
Pulmo:
Cor :
Abdomen :
24
I : Flat, simetris, distensi (-)
+ + - -
Genetalia : dbn.
Hb : 11,4 g/Dl
Hematokrit : 33.5%
Trombosit : 241.000/mm3
Hb : 11,4 g/dL
25
Leukosit : 7.24 10^3/UL
Hematokrit : 34,9 %
3.3 Resume
Demam 7hari
BAB lembek
Febris
BAB lembek
3.5 Diagnosis
Demam Typhoid
Dengue fever
3.7 Planning
Diagnosis
DL, Salmonela
Terapi
26
InfusDS ¼ NS 1200cc/24jam
3.8 Monitoring
Vital sign
3.9 Edukasi
pada pasien.
Edukasi kepada orang tua bahwa batuk yang diderita oleh pasien
menyebabkan demam.
3.10 PROGNOSIS
Dubia ad bonam
27
3.11 SOAP Harian
28
A Typoid Typoid Typoid
-Diet tktp
29
BAB 4
KESIMPULAN
ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan
minuman yang telah tercemar oleh tinja. Demam ini dapat berlangsung lebih dari
7 hari, seprti kasus yang dibahas, pasien mengalami demam lebih dari 7hari
adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella. Sehingga pasien tersebut
perlu di rawat dan diberikan terapi sesuai dengan literature yang ada. Pada kasus
nutrisi. Pada pasien ini dilakukan pengecekan laboratorium secara berkala sampai
dapat dipulangkan. Saat pasien sudah boleh di pulangkan dari rumah sakit pasien
harus di edukasi mengenai PHBS (Perilaku Hidup Sehat dan Bersih) untuk
pencegahan awal.
Prognosis pada kasus tipoid tergantung pada umur, keadaan umum, derajat
kematian di rumah sakit tipe A berkisar antara lima sampai sepuluh persen. Pada
operasi atas alasan perforasi, angka kematian berkisar antara 15 dan 25%.
30
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita Dr. M.Sc. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Rampengan TH, Laurentz IR. 1993. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :
Shils, Maurice. M. D. Sc.d. 2006. Modern Nutritional in Health and Disease 10th
Sjamsuhidayat, R. de Jong, Wim. 1997. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit
31