Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN TN. N DENGAN SISTEM PENCERNAAN: TYPUS ABDOMINALIS

DI RUANG CEMPAKA RSUD TANGERANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Mata Kuliah : Ns. Ayamah, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :
SILMI AZIZAH
NIM.221030122578

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena atas

berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga

dapat menyelesaikan salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. N Dengan Typus Abdominalis di

Ruang Cempaka RSUD Tangerang” dengan sebaik – baiknya. Dalam bentuk

maupun isi yang sangat sederhana.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini,Terutama kepada :

1. Ns. Ayamah, S.Kep.,M.Kes selaku dosen pengajar.

2. Kepala Ruangan Cempaka Ns. Dwi Wahyuni, S.Kep,

Semoga amal baik bapak/ibu/saudara/i diterima oleh Allah SWT, dan

diberikan balasan yang lebih baik oleh-Nya. Saya menyadari dalam penyusunan

tugas ini masih banyak kekurangan sehingga saya sangat mengharapkan segala

masukan dan saran yang sifatnya membangun guna makalah yang lebih yang

lebih baik.

Tangerang, 04 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Anatomi Sistem Pencernaan ................................................... 4
A. Definisi Demam Typoid ................................................................ 4
B. Anatomi Fisiologi Usus Halus....................................................... 4
C. Etiologi Demam Typoid................................................................. 7
D. Patofisiologi Demam Typoid ........................................................ 9
E. Manifestasi Klinis Demam Typoid ............................................... 9
F. Komplikasi Demam Typoid .......................................................... 10
G. Pemeriksaan Penunjang Demam Typoid ...................................... 11
H. Penatalaksanaan Demam Typoid .................................................. 12
II. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah ................................. 13
A. Pengertian Anak Usia Sekolah ...................................................... 13
B. Tahap Pertumbuhan Anak Usia Sekolah ....................................... 13
C.Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah...................................... 14
D. Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah ......................................... 16
III. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Demam Typoid ................ 16
A. Pengkajian ..................................................................................... 16
B. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 22
C. Intervensi ....................................................................................... 23
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................ 32
B. Analisa Data ......................................................................................... 42
C. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 44
D. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang
mengenai sistem retikuloendotelial, kelenjar limfe saluran cerna, dan kandung
empedu. Disebabkan terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi
(S.typhi) dan menular melalui jalur fekal-oral Demam Typhus abdominalis di
negara maju terjadi mencapai 5.700 kasus setiap tahunnya, sedangkan di
negara-negara berkembang demam thypus abdominalis mempengaruhi sekitar
21,5 juta orang per tahun. Secara global diperkirakan setiap tahunnya terjadi
sekitar 21 juta kasus dan 222.000 menyebabkan kematian. Demam typhus
abdominalis menjadi penyebab utama terjadinya mortalitas dan morbiditas di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Prevalensi Typhus abdominalis di negara Indonesia sebesar 1,60%,
tertinggi terjadi pada kelompok usia 5–14 tahun, karena pada usia tersebut
anak masih kurang memperhatikan kebersihan dirinya serta adanya kebiasaan
jajan sembarangan yang pada dasarnya dapat menyebabkan terjadinya
penularan penyakit demam typhus abdominalis. Prevalensi menurut tempat
tinggal paling banyak di pedesaan dibandingkan perkotaan, dengan
pendidikan rendah dan dengan jumlah pengeluaran rumah tangga rendah.
(Wahyudi Rahmat, Kartin Akune, M. Sabir, 2019).
Masalah keperawatan pasien typhus abdominalis (demam Typhus
abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Usus halus
merupakan tempat pencernaan dan penyerapan, segmentasi pergerakan utama
untuk mencampurkan makanan dengan getah pankreas, getah usus halus dan
empedu. Usus halus hampir menyerap semua yang diselesaikan termasuk
epitel yang terkelupas, hanya menyisakan sejumlah kecil cairan dan sisa
makanan yang tidak tercerna masuk ke dalam usus besar lapisan usus halus
mempunyai bentukan yang cukup rumit untuk pencernaan dan penyerapan
sehingga permukaan menjadi sangat luas dan lapisan ini diganti tiap 3 hari.
Gangguan pada usus halus umumnya typhus abdominalis yaitu infeksi pada
usus halus jejunum karena salmonella typhosa, dengan gejala : demam, lidah
kotor ujung berwarna merah, mual, perut sakit (Lis Nurhayati & Lilis Duwi
Saputri, 2019).
Penyebabnya adalah kuman Salmonella Typhi atau Salmonella
Paratyphi A,B dan C, selain menyebabkan enterik kuman ini juga dapat
menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak
menyerang usus). Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak
tertutup kemungkinan untuk orang muda/dewasa. Kuman ini terdapat di
dalam kotoran, urine manusia, dan juga pada makanan dan minuman yang
tercemar kuman yang dibawa oleh lalat. Typhus abdominalis fever atau
thypus abdominalis, pada umumnya kuman menyerang usus, makan usus bisa
jadi luka, dan menyebabkan perdarahan, serta bisa pula terjadi kebocoran
usus.
Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi demam
thypoid mencapai angka antara 11 dan 21 juta kasus dan 128.000 hingga

161.000 kematian terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Di Indonesia


dilaporkan sebesar 98,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran menurut
kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000 penduduk
(2–4 tahun), 178,3/100.000 (5-15 tahun),dan 51,2/100.000 (≥16
tahun). Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada
kelompok usia 2-15 tahun. Hasil kajian kasus di rumah sakit besar di
Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus
Typhus abdominalis dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan
500/100.000 penduduk dan kematian diperkirakan sekitar 0,6–5%. (Elisabeth
Purba, 2018).
Masalah yang timbul pada pasien demam typhus abdominalis yaitu
kemungkinan pada usus halus antara lain, perdarahan usus, perforasi usus.
Prioritas pada luar usus antara lain, bronkopneumonia, Typhus abdominalis
ensefalopati, meningitis, defisit nutrisi dan hipertermi Komplikasi yang berat
dapat menyebabkan kematian pada penderita demam Typhus abdominalis.
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) Upaya yang digunakan
dalam mengatasi defisit nutrisi ketidakcukupan asupan zat gizi dalam
memenuhi kebutuhan energy harian Karena asupan makanan yang tidak
memadai atau karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan. antara
lain dalam intervensi keperawatan. Identifikasi status nutrisi Monitor asupan
makanan Monitor berat badan Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Survey awal yang dilakukan peneliti di Ruang Cempaka Rumah
Sakit Umum Daerah Tangerang pada bulan Maret menunjukkan bahwa dalam
mengatasi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan demam typhus
abdominalis yaitu dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Penulis
tertarik melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi Pada Tn. N dengan Typus abdominalis di Ruang Cempaka
RSUD Tangerang”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Asuhan keperawatan pada pasien Typhus abdominalis dengan masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Tangerang
2. Tujuan khusus
Melalui proses keperawatan diharapkan mahasiwa mampu:
a. Melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
pasien Typhus Abdominalis di RSUD Tangerang.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien Typhus Abdominalis di RSUD
Tangerang.
c. Melakukan perencanaan keperawatan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien Typhus Abdominalis di
RSUD Tangerang.
d. Melakukan implementasi keperawatan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien Typhus Abdominalis di
RSUD Tangerang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien Typhus Abdominalis di RSUD
Tangerang.
C. Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat pada pihak – pihak
yang terkait dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi perawat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu pilihan dalam
perencanaan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan Typus
abdominalis.
2. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat standar
operasional prosedur sesuai dengan keadaan pasien dengan Typus
abdominalis.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi yang bermanfaat kepada mahasiswa Stikes Widya
Dharma Husada untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan Typus Abdominalis.
4. Keluarga pasien
Dapat memberikan pengenalan mengenai masalah Typus abdominalis,
tanda-tanda dan gejala, serta dapat memberikan pemahaman kepada
keluarga untuk memanfaatkan sumber fasilitas kesehatan yang ada.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Anatomi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan adalah kesatuan alat-alat yang dilibatkan dalam proses


pencernaan makanan. Sistem pencernaan manusia terdiri dari saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi beberapa
organ, di antaranya sebagai berikut:

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan
masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri
dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama
terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim.
A. Renin, zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk
mengendapkan protein susu dari air susu ibu (ASI).
B. Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk memecah protein menjadi
pepton.
C. Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk mengaktifkan pepsinogen
menjadi pepsin.
D. Lipase, zat lipase fungsinya untuk memecah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.
5. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna).
6. Usus Besar (Kolon )
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan 12 membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin
a. K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar.
7. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

B. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Nutrisi
a) Definisi nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi
tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti
karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan
terkadang dideskripsikan berdasarkan kepadatan nutrisi mereka, yaitu
proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah kilo kalori. Makanan
dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula,
adalah makanan yang tinggi kilo kalori tetapi rendah nutrisi (Kinanti
2016).
Tanda dan gejala mayor defisit nutrisi adalah berat badan.
menurun minimal 10% dari rentang ideal sedangkan tanda dan gejala
minor dari defisit nutrisi adalah cepat kenyang setelah makan,
kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif,
otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, dan diare
(Tim Pokja SDKI DPP, 2017).
b) Penyebab kekurangan nutrisi
Penyebab kekurangan nutrisi mungkin terlihat jelas seperti terlalu
sedikit makan. Namun pada kenyataanya, kurang gizi sering kali
desebabkan oleh kombinasi masalah fisik, sosial, dan psikologis.
(Hidayat, 2018) Misalnya:
a. Perubahan Terkait Usia.
Perubahan rasa, bau, dan nafsu makan umumnya menurun seiring
bertambahnya usia, sehingga lebih sulit menikmati makan dan
menjaga kebiasaan makan teratur.
b. Penyakit.
Peradangan atau penyakit dapat berkontribusi pada penurunan
nafsu makan dan perubahan dalam tubuh untuk memproses nutrisi.
c. Penurunan Kemampuan Makan.
Kesulitan mengunyah atau menelan, kesehatan gigi yang buruk,
atau kemampuan yang terbatas dalam menggunakan peralatan
makan dapat menyebabkan malnutrisi.
d. Pengobatan.
Beberapa obat dapat memengaruhi nafsu makan atau kemampuan
menyerap nutrisi.
e. Depresi

Kesedihan, kesepian, kesehatan yang memburuk, kurangnya


mobilitas dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan depresi yang
kemudian mengarah pada hilangnya nafsu makan.
C. Tanda dan gejala kekurangan nutrisi pada demam typhus abdominalis
Menurut (Hidayat, 2018) tanda dan gejala kekurangan nutrisi yang
pertama yaitu :
1). Penurunan berat badan
2). Gusi dan mulut sering luka atau
nyeri 3). Kulit dan rambut kering
4). Jaringan lemak dan otot didalam tubuh berkurang
5). Pipi dan mata cekung
6). Mudah terkena infeksi karena melemahnya sistem kekebalan
tubuh.
7). Proses penyembuhan menjadi lambat
8). Kehilangan selerah makan
D. Patofisiologi ganguan pemenuhan nutrisi
Kondisi fisiologis nutrisi yang mempengaruhi status nutrisi
termasuk tingkat aktivitas, keadaan penyakit, mual muntah,
kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan serta nutrisi dan
pengobatan yang sedang dilakukan. Bergantung pada tingkat aktivitas,
maka nutrisi dan kalori diperlukan meningkat, sehingga tingat
aktivitas akan meningkat akan menurun. Sementara itu, status
penyakit dan prosedur atau pengobatan yang dilakukan mempunyai
dampak pada asupan makanan, pencernaan, absorbsi, metabolisme
dan ekskresi (Hidayat, 2018).

E. Konsep Typhus abdominalis

1. Pengertian
Demam typhus abdominalis merupakan jenis infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella Enterica khususnya turunan
Salmonella Typhi. Salmonella Typhi akan berinovasi dan melakukan
multiplikasi dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar
limfe usus, dan peyer patch Gejala yang ditunjukkan biasanya tidak
spesifik bahkan cenderung mirip dengan gejala demam lain sehingga
sulit untuk dibedakan.
Namun kasus yang memberat bisa menimbulkan komplikasi yang
serius bahkan hingga menyebabkan kematian (WHO, 2018). Satu-
satunya yang menjadi reservoir dari Salmonella Typhi adalah manusia,
dimana jalur penularannya melalui feses – oral. Maksudnya jika ada
makanan, minuman atau apapun yang telah terkontaminasi feses manusia
(yang mengandung Salmonella Typhi) lalu dikonsumsi oleh manusia itu
sendiri, maka penularan bisa terjadi.

Demam typhus abdominalis banyak ditemukan di negara


berkembang utamanya yang memiliki iklim tropis. Menurut data dari
WHO wilayah dengan kasus terbanyak demam typhus abdominalis
adalah Afrika, Asia Tenggara dan daerah Pasifik Barat. Hal ini bisa
disebabkan oleh masih kurangnya ketersediaan air bersih, masih kurang
memadainya sanitasi lingkungan atau bahkan karena masih rendahnya
kebersihan dari individu itu sendiri (WHO, 2018). Di 2 negara maju,
demam typhus abdominalis sudah mengalami penurunan sampai pada
tingkatan terendah sebagai hasil dari segala upaya pencegahan dan
penanganan pemerintah. Namun sekalipun telah dilakukan banyak
perbaikan yang menyebabkan hilangnya penularan demam Typhus
abdominalis. (Ainil Maksura, 2021).
2. Etiologi

Demam typhus abdominalis disebabkan oleh bakteri salmonella


typhi salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif tidak membentuk spora spora, motil, berkapsul dan
mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat
hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es,
sampah dan debu.
Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 derajat celcius)
selama 15 menit, pasteurisasi, pendidihan dan spesies, yaitu Salmonella
enterica dan Salmonella bongori (disebut juga subspecies V). Salmonella
enterica dibagi ke dalam enam jenis subspecies yang dibedakan
berdasarkan karbohidrat, flagel, dan/serta struktur lipopolisakarida.
Subspecies dari salmonella enterica antara lain subsp. Enterica, subsp.
Salamae, subsp. Arizonae, subsp. Diarizonae, subsp. Houtenae, subsp.
Indica. (Wahyudi Rahmat, Kartin Akune, M.Sabir, 2019).
3. Patofisiologi

Kuman salmonella typhi masuk melalui mulut, setelah melewati


aliran selanjutnya akan di dinding usus halus melalui aliran limfe
kelenjar mesenterium mengadakan multiplikasi (bakteri) seperti mual,
muntah, tidak enak badan, nafsu makan menurun, pusing karena diserbu
sel sistem retikuloendotelial. Tetapi kuman masih hidup, selanjutnya
melalui duktus torasikus masuk kedalam peredaran darah mengalami
bakteri sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel pirogen
akibatnya terjadi leukositopenia. Sel pirogen inilah yang mempengaruhi
pusat termoregulasi di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan
apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan
kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari peredaran darah , kuman
menuju ke organ-organ tersebut (hati, limpa, empedu). Sehingga timbul
peradangan yang menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri
tekan, terutama pada folikel limfosit dan apabila kuman tersebut
dihancurkan oleh sel-sel tersebut maka penyakit berangsur-angsur
mengalami perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar ke
seluruh organ sehingga timbul komplikasi dapat memperburuk kondisi
pasien. (Anita Anggraini, 2021).
4. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis demam typhus abdominalis yang timbul dapat
bervariasi dari gejala ringan hingga berat. Gejala klinis yang klasik dari
demam typhus abdominalis diantaranya adalah demam, malaise, nyeri
perut dan konstipasi. Pemeriksaan kultur merupakan pemeriksaan gold
standard untuk menegakkan diagnosis demam typhus abdominalis.
Namun harganya yang mahal dan waktu pemeriksaan yang lama
membuat pemeriksaan kultur ini jarang dilakukan. (Yelvi Levani, Aldo
Dwi Prastya, 2020).
Penegakan diagnosis sedini mungkin akan bermanfaat untuk
pemberian terapi yang tepat dan atau mengurangi risiko komplikasi.
Gejala klinis demam typhus abdominalis yang pasti dijumpai adalah
demam. Gejala demam meningkat perlahan ketika menjelang sore hingga
malam hari dan akan turun ketika siang hari. Demam akan semakin
tinggi (39 – 40 derajat Celcius) dan menetap pada minggu kedua. Masa
inkubasi demam typhus abdominalis sekitar 7 sampai 14 hari (dengan
rentang 3 sampai 60 hari). Gejala demam typhus abdominalis umumnya
tidak spesifik, diantaranya adalah demam, sakit kepala, anoreksia,
myalgia, arthralgia, nausea, nyeri perut dan konstipasi. Pada anak-anak
dan penderita HIV yang terkena demam typhus abdominalis, umumnya
lebih banyak mengalami keluhan diare. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan demam tinggi, bradikardi relatif, lidah kotor, hepatomegali,
nyeri tekan abdomen, splenomegali atau rose spot. Rose spot merupakan
kumpulan lesi makulopapular eritematosa dengan diameter 2 sampai 4
mm yang sering ditemukan pada perut dan dada. Tanda rose spot ini
terdapat pada 5 sampai 30% kasus dan tidak terlihat pada pasien kulit
gelap. Gejala klinis yang disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi
umumnya lebih ringan daripada gejala yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. (Yelvi Levani, Aldo Dwi Prastya, 2020).
5. Penatalaksanaan
Tatalaksana demam typhus abdominalis dibagi/dikelompokkan atas
dua bagian besar, yaitu tatalaksana umum dan bersifat suportif
dan tatalaksana khusus berupa pemberian antibiotik dengan tujuan
sebagai pengobatan kausal. Tatalaksana demam Typhus abdominalis
juga bukan hanya tatalaksana yang ditujukan kepada penderita
penyakit tersebut, namun juga ditujukan kepada penderita karier
Salmonella typhi.Pencegahan pada anak dapat dilakukan dengan
pemberian imunisasi Typhus abdominalis dan profilaksis bagi traveller
dari daerah non endemik di daerah yang endemik demam typhus
abdominalis. Untuk perawatan pasien demam Typhus
abdominalis dapat dilakukan di rumah (rawat jalan), dan di rumah
sakit. Perawatan di rumah dapat dilakukan apabila keadaan umum
dan kesadaran pasien lumayan baik, serta gejala dan tanda klinis tidak
menunjukkan infeksi Typhus abdominalis berlanjut. Perawatan di rumah
sakit dilakukan pada keadaan tertentu yaitu dapat dilakukan di Mawar
umum maupun ICU, tergantung pada keadaan klinis pasien. (Wahyudi
Rahmat, Kartin Akune, M.Sabir, 2019).
A. Tata laksana umum
Tatalaksana umum (suportif) merupakan hal yang sangat penting
dalam menangani demam Typhus abdominalis selain tatalaksana
utama berupa pemberian antibiotik. Pemberian rehidrasi oral maupun
parenteral, penggunaan antipiretik, pemberian nutrisi yang adekuat
serta transfusi darah bila ada indikasi, merupakan tatalaksana yang
ikut memperbaiki kualitas hidup seorang penderita demam
Typhus abdominalis. Gejala demam Typhus abdominalis pada anak
lebih ringan dibanding orang dewasa, karena itu 90 % pasien demam
Typhus abdominalis anak tanpa komplikasi, tidak perlu dirawat di
rumah sakit dan dengan pengobatan oral serta istirahat baring di
rumah sudah cukup untuk mengembalikan kondisi anak menjadi sehat
dari penyakit tersebut.
B. Tatalaksana antibiotik
Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam Typhus
abdominalis pada anak di negara berkembang didasarkan pada faktor
efikasi, ketersediaan dan biaya. Berdasarkan ketiga faktor tersebut,
kloramfenikol masih menjadi obat pilihan pertama pengobatan demam
Typhus abdominalis pada anak, terutama di negara berkembang. Hal
ini berbeda dengan dewasa, dimana obat antibiotik lini pertamanya
adalah pilihan terapi antibiotik untuk demam Typhus abdominalis
golongan fluorokuinolon, seperti ofloksasin, siprofloksasin,
levofloksasin atau gatifloksasin. Persoalan pengobatan demam Typhus
abdominalis saat ini adalah timbulnya resistensi terhadap beberapa
obat antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan demam
Typhus abdominalis atau yang disebut dengan Multi Drug Resistance
(MDR). S. Typhi yang resisten terhadap kloramfenikol, yang pertama
kali timbul pada tahun 1970, kini berkembang menjadi resisten
terhadap obat ampisilin, amoksisilin, trimetoprim sulfametoksazol dan
bahkan resisten terhadap fluorokuinolon.
C. Farmakologis
1) Ciprofloxacin
Ciprofloxacin mempunyai mekanisme menghambat sintesis asam
nukleat sel mikroba. Fluoroquinolones yaitu Ciprofloxacin
direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk anak – anak
dan orang dewasa yang terinfeksi dengan resistensi sensitif dan
multi-obat, Salmonella typhi dan paratyphi.
2) Cefixime
Cefixime mempunyai mekanisme menghambat sintesis dinding sel
mikroba (Sandika dan Suwandi, 2017). telah banyak digunakan
pada anak-anak dalam berbagai daerah geografis diamati
penggunaan Cefixime oral memuaskan. Namun, dalam beberapa
percobaan Cefixime menunjukan tingkat kegagalan dan
kekambuhan yang lebih tinggi daripada fluoroquinolones.
3) Amoksisilin
Amoksisilin mempunyai mekanisme menghambat sintesis dinding
sel mikroba (Sandika dan Suwandi, 2017).
4) Kloramfenikol
Kloramfenikol mempunyai mekanisme menghambat sintesis
protein sel mikroba. Kloramfenikol masih merupakan pilihan
utama untuk pengobatan demam Typhus abdominalis karena
efektif, murah, mudah didapat, dan dapat diberikan secara oral.
5) Tiamfenikol
Tiamfenikol mempunyai mekanisme menghambat sintesis protein
sel mikroba. Pilihan lain yang analog dengan kloramfenikol, yang
masih digunakan di Indonesia dan masih dianggap efektif untuk
menyembuhkan demam Typhus abdominalis adalah tiamfenikol.
6) Azitromisin
Azitromisin mempunyai mekanisme menghambat sintesis protein
sel mikroba. Golongan kuinolon dan azitromisin hampir sama
efikasinya dan aman untuk demam typhus abdominalis.
7) Ceftriaxone
Ceftriaxone mempunyai mekanisme menghambat sintesis dinding
sel mikroba. Sifat dari obat ini yang menguntungkan yaitu dapat
merusak spektrum kuman dan tidak mengganggu sel manusia,
bakteri spektrum luas, penetrasi jaringan cukup baik, dan resistensi
kuman masih terbatas.
8) Interaksi dengan Makanan
Ketika mengkonsumsi antibiotik direkomendasikan bersamaan
dengan air putih.
9) Resistensi Antibiotik
Terhadap antibiotik karena adanya mutasi kromosom ataupun
karena pertukaran materi genetik melalui transformasi, transduksi
dan konjugasi melalui plasmid. Peningkatan atau kesalahan
penggunaan antibiotik dalam bidang klinik, penggunaan antibiotik
dalam bidang molekuler, dan ketidakpatuhan pasien meminum
obat.
D. Non farmakologis
1) Tirah baring
Tirah baring (bed rest) dilakukan pada pasien yang membutuhkan
perawatan akibat sebuah penyakit atau kondisi tertentu dan
merupakan upaya mengurangi aktivitas yang membuat kondisi
pasien menjadi lebih buruk. Petunjuk dari dokter akan diberikan
berupa apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan
selama bed rest. Semua itu tergantung pada penyakit yang diderita
pasien. Ada yang hanya diminta untuk mengurangi aktivitas, ada
yang memang benar – benar harus beristirahat di tempat tidur dan
tidak boleh melakukan aktivitas apapun (Kusumastuti,2017). Tirah
baring (bed rest) direkomendasikan bagi pasien demam Typhus
abdominalis untuk mencegah komplikasi perforasi usus atau
perdarahan usus. Mobilisasi harus dilakukan secara bertahap sesuai
dengan pulihnya kekuatan pasien.
2) Diet Lunak Rendah
Serat Jenis makanan yang harus dijaga adalah diet lunak rendah
serat karena pada demam Typhus abdominalis terjadi gangguan
pada sistem pencernaan. Makanan haruslah cukup cairan, kalori,
protein, dan vitamin. Memberikan makanan rendah serat
direkomendasikan, karena makanan rendah serat akan
memungkinkan meninggalkan sisa dan dapat membatasi volume
feses agar tidak merangsang saluran cerna. Demi menghindari
terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus
direkomendasikan dengan pemberian bubur saring.
3) Menjaga Kebersihan
Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan cukup berpengaruh
pada kejadian demam Typhus abdominalis, untuk itu diperlukan
kesadaran diri untuk meningkatkan praktik cuci tangan sebelum
makan untuk mencegah penularan bakteri Salmonella typhi ke dalam
makanan yang tersentuh tangan yang kotor dan mencuci tangan setelah
buang air besar agar kotoran atau feses yang mengandung mikroorganisme
patogen tidak ditularkan melalui tangan ke makanan. Tangan harus dicuci
dengan sabun setidaknya selama 15 detik dibilas dan dikeringkan dengan
baik. Banyaknya tempat-tempat penjualan makanan yang belum memenuhi
syarat kesehatan di Indonesia, seperti tingkat kebersihan yang buruk,
berkontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus demam Typhus
abdominalis.
Kebiasaan jajan makanan di luar rumah menjadi salah satu faktor risiko
penularan demam Typhus abdominalis dapat terjadi ketika seseorang makan
di tempat umum dan makanannya disajikan oleh penderita tifus laten
(tersembunyi) yang kurang menjaga kebersihan saat memasak,
mengakibatkan penularan bakteri Salmonella typhi pada pelanggannya.
Orang yang baru sembuh dari Typhus abdominalis masih terus mensekresi
Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih sampai 3 bulan setelah sakit dan
dapat menjadi karier kronik bila masih mengandung basil sampai 1 tahun
atau lebih. Bagi penderita yang tidak diobati dengan adekuat, insiden karir di
dilaporkan 5-10% dan kurang lebih 3% menjadi karier kronik.
Perlunya peningkatan hygiene perorangan khususnya mencuci tangan
dengan baik dan benar saat sebelum makan, serta mengurangi kebiasaan
jajan atau makan di luar penyediaan rumah. Selain itu, bagi dinas terkait
perlu memberikan penyuluhan kesehatan tentang hygiene untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kontaminasi makanan yang dapat menyebabkan
penyakit demam Typhus abdominalis. (Vani Rahmasari, Keri Lestari, 2018).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan darah tepi:terdapat gambar leukopenia, limfositosis relatif dan
eosinofilia. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.
b) Pemeriksaan sumsum tulang :Terdapat gambaran sumsum tulang berupa
hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoesis,
granulopoesis dan trombopoesis berkurang.
c) Biakan empedu: basil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah
penderita biasanya dalam minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering
ditemukan dalam urin dan feses dan mungkin akan tetap positif untuk waktu
yang lama.
Oleh karena itu pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan
untuk menegakan diagnosis, sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urin
dan feses 2 kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita
telah benar-benar sembuh.

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Typhus abdominalis


Dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan typhus abdominalis proses yang
digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses
keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia terhadap
masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah tersebut. Proses keperawatan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah utama dari proses keperawatan. Pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menemukan status kesehatan
dan pola kebiasaan klien.
A. Identitas Klien
Di Dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.
Registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal masuk rumah sakit

B. Keluhan Utama
Keluhan Utama pada pasien Typhus abdominalis biasanya mengeluh perut terasa
mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Dahulu Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Typhus, apakah
pasien menderita penyakit lainnya.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Typhus adalah demam, anorexia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing,
nyeri otot, lidah Typhus abdominalis (kotor), gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Typhus atau
menderita penyakit yang lainnya.
F. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul
gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang
dideritanya.
G. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan Perubahan penatalaksanaan
kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu
makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
3) Pola aktivitas dan latihan Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya
4) kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya.
5) Pola tidur dan aktivitas Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan
suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu
tidur

6) Pola eliminasi Kebiasaan dalam BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
7) Pola reproduksi dan sexual Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien
yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
8) Pola persepsi dan pengetahuan Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup
akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
9) Pola persepsi dan konsep diri Terjadi perubahan apabila pasien tidak
efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
10) Pola penanggulangan stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif
dalam mengatasi masalah penyakitnya.
11) Pola hubungan interpersonal Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi
terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan
dalam menjalankan perannya selama sakit.
12) Pola tata nilai dan kepercayaan Timbulnya distres dalam spiritual pada
pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta
kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
H. Pemeriksaan Fisik Inspeksi
Tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh dan menentukan apakah seseorang
mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Inspeksi dilakukan secara
langsung (seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman) dan tidak langsung
(dengan alat bantu).
Palpasi
Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan bersamaan
dengan inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan, jari, dan ujung
jari. Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi,
ukuran, kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
Auskultasi
Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara
normal dan abnormal menggunakan alat bantu stetoskop. Suara yang
didengarkan berasal dari sistem kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.
Perkusi
Tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa kulit.
Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan


untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap

situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (SDKI DPP PPNI, 2017)

a. Risiko tinggi ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan hipertermi dan muntah.

b. Risiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan

kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

Kode Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi

1. D.0160 Hipertermia L.14134 Luaran utama: I.03119 Intervensi utama:


berhubungan Siki:Manajemen
dengan proses Termogulasi Hipertermi
Infeksi Setelah dilakukan
3x24 jam Observasi:
Tindakan asuhan
1. Identifikais penyebab
keperwatan
diharapkan pasien
hipertermia
dapat : (mis.dehidrasi, terpapar
1.Kulit merah lingkungan panas,
meningkat penggunaan inkubator)
2.Suhu tubuh 2. Memonitor suhu
memburuk tubuh.
3.Suhu kulit
memburuk Terapeutik:
1. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
2. Sediakan lingkungan
yang dingin
3. Melakukan
pendinginan eksternal
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen,aksila.

Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi:
1 Pemberian cairan intra
vena bila perlu
2. D.0019 Defisit Nutrisi L.03030 Luaran utama: I.03119 Intervensi utama :
berhubungan SIKI : Manajeman
dengan Setelah dilakukan Nutrisi
7x24 jam
ketidakmampua
diharapkan Observasi:
n mengabsorbsi keadekuatan 1. Identifikasi status
nutrient asupan nutrisi nutrisi
untuk memenuhi 2. Identifikasi kebutuhan
kebutuhan kalorin dan jenis nutrient
metabolism 3. Monitor asupan nutrisi
membaik. Dengan 4. Monitor kepatenan
kriteria hasil : akses intravena
SIKI : Status 5. Monitor berat badan
Nutrisi
1.Verbalisasi Terapeutik:
keinginan untuk 1. Lakukan oral hygiene
meningkatkan sebelum makan jika perlu
nutrisi 2. Berikan makanan
2. Pengetahuan tinggi serat menarik dan
tentang pilihan suhu yang sesuai
makanan yang 3. Berikan nutrisi
sehat parenteral sesuai indikasi
3. Pengetahuan 4. Berikan makanan
tentang standar tinggi kalori dan tinggi
asupan nutrsisi protein
yang tepat 5. Berikan suplemen
4. Penyimpanan makanan jika perlu
dan penyiapan
makanan yang Edukasi:
aman 1 Ajarkan pasien dan
5. Sikap terhadap keluarga pasien diet yang
makanan/minuma diprogramkan
n sesuai dengan
tujuan kesehatan Kolaborasi:
1 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
3. D.0056 Intoleransi Luaran utama : Intervensi utama:
aktivitas Siki : Manajemen
berhubungan Setelah dilakukan energy
dengan tindakan
kelemahan fisik keperawatan Observasi
selama 3x24 jam 1. Identifikasi gangguan
diharapkan fungsi tubuh yang
masalah mengakibatkan
keperawatan kelelahan
intoleransi 2.Monitoring
aktivitas teratasi kelelahan fisik dan
dengan kriteria emosional
hasil : 3. Monitor pola dan
Slki : Toleransi jam tidur
Aktivitas 4. Monitor lokasi dan
1.Keluhan lalah ketidaknyamanan
2.Perasaan lemah selama melakukan
3.Sianosis aktivitas
4.Frekuensi napas
5.Saturasi oksigen Terapeutik:
1.Sediakan
lingkungan nyaman
dan rendan stimulus
(Mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
2. Fasilitasi duduk
disisi tempat tidur
jika berpindah atau
berjalan

Edukasi:
1.Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi:
1.Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan perwujudan dari intervensi keperawatan meliputi
tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien
dengan hipertensi secara teoritis mengacu pada teori sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang diangkat. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini penulis
menemukan beberapa faktor penunjang diantaranya adalah respon klien yang baik,
mudah menerima saran perawat, keluarga bersikap kooperatif dan terbuka serta
tanggapan yang baik dari keluarga kepada penulis dalam memberikan informasi
yang berhubungan dengan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosa, perencanaan,
dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah- langkah dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan. Perumusan evaluasi formatif
meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yaitu :
1. S (Subjektif) : perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2. O (Objektif) : perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain.
3. A (Analisis) : penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang kearah perbaikan.
4. P (Perencanaan) : rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil
analisis di atas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila
keadaan atau masalah belum teratasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.N DENGAN
SISTEM PERCERNAAN : TYPUS ABDOMINALIS
DI RUANG CEMPAKA RSUD TANGERANG

A. PENGKAJIAN

Pengkajian tgl : 01 Mei 2023 Jam : 15.00 wib


Tanggal MRS : 30 Mei 2023 NO RM : 00332825
Ruang/Kelas : Cempaka/3 Dx. Masuk : Typus
Dokter yang merawat : dr. I Nyoman Sudirga, Sp.PD
Nama : Tn. N Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun Status Perkawinan : Menikah
Identitas

Agama : Islam Penanggung Biaya : BPJS PBI


Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat : Neglasari-Tangerang
Keluhan utama : Panas tinggi, Mual, Muntah, Kembung 5 hari SMRS
Riwayat penyakit saat ini : Pada saat dikaji tanggal 30 mei 2023 pukul 15.30
WIB di ruang Cempaka RSUD Tangerang didapatkan data dari pasien yang
mengatakan kepala sakit, perut kembung dan merasa mual muntah 3x/hari,
keadaan pasien lemas, tidak nafsu makan sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mengatakan berat badan turun 3kg selama 5 hari dari BB
75kg menjadi 72kg.
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Penyakit yang pernah diderita :


Pasien belum pernah dirawat dengan penyakit Typhus abdominalis
Sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga


yang mengalami penyakit yang sama seperti penyakit yang diderita oleh pasien
saat ini.
Riwayat alergi: ya √ tidak Jelaskan :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik sedang √lemah
Kesadaran: Composmetis
Tanda vital TD: 120/75 mmHg Nadi: 89 x/mnt Suhu : 38,9º
C RR: 18 x/mnt
Pola nafas irama: √Teratur Tidak teratur
Pernafasan

Jenis Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-lain:


Suara nafas: √vesikuler Stridor Ronchi
Sesak nafas Ya √Tidak Batuk: Ya √Tidak

Masalah:

Irama jantung: √ Reguler Ireguler S1/S2 tunggal √Ya Tidak


Kardiovaskuler

Nyeri dada: Ya √Tidak


Bunyi jantung: √ Normal Murmur Gallop
CRT: √ < 3 dt > 3 dt
Akral: √ Hangat Panas Dingin kering Dingin basah
Masalah:
GCS 15 Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total:15
Refleks fisiologis: √ patella triceps biceps lain-lain:
Persyarafan

Refleks patologis: babinsky budzinsky kernig lain-lain:


Istirahat / tidur: 4-5 jam/hari Gangguan tidur: Demam

Masalah: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit


Penglihatan (mata)
Pupil :√ Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus √Normal Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan

Gangguan pendengaran : Ya √ Tidak Jelaskan: Lain-lain :


Penciuman (Hidung)
Bentuk : √ Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : Ya √ Tidak Jelaskan: Lain-lain
Masalah :
Kebersihan: √Bersih Kotor
Urin: Jumlah: 800 cc/hr Warna: kuning Bau: khas
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Kandung kencing: Membesar Ya √Tidak
Nyeri tekan Ya √Tidak
Perkemihan

Gangguan: Anuria Oliguri Retensi


Nokturia Inkontinensia √tidak ada masalah
Masalah

Nafsu makan : Baik √ Menurun Frekuensi: 3 x/hari


Porsi makan : Habis √Tidak Ket: hanya 1/4 porsi
Diet : BB Tktp 1500 kkal Minum : 600cc/hari Jenis: jam, Air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: Bersih √Kotor Berbau
Mukosa Lembab √Kering Stomatitis
Tenggorokan Nyeri telan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil
Pencernaan

Abdomen Tegang √Kembung Ascites Nyeri tekan,


lokasi: -
Peristaltik usus : 40 x/mnt
Pembesaran hepar Ya √ Tidak
Pembesaran lien Ya √ Tidak
Buang air besar 1-2 x/hari Teratur: √ Ya Tidak
Konsistensi Bau: Khas Warna: Kuning
Lain-lain:
Masalah: Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampua n
mengabsorbsi nutrient
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas √Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
Muskuloskeletal/ Integumen

55
Kulit Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan
Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: √ Baik Sedang Jelek

Odema: Ada √ Tidak ada Lokasi


Luka Ada √ Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada √ Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa Lain-lain :
Masalah:
Pembesaran Tyroid Ya √ Tidak
Hiperglikemia Ya √ Tidak
Hipoglikemia Ya √ Tidak
Endokrin

Luka gangren Ya √ Tidak


Pus Ya √ Tidak
Masalah: Tidak ada masalah
Mandi : ditempat tidur Sikat gigi : tidak dilakukan
Keramas : sudah Memotong kuku: tidak
Personal
Higiene

dilakukan Ganti pakaian : setiap pagi


Masalah:
Orang yang paling dekat: istri
Psiko-sosio-

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: baik


spiritual

Kegiatan ibadah: kegiatan ibadah selama dirawat hanya ditempat tidur


Masalah:
Laboratorium
Tanggal 30/05/23
Jenis
hasil Nilai normal satuan interpretasi
pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 12 11,7-15,5 g/dl Normal
Leukosit 12.35* 3,6 - 10,0 103 /uL leukositosis
Pemeriksaan penunjang

Trombosit 170 140-450 103 /uL Normal


Hematrokit 36 35-47 % Normal
Gula darah
Gula darah 105 74-180 mg/dl Normal
sewaktu
Fungsi ginjal
Ureum 45 13-48 mg/dl Normal
Creatini 1.0 0,0-1,3 mg/dl Normal
Asam urat 6.2 3,5-7,0 mg/dl Normal
albumin 3,5 3.5-4.5 Mg/dl Normal
LDH 320 0-480 U/L Normal

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


1 Widal test
-S.Paratyphi AH Negatif Negatif
-S.Paratyphi BH Negatif Negatif
Pemeriksaan Penunjang

-S.Paratyphi CH Negatif Negatif


-S.Typhi H 1/320 Negatif
-S.Paratyphi AO Negatif Negatif
-S.Paratyphi BO Negatif Negatif
-S.Paratyphi CO Negatif Negatif
-S.Typhi O 1/320 Negatif
Keterangan :
- Salmonella Typhi H hasilnya positif 1/320
- Salmonella Typhi O hasilnya positif 1/320
NO Nama obat Rute Dosis Tanggal
01/05/2023 02/05/2023 03/05/2023
1 Cairan RL IV 12 stt/makro ✔ ✔ ✔
2 Omeprazole IV 1 Vial ✔ ✔ ✔
Terapi:

3 Paracetamol IV 3X500 Mg ✔ ✔ ✔
4 Sucralfate syr Oral 3 X 1 cth ✔ ✔ ✔
5 Cefotaxime IV 3X1 gr ✔ ✔ ✔
A. ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
1. Data Subjektif: Hipertermia Proses Infeksi
(D.0160)
- Pasien mengatakan demam naik turun
sudah 5 hari

- Pasien mengatakan demam terjadi


pada malam hari.
Data objektif

1. Keadaan umum : lemah

2. GCS : Composmentis
(E=4,V=5,M=6)
TTV: TD: 120/75 mmHg

Nadi: 89 x/mnt

Suhu : 38,9 ºC

RR: 18 x/mnt

Leukosit : 12.350/uL

- Salmonella Typhi H hasilnya positif 1/320


- Salmonella Typhi O hasilnya positif 1/320
2. Data Subjektif Defisit Nutrisi Ketidakmampuan
(D.0019)
– pasien mengatakan tidak nafsu mengabsorsi
makan nutrient
– pasien mengatakan merasa mual,
kembung
– Pasien mengatakan setiap masuk
makanan selalu muntah
– Pasien mengatakan porsi makannya
hanya dihabiskan 4 sendok makan
– Pasien mengatakan berat badan turun
3kg selama 5 hari

Data objektif
1. Pasien tampak lemas
2. TTV: TD: 120/75 mmHg

Nadi: 89 x/mnt

Suhu : 38,9 ºC

RR: 18 x/mnt

BB : 72 kg

3.Peristaltik usus : 40 x/mnt

4. Pasien menghabiskan makannya hanya


¼ porsi

5. Mukosa bibir pasien kering

6. Suara bising usus hiperaktif

3. Data Subjektif: Kelemahan Intoleransi


1. Pasien mengatakan lelah saat kekamar Aktivitas
(D.0056)
mandi tidak kuat berdiri dengan waktu
yang lama.
Data objektif
1. Keadaan umum : lemah
2. Suhu tubuh : 38,9 OC
3. Nadi 89 x/mnt
4. Pasien tampak pucat dan lemas
5. Pasien hanya tampak berbaring diatas
tempat tidur

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0160)


2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient (D.0019)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (D.0056)
A. RENCANA KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. N Nama Mahasiswa : Silmi Azizah


Ruang : Cempaka NIM : 221030122578 No.M.R : 00332825

NO Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


dan Jam
1 01/05/2023 Hipertermia berhungan dengan proses Setelah dilakukan asuhan keperawatan SIKI : Manajemen Hipertermia
Jam 16.00 penyakit (D.0160) selama 3x24 jam, diharapkan hipertermia Observasi
menurun dengan Kriteria hasil : 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia
Data Subjektif: Suhu tubuh dari 38,9 ºC menjadi 36,5 ºC (mis.dehidrasi,terpapar lingkungan panas,
- Pasien mengatan demam naik turun
selama 5 hari Tekanan darah dari 120/75 mmHg menjadi penggunaan inkubator)
- Pasien mengatakan demam terjadi pada 120/80 mmHg 2. Memonitor suhu tubuh
malam hari
Terapeutik
Data objektif 1. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- TD: 120/75 mmHg 2. Sediakan lingkungan yang dingin
- Nadi: 89 x/mnt 3. Melakukan pendenginan eksternal (Mis.
- Suhu : 38,9 ºC Selimut hipotermia atau kompres dingin
- RR: 18 x/mnt pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
- Leukosit : 12.350/uL
- Salmonella Typhi H hasilnya Edukasi
positif 1/320 Anjurkan tirah baring
Anjurkan untuk melakukan kompres
- Salmonella Typhi O hasilnya
positif 1/320 Kolaborasi:
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
cairan intravena dan paracetamol
2 Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan SIKI : Manajemen
Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient selama 7x24 jam, diharapkan defisit Nutrisi
(D.0019) nutrisi berkurang dengan kriteria hasil : Observasi
1. Porsi makan dari ¼ menjadi ½ porsi
Data Subjektif: 1. Mengidentifikasi status nutrisi
- pasien mengatakan tidak nafsu 2. Berat badan dari 72 kg menjadi 75 kg
2. mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
makan
jenis nutrient
- pasien mengatakan merasa mual,
kembung 3. Memonitor asupan makanan
- pasien mengatakan setiap masuk
4. Memonitor berat badan
makanan selalu muntah
- pasien mengatakan porsi makannya
hanya dihabiskan 4 sendok makan Terapeutik
-pasien mengatakan berat badan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
turun 3kg selama 5 hari jika perlu
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
Data objektif: protein
-Pasien tampak lemas 4. Timbang berat badan perhari
-TTV: TD: 120/75 mmHg
Kolaborasi
Nadi: 89 x/mnt 1.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Suhu : 38,9 ºC menentujan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
RR: 18 x/mnt
-Peristaltik usus : 40 x/mnt
-Pasien menghabiskan makannya hanya
¼ porsi
- BB pasien sebelum sakit 75kg dan
saat sakit 72kg, menurun 3kg selama 5
hari
-Mukosa bibir pasien kering
-Suara bising usus hiperaktif

3 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen Energy


dengan kelemahan fisik keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
Intoleransi aktivitas dapat teratasi 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi
Data Subjektif: dengan Kriteria hasil : tubuh yang menyebabkan kelelahan
Pasien mengatakan lelah saat ke kamar 1. Kemudahan dalam melakukan 2.Memonitor kelelahan fisik
mandi dan tidak kuat berdiri dalam waktu aktivitas sehari-hari 3.Memonitor pola dan jam tidur
lama
Terapeutik
Data objektif 1. Sediakan lingkungan yang nyama
dan rendah stimulus (Mis. cahaya,
– Keadaan umum: Lemah suara, kunjungan)
2. Berikan aktivitas distraksi yang
– Suhu tubuh 38,9 ºC
menenangkan
– Nadi : 89 x/mnt
– Pasien tampak pucat dan lemas Kolaborasi
Pasien hanya berbaring diatas ditempat 1.Kolaborasi dengan ahli gizi dengan
tidur cara meningkatkan asupan makanan
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari Pertama

Tgl/Jam No DX Implementasi Tanda tangan


01/05/202
3 1 Silmi Azizah
1. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan
17.00 pertemuan
Hasil : Keluarga dan pasien menyetujui
kontrak yang telah dibuat dengan
perawat
17.10 2. Menjelaskan kepada pasien penyebab
hipertermia
Hasil : Pasien memperhatikan saat
diberikan penjelasan
17.20 3. Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 124/65 mmHg
Nadi : 92 x/mnt
Suhu : 38,4 ºC
RR : 19x/mnt
BB : 75kg menjadi 72kg
17.30 4. Menganjurkan kompres air hangat pada
lipatan-lipatan tubuh
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
17.45 5. Menganjurkan tirah baring
Hasi : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
17.55
6. Memberikan cairan intravena dan
paracetamol sesuai intruksi dokter

01/05/202
3 2 Silmi Azizah
1. Membina hubungan saling percaya
18.00 kepada pasien dan keluarga pasien
Hasil : Keluarga dan pasien menerima
dengan ramah kedatangan perawat
2. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan
18.10 pertemuan
Hasil : Keluarga dan pasien menyetujui
kontrak yang telah dibuat dengan
perawat
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
18.20 TD : 120/75 mmHg
Nadi : 89 x/mnt
Suhu : 38,9 ºC
RR : 18 x/mnt
BB : 75kg menjadi 72kg

18.30 4. Kolaborasi dengan petugas gizi


18.40 5. Memberikan diit TKTP
Hasil : Pasien makan hanya 3 sendok
makan
6. Mengajak pasien untuk memonitor berat
18.50 badan
Hasil : BB 72kg. Belum ada kenaikan
berat badan

19.00 7. Menganjurkan oral hygiene sebelum


makan
Hasil ; Pasien belum bisa melakukan oral
hygiene karena mual

19.10 3 1. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan


Silmi Azizah
pertemuan
Hasil : Keluarga dan pasien menyetujui
kontrak yang telah dibuat dengan
19.20 perawat
2. Menganjurkan kepada pasien agar
mengurangi kegiatan yang membuat
kelelahan
Hasil : Pasien mengikuti hal yang

19.30 dianjurkan perawat


3. Memberikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Hasil : Pasien mengikuti hal yang

19.40 dianjurkan perawat


4. Menganjurkan pasien untuk istirahat
yang cukup
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
Hari Kedua
Tgl/Jam No DX Implementasi Tanda tangan
02/05/202
3 1
1. Membina hubungan saling percaya kepada
16.00 pasien dan keluarga pasien
Hasil : Keluarga dan pasien menerima
dengan ramah kedatangan perawat
2. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan
16.10 pertemuan
Hasil : Keluarga dan pasien menyetujui
kontrak yang telah dibuat dengan
perawat
16.20 3. Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 124/65 mmHg
Nadi : 92 x/mnt
Suhu : 37,9 ºC
RR : 18x/mnt
BB : 75kg menjadi 72kg
Hasil : Suhu tubuh belum stabil
16.30
4. Menganjurkan kompres air hangat pada
lipatan-lipatan tubuh
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
16.45
5. Menganjurkan tirah baring
Hasi : Pasien mengikuti hal yang
16.55 dianjurkan perawat
6. Memberikan cairan intravena dan
paracetamol sesuai intruksi dokter

02/05/202
3 2 Silmi Azizah
1. Mengobservasi tanda-tanda vital
17.00 TD : 120/75 mmHg
Nadi : 89 x/mnt
Suhu : 38,9 ºC
RR : 18 x/mnt
BB : 75kg menjadi 72kg
2. Kolaborasi dengan petugas gizi
17.10
3. Memberikan diit TKTP
17.20 Hasil : Pasien makan ¼ porsi, setelah itu
pasien makan buah apel 1 potong
4. Mengajak pasien untuk memonitor berat

17.30 badan
Hasil : BB 72kg. Belum ada kenaikan
berat badan
5. Menganjurkan oral hygiene sebelum

17.40 makan
Hasil ; Pasien sudah mulai bisa melakukan
walau masih bertahap, rasa mual sudah mulai
berkurang

18.00 3 1. Menganjurkan kepada pasien agar


mengurangi kegiatan yang membuat kelelahan
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
2. Memberikan aktivitas distraksi yang

18.10 menyenangkan
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
3. Menganjurkan pasien untuk

18.20 istirahat yang cukup


Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat

Hari Ketiga
Tgl/Jam No DX Implementasi Tanda tangan
03/05/202
3 1
1. Membina hubungan saling percaya kepada
16.00 pasien dan keluarga pasien
Hasil : Keluarga dan pasien menerima
dengan ramah kedatangan perawat
2. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan
16.10 pertemuan
Hasil : Keluarga dan pasien menyetujui
kontrak yang telah dibuat dengan
perawat
16.20 3. Mengobservasi tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/mnt
Suhu : 37,8 ºC
RR : 18x/mnt
BB : 75kg menjadi 72kg
Hasil : Suhu tubuh belum stabil
16.30
4. Menganjurkan kompres air hangat pada
lipatan-lipatan tubuh
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
16.45
5. Menganjurkan tirah baring
Hasi : Pasien mengikuti hal yang

16.55 dianjurkan perawat


6. Memberikan cairan intravena dan
paracetamol sesuai intruksi dokter

02/05/202
3 2 Silmi Azizah
1. Mengobservasi tanda-tanda vital
17.00 TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/mnt
Suhu : 37,8 ºC
RR : 18x/mnt
BB : 75kg menjadi 72kg
6. Kolaborasi dengan petugas gizi
17.10
7. Memberikan diit TKTP
17.20
Hasil : Pasien makan ½ porsi, setelah itu
pasien makan 1 buah pisang
8. Mengajak pasien untuk memonitor berat
17.30 badan
Hasil : BB 72kg. Belum ada kenaikan
berat badan
9. Menganjurkan oral hygiene sebelum
17.40 makan
Hasil ; Pasien sudah mulai bisa
melakukan, rasa mual berkurang

18.00 3 1. Menganjurkan kepada pasien agar


mengurangi kegiatan yang membuat kelelahan
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
3. Memberikan aktivitas distraksi yang

18.10 menyenangkan
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
7. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang

18.20 cukup
Hasil : Pasien mengikuti hal yang
dianjurkan perawat
D. Catatan perkembangan

Nama pasien : Tn N Nama Mahasiswa : Silmi Azizah


Ruang : Cempaka NIM : 221030122578
No.M.R. : 00332825

Hari pertama

Hari/Tgl No DX SOAP Paraf


01/05/2023 1 S: Pasien mengatakan masih demam
Silmi Azizah
Jam 19.40 O: Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis
– Pasien tampak masih demam
– Mengukur Tanda-tanda vital
– TD : 124/65 mmHg
– Nadi : 92 x/mnt
– Suhu : 38,4 ºC
– RR : 19x/mnt
– BB : 75kg menjadi 72kg
A : Hipertermi belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
– Memonitor Tanda-tanda vital

– Menganjurkan pasien untuk


malakukan kompres air hangat
pada lipatan-lipatan tubuh
- Menganjurkan pasien untuk
tirah baring
Jam 19.50 2 S:
Silmi Azizah
– Pasien mengatakan nafsu makan
sedikit
– Pasien mengatakan porsi makan
yang dihabiskan hanya 3 sendok
makan
– Pasien mengatakan masih sedikit
mual
O:
– keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis
– TD : 120/75 mmHg
– Nadi : 89 x/mnt
– Suhu : 38,9 ºC
– RR : 18 x/mnt
– BB : 75kg menjadi 72kg
A : Defisit Nutrisi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
– Monitor asupan sesuai kebutuhan
nutrisi
– Timbang berat badan perhari
– Kolaborasi dengan ahli gizi,
kebutuhan kalori
– Monitor berat badan
– Berikan makan selagi masih
hangat
– Anjurkan makan sedikit-sedikit
tapi sering

Jam 20.00 3 S:
– Pasien mengatakan kaki pasien Silmi Azizah
masih terasa lemah
– Pasien mengatakan masih
belum kuat untuk ke kamar
mandi
O:
– Pasien terlihat lemah dan lesu
– Pasien tampak aktivitas dibantu
istri
– Pasien hanya berbaring
ditempat tidur
– TD : 120/65 mmHg
– Nadi : 89 x/mnt
– Suhu : 38 ºC
– RR : 18x/mnt
A: Intoleransi aktivitas belum
teratasi

P: Lanjutkan intervensi

– Menganjurkan pasien untuk


mengurangi aktivitas
- Menganjurkan pasien untuk
istirahat yang cukup

Hari Kedua

Hari/Tgl No DX SOAP Paraf


02/05/202 1 S: Pasien mengatakan masih demam
3 Silmi Azizah
O: Keadaan umum sakit sedang,
Jam 19.00 kesadaran compos mentis
– Pasien tampak masih demam
– Mengukur Tanda-tanda vital
– TD : 124/65 mmHg
– Nadi : 92 x/mnt
– Suhu : 37,9 ºC
– RR : 18x/mnt
– BB : 75kg menjadi 72kg
A : Hipertermi belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
– Memonitor Tanda-tanda vital

– Menganjurkan pasien untuk


malakukan kompres air hangat
pada lipatan-lipatan tubuh
- Menganjurkan pasien untuk tirah
baring
Jam 19.10 2 S:
Silmi Azizah
– Pasien mengatakan nafsu makan
sedikit
– Pasien mengatakan porsi makan
yang habis ¼ porsi
– Pasien makan apel 1 potong
– Pasien mengatakan mual
berkurang
O:
– keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis
– TD : 110/70 mmHg
– Nadi : 80 x/mnt
– Suhu : 37,8 ºC
– RR : 16 x/mnt
– BB : 75kg menjadi 72kg
A : Defisit Nutrisi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
– Monitor asupan sesuai kebutuhan
nutrisi
– Timbang berat badan perhari
– Kolaborasi dengan ahli gizi,
kebutuhan kalori
– Monitor berat badan
– Berikan makan selagi masih
hangat
– Anjurkan makan sedikit-sedikit
tapi sering

Jam 19.20 3 S:
– Pasien mengatakan masih Silmi Azizah
lemah
– Pasien mengatakan masih
belum kuat untuk ke kamar
mandi
O:
– Pasien terlihat lemah
– Pasien tampak aktivitas masih
dibantu keluarga
– Pasien hanya berbaring
ditempat tidur
– TD : 110/70 mmHg
– Nadi : 88 x/mnt
– Suhu : 37,8 ºC
– RR : 16x/mnt
A: Intoleransi aktivitas belum
teratasi

P: Lanjutkan intervensi

– Menganjurkan pasien untuk


mengurangi aktivitas
- Menganjurkan pasien untuk
istirahat yang cukup

Hari Ketiga

Hari/Tgl No DX SOAP Paraf


03/05/2023 1 S:
Pasien mengatakan demam naik Silmi Azizah
Jam 19.00 turun
O:

Keadaan umum sakit sedang,


kesadaran compos mentis
– Pasien tampak demam naik
turun
– Mengukur Tanda-tanda vital
– TD : 120/65 mmHg
– Nadi : 92 x/mnt
– Suhu : 37,8 ºC
– RR : 18x/mnt
– BB : 75kg menjadi 72kg
A : Hipertermi belum
teratasi

P : lanjutkan intervensi
– Memonitor Tanda-tanda vital

– Menganjurkan pasien untuk


malakukan kompres air hangat
pada lipatan-lipatan tubuh
- Menganjurkan pasien untuk
tirah baring
Jam 19.10 2 S:
Silmi Azizah
– Pasien mengatakan sudah
mulai nafsu makan
– Pasien mengatakan porsi
makan yang habis ½ porsi
– Pasien mengatakan mual
berkurang
O:
– keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis
– TD : 120/70 mmHg
– Nadi : 80 x/mnt
– Suhu : 37,7 ºC
– RR : 17 x/mnt
– BB : 75kg menjadi 72kg
A : Defisit Nutrisi teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
– Monitor asupan sesuai
kebutuhan nutrisi
– Timbang berat badan perhari
– Kolaborasi dengan ahli gizi,
kebutuhan kalori
– Monitor berat badan
– Berikan makan selagi masih
hangat
– Anjurkan makan sedikit-sedikit
tapi sering

Jam 19.20 3 S:
– Pasien mengatakan sudah Silmi Azizah
mulai bisa ke kamar mandi
sendiri untuk buang air kecil,
walaupun masih dibantu
untuk jalan ke kamar mandi
O:
– Pasien terlihat lemah
– Pasien tampak aktivitas ke
toilet sudah bisa dilakukan
sendiri
– TD : 110/70 mmHg
– Nadi : 88 x/mnt
– Suhu : 37,8 ºC
– RR : 16x/mnt
A: Intoleransi aktivitas
tertasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

– Menganjurkan pasien untuk


mengurangi aktivitas
- Menganjurkan pasien untuk
istirahat yang cukup
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan


secara langsung pada pasien dengan kasus Typhoid Abdominalis di Ruang
Cempaka RSU Kabupaten Tangerang, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan pasien dengan Typhoid Abdominalis.

A. KESIMPULAN
Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Typus
Abdominalis, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan data Tn. N tampak lesu karena mengalami
penurunan berat badan dan suhu tubuh meningkat akibat nafsu makan berkurang.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang didapat yaitu hipertermia


berhubungan dengan proses infeksi, defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan nutrien, dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
c. Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan, dengan cara


mengintruksikan bagaimana agar keluhan nafsu makan berkurang menjadi
meningkat, serta menurunkan suhu tubuh Tn N dan kemudahan dalam
beraktivitas.

d. Tindakan Keperawatan

Tindakan untuk diagnosa keperawatan defisit nutrisi berhubungan


dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dan hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit, dilakukan 3 kali kunjungan dimulai
dari tanggal 01 - 03 Mei 2023 dengan tujuan agar keluhan nafsu makan
berkurung menjadi mingkat dan suhu badan menjadi menurun dan
kemudahan dalam beraktivitas.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan dalam bentuk SOAP. Dari tiga diganosa


keperawatan yang terjadi pada Tn.N didapatkan satu masalah teratasi, dan
dua masalah teratasi sebagian.
B. Saran

Penulis memberikan seran sebagai berikut :

1. Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan


yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai


pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan typhoid abdominalis.

3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional alangkah


baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang membahas
tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien.

4. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan


baik secara formal dan informal.

5. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia


secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Keperawatan Keluarga; Konsep Teori, Proses,


dan Praktik Keperawatan Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Artha, K. G., & Setiawan, P. E. (2016). Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas


Pelayanan, Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP
Badung Utara. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana Vol.17.2,
913- 937.
Budiyono. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret. Cahyono, B. 2010. Mengenal Guava. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Lily
Publisher.

dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) I ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Harnilawati. (2013). Konsep dan proses Keperawatann Keluarga. Sulawesi


Selatan: Pustaka As Salamm

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Buku Kedokteran : EGC.
PPNI. T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
PPNI. T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan

PPNI. T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi


dan Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Sodikin, 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal


Dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.

Tindakan Keperawatan ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai