Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA ANEMIA DI


RUANG IRNA PARU RSUD PATUT PATUH PATJU GERUNG LOMBOK
BARAT

DISUSUN OLEH

NAMA : HIDANAH

NIM : 025STYC19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

MATARAM

2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAMPIRAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK

MAHASISWA TINGKAT IV SEMESTER VII PRODI S1


KEPERAWATAN

DI RSUD PATUT PATUH PATJU

GERUNG LOMBOK BARAT

Waktu Pelaksanaan

9 Januari – 4 Februari 2023

Laporan pendahuluan ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi oleh


pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.

Hari/ Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ERNAWATI., Ners., M.Kep) (NURBIANTI)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat dan
karunianya sehingga kita semua dapat menjalankan aktivitas kita sehari-hari,
khususnya saya yang dengan karunia-Nya lah, saya dapat menyelesaikan
penulisan laporan pendahuluan “LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA ANEMIA DI RUANG IRNA
PARU RSUD PATUT PATUH PATJU GERUNG LOMBOK BARAT” ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang
benerang.

Saya sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan pendahuluan ini masih
banyak terdapat kekurangan dan ketidak sempurnaan saya, baik dari segi
penulisan maupun ketajaman analisis permasalahan di dalamnya, Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan guna
kesempurnaan dalam penulisan laporan pendahuluan pada masa yang akan
datang. Dan akhirnya saya mengucapkan terimakasih atas keadilan bapak/ibu
untuk membaca laporan pendahuluan saya. Serta mohon maaf atas segala
kekurangannya. Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan,kerja sama dan kerja
keras, saya serahkan seluruh upaya demi mewujudkan keinginan ini.

Mataram, 30 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3

2.1. Konsep Dasar Medis Anemia....................................................................3

2.1.1 Pengertian Anemia...........................................................................3

2.1.2 Anatomi dan fisiologi Anemia.........................................................4

2.1.3 Etiologi Anemia................................................................................6

2.1.4 Jenis-jensi Anemia............................................................................7

2.1.5 Manifestasi Klinis Anemia...............................................................8

2.1.6 Patofisiologi Anemia........................................................................9

2.1.7 Pathway Anemia...............................................................................10

2.1.8Komplikasi Anemia...........................................................................10

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Anemia......................................................11

2.1.10 Penatalaksanaan Anemia................................................................12

2.1.11 Pencegahan Anemia.......................................................................12

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................13

ii
2.2.1 Pengkajian .......................................................................................13

2.2.2 Diagnosa keperawatan .....................................................................18

2.2.3 Intervensi keperawatan.....................................................................18

2.2.4 Implementasi....................................................................................26

2.2.5 Evaluasi............................................................................................26

BAB III PENUTUP.........................................................................................27

3.1 Kesimpulan.................................................................................................27

3.2 Saran.........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam


tubuh. Hemoglobin yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang
mengandung zat besi yang fungsinya sebagai pengangkut oksigen dari paru -
paru ke seluruh tubuh(Malikussaleh, 2019 ). Menurut (Yustisia et al., 2020)
Anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan gejala awal suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Gejala
yang sering dialami antara lain: lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang,
dan wajah pucat. Anemia merupakan suatu penyakit yang tidak bisa
diabaikan, jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan dampak
negative bagi kesehatan tubuh. Salah satu dampaknya antara lain jika
hemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah sangat rendah dapat mengakibatkan
kinerja pengangkutan oksigen menjadi berkurang. Kondisi ini yang dapat
mengakibatkan kerja organ-organ penting , salah satunya otak (Yustisia et al.,
2020).

Menurut WHO (2015), anemia didefinisikan sebagai konsentrasi


hemoglobin yang rendah dalam darah. Menurut Jitowiyono (2018),
anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah
merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan
tubuh. Menurut Kemenkes RI (2013), anemia merupakan suatu keadaan
ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam
darah hemoglobin tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Jadi
dapat disimpulkan anemia merupakan kurang darah atau kondisi ketika
tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah
tidak berfungsi dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Anemia ?

2. Anatomi dan Fisiologi Anemia?

1
3. Etiologi Anemia?

4. Jenis-Jensi Anemia?

5. Manifestasi Klinis?

6. Patofisiologi Anemia?

7. Pathway Anemia?

8. Komplikasi Anemia?

9. Pemeriksaan Penunjang Anemia?

10. Penatalaksanaan Anemia?

11. Pencegahan Anemia?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertiani Anemia

2. Untuk Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Anemia

3. Untuk Mengetahui Etiologi Anemia

4. Untuk Mengetahui Jenis-Jensi Anemia

5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis

6. Untuk Mengetahui Patofisiologi Anemia

7. Untuk Mengetahui Pathway Anemia

8. Untuk Mengetahui Komplikasi Anemia

9. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anemia

10. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Anemia

11. Untuk Mengetahui Pencegahan Anemia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis Anemia

2.1.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah keadaan yang menunjukan rendahnya hitung sel darah


merah, kadar hemoglobin, dan hematokrit dibawa normal. Anemia bukan
merupakan suatu penyakit tunggal, melainkan merupakan
pencerminan terhadap keadaan suatu penyakit atau gangguan pada fungsi
tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apa bila terhadap kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkat oksigen ke jaringan. Prevelensi
anemia di Indonesia menurut kelompok populasi paling sering terjdi pada
populasi wanita dewasa hamil dengan prevelensi 50-70%, di ikuti wanita
dewasa tidak hamil 30-40%, laki-laki dewasa 20-30%, dan anak-anak usia
sekolah 25-35% (Handayani & Haribowo, 2008).

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia
menunjukan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
berada tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laborotoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal
(Handayani & dapat menggunakan Haribowo, 2008).

Batasan umum seseorang dikatakan anemia kriteria WHO pada tahun


1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & andi, 2008) :

1) Laki-laki dewasa Hb <13gr/dl

2) Perempuan dewasa tidak hamil Hb <12 gr/dl

3) Perempuan dewasa hamil Hb <11 gr/dl

4) Anak usia 6-14 tahun Hb <12 gr/dl

3
5) Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktek klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani
& Haribowo. 2008).

1) Hb < 10 gr/dl

2) Hematokrit < 30%

3) Eritrosit < 2,8 juta/m

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia


yang umum dipakai adalah (Handayan & Haribowo. 2008).

1) Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl

2) Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl

3) Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl

4) Berat Hb < 6 gr/dl

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Anemia

1. Tinjauan Anatomi Anemia

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,


termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus
yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar
7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan
jumlah darah pada tiap-tiap organ tidak sama, bergantung pada usia,
pekerjaan serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas
2 kompunen utama, yaitu sebagai berikut (Varney H, 2006).

1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.

2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-


komponen berikut ini.

4
3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± reed blood cell

4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).

5) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet

2. Tinjauan Fisiologi Anemia

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,


termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus
yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Cairan darah
tersusun atas kompunen sel yang tersupensi dalam plasma darah. Sel
darah terbagi menjadi eritrosit (sel darah merah, normalnya 5 ribu
permm2 darah) dan leukosit (sel darah putih, normalnya 5.000
sampai10.000 per mm2 darah). Terdapat sekitar 500 sampai 1000
eritrosit tiap satu leukosit. Leukosit dapat berada dalam beberapa bentuk :
eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan limfosit. Selain itu dalam supensi
plasma, ada juga fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut trombosit
(normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit per mm2 darah).
Komponen seluler darah ini normalnya menyusun 40% sampai 45%
volume darah. Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut
hematokrit. Darah terlihat sebagai cairan merah, opak dan kental.
Warnanya ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah
merah. Volume darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan
normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah bersikulasi di dalam sistem
veskuler dan berperan sebagai penghubung antara organ tubuh,
membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan nutrisi yang diabsorbsi
oleh traktus gastroinestinal ke sel tubuh untuk metabolisme sel. Darah

5
juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh metabolisme sel
ke paru, kulit, dan ginjal yang akan di transformasi dan dibuang keluar
dari tubuh. Darah juga membawa hormon dan antibodi ke tempat sasaran
atau tujuan. Untuk menjalankan fungsinya, darah harus tetap berada
dalam keadan cairan normal. Karena berupa cairan, selalu terdapat
bahaya kehilangan darah dari sistem vasekuler akibat trauma. Untuk
mencegah bahaya ini, darah memiliki mekanisme pembentukan yang
sangat peka yang diaktifkan setiap saat diperlukan untuk menyumbat
kebocoran pada pembuluh darah. Pembekuan yang berlebihan ini juga
sama bahayanya karena potensial menyumbat aliran darah kejaringan
vital. Untuk menghindari komplikasi ini, tubuh memiliki mekanisme
febrinolitik yang kemudian akan melarutkan bekuan yang berbentuk
dalam pembuluh darah. Darah dan kompunennya mempunyai fungsi
lainnya, yaitu :

1) Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sisa


metabolisme, dan air)

2) Trasportasi hormon menuju organ terget dan enzim menuju sel tubuh

3) Termogulasi (pengatur suhu tubuh)

4) Imunitas (pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus)

5) Homeostasis (mengatur keseimbangan zat dan pH tubuh) melalui


buffervdan asam amino yang ada di dalam plasma

6) Membantu dalam mencegah tubuh kehilangan cairan yaitu dengan


pembekuan darah

2.1.3 Etiologi Anemia

2.1.3.1. Anemia mikrostik (penurunan ukuran sel darah merah)


1) Kekurangan zat baru
2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya
hemolisis yang mengakibatkan tidak ada kuatnya kandungan
hemoglobin)

6
3) Gangguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak
di temukan di Asia Tenggara)
4) Keracunan timah
5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)
2.1.3.2. Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)
1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat
2) Kehilangan sel darah merah akut
3) Gangguan hemolisis darah
4) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)
5) Gangguan C hemoglobin
6) Sterocitosis banyak di temukan di Eropa Utara
7) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)
8) Anemia hemolitik (efek samping obat)
9) Anemia hemolisis autoimun
2.1.3.3. Penurunan produksi sel darah merah
1) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam
jiwa)
2) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)
2.1.3.4. Ekspansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi
berlebihan
2.1.4 Jenis-Jenis anemia
a. Anemia defiensi zat besi
Jenis anemia ini yang paling umum terjadi yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh.Untuk memproduksi hemoglobin,
sumsum tulang belakang membutuhkan zat besi yang cukup.Tanpa zat
besi yang memadai, tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hemoglobin
untuk memproduksi sel darah merah.Anemia difiensi zat besi ini juga
sering dialami oleh ibu hamil, menstruasi yang tak mengeluarkan darah,
kanker, penggunaan rutin obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti
aspirin.
b. Anemia defisiensi vitamin
Selain zat besi, tubuh juga memerlukan vitamin B12 dan asam folat,
yang berfungsi untuk menghasilkan sel darah merah yang cukup.Pada

7
orang yang menjalani diet yang dapat menyebabkan kedua nutrisi ini
mengalami penurunan produksi sel darah merah.Sebab tubuh mereka
ternyata terap tidak dapat memproses vitamin tersebut.Kondisi ini
dikenal sebagi anemia pernisiosa.
c. Anemia karena penyakit kronis
Beberapa penyakit tertentu seperti kanker, HIV/AIDS, penyakit ginjal,
rheumatoid arthtritis, dan beberapa penyakit peradangan lainnya yang
dapat mengganggu produksi sel darah merah.
d. Anemia aplastik
Anemia jenis ini jarang terjadi, penyebab anemia aplastik ini seperti
infeksi, pemakaian obat-obatan tertentu, penyakit autoimun, dan paparan
terhadap bahan kimia yang beracun.Anemia yang berhubungan dengan
penyakit pada sumsum tulang belakang.Beberapa jenis penyakit seperti
leukemia dan myelofibrosis, yang dapat menyebabkan anemia yang dapat
mempengaruhi produksi sel darah merah pada sumsum tulang belakang.
e. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila hancurnya sel darah merah, lebih cepat
daripada regenerasinya oleh sumsum tulang belakang.Kondisi ini bisa
diturunkan secara genetic, maupun dialami dikemudian hari.
f. Anemia sel sabit ( sickle cell anemia )
Anemia jenis ini diturunkan secara genetik yang disebabkan oleh
kecacatan atau kerusakan hemoglobin yang mengakibatkan sel darah
merah berubah menjadi sabit ( sickle ). Bentuk seperti ini suatu bentuk
yang abnormal. Sel- sel abnormal ini akan mati sebelum waktunya yang
dapat menyebabkan tubuh kronis dari sel darah merah.
g. Anemia lainnya
Anemia jenis lainya seperti thallasemia dll(Malikulsaleh, 2019).
2.1.5 Manifestasi klinis
Tanda- tanda anemia itu disebabkan karena jumlah sel darah merah
rendah akibatnya berkurangnya pengiriminan oksigen ke setiap jaringan
pada tubuh.Anemia bisa memeperburuk kondisi medis lainya yang
mendasari (Poerwati, 2011).
Tanda – tanda anemia sebagai berikut :
a. Lesu, lemah, letih, lalai dan lelah
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang- kunang
c. Terlihat pucat kelopak mata, bibir, lidah, ringan, kulit, telapak tangan

8
d. Nafsu makan menurun
e. Sesak nafas
f. Adanya keluhan seputar infeksi, seperti demam, nyeri badan
g. Riwayat terjadinya perdarahan (Amirudin Ali et al., 2012).
2.1.6 Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit
dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi;
dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
2.1.7 Pathway Anemia (Patrick Davey, 2002)

9
2.1.8 Komplikasi
a. Gagal jantung
b. Mengalami kejang
c. Daya konsentrasi mengalami penurunan
d. Perkembangan otot memburuk ( jangka lama )(Lingga, 2019).
Komplikasi anemia menurut (Sugeng, 2013)adalah
a. Kelelahan berat, bila anemia mencukupi parah sesorang mungkin merasa
sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defiensi folat
mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran
premature.
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau
ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus
memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekuranganoksigen
dalam darah. Hal ini menyebabkan jantung membesar atau gagal
jantung.
d. Kematian ̧ beberapa anemiaturunan, seperti anemia sel sabit, bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak

10
darah dengan cepat mengakibatkananemiaakut dan berat dan bisa
berakibat fatal.(Safira, 2019).
2.1.9.Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik);
2. MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan
Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal; menurun, meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah /hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
4. Laju Endap Darah : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi,
misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
5. Tes kerapuhan eritrosit : menurun.
Sel Darah Putih : jumlah sel total sama dengan sel darah merah
(diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Jumlah trombosit : menurun, caplastik; meningkat; normal atau tinggi
(hemolitik)
6. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (hemolitik).
7. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi :
Besi serum : tak ada; tinggi (hemolitik) BC serum : meningkat
Feritin serum : meningkat
Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine
Guaiak :mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut/kronis.
8. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas.

11
9. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas, lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
10. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan Gastro Intestinal (Doenges, 2009).
2.1.10 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaa Anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang
a. Anemia aplastik
1) Tranplantasi sumsum tulang
2) Peberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG )
b. Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada pasien dialysis harus ditanganidengan pemberian besi dan asam
folat
2) Ketersediaan eritropeotin rekombinan
c. Anemia pada penyakit kronis
Pada anemia tidak menunjukan gejala dan memerlukan penanganan
khusus. Besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat
d. Anemia pada defiensi besi
1) Penyebab dari defisiensi besi
2) Menggunakan preparat besi oral
e. Anemia megaloblastik
1) Difisiensi vitamin B12 dengan pemberian vitamin B12 yang dapat
diberikan dengan injeksi B12.
2) Terapi Vitamin B12 diberikan pada pasien selama hidup untuk
mencegah kekambuhan anemia.
f. Anemia defisiensi asam folat penangananya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorsi(Safira, 2019).
2.1.11 Pencegahan anemia

12
a. Memenuhi kebutuhan zat besi seperti mengkonsumsi makanan tinggi
zat besi, yaitu daging, kacang-kacangan, sayuran hijau gelap dan buah-
buahan
b. Mencukupi kebutuhan folat, yang dapat ditemui pada buah sayuran
hijau gelap, kacang polong, kacang tanah, gandum, nasi dll
c. Mencukupi vitamin B12 dengan banyak mengkonsumsi makanan yang
kaya akan vitamin B12, yaitu daging, susu, sereal dll
d. Mencukupi vitamin C, terdapat pada buah-buahan jus, brokoli, tomat,
melon, stroberi, karena makanan ini membantu penyerapan zat besi
(Lingga,2019).
Pencegahan Anemia antara lain :
a. Mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi dengan memenuhi
makanan – makanan seperti : kacang- kacangan, hati, tahu, ikan, daging
merah.
b. Mengkonsumsi makanan yang dapat membantu menyerap zat besi.
Dibutuhkan kandungan nutrisi seperti vitamin C seperti : jus jruk,
brokoli, buah dan sayuran.
c. Hindari minum teh atau kopi ketika makan . Minuman ini dapat
mencegah tubuh untuk menyerap zat besi.
d. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin B12. Seperti hati spi,
tiram, telur, daging, susu (Amirudin Ali et al., 2012).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur : anemia umumnya dialami oleh orang dewasa, jenis
kelamin : yang dominan terkena anemia adalah perempuan, agama, status
perkawinan, pendidikan : pendikan rendah lebih besar kemungkinan
mengalami anemia dikarenakan kurangnya pengetahuan, pekerjaan,
tanggal masuk, no. Register, diagnosa medis. Penanggung jawab,
meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan pasien (rohmah, 2010).
2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang paling utama pada penderita anemia adalah lemah
atau pusing (Rohmah, 2010).
3. Riwayat Kesehatan

13
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum
2) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
3) Klien mengatakan bahwa ia depresi
4) Sakit kepala
5) Nyeri mulut & lidah
6) Kesulitan menelan
7) Dyspepsia, anoreksia
8) Klien mengatakan BB menurun
9) Nyeri kepala, berdenyut, sulit berkonsentrasi
10) Penurunan penglihatan
11) Kemampuan untuk beraktifitas menurun
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan
serangkaian pertanyaan, meliputi:
1) Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.
2) Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama.
3) Apakah pernah menderita penyakit malaria.
4) Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.
5) Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar
seperti kanker payudara, leukimia, dan multipel mieloma.
6) Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran
dengan radiasi.
7) Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan
ginjal dan hati.
8) Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endoktrin.
9) Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti
vitamin B12 asam folat, vitamin C dan besi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Kecendrungan keluarga untuk anemia.

14
2) Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia
congenital.
3) Keluarga adalah vegetarian berat.
4) Social ekonomi keluarga yang rendah
4. Pola Fungsingonal
1. Pola persepsepsi kesehatan dan management kesehatan
Menggambarkan pola pikir kesehatan klien, keadaan sehat dan
bagaimana memeliharaan kondisi kesehatan. Termasuk persepsi
individu tentang status dan riwayat kesehatan, hubungan dengan
aktiv dan rencana yang akan datang serta usaha-usaha preventif yang
dilakukan klien untuk menjaga kesehatannya.
2. Pola nutrisi metabolik
a. Makan
Dikaji tentang frekuensi makan, jenis diet, porsi makan, riwayat
alergi terhadap suatu jenis makanan tertentu. pada klien anemia,
bisanya mengalami penurunan nafsu makan karena badan yang
terasa lemas
b. Minum
Dikaji tentang jumlah dan jenis minuman setiap hari dan tidak ada
perubahan pada pola minum pada pasien
c. Pola eliminasi
Meliputi kebiasaan BAK dan BAB, warnanya, konsisten,
frekuensi dan bau baik sebelum masuk kerumahan sakit atau saat
masuk rumah sakit. klien anemia tidak mengalami perubahan
dalam pola eliminasinya
d. Pola aktivitas
Dikaji tentang kegiatan dalam pekerjaan, mobilisasi, ola raga,
kegiatan diwaktu luang dan apakah keluhan yang dirasakan klien
mengganggu aktivitas klien tersebut. Aktivitas pada klien anemia
biasanya terganggu karena pola istirahat yang tidak teratur,
keletihan atau kelemahan yang dialami klien.
e. Pola istirahat tidur
Waktu tidur, lamanya tidur setiap hari, apakah ada kesulitan
dalam tidur. Pada pasien anemia biasanya pola tidurnya sering
terganggu pada malam hari dan pasien merasakan gelisah akan
kondisinya atau kare pola aktivitas pada saat pagi hari.

15
f. Pola kognitif-perseptual
Penglihatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan, kemampuan
bahasa, kemampuan membuat keputusan, ingatan,
ketidaknyamanan dan kenyamanan. pada klien anemia poal
kognitif tidak terlalu terganggu, akan tetapi kemampuan dalam
mengambil keputusan tidak seperti biasanya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan : body image, identitas diri, harga diri, peran
diri, ideal diri dan klien dengan riwayat penyakit anemia biasanya
menginginkan kesmbuhan supaya dapat beraktivitas kembali
seperti biasanya
h. Pola peran hubungan sosial
Menggambarkan : pola hubungan keluarga dan masyarakat,
masalah keluarga dan masyarakat, peran dan tanggung jawab
dalam keseharian akan terganggua karena keadaan yang lemah
dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
i. Pola koping toleransi stres
koping yang didapatkan klien biasanya dukungan dari keluarga
dan kedekatan keluarga kepada klien.
j. Pola seksual dan reproduksi
Meliputi hubungan klien dengan keluarga (orang tua), mempunya
berapa saudara dan termasuk anak keberapa. Hubungan keluarga
dan klien bisanya lebih dekat karena keadaan klien yang
membutuhkan kehadiran keluarga.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pada Pasien anemia, aktivitas dalam beribadah sedikit terganggua
karena klien mengalami lemas.
5. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: composmentis
GCS : 15 ( E : 4 V: 5 M: 6 )
TTV :TD : Biasanya menurun
N : Biasanya meningkat RR : biasanya cepat
S : biasanya meningkat
Pemeriksaan Fisik

16
a) Kepala
Bagaimana lesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambut
kering, mudah pupus, menitip, sakit kepala, pusing.
b) Mata
Sclera tidak iklerik, konjungtiva anemis, pupil isokor
c) Telinga
Kesimetrisan telinga, dungsi pendengaran, kebersihan pada telinga
d) Hidung
Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya perdarahan
pada hidung atau tidak.
e) Mulut
Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis
f) Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/tidak, adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
g) Thorax
Paru –paru :
I : Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dispnea
( kesulitan bernafas ), nafas pendek, cepat lelah ketika
beraktivitas yang merupakan manifestasi berkurangnya
pengiriman oksigen.
P : taktil premitus simestris
P : sonor
A : bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.
Jantung
I : jantung berdebar – debar, Takhikardi dan bising jantung yang
menggambarkan suatu beban pada jantung dan curah jantung
mengalami peningkatan.
P : tidak teraba adanya massa
P : pekak
A : bunyi jantung murmur sistolik.

17
h) Abdomen
I :Kesimetrisan, diare, hematemesis, muntah.
A : suara bising usus
P : terdapat bunyi timpani.
P : terabanya pembesaran hepar/tidak, terdapat nyeri tekan tidak
i) Genetalia Normal/abnormal
j) Integumen
Mukosa pucat, kering dan kulit keriput
k) Ekstremitas
Kelemahan dalam beraktivitas, terdapat pucat pada membrane
mukosa dan dasar kuku, kuku mudah patah
l) Punggung
Kesimetrisan punggung warna kulit dan kebersihan punggung
(Poerwati, 2011).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantumg,
frekuensi jantung,kontraktitlitas,preload, Afterload
5. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo
6. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna
makanan
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplaidan kebutuhan oksigen
2.3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
pertukaran tindakaan Tindakan
gas keperawatan Observasi :
berhubungan diharapkan oksigen 1. Monitor frekuensi, irama,

18
dengan atau eliminasi kedalaman dan upaya napas
perubahan karbondioksida pada 2. Monitor pola napas
membrane membrane alveolus (bradipnea,
alveolus- kapiler dalam batas takipnea, hiperventilasi,
kapiler normal kusmaul
Dengan Kriteria cheyne- Stokes, biot dan
Hasil : ataksik.
- Tingkat kesadaran 3. Monitor kemampuan batuk
meingkat efektif
- Dyspnea menurun 4. Monitor adanya produksi
- Bunyi napas sputum
tambahan 5. Monitor adanya
menurun sumbatanjalan napas
- Pusing menurun 6. Palpasi kesimetrisan
- Penglihatan kabur Ekspansi Paru
menurun 7. Auskultasi bunyi napas
- Diaforesis 8. Monitor saturasi oksigen
menurun 9. Monitor nilai AGD
- Gelisah menurun 10. Monitor hasil x- ray
- Napas cuping thoraks
hidung menurun Terapeutik :
- PCO2 membaik 11. Atur interval pemantauan
- PO2 membaik respirasi sesuai kondisi
- Takikardia pasien.
membaik 12. Dokumentasikan hasil
- pH arteri pemantauan
membaik Edukasi :
- Sianosis menurun 13. Jelaskan tujuan dan
- Pola napas prosedur
membaik pemantauan
- Warna kulit 14. informasikan hasil
Membaik pemantauan, jika perlu
2 Pola napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
tidak efektif tindakan keperawatan Tindakan
berhubungan diharapkan Observasi :
dengan ekspirasi/inspirasi 1. Monitor pola
keletihan otot dapat memberikan Napas (frekuensi,
pernafasan dan ventilasi yang kedalaman,
deformitas adekuat. dan usaha napas)
dinding dada Dengan Kriteria 2. Monitor bunyi napas
Hasil : tambahan
- Ventilasi (gurgling, mengi, wheezing,
semenit ronkhi kering)
meningkat 3. Monitor sputum
- Tekanan (jumlah,warna, aroma)
ekspirasi Terapeutik :
meningkat 4.Pertahankan kepatenan jalan
- Tekanan Napas dengan head tilt dan

19
inspirasi chin lift (jaw thrust jika
meningkat dicurigai traima servikal)
- Dyspnea 5. Posisikan semi fowler atau
menurun fowler
- Penggunaan otot 6. Berikan minum hangat
bantu napas 7. Lakukan fisioterapi dada,
menurun jika perlu
- Ortopnea 8. Lakukan penghisapan lendir
menurun kurang dari 15 detik
- Pernapasan 9. Lakukan hiperoksigenasi
pursed lip sebelum penghisapan
menurun endotrakeal
- Pernapasan 10. Keluarkan sumbatan benda
cuping hidung padat dengan forsep McGiil
menurun 11. Berikan oksigen, jika perlu
- Frekuensi napas Edukasi :
membaik 12. Anjurkan asupan cairan
- Kedalaman 2000 ml/hari, jika tidak
napas membaik kontraindikasi
- Ekskursi dada 13. Ajarkan teknik batuk
membaik efektif
Kolaborasi :
14.Kolabaorasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3 Perfusi perifer Setealh dilakukan Perawatan Sirkulasi (l.02079)
tidak efektif tindakan keperawatan (SIKI, Hal. 345)
berhubungan diharapkan Definisi : mengidentifikasi
dengan keadekuatan aliran dan merawat area local
penurunan darah pembuluh darah dengan keterbatasan sirkulasi
konsentrasi distal untuk perifer Tindakan :
hemoglobin menunjang fungsi Observasi :
jarigan ekspetasktasi 1. Periksa sirkulasi perifer
meningkat dengan (mis nadi perifer,
kriteria hasil: edema,pengisian kapiler,
- Denyut nadi warna, suhu, ankle brachial
perifer menigakt index)
- Penyembuhan 2. Identifikasi faktor risiko
luka menigkat gangguan sirkulasi
- Sensai 3. Monitor panas,
meningkat kemerahan, nyeri atau
- Warna kulit bengkak pada ekstremitas
pucat menurun Terapeutik :
- Edema perifer 1. Hindari pemasangan infus
menurun atau pengambilan
- Kelemehan otot darah di area keterbatasan
menurun perfusi
- Pengisian 2. Hindari pengukuran tekanan

20
kapiler membaik darah pada ekstremitas
- Akral membaik dengan ketrbatasan perfusi
- Turgor kulit 3. Lakukan hidrasi
membaik Edukasi :
- Tekanan darah 1. Anjurkan berolahraga rutin
sistolik membaik 2. Anjurkan menggunakan
- Tekanan darah obat penurun tekanan darah,
diastolik antikoagulan, dan penurun
membaik kolesterol, jika perlu
- Tekanan darah 3. Anjurkan minum obat
arteri rata-rata pengontrol tekanan darah
membaik secara teratur
- Indeks ankle- 4. Anjurkan program diet
brachial untuk memperbaiki
membaik sirkulasi
5. Informasikan tanda dan
gejala yang harus
dilaporkan
4 Penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung
curah jantung tindakan keperawatan
Obseravasi:
berhubungan diharapakan
dengan -kekuatan nadi perifer 1. Identifikasi tanda dan gejala
perubahan meningkat
primer penurunan curah
irama jantumg, -Ejection Fraction
frekuensi (EF) meningkat jantung (meliputi
jantung, -Left ventricular
dispnea,kelelahan,
kontraktitlitas, stroke work index
preload, (LVSW) meningkat edema,ortopnea,paraxysmal
Afterload -palpitasi menurun
noctural dyspnea,
-bradikardia menurun
-takikardia menurun peningkatan CVP
-dispnea menurun
2. Identifikasi tanda dan gejala
-ortopnea menurun
-batuk menurun sekunder penurunan curah
-capilary refil time
jantung(meliputi
membaik
-central venous peningkatana berat
pressure membaik
badan,hepatomegali,
Distensi vena
jugularis,palpitasi,ronkhi
basah, dioliguria, batuk,
kulit pucat)
3. monitor tekanan darah
(termausk tekanan darah

21
ortostatik,jika perlu)
4. monitor intake dan output
cairan
5. monitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
6. monitor saturasi oksigen
7. monitor keluhan nyeri
dada(mis,interitas,lokasi,rad
iasi,durasi,presivitasi yang
mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuemsi)
10. Monitor nilai laboratorium
jantung (mis. Elektrolit,
enzim jantung, BNP,NT
pro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemebrian obat(mis. Beta
blocker, ACE inhibator,
calcium channel blocker,
digoksin)
Terapeutik
13.Posisikan pasien semi
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
14. berikan diet jantung yang
sesuai(mis, batasi asupan

22
kafein,natrium,kolesterol,da
n makanan tinggi lemak)
15.Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
16.Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres,
jika perlu
17.Berikan dukungan
emosional spritual
18. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
19. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
20. Anjurkan beraktivitas fisik

5 Resiko cedera Setelah dilakukan Pencegahan Cedera (I.14537)


berhubungan tindakan keperawatan Obseravasi
dengan vertigo diharapakan - Identifikasi area
keparahan dari cidera lingkungan yang
yang dialami atau berpotensi menyebabkan
dilaporkan dengan cedera
ekspektai menurun - Identifikasi obat yang
dengan kriteria hasil: berpotensi menyebabkan
- Toleransi cedera
aktivitas - Identifikasi kesesuaian
meningkat alas kaki atau stoking
- Nafsu makan elastis pada ekstremitas
meningkat bawah
- Kejadian cidera Terapeutik
menurun - Sediakan pencahayaan
- Luka/lecet yang memadai
menurun - Gunakan lampu tidur
- Ketegangan otot selama jam tidur
menurun - Gunakan alas lantai jika
- Fraktur menurun berisiko mengalami ceera
- Gangguan serius

23
mobilitas - Pastikan bel panggila
menurun atau telepon mudah
- Tekanan darah dijangaku
membaik - Pertahankan posisi tenpat
- Denyut jantung tidur diposisi ternadah
apikal membaik saat digunakan
- Denyut jantung - Pastikan roda tempat
radialis tidur atau kursi roda
membaik dalam kondisi terkunci
- Gunakan pengaman
temapt tidur sesuaia
dengan kebijakan fasilias
pelayanan kesehatan
- Diskusi mengenai alat
bantu mobilitas yang
sesuai (mis, tongkat atau
alat bantu jalan)
- Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi
pasien
Edukasi
- Jelaskan alasan
intervemsi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti posisi
secara perlahan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri
6 Defisit Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri (
perawatan diri tindakan keperawatan I.11348)
berhubungan diharapakan Obseravsi
dengan kemampuan melakuka - Identifikasi keboasaan
gangguan atau menyelesaikan perawatan diri sesuai usia
muskuluskleta aktivitas perawatan - Monitor tingkat
k,kelemahan diri degan ekspektasi kemandirian
membaik dengan - Identifikasi kebutuhan
kriteria hasil : alat bantu kebersiha diri,
- Kemampuan berpakaian, berhias, dan
memberi asuhan makan
meningkat Terapeutik
- Kemampuan - Sediakan lingkungan
merawat pasien yang terapeutik ( mis,
meningkat suasana hangat, rileks,
- Kemampuan privasi)
menyelesaikan - Siapkan keperluan
tugas merawat pribadi (mois, parfum,

24
pasien sikat gigi, dan sabun
- Kekhawatiran mandi).
dirawat kembali - Dampingi dalam
menuurn melakukan perawatan diri
- Kekhawatiran sampai mandiri
kelanjutan - Fasilitas untuk menerima
perawatan keadaan ketergantungan
menurun - Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak
melakukan perawatan diri
- Jadwalkan ruitnitas
perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampua
7 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktifitas tindakam keperawatan Tindakan
berhubungan diharapkan Obseravsi
dengan Respon fisiologis 1. Identifikasi gangguan fungsi
ketidakseimba terhadap aktifitas yang tubuh yang mengakibatkan
ngan antara membutuhkan tenaga kelelahan
suplaidan meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan Dengan kriteria hasil: emosional
oksigen -saturasi 3. Monitor pola dan jam tidur
oksigen meningkat 4. monitor lokasi dan
kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat Terapeutik
-kekuatan tubuh 5. sediakan lingkungan nyaman
bagian atas meningkat dan rendah stimulus
-kekuatan tubuh (mis,,
bagian bawah cahaya,suara,kunjungan)
meningkat 6. lakukan latiha rentang gerak
-Keluhan lelah pasif dan aktif
menurun 7. Berikan aktivitas distraksi
-dispnea saat aktivitas yang menenangkan
menurun 8. Fasilitasi duduk di sisi
-aritimia setelah tempat tidur, jika tidak dapat
aktivitas menurun berpindah atau berjalan
-frekuensi napas Edukasi
membaik 9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan
aktivitas
secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan

25
gejala kelelahan tidak
berkurang
12. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

2.3.4 Impelementasi
Implementasi Keperawatan Pelaksanaan atau implementasi keperawatan
merupakan komponen dari proses keperawatan dimana kegiatan ini yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriterian hasil yang diharapkan.
(Gordon. 1994, dalam Potter & Perry, 2011). Implementasi keperawatan
lebih menekankan pada melakukan suatu tindakan yang sudah direncanakan
pada tahap intervensi.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. (Dinarti, M Yuli. 2017)

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam
tubuh. Hemoglobin yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang
mengandung zat besi yang fungsinya sebagai pengangkut oksigen dari paru -
paru ke seluruh tubuh(Malikussaleh, 2019 ). Menurut (Yustisia et al., 2020)
Anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan gejala awal suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Gejala
yang sering dialami antara lain: lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang,
dan wajah pucat. Anemia merupakan suatu penyakit yang tidak bisa
diabaikan, jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan dampak
negative bagi kesehatan tubuh. Salah satu dampaknya antara lain jika
hemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah sangat rendah dapat mengakibatkan
kinerja pengangkutan oksigen menjadi berkurang. Kondisi ini yang dapat
mengakibatkan kerja organ-organ penting , salah satunya otak (Yustisia et al.,
2020).
3.2 Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda-tanda anemia dan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

27
DAFTAR PUSTAKA

Barasi, (2016). Dampak Anemia pada Remaja Putri. Jayapura: In Media.


Doenges, Moorhouse dan Geissler. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan
Edisi 3. Jakarta: EGC
Handayani dan Haribowo. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Jitowiyono, S. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem hematologi. Yogyakarta
Smeltzer dan Bare. (2002). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018) Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

28

Anda mungkin juga menyukai