Anda di halaman 1dari 21

Infection Centre (Lantai 3)

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Halaman Judul

LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA

Oleh:

SAKINA

R014 191 049

Preceptor Lahan Preceptor Institusi

( ) ( Titi Iswanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.M.B )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas terucap selain rasa syukur kita atas nikmat
dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan pada kasus Anemia di ruang infection centre lantai 3 Rumaha Sakit
Wahidin Sudirohusodo. Laporan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban dari salah satu
penugasan selama pembelajaran klinik pada tahapan Praktik Profesi Keperawatan
Medikal Bedah I (KMB I).
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada seluruh anggota
yang telah bekerjasama untuk menyelesaikan penugasan ini. Tak lupa pula ucapan
terimakasih kepada preseptor institusi yang telah memberikan bimbingan selama
penyelesaian tugas ini. Serta ucapan terimakasih kepada preseptor lahan maupun
institusi yang telah membimbing kami selama menjalani keterampilan klinik pada
tahapan Praktik Profesi KMB I.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karena sesungguhnya kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Saran dan kritik yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan
laporan ini selanjutnya.
Demikian laporan ini kami susun sebagai salah satu syarat penilaian selama
berada di tahap Praktik Profesi KMB I ini. Kami berharap dengan adanya laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi kita dan semua pihak yang terkait. Aamiin. Atas
perhatian seluruh pihak, kami ucapkan terima kasih.

Makassar, 19 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii

BAB I............................................................................................................................................1

KONSEP MEDIS.............................................................................................................................1

A. Definisi.............................................................................................................................1

B. Etiologi.............................................................................................................................2

C. Manifestasi Klinik............................................................................................................4

D. Komplikasi.......................................................................................................................5

E. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................5

F. Penatalaksanaan.............................................................................................................7

BAB II...........................................................................................................................................9

KONSEP KEPERAWATAN...............................................................................................................9

A. Pengkajian Keperawatan.................................................................................................9

B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................9

C. Intervensi Keperawatan................................................................................................11

BAB III........................................................................................................................................15

WEB OF CAUTION (WOC)...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................16

iii
iv
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah,
volume sel darah merah (hematokrit), serta jumlah hemoglobin. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau gangguan fungsi tubuh terkait abnormalitas jumlah, struktur dan fungsi sel
darah merah. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Kurangnya oksigen di jaringan
menyebabkan terjadinya hipoksia (Black & Hawks, 2014).
Kriteria anemia menurut WHO :
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa <13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl
Wanita hamil <11 g/dl

Anemia menyebabkan transpor oksigen akan terganggu. Kurangnya


hemoglobin atau rendahnya sel darh merah menyebabkan kurangnya pasukan
oksigen ke jaringan dan menyebabkan hipoksia. Tubuh berusaha mengompensasi
hipoksia jaringan dengan meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah,
meningkatkan kecepatan produksi sel darh merah, meningkatkan curah jantung
dengan meningkatkan volume sekuncup atau frekuensi/denyut jantung, distribusi
ulang darah dari jaringan yang membutuhkan banyak oksigen, serta menggeser
kurva disosiasi hemoglobin-oksigen ke arah kanan untuk mempermudah pelepasan
oksigen ke jaringan pada tekanan parsial oksigen yang sama (Black & Hawks,
2014).
Anemia pada pasien HIV umumnya ditemukan. Namun, salah satu
penyebab anemia yang jarang ditemukan pada pasien tersebut adalah Auto Immune
Haemolytic Anemia (AIHA), sulit untuk didiagnosis karena tidak adanya
reticulocytosis pada pasien HIV. Anemia pada pasien HIV tersebut mungkin
disebabkan oleh berbagai faktor seperti penurunan produksi sel darah merah karena
penekanan haematopoiesis oleh sel limfoma, infeksi seperti Tuberkulosis (TB),
koagulasi intravaskular, purpura trombositopenik trombotik, hemolisis
trombositopenik trombotik, hemolisis trombotik sitopenik imun, hemolisis imun
dan non imun, produksi yang tidak efektif sekunder akibat vitamin B12, defisiensi
besi atau asam folat dan terapi dengan AZT (Antiretrovira Ziduvodin Therapy)

1
yang diketahui menekan erythropoiesis (Virmani, Bhat, Rao, Khanna, & Agarwal,
2017).
Selain itu, Anemia juga dapat terjadi akibat dari medikasi yang diterima.
Salah satu medikasi yang diketahui dapat menurunkan produksi sel darah merah
yaitu Anti Retro Viral (ARV) yang merupakan pengobatan regimen lini pertama
untuk kasus HIV/AIDS. Salah satu jenis obat ARV yaitu Zidovudin golongan
Nucleosid Reverse Transciptase Inhibitor (NRTI) yang mampu menurunkan
mortalitas penderita HIV/ AIDS. Namun, obat ini memiliki efek samping terhadap
kejadian anemia/ dapat menurunkan produksi sel darah merah. Penggunaan ARV
memerlukan pemanatuan Hemoglobin (Hb) sebelum mengomsumsi obat ARV dan
pemantauan dilakukan selama tiga bulan dalam masa pengobatan (Nurraga, Sofro,
Chasani, & Ngestiningsih, 2015).

B. Etiologi
Anemia bukanlah kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi
merupakan gejalah berbagai penyakit dasar (underying disease). Pada dasarnya
anemia disebabkan karena :1). Gangguan pemnbentukan eritrosit oleh sumsum
tulang, 2). Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan), 3) proses penghancuran
eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis) Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014
dan LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016).
Klasifikasi anemia menurut ethiopatogenesis
1. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
a. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit :
1) Anemia defisiensi zat besi yaitu gangguan transportasi oksigen yang
terjadi karena adanya defisiensi sintesis hemoglobin. Serta
kurangnya suplai zat besi untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) sehingga SDM sedikit, cacat dll dan umumnya terjadi pada
lansia
2) Anemia defisiensi asam folat ditandai dengan sel yang rapuh dan
meganoblastik (besar dan imatur) yang dikarenakan gangguan
absorbsi dan metabolisme asam folat
3) Anemia defisiensi B12 dapat menyebabkan kerusakan pembelahan
sel dan maturasi inti sel. B12 berfungsi untuk sintesis DNA.
b. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
1) Anemia akibat penyakit kronik
2) Anemia sideroblastik merupakan penyakit yang tidak mampu
menggunakan zat besi dalam sintesis hemoglobin walaupun
simpanan besi tersedia dalam jumlah yang memadai. Penyakit ini
dapat bersifat herediter atau akuisita (didapat).
c. Kerusakan sumsum tulang
1) Anemia aplastic

2
Anemia aplastik / hipoplastik terjadi karena adanya cedera atau
destruksi sel tunas di dalam sumsum tulang belakang sehingga
mengakibatkan terjadinya pansitopenia (anemia, leukopenia, serta
trombositopenia) dan hypoplasia sumsum tulang. Penyebab utama
dari anemia aplastic yaitu terjadinya penurunan kapasitas fungsi
sumsum tulang yang mengalami hypoplasia dan berubah menjadi
jaringan lemak.
2) Anemia mieloptisik
3) Anemia pada keganasan hematologi
4) Anemia padasindrom mielodiplastik
3. Anemia akibat hemoragi :
a. Anemia pasca perdarahan akut (misalnya trauma, pecahnya pebuluh
darah)
b. Anemia akibat perdarahan kronik (misalnya gastritis, hemoroid,
menstruasi)
4. Anemia hemolitik merupakan proses hemolisis atau pemecahan eritrosit
dalam pembuluh darah yang terlalu cepat menurut (Handayani & Haribowo,
2008).
a. Anemia hemolitik intrakorpuskular
1) Gangguan membrane eritrosit
2) Gangguan ensim eritrosit
3) Gangguan hemoglobin : thalassemia dan hemoglobinopati struktural
b. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
1) Anemia hemolitik autoimun
2) Anemia hemolitik mikroangioplastik

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi dari adanya anemia yakni sebagai kompensasi tubuh yang
bereaksi terhadap hipoksia. Gejala bervariasi bergantung tngkat keparahan dan
kecepatan hilangnya darah, sudah berapa lama anemia terjadi, usia, dan adanya
kelaianan lain. Kadar hemoglobon (Hb) biasanya digunakan untuk menegakkan
tingkat keparahan anemia. Klien dengan tingkat anemia ringan (Hb : 10-14 g/dl)
biasanya asimtomasis. Klien dengan anemia sedang (Hb : 6-10 g/dl) mungkin akan
mengalami dispnea (sesak napas/napas pendek), menggigil, diaforesis (keringat
berlebihan) saat beraktifitas, dan kelelahan kronis. Beberapa klien dengan anemia
berat (Hb < 6 g/dl) misalnya pada klien dengan gagal gibjal kronis memungkinkan
terjadi asimtomatis laarena anemianya terjadi secara bertahap, sedangkan pada
klien lain, gejala klinis muncul dengan segera dan melibatkan banyak sistem tubuh
(Black & Hawks, 2014).

Gejala Klinis Anemia Berat (Hb < 6g/dl)


Area Gejala Klinis

3
Umum Pucat, kelelahan, malaise, kelemahan, berkunang-kunang, demam dispnea,
sakit kepala, vertigo, sensitif terhadap dingin, penurunan berat badan

Kulit (Integumen) Pucat (anemia), ikterus (HA), kulit kering kuku rapuh, kuku berbentuk cekung
seperti sendok dengan tepian memanjang (IDA)

Mata Pandangan kabur (anemian, PV), sklera ikterus, dan perdarahAN RETINA (HA)

Telingan Vertigo, tinitus

Mulut Lidah nyeri, halus, licin, merah terang (PA, IDA)

Paru Dispnea, ortopnea (anemia, krisi Hbs)

Kardiovaskular Takikardia, jantung berdebar-debar, angina murmuralis, hipertensi,


kardiomegali, klaudikasio intermiten, gagal jantung, MI

Gastrointestinal Anoreksia, disfagia (IDA), nyeri abdomen (Hbs, HA), hematemesis (muntah
darah), feses hitam seperti aspal (HA), hepatomegali, splenomegaali

Urogenital Amenore dan menoragia (IDA), penurunan kesuburan (anemia), hematuria


(HA)

Muskuloskeletal Nyeri punggung (HA), nyeri tekan pada sternum, sakit sendi dan tulang hebat
(Hbs)

Sistem saraf Sakit kepala, pusing (anemia), neuropati perifer, paratesia, kehilangan
keseimbangan (PA), depresi mental, kecemasan, kesulitan koping (terutama
pada kondisi mengancam jiwa)

*Ket : AP (aplastic anemia/anemia aplastik), HA (hemolytic anemia/anemia heemolitik), Hbs


(anemia sel sabit), IDA (Iron deficiency anemiaianemia defisiensi besi), MI (myocardial
infraction/infark miokard), PA (pernicious anemia/anemia pernisiosa), PV (polisitemia vera)

D. Komplikasi
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) komplikasi pada jenis anemia
yang telah disebutkan adalah sebagai berikut:
1. Anemia aplastik
Komplikasi anemia aplastik yang mungkin terjadi adalah perdarahan dari
membrane mukosa yang adapat membawa kematian.
2. Anemia defisiensi besi
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi :
a. Infeksi dan pneumonia
b. Pika (mengidam) dorongan kompulsif untuk memakanj bahan-bahan yang
bukan makanan seperti tanah atau tepung/pati.
c. Perdarahan
d. Overdosis suplemen besi oral ataupun IM
3. Anemia pernisiosa diakibatkan defisiensi zat besi dan folat yang mengikabtakan
hilangnya sel parietal lambung.
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi :
a. Hipokalemia (terapi minggu pertama)
b. Gejala SSP yang permananen (jika pasien tidak ditangani dalam enam bulan
setelah gejala muncul)
c. Polip lambung
d. Kanker lambung

4
4. Anemia sideroblastik
Komplikasi yang mungkin terjadi :
a. Penyakit pada jantung, hati, dan pancreas
b. Komplikasi pernapasan
c. Leukemia mielogenus yang akut

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wiwik, H., & Hariwibowo,A. S (2008) pemeriksaan laboratorium
pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai
berikut :
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk
morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada
komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV,
MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada
sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju
endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian
besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitif meskipun ada
beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum
tulang
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika
telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk
mengomfirmasi dugaan diagnosis tersebut pemeriksaan tersebut memiliki
komponen berikut ini:
1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin
serum.
2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
4) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi:
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faal hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
a. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
b. Pemeriksaan sitogenetik.
c. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH =
fluorescence in situ hybridization).

5
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang. Penatalaaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya yaitu berdasarkan
(Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antitthimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selam 7-10
hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemeberian zat besi dan asam
folat, dan dapat diberikan eritropoetin rekombinan
3. Anemia defisiensi zat besi dan asam folat
Dengan pemeberian makan yang adekuat. Pada defisiensi zat besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/har. Transfuse darah diberikan bila kadar Hb kurang dari
5 gr %
4. Anemia meganoblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vit. B12, bila defisiensi
disebabkan oeleh defek absorbs atau tidak tersediannya factor intrinsic dapat
diberikan B12 dengan injeksi IM
b. Terapi vit. B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa dan malabsorbsi untuk mencegah kekambuhan
5. Anemia pasca perdarahan
Dengan memeberikan transfuse darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan IV
6. Anemia hemolitik (Kiswari, 2014):
a. Transfusi darah. Dengan cepat mengganti sel darah merah yang hilang
karena rusak dengan darah baru yang berasal dari donor.Transfusi
dipertimbangkan hanya jika terdapat anemia berat yang mengancam fungsi
jantung. Sebaiknya di pakai washed red cell
b. Immune globulin intravenous. Bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh pasien. Pemberian immune globuline diberikan pada keadaan gawat.
c. Obat kortikosteroid. Pada anemia hemolitik estrinsik, salah satu
penyebabnya adalah penyakit autoimun, steroid akan menghambat respon
imun dalam penghancuran sel darah merah. Prednison diberikan secara oral
dengan dosis 60-100 mg per hari. Jika terdapat kenaikan Hb, maka dosis
obat diteruskan selama 2 minggu sampainya Hb stabil, kemudian dilakukan
tapering off untuk mendapatkan dosis pemeliharaan yang paling kecil yang
dapat mempertahankan Hb.

6
d. Operasi. Pada kasus yang parah, terkadang diperlukan pengangkatan limpa
atau yang disebut dengan splenektomi . Splenektomi dipertimbangkan jika
tidak ada respon dalam waktu 2-3 minggu atau dosis pemeliharaan
(prednisone) melebihi 15 gram/hari.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Biografi

7
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab,
status perkawinan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Dapatkan riwayat kesehatan, lakukan pemeriksaan fisik, dan dapatkan nilai
laboratorium.
b. Tanyakan pasien tentang tingkat keparahan dan jenis gejala yang dialami
serta dampak gejala pada gaya hidup, riwayat pengobatan, asupan alcohol,
kerja keras yang dilakukan oleh atlet (olahraga/latihan ekstrem).
c. Tanyakan tentang riwayat keluarga mengenai anemia yang diwariskan.
d. Lakukan pengkajian nutrisi: tanyakan tentang kebiasaan diet yang
menyebabkan defisiensi nutrisi, seperti defisiensi zat besi, vitamin B 12, dan
asam folat.
e. Pantau hasil tes laboratorium yang relevan, perhatikan atau catat adanya
perubahan.
f. Kaji status jantung (untuk gejala peningkatan beban kerja atau gagal
jantung): takikardia, palpitasi, dyspnea, pening, ortopnea, dyspnea saat
mengerahkan tenaga, kardiomegali, hepatomegaly, edema perifer.
g. Kaji fungsi GI: mual, muntah, diare, melena, atau feses hitam, darah
samar/okulta, anoreksia, glositis pada wanita, tanyakan tentang periode
menstruasi mereka (mis., aliran menstruasi sangat banyak, perdarahan lain
per vagina) dan penggunaan suplemen zat besi selama kehamilan).
h. Kaji deficit neurologis (penting dalam anemia pernisiosa): adanya dan
tingkat keparahan kebas perifer dan parastesia, ataksia, koordinasi buruk,
konfusi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat di angkat berdasarkan NANDA 2018-2020 (Herdman &
Kamitsuru, 2017) adalah :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, anoreksia
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi,
penurunan transfer oksigen ke paru
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, proses metabolism yang terganggu

8
C. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan Moorhead, Jhonson, Maas, & Swanson (2013). dan Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, (2013) adalah sebagai berikut:
Diagnosa : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Peripheral Sensation Management (Manajemen Sensasi Perifer) :
diharapkan :
1. Monitor adanya daerah yang hanya peka terhadap
a. Perfusi jaringan : perifer panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
1. Pengisian kapiler jari dan kaki kisaran normal 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
2. Suhu kulit ujung aki dan tangan kisaran normal laserasi
3. Kekuatan nadi karotis, brakialis, radialis, femoralis, pedal 4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
( kanan) kisaran normal 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
4. Kekuatan nadi karotis, brakialis, radialis, femoralis, pedal 6. Monitor kemampuan BAB
(kiri) kisaran normal 7. Kolaborasi pemberian analgesic
5. Tekanan darah dalam kisaran normal 8. Monitor adanya tromboplebitis
6. Bruit di ujung kaki dan tangan tidak ada 9. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
7. Edema perifer tidak ada
8. Matirasa tidak ada
9. Pucat tidak ada
10. Kelemahan otot tidak ada
11. Kerusakan kulit tidak ada
12. Nekrosis tidak ada
b. Status sirkulasi
1. Urin output
2. Capillary refill
3. Asites
4. Kelelahan
5. Peningkatan berat badan
6. Gangguan kongnisi
7. Wajah pucat

9
8. Penurunan suhu
9. Pingsan
10. Pittting edema
11. Luka pada ekstremitas bawah
12. Mati rasa
Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan demgan ketidakmampuan makan
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Manajemen nutrisi :
diharapkan : 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
Nutritional status : nutrisi yang diibutuhkan pasien
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Berat badan ideal sesuai tinggi badan 4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi ahli gizi)
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
8. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Diagnosa : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen ke paru
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Airway management :
diharapkan :  Posisikan pasien untuk untuk memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
 Respiratory status: ventilation  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Respiratory status: airway patency  Keluarkan secret dengan batuk atau suction
 Vital sign status  Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
 Monitor respirasi dan status O2
Kriteria Hasil:

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,


Vital sign monitoring :
tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
10
- Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
tercekik, irama napas, frekuensi pernapasan dalam rentang  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
normal, tidak ada suara napas abnormal)  Monitor suara paru
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, Monitor pola pernapasan abnormal
pernapasan)  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
Dianosa : Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses metabolism yang
terganggu
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam a. Terapi aktifitas
diharapkan : 1. Pertimbangkan aktivitas yang akan dilakukan kemampuan
a. Toleransi terhadap aktifitas pasien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
1. Sturasi oksigen ketika beraktifitas tidak terganggu 2. Bantu klien memilih aktivitas dan pencapaina tujuan melalui
2. Frekuensi nadi ketika beraktifitas tidak terganggu aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik
3. Kemudahan bernapas ketika beraktifitas tidak terganggu 3. Bantu klien mengidentifiksikan aktivtas yang diinginkan
4. Hasil ekg tidak terganggu 4. Bantu dengn aktivitas fisik secara teratur (misalnya,a ambulasi,
5. Kekuatan tubuh bagian atas tidak terganggu transfer/berpindah, berputar dan kebersihan diri)
6. Kekuatan tubuh bagian bawah tidak terganggu 5. Ciptakan lingkungan yang aman
7. Kemudahan dalam melakukan aktifitas harian (adl) 6. Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas
b. Perawatan diri : aktifitas sehari-hari dengan cara yang tepat.
1. makan tidak terganggu 7. Bantu klien dan keluarga untuk memantau perkembangan pasien
2. memakai baju tidak terganggu terhadap pencapaian tujuan.
3. ke toilet tidak terganggu b. Manajemen energy
4. mandi tidak terganggu 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai
5. berpakaian tidak terganggu dengan konteks usia dan perkembangan
6. berjalan tidak terganggu 2. Anjurkan pasien mengungkapkan keterbatasan verbal yang
7. Mobilisasi di kursi roda tidak terganggu dialami
8. berpindah tidak terganggu 3. Tentukan persepsi pasienorang terdekat dengan pasien mengenai
penyebab kelelahan
4. Perbaiki status defisit fisiologis sebagai prioritas utama
5. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi
yang adekuat
6. Bantu pasien memlih aktivitas-aktivitas

11
12
BAB III
WEB OF CAUTION (WOC)

Absorbsi Fe, B12 dan


Keganasan asam folat berkurang
Trauma
Gangguan fungsi ginjal (Kanker darah, Limfoma)
Degenerasi
Depresi sumsum tulang Kehilangan komponen eritrosit Trauma
pembentuk eritrosit Pendarahan berlebihan
Gangguan produksi Eritrosit tidak sempurna Eritrosit
hormon eritropoetin Tidak terkontrol
Gangguan rapuh
pembentukan eritrosit Eritrosit mudah pecah Pendarahan
Stimulus pembentukan sel
berlebihan
darah merah di sumsum Kehilangan komponen
tulang menurun darah
Kehilangan
Produksi eritrosit menurun Hemolisis komponen darah

Kehilangan
ANEMIA
Reaksi kompensasi komponen vaskuler

Transport O2 menurun Penurunan resistensi


Pembentukan eritrosit oleh organ
lain meningkat (hepar, lien) perifer

Merangsang sistem Kebutuhan O2 tidak Metabolisme


Hepatomegali terpenuhi anareob Syok
saraf ssimpatis
splenomegali hipovolemik
Aliran darah GIT Hipoksia sel dan Penumpukan asam
Merangsang sistem
menurun jaringan Kelelahan
laktat pada jaringan
saraf simpatis
Peristaltik usus Kompensasi oleh
menurun jantung
Intoleransi aktivitas
Ketidakefektifan Pola
Napas Kerja jantung Regurgitasi
Ketidakefektifan
meningkat
perfusi jaringan perifer
Peningkatan isi
Beban jantung meningkat
lambung
dalam waktu yang lama

Mual/muntah
Otot jantung mengalami
hipertropi
Anoreksia

Kemampuan kompensasi
Intake menurun menurun

Ketidakseimbangan Decompensasi cordis


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

13
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Kritis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elseviers

Handayani, W & Haribowo, A.S. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.

Kiswari, R. (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kowalak, J.P., Welsh, W., & Mayer, B. (2014). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogyakarta: MediAction

Nurraga, G. W., Sofro, M. A. U., Chasani, S., & Ngestiningsih, D. (2015). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Pemakaian Zidovudin Pasien HIV/AIDS.
Media Medika Muda, 4(4), 824–833.
Virmani, S., Bhat, R., Rao, R., Khanna, R., & Agarwal, L. (2017). A Rare Cause of Anemia in
HIV/ AIDS. Clinical & Diagnostic Research, 8(11).
https://doi.org/10.7860/JCDR/2017/28560.10338
Wiwik, H., & Sulistyo, A. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

14
11
11
11

Anda mungkin juga menyukai