S DENGAN DIAGNOSA
Disusun oleh ;
Khairulnisa 200114006
Amrahim 200114035
KATA PENGANTAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan khusus
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Komplikasi
E. Menefiensi klinik
F. Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi
D. Implementasi dan evaluasi
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.manusia dalam mencapai sehat fisik, harus tahu bahwa sistem imunlah yang
bekerja dalam menangkal semua penyakit yang menyerang tubuh.Sistem imun dibentuk
oleh hematologi yaitu dari leukosit yang menghasilkan limfosit nantinya akan
melindungin tubuh kita dari berbagai acaman pathogen.Hematologi bersangkutan
mengenai darah serta jaringan yang membentuk darah. Drah merupakan bagian penting
dari system transport.Darah merpakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari
dua bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpujul.Drah akan bekerja lebih efektif
jika tidak terserang pathogen dan tidak memiliki kelainan-kelainan pada proses fases
Gangguan pembekuan darah pada anak dapat terjadi karena adanya defisiensi dari faktor-
faktor pembekuan darah yang bisa didapat secara congenital atau bawaan. Salah satu dari
gangguan pembekuan darah yang paling berbahaya adalah hemophilia dan hemophilia adalah
satu-satunya penyakit gangguan pembekuan daran bawaan yang disebabkan karena adanya
kelainan pada kromosom sex.1 Oleh karena itu, pasien hemophilia lebih banyak dijumpai
pada anak-anak dan sangat sulit untuk dihindari kemunculannya.
Angka kejadian hemophilia dapat mencapai satu kejadian diantara sepuluh ribu kelahiran
bayi laki-laki hidup. Dan angka ini tidak boleh dianggap remeh. Selain kasus hemophilia
masih sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, juga karena manifestasi klinis yang berat
yang dapat ditimbulkan oleh penyakit hemophilia. Namun, hemophilia memiliki prevalensi
kejadian yang lebih jarang daripada von Willebrand Disease (vWD), dimana prevalensi
kejadian von Willebrand Disease adalah 1% dari populasi2. Pada pasien yang mengidap vWD
akan memiliki defisit pada von Willebrand factor yang disekresikan oleh sel endothelial ke
dalam plasma. Fungsi dari von Willebrand factor adalah melakukan inisiasi penempelam
trombosit pada tempat dimana terdapat kerusakan dinding pembuluh darah.
Hemophilia sendiri dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu hemophilia A, hemophilia B, dan
hemophilia C. Namun yang kejadiannya paling sering ditemukan pada anak adalah
hemophilia A dan hemophilia B.
Penyakit hemophilia merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak lama dan
menurut sumber yang ada, hemophilia sudah ada sejak dibuatnya kitab suci agama (Injil).
Hemofilia tidak hanya merupakan masalah medis atau biologis semata, namun juga
mempunya dampa psikososial yang dalam. Pengaruh orang dengan hemofilia sebaiknya tidak
hanya memperhatikan masalah fisiologi saja, misal mengontrol perdarahannya dan mencegah
timbulnya disabilitas fisik, tetapi juga diharapkan mempunya perhatian pada berbagai
gangguan alam perasaannya, rasa tidak amannya, rasa terisolasi dan masalah keluarga
terdekatnya (orangtua, dan saudara kandung). Setiap orang dengan hemofilia tumbuh
kembang dalam suatu lingkungan keluarga dan budaya yang unik / spesifik. Juga dengan
berbagai variasi kebutuhan, ketakutan, perhatian dan harapan yang berbeda-beda. Masalah
psikososial membutuhkan penanganan yang hati-hati. Setiap kasus mempunyai permasalahn
yang berbeda, akibat dari adanya perbedaan lata belakang budaya, agama ataupun etnik, juga
system penanggulangan kesehatan yang tidak sama. Oleh karena itu dalam menolong seorang
pasien hemofilia dan keluarganya dibutuhkan pendekatan satu tim inter-disiplin, yang dapat
membina hubungan yang baik dengan anak dan keluarga.
Penelitian dan pengetahuan mengenai penyakit hemophilia ini sudah ada sejak lama
juga dan diketahui bahwa hemophilia memiliki komplikasi yang cukup berat yang dapat
menurunkan kualitas hidup anak tersebut, bahkan dapat sampai menimbulkan kematian.
Modalitas terapi yang tidak memakan biaya yang besar dan berfungsi untuk mengurangi
komplikasi akibat hemophilia terhadap sistem musculoskeletal saat ini masih dalam tahap
penelitian.3 Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang dokter mengetahui secara jelas
mengenai kelainan ini. Selain gangguan pembekuan darah yang berupa hemophilia, masih
ada juga gangguan pembekuan darah yang lainnya. Tetapi dalam makalah ini hanya akan
dibahas mengenai hemophilia yang terjadi pada anak.
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami anak dengan hemofilia baik secara konsep dan asuhan
keperawatan.
2) Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu memahami anak dengan hemofilia secara teoritis mulai dari
defenisi hingga penatalaksanaannya.
b) Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
hemofilia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFENISI
Hemofilia berasal dari kata yunani yaitu haima yang artinya darah dan phielein
yang artinya mencintai atau suka. Menurut Alwi,2003 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengatakan bahwa hemophilia adalah penyakit yang darah penderitanya cenderung tidak
mau membeku sehingga akan terus-menerus mengalir apabila penderita terluka (kelainan ini
biasanya bersifat turun-temurunn).
Hemofilia dapat diartikan sebagai gangguan produktif faktor pembekuan darah
bersifat herediter. Hemofilio adalah kecenderungan untuk mengalami pembekuan darah
abnormal (diathesis henoragis ) yang bersifat herediter akibat defisiensi faktor IX dalam
plasma ( Dorland 2011).Hemofilia merupakan penyakit gangguan pembekuan darah yang
diturunkan oleh kromoson X bersifat resitif,sehinggapenderita hemophilia lebih banyak
terjadi pada pria sedangkan wanita umumnya hanya menjadi pembawa sifat (carier),tetapi
seorang wanita dapat menderita hemophilia jika dapat kromoson X dari ayah yang menderita
hemfilia dan ibu pembawa carrier dan sifat letal. Biasanya darah orang normal bila keluar
dari luka akan membeku antara 5-7 menit,namun pada orang hemophilia,darah akan
memebeku antara 50 menit sampai 2 jam,sehingga menyebabkan orang menggal dunia
.Hemofilia dikelompokan menjadi hemophilia A dan B antaran lain berikut;
1. Hemofilia tipe A
Hemofilia tipe ini disebut juga dengan hemophilia klasik karena pada
hemophilia tipe ini penderita memiliki banyak ke kurangan faktor pembekuan pada
darah. Hemofilia tipe A ditemukan adanya defisiensi faktor antihemofilia jenis ini
merupakan jenis hemofilia yang terjadi karena faktor keturunan, dan genetic.kasus
hemophilia yang terjadi karena faktor keturunan dan genetik. Kasus hemofilia tipe A
ini lebih banyak terjadi pada pasien laki-laki dibandingkan dengan wanita.Wanita
biasanya lebih banyak bersifat carrier.Seorang wanita yang mengalami hemophilia
disebabkan orang tua dari ayah yang mengidap hemophilia dan atau ibu yang bersifat
carrier hemophilia.
2. Hemofilia tipe B
Hemofilia tipe B dikenal sebagai chritmas disease,karena hemophilia tipe ini
ditemukan oleh steven Chritmas yang berasal dari kanada.Hemofilia tipe B dikenal
juga sebagai hemofilia defisisensi faktor IX sehingga masalah pembekuan darah dapat
terganggu.
Berdasarkan kadar faktor pembekuan darah di dalam tubuh, hemofilia diklasifisikan
menjadi tiga bagian antara lain :
1. Berat <1 % dari jumlah normal faktor pembekuan darah
B. ETIOLOGI
Hemofilia yang paling lazim adalah hemofilia A yang disebabkan oleh defisiensi
faktor VIII dan menyusun 75% dari penderita hemofilia. Hemofilia B disebabkan oleh
defisiensi faktor IX dan kira-kira jumlahnya seperempat dari penderita hemofilia A.
Defisiensi berat faktor XI yang juga dikenal sebagai hemofilia C jarang ditemukan.
1. Hemofilia adalah gangguan resesif terkait gen-x,yang diturunkan oleh perempuan dan
ditemukan secara dominan pada laki-laki.
2. Hemofilia juga dapat disebabkan oleh mutasi gen.
C. PATOFISIOLOGI
Hemofilia merupakan kondisi yang ditentukan secara genetik,terangkai seks resesif dimana
terdapat defisiensi faktor VII, yaitu globulin anti hemofilik. Secara klinik hanya mengenai
laki-laki,tetapi wanita dapat bertindak sebagai karier. Walaupun demikian, secara teoritis
memungkinkan bahwa perkawinan dari laki-laki yang hemofilik dan wanita yang karier dapat
memberikan anak, dimana satu dalam empat adalah wanita hemofilik. Sebelumnya diduga
bahwa kombinasi gen ini letal, tetapi dalam beberapa kasus hemofilia wanita sebenarnya
telah dikenali dewasa ini. Pada umumnya, anak dari seorang laki-laki normal dan wanita
karier secara rata-rata 50 % normal 55% wanita karier dan 25% laki-laki hemofilik. Anak
dari seorang laki-laki hemofilik dan wanita normal adalah 50% laki-laki normal dan 50%
wanita karier.
Patway
HMW kinogen
,prekalikren
XI tersktivitas
XI
Hemofilia
Tanpa IX IXtidak
teraktivitas tanpa VII
CA ++
Pendarahn
Sintesis energi
D. KOMPLIKASI
Komplikasi Hemofilian adalah ;
Artropatiprogresif,menghentikan
Kontraktrotot
Paralis
Pendarahan intra karnial
Hipertensi
Thrombosis/trombeomboli
E. MANIFESTASI KLINIK
Terdapat pendarahan jaringan lunak otot dan sendi terutama sendi-sendi yang menoang berat
badan, disesbut hematrosis (pendarahan sendi )
1. Memar dan lebam
2. Dapat timbul saat bayi mulai merangkak
3. Tanda pendarahan berlanjut paska oprasi
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksana penderita hemofilia harus dilakukan secara komprehensif meliputi
pemberian faktor pengganti yaitu F VIII untuk hemofilia A dan F IX untuk hemofilia B,
perawatan dan rehabilitasi terutama bila ada kerusakan sendi. Edukasi dan dukungan
psikososial bagi penderita dan keluarganya.
Bila terjadi perdarahan akut terutama daerah sendi, maka tindakan RICE
(rest,ice,compression,elevation) segera dilakukan. Sendi yang mengalami perdarahan
diistirahatkan dan diimobilisasi. Kompres dengan es atau handuk basah yang dingin,
kemudian dilakukan penekanan atau pembebatan dan meninggikan daerah perdarahan.
Penderita sebaiknya diberikan faktor pengganti dalam 2 jam setelah perdarahan.
Untuk hemofilia A diberikan konsentrat F VIII dengan dosis 0,5 x BB (Kg) x kadar
yang diinginkan (%). F VIII diberikan tiap 12 jam sedangkan F IX diberikan tiap 24 jam
untuk hemofilia B. Kadar F VIII atau F IX yang diinginkan tergantung pada lokasi
perdarahan dimana untuk perdarahan sendi, otot, glukosa mulut dan hidung kadar 30-50 %
diperlukan. Perdarahan saluran cerna, saluran kemih, daerah retroperitonial dan susunan saraf
pusat maupun trauma dan tindakan operasi dianjurkan kadar 60-100%. Lama pemberian
tergantung pada beratnya perdarahan atau jenis tindakan. Untuk pencabutan gigi atau
epistaksis, diberikan selama 2-5 hari, sedangkan operasi atau laserasi luas diberikian 7-14
hari. Untuk rehabilitasi seperti pada hemartrosis dapat diberikan lebih lama lagi.
Kriopresipitat juga dapat diberikan untuk hemofilia A dimana satu kantung kriopresipitat
mengandung sekitar 80 U F VIII. Demikian juga dengan obat anti fibrinolitik seperti asam
epsilon amino-kaproat atau asam traneksamat aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid harus
dihindari karna dapat mengganggu hemostasis.
Profilaksi F VIII atau F IX dapat diberikan secara kepada penderita hemofilia berat dengan
tujuan mengurangi kejadian hemartrosis dan kecacatan sendi WHO dan WFH
merekomendasikan profilaksis primer dimulai dari usia 1-2 tahun dan dilanjutkan seumur
hidup. Profilaksis diberikan berdasarkan protokol malmom yang pertama kali dikembangkan
di Swedia yaitu pemberian F VIII 20-40 U/Kg dua kali perminggu.
Untuk penderita hemofilia ringan dan sedang desmopressin (1-deamino-8-arginive
fasopressin, DDAVP) suatu analog faopressin dapat digunakan untuk meningkatkan kadar F
VIII endogen kedalam sirkulasi, namun tidak dianjurkan untuk hemofilia berat. Mekanisme
kerja sampai saat ini masih belum jelas, diduga obat ini merangsang pengeluaran vWf dari
tempat simpanannya (waibel palade bodies) sehingga menstabilkan F VIII di plasma.
DDAVP dapat diberikan secara intravena, subkutan atau intranasal.
Penderita hemofilia dianjurkan untuk berolahraga rutin, memakai peralatan pelindung
yang sesuai untuk olahraga, menghindari olahraga berat atau kontak fisik. Berat badan yang
harus dijaga terutama bila ada kelainan sendi karena berat badan yang berlebih dapat
memperberat artritis. Kebersihan mulut dan gigi juga harus diperhatikan. Vaksinasi diberikan
sebagaimana anak normal terutama terhadap hepatitis A dan B. Vaksin diberikan melalui
jalur subkutan, bukan intramuscular. Pihak sekolah sebaiknya diberi tahu bila seorang anak
menderita hemofilia supaya dapat membantu penderita bila diperlukan.
Upaya mengetahui status pembawa sifat hemofilia dan konseling genetik merupakan
hal yang terpadu dalam tatalaksana hemofilia. Konseling genetik perlu diberikan kepada
penderita dan keluarga. Konseling meliputi penyakit hemofilia itu sendiri, terapi dan
proknosis, pola keturunan, deteksi pembawa sifat dan implikasinya terhadap masa depan
penderita dan pembawa sifat. Deteksi hemofilia pada janin dapat dilakukan terutama bila
jenis mutasi gen sudah diketahui. Sampel dapat diperoleh melalui tindakan sampling villus
khorionik atau amnionsintesis.
BAB III
TIJAUAN KASUS
I. IDENTITAS DATA
Nama : AN.s
Tempat/Tanggal lahir : BINJAI 12-OKTOBER-2018
Nama ayah/ibu : Tn.D/Ny.B
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Binjai
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
V. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Laki-laki
Perempuan
Klien
Meniggal
Serumah
Cerai
VI. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh
Klien di asuh oleh kedua orang tuanya
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan klien dengan anggota keluarga sangat baik
3. Hubungan dengan teman sebaya
Hubungan dengan teman sebaya baik
4. Pembawaan secara umum
Klien mampu beradaptasi dengan teman sebaya nya
5. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah klien bersih dan nyaman
2. Pola tidur:
- Kebiasaan sebelum(perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur):
Sebelum sakit tidur malam 7-8 jam
Selama sakit tidur malam 4-5 jam terbangun karna sakit di kaki
- Tidur siang
Tidur siang 1-2 jam
3. Mandi:
Sebelumsakit klien mandi 2x,gosok gigi 2x sehari keramas tiap hari
selama sakit klien mandi hanya sekali gosok gigi hanya sekali tidak cuci rambut
4. Aktivitas bermain
Sebelum sakit klien bermain sepulang sekolah
Selama sakit klien tidak bisa bermain
5. Eliminasi:
Sebelum sakit bak dan bab normal
Sesudah sakit bab padat dan bak berwarna kuning pekat
VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosis medis : Hemofilia
2. Tindakan operasi : Asuha keperawatan
3. Status cairan : RL 20tt/m ..................................................................
4. Status nutrisi : Diet m II
5. Obat-obatan : Ranitidin 1 mpl ..........................................................
Rl 20 tt/m ..................................................................
..................................................................................
6. Aktivitas : terbatas
7. Tindakan keperawatan : asuhan keperawatan
8. Hasil LAB : .............................................................................................
9. Foto rontgen : .............................................................................................
10. Lain-lain : .............................................................................................
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : luka di kaki meringis kesakitan
2. TB/BB :120cm/20kg
3. Lingkar Kepala : simetris bulat
4. Kepala : Normal
5. Mata : Simetris kanan kiri tidak ada benjolan
6. Leher : normal
7. Telinga : simetris ka/ki
8. Hidung :bersih tidak ada kotoran
9. Mulut : lebab
10. Dada : normal
11. Paru : normal tidak teraba
12. Jantung :normal tidak teraba
13. Perut : normal tidak ada nyeri tekan
14. Punggung : normal
15. Genitalia : Bersih dan normal
16. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : lengan kiri terpasang infus
........................................................................................
b. Ekstremitas bawah : normal .............................................................................
T : 37,3 C
N : 84x/m
TD : 110/70 mmhg
RR : 20x/m
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terapi pembatasan gerak
RENCANA KEPERAWATAN
NOC :
Nyeri 1. Mengkaji skala
Setelah dilakukan tindakan
akut
nyeri 5
keperawatan selama 2x24
2. Memonitor ttv
jam, pasien tidak NIC :
TD : 110/70
mengalami nyeri dengan Melakukan
mmhg
kritreria hasil pengkajian nyeri
RR : 20x/m
Mengurangi rasa secara
N : 84x/m
nyeri konferensif T : 37,3c
pencahayaahn
dan kebisingan
Kurangin faktor
fresifitas nyeri
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Tingkat istirahat
Berikan
informasi
tentang nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa
laama nyeri akan
berkurang
perlukan
Diagnosis
No Hari/tgl. Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 Pukul 10.00wib
1. Mempertahankan
intake ouput
yang akurat
Senin 12 Defisit volume 2. Memonitor vital S : DS: Ibu klien
desember cairan sign mengatakan darah
2022 3. Mengkolaborasi di bagian luka
pemberian cairan kaki lama
IV berhenti
4. Memberikan O : Luka di kaki
cairan oral terus-menerus
mengeluarkan
darah
Vital sign :
T : 37,3 C
N : 84x/m
TD : 110/70
mmhg
RR : 20x/m
A: Masalah
defisit volume
cairan belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
2 Nyeri akut Pukul 11.00wib S: klien
Senin 12 1. Mengkaji skala nyeri 5 mengatakan
desember sakit dibagian
2. Memonitor ttv
2022 kaki
TD : 110/70 mmhg
O:klien tambak
RR : 20x/m meringis dan
memegang
N : 84x/m
kaki nya skala
T : 37,3c
nyeri 5
3. Mengontrol A: Masalah
nyeri akut
lingkunngan yang dapat
belum teratasi
mempengaruhi nyeri
P : intervesi
4. Mengkaji type dan dilanjutkan
sumber nyeri
5. Memberikan informasi
prosedur
Gangguan
mobilitas fisik
3, Senin 12 S:klien
Pukul 13.00 wib
desember mengataka
1. mengkaji
2022 kaki nya sakit
kemampuan pasien
di buat jalan
dalam mobilisasi
O:klien dibantu
2. Membantu alat
ibunya ke
bantu jika klien
kamar mandi
memerlukan
A :masalah
3. membantu klien
gangguan
untuk menggunakan
mobilitas fisik
tongkat saat berjalan
belum teratasi
dan cegah terhadap
P :Intervensi
cedera
dilanjutkan
4. Mengajarkan pasien
begaimana merubah
bantuan jika di
perlukan
Defisit volume
cairan
1. Selasa S : DS: Ibu
13desember klien
Pukul 10.00wib
2022 mengatakan
1. Mempertahankan intake
darah di bagian
ouput yang akurat
luka kaki lama
2. Memonitor vital sign
berhenti
3. Mengkolaborasi
O : Luka di
pemberian cairan IV
kaki terus-
4. Memberikan cairan oral
menerus
mengeluarkan
darah
Vital sign :
T : 37,3 C
N : 84x/m
TD : 110/70
mmhg
RR : 20x/m
A: Masalah
defisit volume
cairan belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Nyeri akut
Pukul 11.00wib
2 Selasa 13 S: klien
1. Mengkaji skala nyeri 5
desember mengatakan
2. Memonitor ttv sakit dibagian
kaki
TD : 110/70 mmhg
O:klien tambak
RR : 20x/m
meringis dan
N : 84x/m memegang
kaki nya skala
T : 37,3c
nyeri 5
3. Mengontrol
A: Masalah
lingkunngan yang dapat nyeri akut
belum teratasi
mempengaruhi nyeri
P : intervesi
4. Mengkaji type dan
dilanjutkan
sumber nyeri
5. Memberikan informasi
prosedur
Gangguan
mobilitas fisik
3. Selasa 13 S:klien
Pukul 13.00 wib
desember mengataka
1. mengkaji kemampuan
2022 kaki nya sakit
pasien dalam mobilisasi
2. Membantu alat bantu di buat jalan
jika klien memerlukan O:klien dibantu
3. membantu klien untuk ibunya ke
menggunakan tongkat kamar mandi
saat berjalan dan cegah A :masalah
terhadap cedera gangguan
4. Mengajarkan pasien mobilitas fisik
belum teratasi
begaimana merubah
P :Intervensi
posisi den berikan
dilanjutkan
bantuan jika di perlukan
Defisit volume
cairan
1. Rabu 14 Pukul 10.00wib
desember 1. Mempertahankan intake S: Ibu klien
2022 ouput yang akurat mengatakan
2. Memonitor vital sign darah di bagian
3. Mengkolaborasi luka kaki lama
pemberian cairan IV berhenti
4. Memberikan cairan oral O : Luka di
kaki terus-
menerus
mengeluarkan
darah
Vital sign :
T : 37,3 C
N : 84x/m
TD : 110/70
mmhg
RR : 20x/m
A: Masalah
defisit volume
cairan teratasi
P : intervensi
dihentikan
Nyeri akut
Pukul 11.00wib
1. Mengkaji skala nyeri3
2. Rabu 14 S: klien
2. Memonitor ttv
desember mengatakan
2022 TD : 110/70 mmhg sakit dibagian
kaki
RR : 20x/m
O:klien tambak
N : 84x/m
meringis dan
T : 37,3c memegang
kaki nya skala
3. Mengontrol
nyeri 5
lingkunngan yang dapat
A: Masalah
mempengaruhi nyeri nyeri akut
belum teratasi
4. Mengkaji type dan
P : intervesi
sumber nyeri
dilanjutkan
5. Memberikan informasi
prosedur
Gangguan
Pukul 13.00 wib
mobilitas fisik
1. mengkaji kemampuan
3. Rabu 14 S:klien
pasien dalam mobilisasi
desember mengataka
2. Membantu alat bantu
2022 kaki nya sakit
jika klien memerlukan
di buat jalan
3. membantu klien untuk
O:klien dibantu
menggunakan tongkat
ibunya ke
saat berjalan dan cegah
kamar mandi
terhadap cedera
A :masalah
4. Mengajarkan pasien
gangguan
begaimana merubah
mobilitas fisik
posisi den berikan belum teratasi
P :Intervensi
bantuan jika di perlukan
dilanjutkan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemofilia merupakan ganguan mengenai faktor pembekuan yang diturunkan melalui
gen resesif pada kromosom x dari kromosom sex.Dialami oleh pria dengan karier
hemofilia dan sering pada bayi dan anak-anaktindakan keperawatan dilakukan dengan
tujuan meminimalkan komplikasi.salah satu upaya dengan memberi informasi pada
keluarga tentang perawatan di rumah
B. Saran
Diharapkan perawat lebih mengerti tentang hemofilia dan disarsnksn perawat lebih
banyak lagi mencari informasi tentang hemofilia sehingga lebih bisa menambah
wawasan sehingga aplikasi pada pasien hemofilia lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
1) Mary E.Muscari. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta
: EGC.
2) Huda, Amin dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction.
3) Wong, L Donna. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta
: EGC.