Disusun oleh:
FAKULTAS KESEHATAN
2021
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi dalam bidang penilaian mata kuliah
Keperawatan Anak yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Hemofilia.
Dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan baik itu dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis
mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan
mendapat amal baik yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian .......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hemofilia merupakan penyakit keturunan dengan manifestasi berupafungsi pembekuan
darah, yang sudah sejak lama dikenal di berbagaibelahan dunia termasuk di Indonesia.
Namunmasihmenyimpan banyak persoalan khususnya masalah harga dan besarnya biaya
perawatan penderita khususnya pemberian komponen darah sehinggasangat memberatkan
penderita ataupun keluarganya.
Penyakit hemofililia _bila d itinjau dari kata demi kata: hemo berartidarah dan filia
berarti suka, hemofilia berarti penyakit suka berdarah. Didaratan eropa hemofilia ini sudah
dikenal sejak beberapa ratus tahun yang lalulalu, penderitanya banyakdari luarga ba ngsawan-
bang sawan kerajaan d iEropa sedang di Amerikapenyakit ini pe rtama kali ditemuka n sekitar
awaltahun 1800 pada seorang anak laki-laki yang diturunkan dari ibu dengancarier hemofilia.
Dugaan adanya penurunan secara genetik hemofiliapertamakalidikenalpadamassa Babylonia,
ketika seorang pendetamemberikan izin untuk dilakukansirkumsisi (suna tan) pada seorang anak
laki-laki dari seorang wanita yangdiketa huimerup akanpemba wahemofilia
(carierhemofilia),hasil terjadi perdarahan yang berat danmengakibatkan kematian.
Pada keadaan normal bila seseorang mengalami suatu trauma atau luka pada pembuluh
darah besar atau pembuluh darah halus/kapiler yangadapada jaringan lunak maka sistem
pembekuan darah/koagulasikaskadee akan bekerjadengan mengaktifkan seluruhfaktor
koagulasisecara beruntun sehingga akhirnya terbentuklah tumpukandarahberupabenan g-
benangfibrin yang kuat dan akan menutup luka atau perdarahan,proses ini berlangsung tanpa
pernah disadari oleh manusia itu sendiridaniniberlangsung selama hidup manusia. Anti pada
penderitahemofilia terjadi akibatya kekuranganFVIIIdanFIXakanmenyeba bkan
pembentukanbekuan darah memerlukanwaktuyang cukuplamadansering membekukan darah y
ang tersebut terbentuk mempuny ai sifat yangkurangbaik, lembek, da n lunak se hingga tidak
efektif menyedot pembuluh darahdarah yang mengalami trauma, hal ini dikenal sebagai prinsip
dasar hemostasismof Nasib penderita kelainan darah hemofilia di Indonesia
masihmemprihatinkan. Dari puluhan ribu penderita yang ada, hanya segelintir sajayang tercatat,
terdiagnosis dan tertangani. Sedangkan sisanya tidak terdiagnosis dan mendapatkan pengobatan
yang sesuai. Berdasarkan data yang dimiliki Himpunan Masyarakat HemofiliaIndonesia
(HMHI), jumlah penderita hemofilia diperkirakan sekitar 20.000orang.Namun hingga Maret
2010, tercatat hanya ada 1.236 penderita he mofiliadan kelainan pendarahan lainnya yang
teregistrasi. Halini menunjukkan barusekitar 5 persen saja kasus yang terdiagnosis. Kondisi yang
memprihatinkantersebut yang melatar belakangi penyusun untuk priayusun makalah ini
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Hemofilia ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Agar masyarakat mengerti dan memahami tentang penyakit hemofilia termasuk gejala dan
tindakan antisipasinya.
Tujuan Khusus
A) Untuk mahasiswa, agar dapat mengalirkan ilmunya kepada masyarakat sehingga tindakan
antisipasi serta perawatan bagipenderita Hemofila dapat dilakukan dengan baikdan benar.
B) Dengan mengetahui informasi tentang penyakit Hemofiliadiharapkan masyarakat dapat
mendukung dan mensupport penderita hemofilia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit genetik/turunan, merupakan suatu bentuk kelainan perdarahan
yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimanaprotein yang diperlukan untuk
membekukan darah tidak ada atau jumlahnya banyaksangat sedikit. Penyakit ini ditandai dengan
sulitnya darah untuk membekusecara normal. Apabila penyakit ini tidak ditangani dengan baik
makaakan menyebabkan kelumpuhan, kerusakan pada persendian hingga cacat dankematian dini
akibat perdarahan yang berlebihan. Penyakit iniditandai denganperdarahan spontan yang berat
dan kelainan sendi yang nyeri dan menahun.
Penyakit ini di turunkan orang tua pada anak melalui kromosom X yang tidak muncul.
Saat Wanita membawa gen hemofilia, mereka tidak terkena penyakit tersebut. ika ayah
menderita hemofilia tetapi sangibu tidak punya gen itu, maka anak laki-laki mereka tidak akan
menderitahemofilia, tetapi anak perempuan akan memiliki gen itu. Jika seorang ibuadalah
pembawa dan sang ayah tidak, maka anak laki-laki akan berisikoterkena hemofilia sebesar 50
persen, dan anak perempuan berpeluang menjadi pembawa gen sebesar 50 perasen.
B. Anatomi FIsiologi
Ciri-ciri Fisik dan Kimia Dari Trombosit
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2 sampai 4
mikrometer. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakarosit, yaitu sel yang sangat
besar dalam susunan hemopoetik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi trombosit,
baik dalam sumsumtulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika mencoba
untuk memasuki kapiler paru. Megakariosit tidak meninggalkan sumsum tulanguntuk
memasuki darah. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialahantara150.000 dan 350.000
permikroliter.
Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional sebagai sebuah sel,walaupun tidak
mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Didalamsitoplasmanya terdapat faktor-faktor
aktif seperti :
1. Molekul aktin dan miosin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot, juga protein
kontraktil lainnya, yaitu tromboplastin, yang dapatmenyebabkan trombosit
berkontraksi.
2. Sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesisberbagai enzim
dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium.
3. Mitokondria dan sistem enzim yang mamapu membentuk adenosintrifosfat dan
adenosin difosfat.
4. Sistem enzim yang mensintesis protaglandin, yang merupakan hormonsetempat yang
menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh darah danreaksi jaringan setempat
lainnya.
5. Suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin.
6. Faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan danpertumbuhan sel
endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah,fibroblas, sehingga dapat
menimbulkan pertumbuhan sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluh darah yang
rusak. Membran sel trombositjuga penting. Dipermukaannya terdapat
lapisanglikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat menghindari pelekatan
padaendotel normal dan justru melekat pada daerah dinding pembuluhyang luka.
C. Patofisiologi
1. Darah mengandung:
A. Darah Plasma
B. Darah Beku :
- eritrosit
- Leukosit
- Trombosit
Disini trombosit mengalami gangguan yang tidak bisamenghasilkan faktor VIII (AHF)
yang menyebabkan darah sukarmembeku.
2. Patogenesis
D. Etiologi
Trombosit tidak dapat membuat faktor VIII (AHF). Faktor Penunjang :
1. Adanya anak perempuan dari seorang pria penderita hemofilia menjadiseorang karier.
2. Kemungkinan 50% anak lelaki dari keturunan anak wanita yang menjadikarier hemofilia.
3. Anak yang dilahirkan dari ayah yang menderita hemofilia dan ibu yangmenderita karier
hemofilia.
4. Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami
hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia danibunya adalah pemabawa sifat
pembawa Daninisangat jarangterjadi.(Lihat penurunan Hemofilia).
5. Sebagai penyaki yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak dini dilahirkan,
akan tetapi pada kenyataannya hemofilia akan terdeteksi di tahun pertama kelahirannya.
6. Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIIIatau faktor IX
kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya,dapat mengalamibeberapa
kaliperdarahan dalamsebulan. kadang-kadang terjadi perdarahan begitu saja tanpa sebab
yang jelas.
7. penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahandibandingkan berat
hemofilia. Perdarahan terkadang terjadi akibat aktivitastubuh yang terlalu berat, seperti
olah ragaraga yang berlebihan.
E. Gejala Hemofilia
Gejala yang mudah diketahui adalah bila terjadi luka yangmenyebabkan sobeknya kulit
permukaan tubuh, maka darah akan terusmengalir dan memerlukan waktu berhari-hari untuk
membeku. Bila lukaterjadi di bawah kulit karena terbentur, maka akan timbul memar/
lebamkebiruan disertai rasa nyeri yang hebat pada bagian tersebut. Perdarahan yangberulang-
ulang pada persendian akan menyebabkan kerusakan pada pengirimansehingga pergerakan
menjadi terbatas (kaku), selain itu terjadi pula kelemahanpada otot di sekitar senditersebut.
Gejala akut yang dialami penderita Hemofilia sulithentikan perdarahan, kaku sendi, tubuh
membengkak, muncul rasa panasdan nyeri pascaperdarahan, Sedangkan pada gejala kronis,
penderitamengalami kerusakan jaringan persendian permanen akibat peradangan
parah,perubahan bentuk pengiriman dan pergeseran pengiriman, penyusutan otot sekitar
pengirimanhingga penurunan kemampuan motorik penderita dan gejala lainnya.Hemofilia dapat
membahayakan jiwa penderitanya jika perdarahan terjadipada bagian organ tubuh yang vital
seperti perdarahan pada otak,akibatnyaadalah :
F. Tingkatan Hemofilia
Hemofilia A dan B di golonggkan dalam 3 tinkatan, yasitu :
Klasifikasi Kadar factor VII dan factor IX di dalam darah
Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VAKU AKU
AKUatau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami
beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang – kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa
sebab yang jelas.
Apa yang menakutkan saya sebagai penderita hemofilia adalah bahwa saya dapat
memperoleh faktor yang telah terkontaminasi…. Hal ini edihnya bila aku mengalami
pendarahan, dan kesal karena aku akan disuntik. Teman-teman akan mentawakan aku.
Tapiakhirnya aku tidak terlalu merasa sepi sendiri, karena adikku juga menderita hemofilia.Saya
berharap mereka akanmenemukan obatnya.---
Hemofilia tidak hanya merupakan masalah medis atau biologissemata, namun juga
mempunya dampak psikososial yang dalam. Pengaruhorang dengan hemofilia sebaiknya tidak
hanya memperhatikan masalahfisiologis-nya saja,misal mengontrol perdarahanny a dan
mencegahtimbulnya gangguan fisik, tetapi juga diharapkan mempunyai perhatianpada berbagai
gangguan alam perasaannya, rasa tidak amannya, rasaterisolasi dan masalah keluarga
terdekatnya (orangtua, istri, anak dansaudara kandung). Memang benar, mengontrol
perdarahannya adalah halyang terpenting dalam kehidupan seorang pasien, namun apakah ini
cukupuntuk mengantarkannya menuju kehidupan yang manis danmenyenangkan?. Kini kita
mengetahui semakin banyak data yangmenunjukkan bahwa faktor-faktor psikologis tidak hanya
mempunyai efek pada kualitas hidup seseorang tetapi juga dapat mempengaruhi berbagaifungsi
biologinya.
Setiap orang dengan hemofilia tumbuh kembang dalam suatulingkungan keluarga dan
budaya yang unik / spesifik. Juga denganberbagai variasi kebutuhan, ketakutan, perhatian dan
harapan yangberbeda-beda. Masalah psikososial membutuhkan penanganan yang hati-hati.
Setiap kasus mempunyai permasalahan yang berbeda, alkibat dari adanya perbedaan latar
belakang budaya, agama ataupun etik, juga sitem penanggulangankesehatan yang tidak sama.
Oleh karena itu dalam membantu seorang pasien hemofilia dandia membutuhkan pendekatan
satu tim interdisiplin, yang bisa membina hubungan yang baik dengan anak dan keluarganya.
2. Psikodinamika Timbulnya Permasalahan Psikososial Pada Hemofilia
Timbulnya suatu penyakit yang kronis – seperti pada hemofilia – dalam suatu keluarga
memberikan tekanan pada sistem keluarga tersebutdan menuntut adanya penyesuaian antara si
penderita sakit dan anggotakeluarga yang lain. Penderita sakit ini sering kali harus
mengalamihilangnya otonomi diri, peningkatan kerentanan terhadap sakit, bebankarena harus
berobat dalam jangka waktu lama. Sedangkan anggotakeluarga yang lain juga harus mengalami
“kehilangannya” orang yang mereka kenal sebelum menderita sakit (berbeda dengan kondisi
sekarang setelahorang tersebut sakit), dan kini (biasanya) mereka punyatanggung jawab
pengasuhan.
Kondisi penyakit kronis ini menimbulkan depresi pada anggotakeluarga yang lain dan
mungkin menyebabkan penarikan diri atau konflik antar mereka. Kondisi ini juga menuntut
kondisi yang luar biasa darikeluarga. Contohnya, keluarga mungkin sensitif dengan panik dan
takutserta menimbulkan tekanan yang berat terhadap sistem keluarga. Merekamungkin juga puas
dengan sikap bermusuhan, yang ada kaitannyadengan prognosis yang buruk.
Madden dan kawan-kawan meneliti respon emosi ibu yangmenunya anak hemofilia,
dikatakan bahwa respon ibu bervariasi darisikap menerima sampai mengalami gangguan
psikologis yang berat. Rasa takutakan akibat pengobatan yang akan diterima anaknya, seperti
sakit,handicap, bahkan kemungkinan meninggal, menjadi masalah utama bagiuntuk ibu ini.
Sikap ibu yang bisa menerima kondisi anak sepenuhnya akandapat berpengaruh positif pada
menyesuaian disi si anak tersebut.
1. Masa Bayi
Apabila seorang bayi dengan hemofilia lahir, ia tidak ada bedanyadengan bayi-bayi
mungil yang lain. Ia tumbuh kembang seperti bayi-bayiyang lain. Adanya riwayat keluarga
dengan hemofilia, membuat perilakuorangtua akan dipengaruhi oleh pengalaman keluarga
tersebut dalammengasuh bayinya. Jika terdapat pengalaman buruk seperti riwayatperdarahan
yang menakutkan, tindakan operasi yang gagal atau adanyakematian usia muda, biasanya
orangtua akan lebih cemas menghadapikondisi bayinya. Hal ini dapat berdampak pada pola
asuh mereka, yangdapat menjadi overprotektif dan permisif. Kondisi ini dapat
berkembangmenjadi pola asuh yang negatif dengan segala dampak psikologisnya.
Masa ini merupakan masa yang menyenangkan bagi semua anak,termasuk anak dengan
hemofilia. Hari-hari pertama masuk sekolamerupakan saat-saat yang diharapkan karena anak-
anak ini akan memiliki banyak kesempatan untuk dapat bermain dan bergabungdengan teman-
temannya. Bila sebelumnya mereka telah melalui pra-sekolah, biasanya orangtua akan lebih
dapat menghilangkan perasaancemasnya ketika harus meninggalkan anaknya diasuh/di
bawahpengawasan orang lain / guru. Orang tua biasanya telah membekalianaknya dengan
berbagai informasi tentang keadaannya dan kepada siapaharus dihubungi bila terjadi perdarahan
/ kecelakaan dan sebagainya.Anak akan tumbuh kembang dengan penuh rasa percaya diri dan
bisamengatasi masalahnya dengan mandiri.
4) Masa Remaja
Merupakan masa yang paling indah untuk dibubarkanmasa yang lain sepanjang hidup
manusia. Kelompok umur ini terasakemampuan diri yang besar dan dapat melakukan semua hal
yang mereka lakukaninginkan. Walau kenyataanya tidak seperti itu, karena secara finansial,
jugasecaraemosionalmasihadaketergantunganyangbesarkepadaorangtuanya. Namun dengan
kepercayaan diri yang tinggi mereka akantumbuh menjadi manusia dewasa yang mandiri dan
mampu beradaptasidengan berbagai stressor yang ada.
Walaupun ia seorang anak dengan hemofilia, bila dasarpengasuhan orangtuanya baik, dia
bisa tumbuh kembang seperti anak remaja lainnya. Anti pada anak dengan hemofilia,
denganorangtua yang overprotektif dan selalu cemas, mereka akan tumbuhdengan perasaan dan
pola pikir yang negatif, selalu merasa diri lebih rendah dibanding anak lain (“minder”), tidak ada
rasa percaya diri, cemas, depresi bahkan rasa putus asa sering menghadapi masa
depannyamuncul. Yang paling mudah terdeteks adalah prestasi belajarnya yang menurun,
bahkan sampai putus sekolah.pergaulan yang membuatnya terisolasi peer group-nya.
1. Penghambat timbulnya.
Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsentrat faktor VIII
atau faktor IX sebagai benda asing dan menghancurkannya.Inhibitor adalah cara tubuh
untuk melawan apa yang dilihatnya sebagaibenda asing yang masuk. Hal ini berarti
segera setelah konsentrat faktordiberikan tubuh akan melawan dan akan
menghilangkannya.
3. Infeksi yang ditularkan oleh darah seperti HIV, hepatitis B dan hepatitis Cyang ditularkan
melalui faktor konsentratpada waktu sebelumnya.Dalam 20 tahun terakhir, komplikasi
hemofilia yang paling seriusadalah infeksi yang ditularkan oleh darah. Di seluruh dunia
banyak penderita hemofilia yang tertular HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Merekaterkena
infeksi ini dari plasma, cryopresipitat dan khususnya darifaktor konsentrat yang dianggap
akan membuathidup mereka normal.
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Anamnesa adalah suatu
proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak klien dan keluarga bertukar
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan pikiran dan perasaan, mencakup keterampilan secara verbal dan nonverbal,
empati dan
rasa kepedulian yang tinggi.
a. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehatan. Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit .
b. Riwayat penyakit sekarang
Adalah penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan
dibawa ke rumah sakit. Upaya yang telah dilakukan klien atau keluarga dalam
kaitannya usaha untuk mengurangi keluhan yang terjadi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit
saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi
penyakit yang di derita klien saat ini.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah di dalam keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat penyakit yang
sama seperti yang di alamai oleh pasien, ataupun penyakit keturunan maupun
menular.
C. Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian fisik ini dapat menggunakan Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai
dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. Pola nutrisi
- Frekuensi makan dan minum baik sebelum sakit maupun saat sakit
- Jenis makanan dan minuman baik sebelum sakit maupun saat sakit
- Porsi makanan baik sebelum sakit maupun saat sakit
2. Pola eliminasi
- Frekuensi BAK dan BAB baik sebelum sakit maupun saat sakit
- Konsistensi BAB baik sebelum sakit maupun saat sakit
- Warna BAK dan BAB baik sebelum sakit maupun saat sakit
F. Terapi / Obat
Terapi yang akan di berikan kepada pasien baik berupa terapi farmakologi dengan obat
G. Data Penunjang
Data penunjang bisa berupa hasil laboratorium, CT-scan, MRI, Rongten
H. Dagnosis Keperawatan
1. Resiko cedera b.d ketidak normalan profil darah (D.0136)
2. Resiko perdarahan b.d gangguan koagilasi (D.0012)
3. Ketidakmampuan koping keluarga b.d resistensi keluarga terhadap
perawatan/pengonbatan yang komples (D.0093)
I. Intervensi Keperawatan
Observasi : Monitor dan gejala pendarahan, monitor nilai hemogoblin sebelum dan
sesudah kehilangan darah.
Teraupetik : Pertahankan bed rest selama perdarahan, batasi Tindakan invasive
Edukasi : Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi,
anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan,anjurkan meningkatkan asupan
makandan vitamin k.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Mehta P, Reddivari AKR. 2021. Hemophilia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551607/
Douglas A Drelich MD. 2020. Hemophilia. Medscape. Emedicine.
https://emedicine.medscape.com/article/779322-overview
Marianne Belleza RN. 2021. Hemophilia Nursing Care Management. Nurses Lab.
https://nurseslabs.com/hemophilia/
Joel L Moake MD. 2020. Hemophilia. Baylor College of Medicine. MSD Manual.
https://www.msdmanuals.com/professional/hematology-and-oncology/coagulation-
disorders/hemophilia
Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan Gejala Penyakit.
Jakarta: PT Indeks
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta