Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNIK ISOLASI

Oleh :

Nama : Novinda Walangitan


Nim : 1614201266
Kelas : A4
Dosen : Ns. Samuel Kumajas, S.Kep.,M.Kep

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

FAKULTAS KEPERAWATAN

MANADO

2020
KATA PENGANTAR

Segalah puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

rahmat-NYA sehingga saya bisa menyelesaikan Makalah ini, dengan judul “ Teknik Isolasi “ ,

akan tetapi penulis sadari meskipun banyak masukan, arahan, bimbingan yang diberikan bagi

Dosen Manajemen Kegawatdaruratan sebagai upaya penyempurnaan dalam penyusunan

Makalah ini, penulis merasakan bahwa Makalah ini masih jauhdari kesempurnaan dan banyak

kekurangan. Hal ini merupakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, dan bukan

merupakan suatu kesengajaan.

Dengan kerendahaan hati penulis mengharapkan adanya masukan, kritik serta saran yang

bersifat membangun guna kesempurnaan Makalah ini.

Dalam kesempatan yang baik ini dan dengan kerendahaan hati serta penuh rasa hormat

yang tinggi penulis menghanturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat:

1. Ns Samuel Kumajas S.Kep.,M.Kes

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………..….…4


B. Rumusan Masalah……………………………………………………..……..4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….....4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Ruang Isolasi……………………………………….…………...5


B. Kategori Isolasi yang memerlukan perhatian……………………………….5
C. Prosedur Perawatan Ruang Isolasi ………………………………………….10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………..…………………14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…..15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien
dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan
medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan
mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular
agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas
kesehatan. CDC telah merekomendasikan suatu “Universal Precaution atau Kewaspadaan
Umum” yang harus diberlakukan untuk semua penderita baik yang dirawat maupun yang
tidak dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah penyakit yang diderita penularanya
melalui darah atau tidak.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita (sekresi
tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina, jaringan, Liquor
Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura, peritoneum, pericardial dan amnion) dapat
mengandung Virus HIV, Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya yang ditularkan melalui
darah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Ruang Isolasi?
2. Apa saja Kategori Isolasi Yang Memerlukan Perhatian ?
3. Bagaimana Prosedur Perawatan di Ruang Isolasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ruang Isolasi
2. Untuk mengetahui Kategori Isolasi yang Memerlukan Perhatian
3. Untuk mengetahui Prosedur Perawatan Ruang Isolasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ruang Isolasi


Ruang Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi
menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang yang terinfeksi
selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau mengurangi
terjadinya penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang atau binatang yang
rentan ( Garner,JS dan Samsons,DT. 1983 dalam Barbara C. Long 1996 )

B. Kategori Isolasi yang memerlukan perhatian


1. Isolasi ketat
Isolasi ketat dilaksanakan guna mencegah infeksi yang sangat mudah menular atau
tingkat virulensinya sangat tinggi yang bisa menyebar melalui udara dan kontak.
Penyakit-penyakit yang perlu isolasi ketat adalah difteri faring, pes paru-paru, cacar,
varicella, zoster (pada pasien dengan daya tahan tubuh menurun) .Spesifikasi untuk
isolasi ketat sebagai berikut :
a. Menentukan ruang tersendiri ; pintu harus terus tertutup. Pada umumnya pasien yang
infeksi dengan organisme yang sama boleh disatukan
b. Semua orang yang masuk ke kamar harus memakai masker, celemek, dan sarung
tangan
c. Harus mencuci tangan setelah meraba pasien atau alat-alat yang angat tercemar dan
sebelum menolong pasien lain.
d. Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus dibuang atau dimasukkan ke dalam
kantong yng disertai etiket sebelum dikirim ke tempat dekontaminasi dan sebelum
dilakukan proses

2. Isolasi kontak
Isolasi kontak dilaksanakan guna mencegah infeksi-infeksi yang daya yang tidak
memungkinkan isolasi ketat. Semua penyakit dan kondisi yang termasuk kepada kategori
ini ditularkan terutama karena berdekatan atau kontak langsung. Jadi masker, celemek,
dan sarung tangan dianjurkan dipakai kepada siapa saja yang berhubungan dekat atau
kontak langsung dengan pasien yang menderita infeksi atau koloni yang termasuk ke
dalam kategori infeksi. Untuk penyakit atau kondisi tertentu, sesungguhnya
ketiga cara pencegahan tersebut tidak perlu dipakai. Contoh, masker dan sarung tangan
umumnya tidak dianjurkan pada bayi dan anak-anak dengan infeksi virus dari
respiratori, celemek tidak dianjurkan pada konjungtivitis gonorhoea pada bayi yang baru
lahir, dan masker tidak dianjurkan pada perawatan pasin dengan infeksi campuran dari
mikro organisme yang resisten, kecuali pneomoni. Penyakit yang memerlukan isolasi
kontak yaitu infeksi akut respiratori pada bayi dan balita, termasuk parotitis, pilek,
bronkhitis, bronkhitis yang disebabkan oleh virus syncytial respiratori, virus adenoid,
virus corona, virus influenza, virus paraininfluenza, virus hidung. Spesifikasi isolasi
kontak sebagai berikut :
a. Menentukan ruang tersendiri. Paa umumnya pasien dengan infeksi organism yang
sama boleh disekamarkan. Pada waktu terjadi wabah sindroma respiratori klinis yang
sama boleh disatukamarkan.
b. Masker dianjurkan bagi mereka yang mendekati pasien
c. Celemek dipakai bila mungkin akan terkotori
d. Sarung tangan dipakai bila meraba barang-barang yang tercemar.
e. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang potensial
terkontaminasi sebelum merawat pasien yang lain
f. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan yang terinfeksi harus dibuang atau
dikantongi disertai etiket sebelum dikirim kebagian dekontaminasi dan
diproses kembali. ( Garner,JS dan Samsons,DT. 1983 dalam Barbara C. Long 1996 )

3. Isolasi respiratori
Isolasi respiratori ditunjukkan untuk mencegah penularan penyakit infeksi
terutama untuk jarak dekat mellui udara ( droplet infection) terjadi penularan
langsung atau tidak oleh infeksi-infeksi yang termasuk dalam kategori, tapi tidak jarang
terjadi. Penyakit-peyakit yang memerlukan isolasi respiratori yaitu epiglotis,
haemophilus,influenzae, erithema infectiosum, parotitis, meningitis, pneumonia
mengingicocal, campak, pertussis.

Spesifikasi isolasi respiratori sebagai berikut :


a. Ruang terpisah, tapi pada umumnya yang yang infeksi organisme yang sama
boleh disatukamarkan
b. Masker dianjurkan bagi yang mendekati pasien
c. Celemek dan sarung tangan tidak dianjurkan
d. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang potensi
terkontaminasi dan sebelum merawat orang lain
e. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan infeksi harus dibuang atau
dimasukkan kedalam kantong disertai etiket sebelum dikirim ke tempat
dekontaminasi atau diproses kembal.

4. Isolasi tuberculosis (AFB)


Isolasi tuberculosis adalah kategori isolasi pasien-pasien tuberculosis pulmonary yang
pemeriksaan dahak positif atau x-ray thoraknya menduga tuberculosis.
Tuberculosis laring juga termasuk dalam kategori ini. Pada umumnya bayi dan balita
yang menderita tuberculosis tidak memerlukan isolasi karena ereka jarang berbatuk dan
sekresi bronkhialnya sedikit mengandung AFB bila dibandingkan dengan
tuberculosis paru-paru dari orang dewasa. Spesifikasi isolasi tuberculosis :
a. Ruang tersendiri dengan ventilasi khusus, pintu harus selalu tertutup. Pada
umumnya orang yang menderita infeksi yang sama bisa di satukamarkan
b. Masker dianjurkan bagi yang mendekati pasien dan untuk pasien itu sendiri.
c. Celemek hanya dianjurkan bila pasien bila mungkin terjadi pencemaran kepada
pasien.
d. Sarung tangan tidak dianjurkan
e. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang potensi
terkontaminasi dan sebelum merawat orang lain
f. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan infeksi harus dibuang atau
dimasukkan kedalam kantong disertai etiket sebelum dikirim ke tempat
dekontaminasi atau diproses kembali

5. Kewaspadaan enteric
a. Tujuan : mencegah infeksi yang ditularkan oleh kontak langsung atau tidak langsung
dengan feses.
b. Kondisi penyakit : kolera, hepatitis, gastroenteritis akibat organisme infeksius.
c. Ruangan : ruangan terpisah bila higiene pasien buruk, pasien dengan infeksi oleh
organisme yang sama dapat brada dalam satu ruangan yang sama.
d. Peralatan pelindung :
1) Jubah : diindikasikan bila akan ada pengotoran.
2) Sarung tangn : diindikasikan ketika akan menyentuh bahan infeksius.
3) Masker diperlukan ila pasien batuk-batuk dan tidak menutup mulut
e. Kewaspadaan : peralatan harus dibersihkan dan didesinfeksi secara
menyeluruh atau dibuang

6. Kewaspadaan drainase dan secret


a. Tujuan : mencegah tranmisi organisme lewat kontak dengan bahan nanah atau
drainase dari bagian tubuh yang mengalami infeksi
b. Kondisi penyakit : abses, infeksi luka bakar, luka yang terinfeksi
c. Ruangan : tidak ada indikasi pemisahan ruangan
d. Peralatan pelindung :
1) jubah diperlukan bila akan ada pengotoran dari bahan yang terimfeksi
2) sarung tangan diidikasikan bila akan menyentuh bahan yang terinfeksi
3) masker tidak diindikasikan
4) pelindung mata bila ada resiko tinggi terpapar cipratan
e. kewaspadaan : peralatan harus dibersihkan dan didesinfeksi secara
menyeluruh dan dibuang

7. Kewaspadaan umum terhadap darah dan cairan tubuh


a. Tujuan : mencegah kontak dengan darah atau cairan tubuh yang mengandung darah.
b. Kondisi penyakit : HIV, hepatitis B, sifilis.
c. Ruangan : ruangan terpisah bila higine pasien buruk.
d. Peralatan pelindung
1) Jubah diindikasikan selama prosedur yang kemungkinan akan
menghasilkan cipratan darah atau cairan tubuh
2) Sarung tangan diindikasikan ketika menyetuh darah atau cairan tubuh yang
mengandung darah, membran mukosa atau kulit semua pasien yang tidak utuh
3) Masker diindikasikan selama prosedur yang kemungkinan akan
menghasilkan percikan darah.
4) Pelindung mata diindikasikan jika diperkirakan akan ada cipratan atau semburan.
e. Kewaspadaan
1) Buang atau bungkus dan beri label peralatan yang terkontaminasi dengan
darah atau cairan tubuh.
2) Desifeksi dan sterilisasi peralatan.
3) Hindari tusukan jarum.
4) Buang jarum yang sudah digunakan ke dalam wadah yahan tusukan.
5) Bersihan tumpahan darah segera dengan larutan sedimen hipoklarit atau pemutih.

8. Perawatan pasien yang mengalami imunosupresi berat


a. Tujuan : melindungi pasien dengan imunitas dan kekebalan yang rendah agar jangan
sampai terjangkit organisme infeksius
b. Kondisi penyakit : leukimia, linfoma, anemia, anemia aplastik
c. Ruangan : ruangan terpisah
d. Peralatan pelindung
1) Jubah diperlukan
2) Sarung tangan diperlukan
3) Masker diperlukan untuk semua personil yang akan melakukan kontak dengan
asien
e. Kewaspadaan : gunakan sarung tangan steril untuk luka terbuka atau luka bakar.
C. Prosedur Perawatan Ruang Isolasi
1. Tujuan
a. Menghindari penyebaran dan penularan penyakit
b. Memudahkan perawatan
c. Memberikan ketenangan dan rasa aman bagi klien

2. Dilakukan pada
a. Klien yang mengidap penyakit menular
b. Klien yang dicurigai mengidap penyakit menular
c. Klien yang gelisah atau mengganggu pasien lain
d. Klien yang memerlukan perawatan khusus
e. Klien yang sedang sakratul maut

3. Persiapan alat
Pemilihan peralatan bergantung pada tipe perawatan yang diberikan pada klien
(misalnya, alat-alat untuk memberikan obat, alat-alat untuk kebersihan, lat-alat untuk
mengganti sprai tempat tidur)

4. Prosedur pelaksanaan
a) Perhatikan insturuksi dokter untuk memastikan jenis isolasi yang dibeikan sesuai
dengan penyakit klien.
R/ jenis toleransi akan mengelompokan jenis pakaian pelindung yang digunakan dan
kewaspadaan yang harus ditakuti

b) Perhatikan kebijakan dan menual prosedur atau kebijakan pengawasan infeksi


institusi sebagai kewaspdaan yang harus diikuti.
R/ setiap institusi memerlukan pedoman yang bervariasi

c) Telaah hasil pemeriksaan laboratorium untuk menentukan jenis


mikroorganisme yang menyebabkan klien diisolasi.
R/ Memungkinkan anda untuk mengetahui mikroorganisme apa yang menginfeksi
klien dalam media apa mikroorganisme tersebut diidentifikasi (misalnya sputum,
darah, luka). Informasi ini memudahakan anda untuk melakukan tindakan
kewaspadaan yang tepat ketika mengalam i eksudat terinfeksi atau drainase

d) Pertahankan jenis tindakan perawatan atau prosedur yang akan dilakukan


diruangan klien.
R/ Membantu anda mengantisipasi kebutuhan terhadap ala-alat, waktu yang anda
sesuaikan ketika diruangan, dan mengoordinasikan aktivitas anda

e) Siapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan


R/ Mencegah tuntutan untuk bolak balik keruangan beberapa kali yang
meningkatkan resiko infeksi

f) Cuci tangan
R/ Mengurangi transmisi mikroorganisme

g) Kenakan skort, masker dan sarung tangan dengan tepat


1) Kenakan skort, pastikan skort ini menutup semua bagian luar pakaian.
Pakaian pelindung masker dan sarung tangan mencegah teransmisi organism
perawat dan melindungi perawat dari kontak dengan patogen infeksi
2) Kenakan sarung tangan sekali pakai. Jika digunakan dengan skort masukan
tepi skort kedalam lipatan sarung tangan
3) Gunakan masker bedah sekitar mulut da hidung, ikat dengan kuat.

h) Masuki ruangan klien. Atur bahan dan peralatan. Jika peralatan tidak akan dibuang
dari ruangan untuk penggunaan ulang bungkus dengan handuk bersih.
R/ Mencegah kontaminasi alat

i) Kaji tanda-tanda vital


1) Letakan kertas disamping tempat tidur. Letakan sehelai kertas tambahan
diatasnya
Membantu menghindari kontak badan bersih pada lingkungan terkontaminasi di
ruangan iaolasi
2) Letakan jam diatas handuk agar mudah dilihat
3) Jika peralatan masih sidalam ruangan, lanjutkan pengkajian tanda-tanda vital
dengan prosedur rutin. Hindari kontak stetoskop atau menset tekanan darah
dari bahan terinfeksi
4) Tuliskan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada selembar kertas
5) Jika stetoskop akan digunakan ulan, bersihkan diafragma atau bell dengan
alkohol. Simpan ditempat yang bersih.

j) Berikan obat.
1) Berikan obat oral dalam pembungkusa atau mangkuk
Bahan-bahan ditangani dengan baik dan dibuang uantuk meminimilkan
pemindahan mikroorganisme
2) Buang pembungkus atau mangkuk kedalam wadah plastik
3) Berikan injeksi saat menggunakan sarung tangan
4) Buang sput kedalam wadah khusus

K) Dorong hygiene
1) Hindari jangan sampai skort menjadi basah
2) Bantu klien melepaskan skort, buang dalam kantong linen khusus
3) Lepaskan linen dari tempat tidur, jka terlalu kotor hindari kontak dengan
gaun anda. Buang dalam kantonh linen khusus
4) Pasang kembali linen tempat tidur yang bersih
5) Ganti sarung tangan jika terlalu kotor dan diperlukan perawatan khusus

L) Kumpulkan specimen
1) Letakan spesimen darah dan cairan tubuh dalam wadah yang baik dengan
penutup yang kuat untuk mencegah kebocoran selama pengiriman
2) Letakan wadah spesimen pada kertas dikamar mandi klien
3) Kumpulkan spesimen yang diperlukan dengan teknik yamn tepat.
Pindahkan spesimen kewadah dengan meminimalkan kontak pada tangan
menggunakan sarung tangan dengan permukaan luar wadah
4) Perikssa dan pastikan wadah spesimen telah tertutup rapat dan
permukaan bagian luar wadah tidak kotor. Pindahkan wadah kekantong plastic
bersih
5) Beri label pada wadah spesimen dengan nama klien. Kiri
kelaboratorium

m) Buang kantong linen dan sampah jika sudah penuh


1) Gunakan kantong khusus untuk menampung alat kotor jika alat tersebut
tahan dan kuat terhadap kelembaban
2) Ikat kan tong dengan kuat pada bagian atas

n) Sediakan kembali peralatan yang dibutuhkan diruangan dengan meminta


orang lain memindahkan peralatan tersebut dari pintu’

o) Tinggalkan ruangan isolasi


1) Lepaskan ikatan skort pada pergelangan. Lepaskan sarung tangan dengan
menggengam ujung salah satu sarung tangan dan tarik, balikan sarung tangan
bagian luar. Lalu dengan tangan yang tidak bersarung tangan,
sususpkan tangan kebagian pergelangan tangan yang masih bersarung tangan,
tarik bagian dalam keluar
2) Lepaskan ikatan atau tarik masker dari telinga anda dan buang dalam wadah
3) Lepaskan ikatan skort pada leher, dan biarkan skort jatuh dari bahu.
Lepaskan tangan dari lengan skort. Pegang skort bagian dalam pada bahu dan
lipat dari dalam keluar, taruh pada kantong cucian
4) Cuci tangan anda
5) Keluarkan kembali jam tangan dan stetoskop, hati-hati untuk tidak
menyentuhnya. Catat tanda-tanda vital.
6) Beri tahu klien kapan anda datang kembali keruangan. Tanyakan apakah
anda memerlukan alat perawatan pribadi
7) Tinggalkan ruangan tutup pintu dengan baik

p) Catat tanda-tanda vital dan prosedur lain sesuai pedoman untuk setiap
keterampilan pada catatan perawat
BAB III
PENUTUP

A. Keseimpulan
Ruang Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi
menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang yang
terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang atau
binatang yang rentan.
Kategori Isolasi yang memerlukan perhatian :Isolasi ketat, Isolasi kontak, Isolasi
respiratori, Kewaspadaan enterik, Isolasi tuberculosis (AFB), Kewaspadaan drainase dan
sekret, Kewaspadaan umum terhadap darah dan cairan tubuh, Perawatan pasien yang
mengalami imunosupresi berat.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long.1996. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC

Annamma Jacob,dkk.2014.Crinical Nursing Procedures. Jakarta : EGC

Ester,Monica,dkk. 2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta : EGC,

Anne Griffin Perry,dkk. 2005.Keterampilan dan Prosedur Dasar ed-5.Jakarta : EGC,

Ns.Eni Kusyati,S.Kep,dkk. 2006.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.Jakarta : EGC,

Anda mungkin juga menyukai