Anda di halaman 1dari 6

CRITICAL INSIDENCE REPORT

Nama Mahasiswa : NOVITA NIPA


NIM : R014172024

1. Pendahuluan
a. Tindakan Keperawatan yang dilakukan: Latihan Rentang Pergerakan Sendi atau
Range of Motion (ROM)
1) Nama pasien : Tn. D
2) Diagnosa medis : Paraparese upper motor neuron ecausa spondilitis TB
3) Kondisi pasien :
DO :
 Keadaan umum pasien lemah
 GCS : E4M6V5
 Kekuatan otot : lemah pada kedua tungkai/kaki

5 5
 Atrofi
3 otot : terlihat
3 ada pada kedua kaki
 Tonus otot : pada kedua kaki tidak ada
DS :
 Pasien mengeluh pada kedua tungkai belum dapat digerakkan
4) Tanggal dilakukan : Kamis, 5 April 2018
5) Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

b. Definisi :
Latihan range of motion (ROM) adalah kegiatan latihan yang bertujuan untuk
memelihara fleksibilitas dan mobilitas sendi. Latihan ROM dapat menggerakkan
persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak
menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan (Tseng,et.al, 2007).
Ada 2 jenis latihan ROM, yakni ROM aktif dan ROM pasif. Latihan aktif range
of motion (ROM aktif) adalah latihan gerak isotonik (terjadi kontraksi dan pergerakan
otot) yang dilakukan sendiri oleh klien dengan menggerakkan masing-masing
persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal. Hal ini dapat
meningkatkan kemandirian dan kepercayaan dari klien. Sedangkan ROM pasif
diberikan pada pasien yang sedang bedrest atau mengalami keterbatasan dalam
pergerakan. Latihan ROM pasif ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan
kontraktur pada sendi. Pasien yang tidak dapat melakukan ROM aktif, dapat dibantu
oleh perawat atau tenaga kesehatan lain dalam melakukan latihan ROM.
c. Tujuan Tindakan :
1) Mempertahankan fungsi mobilitas sendi
2) Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang berkurang
karena proses penyakit, kecelakaan atau tidak digunakan
3) Mencegah komplikasi dari imobilisasi seperti atropi otot dan kontraktur
4) Mencegah kontraktur, atoni (otot kehilangan kemampuan untuk berkembang), dan
atropi otot
5) Menstimulasi sistem sirkulasi, mencegah terjadinya thrombus dan emboli
6) Mempertahankan fleksibilitas sendi
d. Prinsip dan Rasional Tindakan :
1) Jangan memegang sendi secara langsung tapi pegang ekstremitas secara lembut
pada bagian distal atau proksimal sendi. Bila perlu memegang sendi, buatlah
telapak tangan seperti mangkuk dan letakkan di bawah sendi agar sendi dapat
ditahan
2) Jangan memegang ekstremitas pada kuku kaki atau kuku tangan terlebih jika
bagian tersebut memiliki kelemahan otot. Hal ini dilakukan untuk mencegah
bagian estremitas dapat mudah jatuh dari pegangan pemeriksa
3) Bekerja mulai dari arah proksimal ke arah distal
4) Aman dan nyaman sehingga pasien dapat bekerjasama dengan baik
5) Jika pasien sadar, yakinkan untuk mengetahui alasan latihan ROM dilakukan
6) Sendi tidak boleh digerakkan melebihi rentang gerak bebasnya. Sendi digerakkan
ke titik tahanan dan dihentikan pada titik nyeri untuk memberi kenyamanan pasien
7) Posisikan pasien dalam keadaan tubuh lurus/telentang jika berbaring di tempat
tidur
8) Berikan gerakan lembut, perlahan dan berirama
9) Latihan diterapkan pada sendi sesuai proporsional untuk menghindari pasien
mengalami ketegangan atau injuri otot serta kelelahan
10) Latihan harus dihentikan dan beri kesempatan pasien beristirahat jika terjadi
spasme otot dengan manifestasi kontraksi otot secara tiba-tiba dan terus menerus
11) Latihan dapat diintegrasikan dengan aktivitas keperawatan lainnya, seperti
memandikan, memberi pendidikan kesehatan, dll.
e. Prosedur kerja
1) Mengecek program terapi medik
2) Mencuci tangan
3) Mengucapkan salam terapeutik
4) Jaga privasi pasien dengan menutup tirai di samping pasien
5) Mengkaji keluhan dan gejala spesifik pada pasien
6) Dekatkan pasien dengan posisi perawat berdiri
7) Buat posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja (sesuai dengan tinggi
perawat)
8) Lakukan latihan sesuai kebutuhan pasien (sebaiknya dalam posisi supinasi)
a) Bagian kepala : membuka dan menutup mulut 3-6 cm, pergerakan lateral
(dagu ke arah kiri dan kanan 1-2 cm)
b) Leher : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, lateral fleksi, dan rotasi
c) Bahu : adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, internal rotasi, eksternal rotasi
d) Siku : fleksi dan ekstensi
e) Pergelangan tangan : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, pronasi, supinasi
f) Jari-jari tangan : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,adduksi, oposisi
g) Bagian pinggul/pangkal paha : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal
rotasi, eksternal rotasi, circumduksi
h) Pada bagian lulut : fleksi dan ekstensi
i) Pergelangan kaki : dorsofleksi dan plantar fleksi
j) Kaki : inversi dan eversi
k) Jari-jari kaki : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, dan adduksi
9) Bantu pasien ke posisi semula yang nyaman
10) Mengevaluasi respon pasien
11) Mencuci tangan
2. Kesenjangan antara teori dan praktik
Pada tanggal 5 April 2018, dilakukan wawancara dan pengkajian latihan ROM pada
Tn.D dengan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik. Sesuai dengan diagnosa
keperawatan pada pasien tersebut, intervensi yang dapat diberikan salah satunya ialah
terapi latihan: mobilitas (pergerakan sendi). Terapi ini merupakan penggunaan gerakan
tubuh baik aktif maupun pasif untuk meningkatkan atau memelihara kelenturan sendi.
Dalam intervensi tersebut, aktivitas yang dapat diberikan kepada pasien yakni
mendukung dan melakukan latihan ROM aktif atau ROM pasif, sesuai indikasi dan
menginstruksikan pasien/keluarga cara melakukan latihan ROM (Bulechek, et.al, 2016).
Dari wawancara yang dilakukan, pasien mengatakan bahwa selama menjalani
perawatan di ruang rawat inap belum pernah diajarkan latihan ROM. Pasien hanya
diberitahu untuk melatih mengangkat kaki. Tindakan tersebut benar salah satu dari latihan
ROM namun jika melihat kondisi pasien yang walaupun tingkat kesadaran
komposmentis, ROM aktif tidak dapat dilakukan. Pasien membutuhkan pendampingan
untuk melakukan latihan ROM karena kedua kaki lemah dan sama sekali tidak dapat
digerakkan. Hasil analisa tersebut menunjukkan pentingnya edukasi/pendidikan kesehatan
kepada keluarga (bila ada) untuk membantu pasien melakukan latihan ROM. Namun, jika
melihat kondisi Tn.D juga yang terkadang sendiri tanpa ada keluarga yang mendampingi,
seharusnya pihak tenaga kesehatan yang secara langsung memberikan latihan ROM
kepada pasien.
Dengan masalah keperawatan tersebut, tentunya sangat membutuhkan peran aktif
dari tenaga kesehatan untuk care kepada pasien. Hal yang penulis dapatkan di lapangan
berbeda dengan beberapa artikel penelitian yang menunjukkan hasil pengaruh latihan
ROM dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke. Dari beberapa peryataan dan
alasan tersebut, pasien tertarik untuk menyusun Critical Incidence Report dalam hal
pemberian latihan ROM.
3. Analisa berdasarkan Evidence based practice
a. Artikel 1
Artikel pertama berjudul “Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot pada Pasien Stroke Iskemik di RSUDZA Banda Aceh
Tahun 2011”. Desain penelitian quasy experiment with control group pretest-posttest
design kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh latihan ROM. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara nilai kekuatan otot sebelum dan setelah diberikan intervensi
latihan ROM. Pada kelompok intervensi sebelum diberikan latihan ROM kekuatan
otot rata-rata 3,68 dan setelah intervensi rata-rata kekuatan otot 4,60. Sedangkan pada
kelompok kontrol sebelum intervensi rata-rata kekuatan otot 2,76 dan setelah
intervensi 2,84. Terlihat perbedaan mean/rata-rata kekuatan otot yang signifikan
antara 2 kelompok dengan nilai p=0,000 (Marlina, 2011).
Adapun rekomendasi penelitian ini yakni pihak RS atau pengelola pelayanan
kesehatan hendaknya mengadakan pelatihan tenaga keperawatan secara terencana dan
berkesinambungan terkait latihan ROM, mewujudkan discharge planning program
pada pasien stroke untuk menjamin latihan di rumah, serta mengadakan program
khusus memberikan bimbingan dan latihan untuk keluarga terkait cara-cara
melakukan ROM sebagai salah satu upaya mengurangi kecacatan dan meningkatkan
fungsi kemandirian pasien (Marlina, 2011).
b. Artikel 2
Artikel kedua berjudul “Pengaruh Pemberian Latihan Range of Motion (ROM)
terhadap Kemampuan Motorik pada Pasien Post Stroke di RSUD Gambiran”. Desain
penelitian dengan pendekatan Pre Eksperimental Pre-Posttest One Group Design
dengan sampel pasien post stroke di ruang rawat inap RSUD Gambiran, Kediri tahun
2014. Sebelum diberikan latihan, kekuatan otot pada ekstemitas atas yaitu rata-rata
3,44 dan setelah diberikan latihan ROM menjadi rata-rata 4,75. Sedangkan pada
ekstremitas bawah, sebelum diberikan latihan kekuatan otot rata-rata 3,44 dan setelah
latihan menjadi rata-rata 4,63. Hasil analisa data menggunakan uji statistik paired
sample-test diperoleh nilai P-Value<0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh pemberian latihan range of motion terhadap kemampuan motorik pada
pasien post stroke (Rahayu, 2015).
Adapun manfaat dari latihan ROM adalah untuk menentukan nilai kemampuan
sendi, tulang, dan otot dalam melakukan pergerakan, memperbaiki tonus otot,
memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mencegah kekakuan sendi, dan
memperlancar sirkulasi darah. latihan ROM dapat menimbulkan rangsangan sehingga
meningkatkan aktivitas dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan
melalui neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan pada serat saraf otot
ekstremitas terutama saraf parasimpatis yang merangsang untuk produksi asetilkolin
sehingga mengakibatkan kontraksi. Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos
ekstremitas akan meningkatkan metabolisme pada mitokondria untuk menghasilkan
ATP yang dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai energi untuk kontraksi dan
meningkatkan tonus otot polos ekstremitas (Rahayu, 2015).

4. Daftar Pustaka
Bulechek, et.al. (2016). Nursing Interventions Classification. Singapore: Elsevier.
Marlina. (2011). Pengaruh Latihan ROM terhadap Peningkatan Kekuatan Otot pada
Pasien Stroke Iskemik di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing Journal, III, 11-
20.
Rahayu, K. I. (2015). Pengaruh Pemberian Latihan Range of Motion (ROM) terhadap
Kemampuan Motorik pada Pasien Post Stroke di RSUD Gambiran. Jurnal
Keperawatan, 102-107.

Tseng,et.al. (2007). Effects of A Range of Motion Exercise Pogramme. Journal of


Advanced Nursing, 57, 181-191.

Anda mungkin juga menyukai