Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG POLYCITEMIA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH 1
Dosen Pembimbing:
Nurul Laili, S.Kep.Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :
1. Wildhatus Sukhulah (201903068)
2. Windri Dwiastuti B (201903069)
3. Wisnu Yoga Kurniawan (201903070)

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI


Jl. Soekarno Hatta No. 07, Bendo, Pare, Darungan, Kec. Pare, Kediri, Jawa Timur 64225
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul MAKALAH TENTANG POLYCITEMIA
dengan tepat waktu. Makalah tentang polycitemia guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nurul Laili
S.Kep.NS.,M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pare, 30 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………............... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………...2
1.3 Tujuan …………………………………………….....................3
1.4 Manfaat ………………………………………….......................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi…………………………………………………………4
2.2 Etiologi ………………………………………………………...6
2.3 Manifestasi Klinis ……………………………………………...6
2.4 Patofisiologi …………………………………………………....7
2.5 Penatalaksanaan ………………………………………………..8
2.6 Asuhan Keperawatan …………………………………………..9

2.6.1 Pengkajian…………………………………………….9

2.6.2 Diagnosa Keperawatan……………………………….11

2.6.3 Analisa Data………………………………………….11

2.6.4 Intervensi…………………………………………......11

2.6.5 Implementasi………………………………………….14

2.6.6 Evaluasi………………………………………….........15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………..16


3.2 Kritik dan Saran …………………………………………...........16
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sel darah merah terdiri dari sebagian besar sel-sel darah dalam sirkulasi, dan salah satu
fungsi utama mereka adalah untuk membawa oksigen dari paru ke semua sel, jaringan,
dan organ dalam tubuh. Oksigen dilakukan di dalam sel darah merah dikombinasikan ke
besi yang mengandung protein yang disebut hemoglobin. sel darah merah tidak memiliki
inti dan berbentuk seperti cakram cekung ganda atau donat berbentuk, dan mampu
meringkuk dan pemerasan melalui pembuluh darah terkecil.

Jumlah sel darah merah normal dalam darah bervariasi, dan lebih tinggi pada laki-laki
daripada perempuan. bayi baru lahir memiliki jumlah sel merah yang lebih tinggi
daripada orang dewasa.

Jika ada jumlah yang lebih tinggi dari sel darah merah dalam sirkulasi dari biasanya maka
seseorang dikatakan telah erythrocytosis atau polisitemia. Situasi sebaliknya dapat terjadi,
dimana ada tingkat yang lebih rendah dari sel darah merah daripada biasanya, dan kondisi
ini disebut sebagai "anemia". jumlah sel darah merah Dibesarkan dapat ditemukan
kebetulan pada orang tanpa gejala, pada tahap awal polisitemia.

Pada polisitemia primer, mungkin menjadi 8 - 9 juta jiwa dan kadang-kadang 11 juta
eritrosit milimeter kubik darah (kisaran normal untuk orang dewasa adalah 4-6), dan
hematokrit mungkin setinggi 70 hingga 80%. Selain itu, volume total darah kadang-
kadang meningkat menjadi sebanyak dua kali normal. Sistem vaskular keseluruhan dapat
menjadi nyata membesar dengan darah, dan sirkulasi kali untuk darah ke seluruh tubuh
dapat meningkat hingga dua kali dari nilai normal. Peningkatan jumlah eritrosit dapat
menyebabkan viskositas darah untuk meningkatkan sebanyak lima kali normal. Kapiler
dapat menjadi terpasang oleh darah yang sangat kental, dan aliran darah melalui
pembuluh cenderung sangat lamban.
            Baru-baru ini, pada tahun 2005, mutasi pada kinase JAK2 (V617F) telah
ditemukan oleh beberapa kelompok peneliti akan sangat terkait dengan polisitemia vera.
JAK2 adalah anggota dari keluarga Janus kinase dan membuat prekursor erythroid peka
terhadap eritropoietin (EPO). mutasi ini mungkin dapat membantu dalam membuat
diagnosis atau sebagai target untuk terapi masa depan.
      Sebagai konsekuensi dari di atas, orang dengan polisitemia vera tidak diobati berada
pada risiko berbagai peristiwa trombotik (trombosis vena dalam, embolisme paru),
serangan jantung dan stroke, dan memiliki risiko yang besar sindrom Budd-Chiari
(trombosis vena hati), atau Myelofibrosis. Kondisi ini dianggap kronis, ada. pengobatan
simtomatik yang dapat menormalkan jumlah darah dan kebanyakan pasien dapat hidup
normal selama bertahun-tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari polycitemia ?
2. Apa saja etiologi dari polycitemia?
3. Apa saja manifestasi klinis dari polycitemia?
4. Bagaimana patofisiologi dari polycitemia ?
5. Bagaimana penatalaksanaan polycitemia?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien polycitemia ?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui defenisi polycitemia
2. Untuk mengetahui etiologi dari polycitemia
3. Untuk mengetahui  manifestasi polycitemia
4. Untuk mengetahui  patofisiologi polycitemia
5. Untuk mengetahui  penatalaksanaan untuk polycitemia
6. Untuk mengetahui  konsep asuhan keperawatan polycitemia

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui penyebab dan gejala polycitemia
2. Membantu mahasiswa untuk dapat mengklasifikasi penyakit
polycitemia.
3. Membantu mahasiswa untuk memahami tentang system imun
dan hematologi.
4. Agar mahasiswa dapat membuat sebuah askep
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Polisitemia adalah:
a.       Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat
pembentukkan sel darah merah yang merah yang berlebihan oleh sumsum tulang
(http:// www.Ine .ukm.my/wiki/index.php/polisitemia)
b.      Peningkatan konsentrasi sel darah merah
(Brunner and Suddarth, 953)
c.       Bila jumlah eritrosi, kadar Hb, dan volume eritrosit total semuanya melebihi
batas normal.
(Hb >16 gr/dl dan massa eritrosit total >35 ml/kg)
(Bruce M. Camitta : 1720)
d.      Peningkatan jumlah dan volume sel darah merah di atas ambang batas nilai
normal dalam sirkulasi darah.
(Abdulmuthalib, 541)

2.2 Etiologi
Berikut ini adalah daftar penyebab atau kondisi yang mendasarinya (lihat juga
mendiagnosis penyebab yang mendasari polisitemia) yang mungkin dapat
menyebabkan polisitemia meliputi :
·           Terpapar Karbon monoksida kronis
·           Dehidrasi
·           Ibu merokok
·           Bayi dari ibu diabetes
·           Tumor ginjal        
·           polycythemia Akut myelofibrosis

·           Bawaan polisitemia
·           Penyakit ginjal kronis
·           Penyakit jantung bawaan
·           Stress
·           Polisitemia vera rubra
·           Syok
·           Diare
·           Muntah
2.3 Manifestasi Klinis
Polisitemia vera :
a.       Sakit kepala
b.      Pusing
c.       Kelelahan
d.      Pandangan kabur
e.       Hiperviskositas
f.       Hepatosleno megali
g.      Tekanan darah meningkat
 Polisitemia sekunder :
a.       Sianosis
b.      Hyperemia sclera dan selaput lender
c.       Jari tabuh
d.      Hiperviskositas
2.4 Patofisiologi
Terdapat 3 jenis polisitemia yaitu relatif (apparent), primer, dan sekunder :
1.      Polisitemia relatif berhubungan dengan dehidrasi. Dikatakan relatif karena
terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah merah tidak mengalami
perubahan.
2.      Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih
hematopoietik tanpa perlu rangsangan dari eritroprotein atau hanya dengan kadar
eritroprotein rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena
rangsangan eritroprotein yang kuat.
3.      Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar
ertitroprotein. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai
keadaan hemostasis dan kadar eritroprotein kembali normal. Contoh polisitemia ini
adalah hipoksia.
Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV ) disebabkan oleh kelainan sifat sel tunas
(stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat sel batang normal pada sumsum
tulang terdapat pula sel batang abnormal yang dapat mengganggu atau menurunkan
pertumbuhan dan pematangan sel normal. Bagaimana perubahan sel tunas normal jadi
abnormal masih belum diketahui. Terjadi peningkatan produksi semua macam sel,
termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah
meningkat. Penderita cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan dan
menyebabkan gangguan mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh peningkatan
sel darah merah dan tingginya jumlah platelet. Thrombosis dapat terjadi dipembulu
darah yang dapat menyebabkan stroke,pembulu vena, arteri retinal atau sindrom
budd-chairi. Fungsi platelet penderita polisitemia vera menjadi tidak normal sehingga
dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Peningkatan pergantian sel dapat
menyebabkan terbentuknya hiperurisemia, peningkatan resiko pirai dan batu ginjal.
2.5 Penatalaksanaan
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien. Yang dapat
dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.
Tujuan terapi yaitu:
1.        Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah
(eritrosit).
2.        Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena, serebrovaskular,
trombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer, dan infark pulmonal.
3.        Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.
Prinsip terapi
1.        Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan
mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
2.        Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang belum
terkendali.
3.        Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment)
4.        Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada
pasien usia muda.

5.        Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau


kemoterapi sitostatik pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan:
   Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika disertai gejala
trombosis
   Leukositosis progresif
  Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia problematik
   Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar
dikendalikan, penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi.

 Terapi PV
·         Flebotomi
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-satunya bentuk
pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-kadang selama bertahun-
tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi flebotomi terutama pada
semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada pasien yang masih dalam usia
subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah diambil setiap hari sampai nilai
hematokrit mulai menuru. Jika nilai hematokrit sudah mencapai normal, maka darah
diambil setiap beberapa bulan, sesuai dengan kebutuhan. Target hematokrit yang
ingin dicapai adalah <45% pada pria kulit putih dan <42% pada pria kulit hitam dan
perempuan.

·         Kemoterapi Sitostatika/ Terapi mielosupresif (agen yang dapat mengurangi sel


darah merah atau konsentrasi platelet). Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatik
adalah sitoreduksi.  Lebih baik menghindari kemoterapi jika memungkinkan, terutama
pada pasien uisa muda. Terapi mielosupresif dapat dikombinasikan dengan flebotomi
atau diberikan sebagai pengganti flebotomi. Kemoterapi yang dianjurkan adalah
Hidroksiurea (dikenal juga sebagai hidroksikarbamid) yang merupakan salah satu
sitostatik golongan obat antimetabolik karena dianggap lebih aman, tetapi masih
diperdebatkan tentang keamanan penggunaan jangka panjang. Penggunaan golongan
obat alkilasi sudah banyak ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek
leukemogenik dan mielosupresi yang serius. Walaupun demikian, FDA masih
membenarkan klorambusil dan Busulfan digunakan pada PV. Pasien dengan
pengobatan cara ini harus diperiksa lebih sering (sekitar 2 sampai 3 minggu sekali).
Kebanyakan klinisi menghentikan pemberian obat jika hematokrit: pada pria < 45%
dan memberikannya lagi jika > 52%, pada wanita < 42% dan memberikannya lagi
jika > 49%.
·         Fosfor Radiokatif (P32)
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu cara untuk
menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 2-3mCi/m2
secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya
jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32 Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah
10-12 minggu.
Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.Tidak
mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan
diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
·         Kemoterapi Biologi (Sitokin)
Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama untuk
mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk biologi yang
digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan terutama pada keadaan
trombositemia yang tidak dapat dikendalikan. Kebanyakan klinisi
mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid (Cytoxan).
     2. Pengobatan pendukung
1.        Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien
dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi     ginjal.
2.        Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat
diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA).
3.        Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor  H2.
4.        Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari            Quinazolin.
5.        Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea
tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis sekunder
(jumlah platelet tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan trombosit di
sumsum. Pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak
diobati dengan anagrelid.

2.6 Asuhan Keperawatan


2.6.1 Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboraturium untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan klien.
a. Anemnese
1.         Nama Istri   :                       Nama Suami                :
2.         Alamat :                       Alamat                         :
3.         Umur                          :                       Umur                            :
4.         Jenis Kelamin             :                       Jenis Kelamin               :
5.         Pendidikan                  :                       Pendidikan                   :
6.         Pekerjaan                    :                       Pekerjaan                      :
7.         Status Perkawinan      :                       Status Perkawinan       :
8.         Tanggal MRS             :                      
9.         Tanggal Pengkajian    :                      
10.     No.MRS                      :                      
11.     Penanggung Jawab      :
12.     Dx Medis                     :

a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal klien.

b. Tanda-tanda Vital
Meliputi Pemeriksaan :
1.      Tekanan darah :  sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi dan
kondisi patologis
2.      Pulse rate
3.      Respiratory rate
4.      Suhu
c.    
Pemeriksaan fisik
a.       Peningkatan warna kulit
b.      Gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi(dispneu, batuk kronis, peningkatan tekanan darah,
pusing,dan lain-lain).
c.       Gejala-gejala thrombosis ( angina), disebabkan oleh peningkatan viskositas darah
d.      Splenomegali dan hepatomegali
e.       Gatal, khususnya setelah mandi air hangat yang diakibatkan oleh hemolisis sel darah yang
tidak matang
f.       Riwayat pendarahan hidung
2.6.2 Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut D.007

2.6.3 Analisa Data


Data subyektif Data obyektif
Mengeluh nyeri 1.gelisah
2.frekuensi nadi meningkat
3.sulit tidur
4.tekanan darah meningkat
5.nafsu makan berubah
6.pola napas berubah
2.6.4 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 1.08238
tindakankeperawatan Observasi
selama 3x24 jam -identifikasi
diharapkan integritas lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas
kulit dan jaringan intensitas nyeri
meningkat dengan -identifikasi sakala nyeri
kriteria hasil : -identifikasi respon nyeri non verbal
1. Denyut nadi -identifikasi faktor yang memperberat dan
perifer memperingan nyeri
menurun (5) -identifikasi pengetahuan dan keyakinan
2. Warna kulit tentang nyeri
pucat menurun -identifikasi pengaruh budaya terhadap
(5) respon nyeri
3. Edema perifer -identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
menurun (5) hidup
4. Nyeri -monitor keberhasilan terapi koplementer
ekstremitas yang sudah diberikan
menurun (5) -monitor efek samping penggunaan
5. Kelemahan analgetik
otot menurun
(5) Terapeutik
6. Akral -berikan teknik nonfarmakologis untuk
membaik (5) mengurangi rasa nyeri
7. Tekanan darah (mis. TENS,hipnosis,akupresur,terapi
sistolik musik,biofeedback,terapi
membaik (5) pijat,aromaterapi,teknik imajinasi
8. Tekanan darah terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi
diastolik bermain)
membaik (5) -kontrol lingkungan yang memperberat rasa
9. Tekanan arteri nyeri (mis. Suhu
rata-rata ruangan,pencahayaan,kebisingan)
membaik(5) -fasilitasi istirahat dan tidur
10. Indeks ankle- -pertimbangkan jenis dan sumber dalam
brachial pemilihan strategi meredakan nyeri
membaik (5)
Edukasi
-jelaskan penyebab,perode dan pemicu
nyeri
-jelaskan strategi meredkan nyeri
-anjurkan memonitor secara mandiri
-anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
-ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
-kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
2.6.5 Implementasi
No Diagnosa keperawatan Implementasi
.
1 Nyeri Akut Manajemen Nyeri 1.08238
Observasi
-mengidentifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas
intensitas nyeri
-mengidentifikasi sakala nyeri
-mengidentifikasi respon nyeri non verbal
-mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
-mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
-mengidentifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
-mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
-memonitor keberhasilan terapi
koplementer yang sudah diberikan
-memonitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik
-memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS,hipnosis,akupresur,terapi
musik,biofeedback,terapi
pijat,aromaterapi,teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi
bermain)
-mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
-memfasilitasi istirahat dan tidur
-mempertimbangkan jenis dan sumber
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
-menjelaskan penyebab,perode dan pemicu
nyeri
-menjelaskan strategi meredkan nyeri
-menganjurkan memonitor secara mandiri
-menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
-mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
-berkolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu
2.6.6 Evaluasi
No Diagnosa keperawatan Evaluasi
.
1 Nyeri Akut S =Px mengatakan nyeri sedikit
berkurang
O = px sudah tidak merasa gelisah
A =maslah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Polisitemia adalah suatu keadaan yang meningkatkan tingkat peningkatan sirkulasi sel darah
merah dalam aliran darah.orang dengan polisitemia memiliki peningkatan hematokrit,
hemoglobin, atau jumlah sel darah merah diatas batas normal  melebihi 6juta/mm atau
hemoglobinnya melebihi 18g/dl.
Ada dua jenis utama polisitemia, polisitemia vera ( primer) dan polisitemia sekunder.
Polisitemia vera  (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai “polisitemia benar”) juga
dikenal sebagai suatu jenis polisitemua primer. Primer berarti bahwa polisitemia tidak
disebabkan oleh gangguan lain. Polisitemia primer, dalam  polisitemia primer peningkatan sel
darah merah adalah karena masalah yang melekat dalam proses produksi sel darah merah.
Polisitemia sekunder, polisitemia sekunder umunya terjadi sebagi respon terhadap faktor-
faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal,
atau sindroma cushing. Terapi yang dilakukan tergantung dari penyebab polisitemia tersebut.
Polisitemia sendiri diterapi dengan cara mengurangi atau mengeluarkan darah dari dalam
tubuh sampai dengan jumlah hematokrit berada didalam batas normal.apabila penyebab
polisitemia tidak diketahui, maka yang diperlukan adalah monitor teratur.
3.2 Kritik dan Saran
Guna sempurnanya makalah kami ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari rekan-rekan kelompok lain serta dosen pengampu
DAFTAR PUSTAKA
http://imapsikunja1.blogspot.com/2016/12/makalah-polisitemia.html?m=1
http://estikesehatan.blogspot.com/2016/12/asuhan-keperawatan-dengan-chf.html?m=1
Tim pokja SDKI DPP PPNI,2017 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Jakarta Selatan :
DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI,2017 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Jakarta Selatan :
DPP PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI,2017 Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta Selatan :
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai