Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

K DENGAN GASTROENTRITIS
AKUT (GEA) DI RUANG ANAK RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2022

MAKALAH

Disusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan


di RSUD Palembang BARI

KELOMPOK I

KHOTIBUL UMAM NIM.22222037


HAYATI OKTAFIANI NIM.22222029
ANJELIA NOVRIANI NIM.22222008
WIDYA LESTARI NIM.22222078
MEI ANGGRAENI NIM.22222041
RIALITA NIM.22222059
SANTRI NIM.22222067
DHANDY SURYA RAUTAMA NIM.22222019

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.K DIRUANG RUANG


ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
TAHUN 2022

Palembang, 2022
Menyetujui:

Pembimbing Klinik (CI) Dosen Pembimbing

Sry Ramayanty, SKM Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP.198107302009032001 NBM. 1206339

Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Bembi Ferizal, S.ST.Pi.,MM


NIP. 198707012010011001

ii
VISI, MISI DAN MOTTO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI

VISI

• Menjadi rumah sakit unggul, amanah dan terpercaya di Indonesia.

MISI

• Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada


keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
• Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
• Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia.

MOTTO

• Kesembuhan dan kupuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An._ di Ruang Zaal Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI tahun 2022” tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang
BARI tahun 2022. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Hj. Makiani, SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum


Daerah Palembang BARI
2. Heri Shatriadi, M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang
3. Dr.Amalia, M.Kes sebagai Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI
4. Dr.Alfarobi, M.Kes sebagai Wakil Direktur Umum Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI
5. Bembi Farizal, S.ST.Pi.,MM sebagai Kepala Bagian Pendidikan Dan
Pelatihan (Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
6. Bety Maryanti, SKM.,M.Kes sebagai kepala Sub Bagian Kerjasama Dan
Pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
7. Hj. Masrianah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Kabid Pelayanan Keperawatan RSUD
Palembang BARI
8. Ismardi, S.Kep.,Ns sebagai Koordinator Pembimbing Klinik RSUD
Palembang BARI
9. dr. H. Yulius Fitora, M.Kes Kepala Instalani Rawat Inap RSUD Palembang
BARI
10. Sri Ramayanti, Am.Keb.,SKM, MSY. Meifitasari, S.Kep.,Ns dan Hapy
Zakia Rosa, S.Kep.,Ns Pembimbing Klinik RSUD Palembang BARI

iv
11. Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik IKesT
Muhammadiyah Palembang
12. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD Palembang BARI
13. Seluruh dosen dan staf IKesT Muhammadiyah Palembang

Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan


demikian saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima
dengan senang hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.

Palembang, 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………….………………………… ii
VISI,MISI DAN MOTO RSUD PALEMBANG BARI…..………………. iii
KATA PENGANTAR……………………………...……………………… iv
DAFTAR ISI………………………………….……………..……………. vi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan . ........................................................................................... 3
C. Waktu dan tempat ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil RSUD Palembang Bari .......................................................... 5


1. Visi, Misi dan Motto .................................................................... 5
2. Sejarah RSUD Palembang Bari ................................................... 5
3. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur ............................................ 7
4. Fasilitas Dan Pelayanan ............................................................... 8
B. Tinjauan Teori ................................................................................. 11
1. Definisi ........................................................................................ 11
2. Etiologi ........................................................................................ 12
3. Manifestasi Klinis ........................................................................ 12
4. Komplikasi................................................................................... 17
5. Implementasi................................................................................ 17
6. Pemeriksaan penunjang ............................................................... 18
7. Patofisiologi dan pathway ........................................................... 19
C. Asuhan Keperawatan (teori) ............................................................ 22
1. Pengkajian.................................................................................... 22

vi
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 27
3. Intervensi Keperawatan ............................................................... 29
4. Implementasi................................................................................ 38
5. Evaluasi........................................................................................ 38

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ...................................................................................... 40
B. Analisa data .................................................................................... 53
C. Prioritas Masalah Keperawatan ...................................................... 54
D. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 54
E. Rencana Keperawatan ...................................................................... 55
F. Implementasi Keperawatan .............................................................. 58
G. Evaluasi ........................................................................................... 60

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hivovolemia ................................................................................... 63
B. Diare .......................................................................................... 63
C. Hipertermi ........................................................................................ 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 66
B. Saran .. ............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis akut merupakan peradangan pada lambung, usus halus,
dan usus berat dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal
dengan menifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan
ketidaknyamanan pada abdomen (Muzayyanah Afif, 2018). Gastroenteritis ini
merupakan masalah global dan banyak terjangkit di negara-negara berkembang
dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, tidak cukup pasokan air bersih,
kemiskinan, dan pendidikan yang rendah. Insiden diare bervariasi di setiap
daerah di setiap wilayah, musim, dan masa endemik, kedaan ini ditunjukkan
dengan tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit
tersebut, khususnya yang terjadi pada anak dibawah 5 (lima) tahun. Dimana
saat usia anak dibawah lima tahun, sistem kekebalan tubuh yang terbentuk
belum sempurna, akibatnya anak bisa dengan mudah terserang penyakit (J.
Trianto, 2018).
Setiap tahun lebih dari 1,7 milyar kasus diare di dunia yang dilaporkan
pada semua kelompok umur. Angka kematian karena diare di dunia mencapai
11% dengan kelompok paling berisiko adalah balita. Data World Health
Organization (WHO) menunjukan bahwa lebih dari 760 ribu anak balita
meninggal dunia setiap tahunnya karena diare (World Health Organization,
2019). Diare merupakan penyebab utama kematian pada anak di negara
berkembang, dengan kisaran 1,3 miliar episode dan 3,2 juta kematian setiap
tahun pada balita. Secara keseluruhan rata-rata anak-anak mengalami diare 3,3
episode per tahun, namun di beberapa tempat melebihi 9 episode per tahun. Di
daerah dengan episode diare yang tinggi, seorang balita menghabiskan 15%
waktunya dengan diare. Sekitar 80% kematian berhubungan dengan diare dan
terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. 4 Tujuh puluh dua persen kematian
yang berhubungan dengan diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan

1
2

anak, sehingga peningkatan pencegahan dan pengobatan pada neonatus dan


anak berusia < 2 tahun sangatlah penting (Akbar, H., 2019).
Data nasional menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita
meninggal dunia karena diare, itu artinya setiap hari ada 273 balita yang
meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya
atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare. Diare merupakan penyakit
endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Tahun 2018 prevalensi
diare di Indonesia sebesar 8% dengan prevalensi pada balita berdasarkan
diagnosis nakes dan gejala yaitu 12,3% (Kemenkes RI., 2018). Di sumatera
selatan sendiri didalam Prevalensi Diare menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Selatan, dalam laporan sumatera selatan Riskesdas tahun 2018 total
sebanyak 5,03% dengan 3,69% untuk kota pelambang, dan 10,42% populasi
diderita oleh anak usia 1-4 tahun (Riskesdas, 2019).
Diare terdiri dari 2 jenis yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut
sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
Gejala penyakit ini ditandai dengan perubahan bentuk dan kosistensi tinja yang
lembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu ≥3 kali per hari yang disertai dengan muntah atau tinja
berdarah. Anak dengan diare akut mengeluarkan tinja cair yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
meningkat bila disertai muntah dan panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan
yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler, dan kematian. Dehidrasi yang dialami, mulai dari dehidrasi
ringan hingga dehidrasi berat, bahkan ada yang dapat mengakibatkan kematian,
Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tatalaksana yang cepat dan
tepat. Penatalaksanaan diare akut tersebut meliputi penggantian cairan dan
3

elektrolit, serta obat antidiare untuk diare akut non infeksi, sedangkan untuk
diare akut infeksi ditambahkan dengan pemberian antibiotik (Iasa et al., 2021).
Upaya untuk menurunkan angka kematian karena diare dengan
melakukan tatalaksana secara tepat dan akurat.Perawat sebagai tenaga
kesehatan dapat memberikan kontribusi dalam penanganan diare sesuai
dengan perannya. Peran perawat adalah sebagai pemberi pelayanan yang
mencakup pemberi rasa nyaman, pelindung, komunikator, mediator dan
rehabilitator. Setelah terjadi peningkatan penyakit diare peran perawat sebagai
pendidik sangatlah penting untuk memberikan pemahaman kepada individu,
keluarga ataupun masyarakat di semua lingkup pelayanan
kesehatan.Pendidikan kesehatan kepada pasien bertujuan untuk
mempertahankan kondisi sehat pasien, meningkatkan kesehatan, dan
mencegah terjadinya suatu penyakit dan komplikasi. Perawat sebagai salah
satu tenaga kesehatan sangat erat kaitannya dengan lingkungan sarana
kesehatan misalnya puskesmas, dan posyandu. Di lingkungan puskesmas
perawat berinteraksi dengan anggota keluarga yang memerlukan informasi
kesehatan. Upaya penyuluhan kesehatan dalam hal ini pendidikan kesehatan
sangat bermanfaat untuk meningkatkan status kesehatan pasien dan keluarga
(Rasiman, N. B. 2020).
Pendidikan atau penyuluhan kesehatan ditujukan untuk menggugah
kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya
maupun masyarakatnya, begitu pula promosi kesehatan memberikan
pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat. Sebagai pendidik perawat
membantu pasien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pendidikan
yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medis, yang diterima dan
menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.Sebagai
pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok keluarga yang beresiko tinggi terhadap penyakit diare.
Meningkatkan kualitas kesehatan atau mempertahankan tingkat kesejahteraan
yang optimum, mencegah penyakit, menangani penyakit, menurunkan ansietas
4

pasien, memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas dalam


kehidupan sehari-hari, meningkatkan perubahan perilaku pasien,
mengembangkan keterampilan sehingga bisa memberikan perawatan
pendukung bagi anggota keluarga yang sakit, dan secara aktif akan mengurangi
insiden komplikasi penyakit diare (Wardani, S. 2017).
Maka dari itu berdasarkan data yang ada diperlukan pembenahan dalam
melakukan asuhan keperawatan ayang baik dan benar sebagai upaya dalam
peningkatan mutu dan pelayanan demi tercapainya status kesehatan pasien
yang optimal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada An.K dengan
GEA
2. Tujuan Khusus
• Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada An.K
dengan GEA
• Mampu melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa
keperawatan prioritas pada An.K dengan GEA
• Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada An.K dengan
GEA
• Mampu melakukan implementasi pada An.K dengan GEA
• Mampu melakukan evaluasi tindakan pada An.K dengan GEA
C. Waktu dan Tempat
Pengkajian dan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 26 September
2022 hingga 02 Oktober 2022 di ruangan Anak RSUD Palembang BARI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil RSUD Palembang BARI


Rumah Sakit umum Daerah palembang BARI merupakan unsur
penunjang pemerintah daerah di bidang kota pelayanan kesehatan yang
merupakan satu - satunya Rumah sakit milik pemerintah kota
palembang BARI terletak di jalan panca usaha N0.1 Kelurahan 5 Ulu
Kecamatan seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan
Kertapati. Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari Jakabaring
menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.
1. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
a. Visi
Menjadi rumah sakit unggul, amanah dan terpercaya di Indonesia
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi
pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan
pada etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat
2) Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
3) Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
c. Motto
Kesembuhan dan kupuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami
2. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994
dahulunya merupakan gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha,
kemudian diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI tanggal 19
Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997
lalu ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C pada

5
6

tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :


HK.00.06.2.2.4646, RSUD Palembang BARI memperoleh status
Akreditasi penuh tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003
kemudian di tahun berikutnya 2004 dibuat Master Plan oleh
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pembangunan gedung dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni
Gedung Bedah Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya
(2006) pembangunan Gedung Bank Darah. Pada tahun 2007
dilanjutkan dengan pembangunan : Gedung Administrasi, Gedung
Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi, Gedung
Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan
Cafetaria. Pada5februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
: YM.01.10/III/334/08 RSUD Palembang BARI memperoleh status
Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta Ditetapkan sebagai BLUD-
SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota
Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD Palembang Bari
sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh. Adapun
pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung
Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat, Gedung
Instalai Gizi (Dapur), Gedung Loundry, Gedung VVIP, Gedung
CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai
Rumah Sakit Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah kota palembang
provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi :
Gedung Kebidanan, Gedung Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik
serta Gedung Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang
berlangsung di tahun 2010-2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III,
7

Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung PICU, Workshop dan


Musholah.
a. Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI merupakan geduang
Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
b. Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes
Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997
di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum kelas C.
c. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian
statu akreditas penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI, tanggal 07 November 2003.
d. Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang
pemberian status akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 05 Februari
2008.
e. Kepmenkes RI Nomro: 24l/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
menjadi kelas B, tanggal 02 April 2009.
f. Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Rumah Sakit Umum Daerah
palembang BARI berdasarkan keputusan wali kota Palembang
No. 915 B tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang
BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
g. KARS-SERT/363/1/2012 tentang status akreditas lulus tingkat
lengkap kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI, tanggal 25 Januari 2012
3. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
a. Tahun 1985 s.d 1995: dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala
Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
8

b. Tanggal 1 Juli 1995 s.d 2000: dr. Eddy Zarkary Monasir, SpOG
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
c. Bulan Juli 2000 s.d November 2000: Pelaksana Tugas dr. H.
Dahlan Abbas, SpB.
d. Bulan Desember 2000 sampai dengan Februari 2001: Pelaksana
Tugas dr. M. Faisal Soleh, SpPD.
e. Tanggal 14 November 2000 s.d Februari 2012: dr. Hj. Indah
Puspita, H. A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang
BARI.
f. Bulan Februari tahun 2012 s.d sekarang: dr. Hj. Makiani, S.H.,
M.M., MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
4. Fasilitas dan Pelayanan
a. Fasilitas
1) Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 Jam
2) Farmasi atau Apotek 24 Jam
3) Rawat Jalan atau Poliklinik Spesialis
4) Bedah Sentral
5) Central Sterilized Suplay Separtemen (C S SD)
6) Unit Rawan Intensif (PICU, NICU & CICU)
7) Rehabilitation Medik
8) Radiologi 24 jam
9) Laboratorium Klinik 24 Jam
10) Patologi Anatomi
11) Bank Darah
12) Hemodialisa
13) Medical Check Up
14) ECG dan EEG
15) USG 4 Dimensi
16) Endoskopi
17) Kamar Jenazah
18) Ct Scan 64 Slides
9

b. Pelayanan
1) Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)
2) Poliklinik Spesialis Penyakit dalam
3) Poliklinik Spesialis Bedah
4) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
5) Poliklinik Spesialis Anak
6) Poliklinik Spesialis Mata
7) Poliklinik Spesialis THT
8) Poliklinik Spesialis Syaraf
9) Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
10) Poliklinik Spesialis Jiwa
11) Poliklinik Jantung
12) Poliklinik Gigi
13) Poliklinik Psikologi
14) Poliklinik Terpadu
15) Poliklinik Akupuntur
16) Poliklinik Rehabilitasi Medik
c. Pelayanan Rawat Inap
1) Rawat Inap VIP dan VVIP
2) Rawat Inap Kelas I, II, dan III
3) Rawat Inap Penyakit Dalam Perempuan
4) Rawat Inap Penyakit Dalam Laki-Laki
5) Perawatan Anak
6) Perawatan Bedan
7) Perawatan ICU
8) Perawatan Kebidanan
9) Perawatan Neonatus/Nicu/PICU
d. Instalasi Gawat Darurat
1) Dokter j aga 24 j am
2) Ambulans 24 Jam
e. Pelayanan Penunjang
10

1) Instalasi Laboratorium Klinik


2) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Farmasi
4) Instalasi Bedah Sentral
5) Instalasi Gizi
6) Bank Darah
7) Instalasi Pemulasan Jenazah
8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
9) Instalasi Laundry
10) Central Sterilized Suplay Departement (CS SD)
11) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
12) Kasir
13) Hemodialisa
f. Fasilitas kendaraan operasional
1) Ambulance 118
2) Ambulance bangsal
3) Ambulance siaga
4) Ambulance trauma center
5) Mobil jenazah
11

B. Tinjauan Teori
1. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen.
Gastroenteritis terbagi menjadi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu
Gastroenteritis akut dan Gastroenteritis kronis. Gastroenteritis akut atau
GEA adalah diare yang gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari. Gastroenteritis juga merupakan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang
air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Nari, 2019).
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan
feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu,
disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih,
digolongkan pada diare kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir,
darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri
abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (Asyikin,
2019).
Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan
tiga kali atau lebih perhari. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit
pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.
Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer (Fithriyana, 2017).
Berdasarkan dari berbagai pengertian tersebut dapat di artikan
gastroentritis merupakan inflamasi atau peradangan pada saluran
pencernaan yang mengakibatkan diare dengan frekuensi lebih banyak
lebih dari 3-4 kali dalam 24 jam dan konsistensi cair berlangsung selama
kurang dari 2 minggu yaitu akut dan lebih dari 2 minggu disebut kronis.
12

2. Etiologi
Gastroenteritis akut (GEA) berdasarkan penyebabnya
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu diare infeksi mikroorganisme (jasad
renik) seperti bakteri, virus, parasit, dan diare non infeksi seperti faktor
psikologis karena ketakutan atau kecemasan. Organisme penyebab
gastroenteritis akut yang sering ditemui diantaranya Campylobacter,
E.coli, Rotavirus, Shigella, Salmonella dan Giardia Lamblia (Pramudya
Rio R, 2018). Distribusi penyakit gastroenteritis akut jika dilihat dari
etiologi atau penyebabnya yang memiliki distribusi paling tinggi adalah
infeksi bakteri. Bakteri ini akan menjadi patogen jika jumlahnya
meningkat didalam saluran pencernaan dan menghasilkan enterotoksin
sehingga muncul keluhan berupa diare. Kebersihan pribadi dan sanitasi
lingkungan yang kurang serta kebiasaan mengkonsumsi makanan atau
minuman dari sumber yang kurang bersih ini merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit gastroenteritis akut akibat infeksi (Saputra Wayan dkk,
2021). Etiologi dari penyakit dari gastroenteritis sangatlah bermacam-
macam diantaranya adalah sebagai berikut :
Tabel Etiologi gastroenteritis
Virus Rotavirus 1-3, agen serupa Norwalk, Adeno Virus
Enteric, Calicivirus
Bakteri Salmonella, Shigella, E. Coli, Vibro Cholera, Vibrio
lainnya, Compylobacter Fetus, Yersinia Enterocolitica
Protozoa Giardia Lambia, Entamoeba Histolityca,
Cryptosporidium
Sumber :Pramudya Rio R, 2018

3. Manifestasi Klinis
Infeksi merupakan penyebab utama gastroenteritis akut, baik oleh
bakteri, parasit maupun virus. Penderita gastroenteritis akut sering
mengeluh flatulen, malaise, anoreksia dan lemah, nyeri lambung, diikuti
berat badan turun. Pada diare yang hebat sering kali disertai muntah,
13

sehingga tubuh menjadi kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium


(hypokalemia), dan ada kalanya asidosis (darah menjadi asam) yang tidak
jarang berakhir dengan syok dan kematian. Perasaan haus, mulut dan bibir
kering, kulit menjadi keriput, berkurang air seni, menurunnya berat badan
serta gelisah menjadi gejala pertama pada dehidrasi. Sistem
neuromuskuler dengan gejala mengantuk, lemah otot dan sesak nafas
dipengaruhi karena kekurangan kalium (hypokalemia) (Pramudya Rio R,
2018).
Infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja
meningkatkan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri
menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin sehingga dapat
menyebabkan terjadinya diare infeksi atau gastroenteritis. Infeksi bakteri
yang invasif menyebabkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses
atau akibat garam magnesium. Mekanisme gastroenteritis terjadi akibat
bakteri Enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan
atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin
atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih
mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus
(Pramudya Rio R, 2018). Berikut ini gejala klinis yang sering muncul pada
penderita gastroenteritis akut (Arfiyah Akhidatul, 2020) :
a. Diare
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml
dalam 24 jam. Pada kasus gastroenteritis, diare secara umum terjadi
karena peningkatan sekresi air dan elektrolit. Diare ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar yaitu 3 kali atau lebih
dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja
berdarah (Kurniawati Asti, 2018).
14

b. Mual dan Muntah


Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi
lambung melalui mulut. Gejala mual dan muntah dapat timbul
sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, tugor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada
bayi) (Kurniawati Asti, 2018). Mekanisme yang mendasari mual itu
sendiri adalah karena adanya peranan dari korteks serebrum (Kasper
dkk, 2018). Sedangkan mekanisme muntah pada penderita
gastroenteritis yang spesifik adalah adanya peningkatan stimulus yang
berasal dari saluran pencernaan melalui nervus vagus yang di
stimulasi serotonin. Setelah itu, impuls dikirimkan ke diafragma, otot
abdomen, esopagus dan nervus visceral lambung sehngga terjadi
muntah (Arfiyah Akhidatul, 2020).
Kategori muntah berdasarkan patogen penyebabnya
berdasarkan IDSA 2017 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kategori Mual Muntah
Kategori Patogen
Mual dan muntah Enterotoksin staphylococcus, aureus
berlangsung <24 jam atau Bacillus cereus
Muntah dan tidak terdapat Norovirus
darah pada feses
berlangsung 2-3 hari
Sumber: IDSA, 2017
c. Demam
Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh mengalami
peningkatan dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan
dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Pada
lingkungan dengan suhu netral, metabolic rate manusia menghasilkan
panas yang lebih banyak dari kebutuhan kita untuk mempertahankan
15

suhu tubuh dalam batas normal pada manusia yaitu dalam batas 36,5
–37,5°C (Kasper dkk, 2018). Pusat pengaturan suhu terletak di bagian
anterior hipotalamus. Temperatur tubuh dikontrol oleh hipotalamus.
Ketika vascular bed yang mengelilingi hipotalamus terpapar pirogen
eksogen tertentu (bakteri) atau pirogen endogen, zat metabolik asam
arakidonat dilepaskan dari sel-sel endotel jaringan pembuluh darah ini
(Kurniawati Asti, 2018)
d. Nyeri Perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit
perut banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanykan adalah apakah nyeri
perut yang timbul ada hubungannya dengan makanan, apakah
timbulnya terus menerus, adakah penjalaran ketempat lain, bagaimana
sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari
berbagai organ akan berbeda, misalnya pada lambung dan duodenum
akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan berpusat
pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus kemudian timbul
nyeri di sekitar umbilicus dan apabila nyeri yang dirasakan cukup
tinggi maka dapat menjalar ke punggung bagian tengah. Abnormalitas
pada rektum ditandai dengan nyeri pada perut bagian paling bawah,
sedangkan nyeri perut akibat adanya abnormalitas pada bagian kolon
akan terasa pada rongga perut bagian bawah (Pramudya Rio R, 2018).
Manifestasi klinis diare dalam Manalu dkk, 2021 adalah sebagai
berikut:
1) Bayi/anak gelisah (sering menangis), suhu tubuh meningkat,
nafsu makan berkrang/tidak ada nafsu makan.
2) Sering BAB dengan konsistensi fases cair, dapat mengandung
darah atau lendir, warna fases berubah kehijauan karena
bercampur empedu.
3) Lecet pada area anus atau perineum karena seringnya defekasi,
fases menjadi lebiih asam akibat banyaknya asam laktat.
4) Dapat disertai muntah
16

5) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi


Gejala klinis menyesuaikan dengan banyaknya cairan yang
hilang. Berdasarkan berat badan dehidrasi terbagi menjadi 4 kategori
yaitu:
1) 2,5% tidak ada dehidrasi
2) 2,5-5% dehidrasi ringan : Dapat terlihat kulit kering, bibir pecah,
rasa haus yang besar, tenggorokan terasa agak kering dan pedih.
Tubuh menjadi lemas, lemah, kurangnya berkonsentrasi.
3) 5-10% dehidrasi sedang : Tubuh mengalami Heat Exhaustion
(keletihan yang dialami pada saat hilangnya cairan dalam tubuh),
jantung terasa berdebar kencang, air seni kuning/coklat pekat,
dapat terjadinya halusinasi (akibat otak terlalu “panas” dan
kerjanya tidak terkontrol).
4) 10% dehidrasi berat : kram otot, lidah membengkak, tubuh
menjadi tidak berdaya, kehilangan kesadaran/pingsan, kejang,
nafas menjadi lebih cepat, sakit kepala yang hebat.

3. Klasifikasi
Menurut Akhidatul (2020) klasifikasi gastroenteritis dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Gastroenteritis akut diartikan sebagai penurunan konsistensi feses
atau peningkatan frekuensi pengeluaran feses (lebih dari tiga kali
dalam 24 jam) dengan atau tanpa disertai muntah dan demam dan
terjadi kurang dari 14 hari.
b. Gastroenteiritis kronik diartikan sebagai penurunan konsistensi feses
atau peningkatan frekuensi pengeluaran feses dengan atau tanpa
muntah dan demam dan terjadi lebih dari 14 hari.
17

4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada penderita diare bila tidak segera
ditangani dengan benar dapat terjadi Dehidrasi (ringan sedang, berat,
hipotonik, isotonik, atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia,
hipoglikemia, intolerasni sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim laktase, terjadi kejang pada dehidrasi hipertonik.
Selanjutnya dapat terjadi malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare
(Wasliah et al., 2020).
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa.
6. Kejang yang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik.

5. Implementasi
a. Penggantian Cairan dan Elektrolit
Jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar. Untuk mengetahui cairan yang dibutuhkan dapat
menggunakan rumus, salah satunya adalah dibawah ini. Kebutuhan
cairan BD plasma-1.025×berat badan kg×4ml 0,001. Metode pierce
berdasarkan keadaan klinis:
Dehidrasi ringan : kebutuhan cairan 5% x kgBB
Dehidrasi sedang : kebutuhan cairan 8% x kgBB
Dehidrasi berat : kebutuhan cairan 10% x kgBB
18

b. Pemberian Antibiotic
Pemberian antibiotik jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian antibiotic. Antibiotik diindikasikan pada pasien yang
memiliki gejala dan ditandai dengan demam, fases berdarah, leukosit
pada fases, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
perisisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik
dapat secara empiris dilakukan namun terapi antibiotik spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

c. WHO merekomendasikan 5 tatalaksana utama diare yang disebut


lintas penatalaksanaan diare (Indriyani dkk, 2020) :
1) Rehidrasi
2) Sumplement zinc
3) Nutrisi
4) Antibiotik selektif
5) Edukasi orangtua

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : Darah perifer lengkap dan serum elektrolit (Na+,
K+,C1)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan kusmaull)
c. Immunoassay : Toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus),
antigen protozoa (Giardia, E. histolytica)
d. Feses:
1) Feses lengkap
Pemeriksaan laboratorium pada pasien penderita
gastroenteritis akut dimulai dari pemeriksaan feses adanya
leukosit, kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada
19

dianggap penanda inflamasi kolon baik infeksi maupun non


infeksi. Karena neutrofil akan berubah, sampel harus diperiksa
sesegera mungkin. Sensitifitas leukosit feses 14 terhadap
inflamasi patogen (Salmonella, Shigella, Champilobacter) yang
dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45%-95% tergantung
dari jenis patogennya (Pramudya Rio R, 2018)
2) Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
Dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi
diperlukan pemeriksaan penunjang, karena dengan tata cara
pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif (Putu
Kunti WD, 2017).

7. Patofisiologi dan pathway


a. Patofisiologi
Proses terjadinya gastroentritis kemungkinan disebabkan oleh
sejumlah faktor, pertama adalah faktor infeksi. Proses terjadinya
penyakit gastroentritis melalui faktor ini berawal dari adanya
mikroorganisme atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan
kemudian mikroorganisme tersebut berkembang di dalam usus serta
merusak sel mukosa usus yang pada akhirnya bisa menurunkan daerah
permukaan usus itu sendiri. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas
usus yang bisa menyebabkan gangguan fungsi usus dalam toksin
bakteri bisa menyebabkan sistem transport aktif dalam usus, sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat. Kedua faktor malabsorbsi. Kegagalan
dalam melakukan absorbsi mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga
usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus dan terjadilah
gastroentritis. Ketiga faktor makanan, hal ini bisa terjadi jika toksin
yang ada tidak bisa atau tidak mampu diserap dengan biak, sehingga
terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan
20

kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan


gastroentritis (Pratiwi, 2019)
Respon patologis yang penting dari kejadian gastroentritis
dengan gejala diare berat adalah dehidrasi. Dehidrasi berat yang tidak
ditangani dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik. Syok
dalam konteks ini merupakan kondisi yang disebabkan oleh defisiensi
sirkulasi akibat dari vaskular. Disparitas yang terjadi pada
gastroentritis disebabkan oleh volume darah yang kurang sebagai
akibat dari permiabilitas yang bertambah serta menyeluruh. Maka
darah akan keluar melalui pembuluh-pembuluh dan masuk ke dalam
jaringan yang pada akhirnya bisa mengakibatkan pengentalan darah
(Kartikasari et al., 2022).
21

b. Pathway
Faktor malabsorbsi Faktor makanan
Faktor psikologis Faktor infeksi
C.
• Karbohidrat • Makanan
• Lemak • Rasa takut • Bakteri
basi
• Protein • Cemas • Virus
• Beracun
• Alergi
makanan

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran


pencernaan tidak adekuat

Terdapat zat-zat yang Peradangan pada Gangguan motilitas


tidak diserap usus usus

Tekanan ismotik Gangguan Hiperperistaltik


meningkat sekresi

Reabsorsi dalam usus Sekresi air dan Usus tidak mampu


besar terganggu elektrolit dalam menyerap makanan
usus meningkat

DIARE

BAB sering Terjadi Implamasi saluran pencernaan


dengan intensitas rangsangan
cair sehingga usus
mengeluarkan Nyeri epigastrium Mual dan muntah
isinya
Distensi abdomen Anoreksia

Kehilangan cairan dan


elektrolit berlebihan Nyeri akut Nutrisi atau
intake tidak
Dehidrasi Hivopolemia Agen pirogenik adekuat

Kulit kurang elastis, mukosa kering Suhu tubuh naik


BB menurun

Resiko Hipertermi
ketidakseimbangan Defisit nutrisi
elektrolit
22

C. Asuhan Keperawatan (Teori)


1. Pengkajian
1) Pengumpulan data
a. Identitas atau Biodata
Untuk umur pasien pada diare akut, sebagian besar adalah anak
dibawah 2 tahun. Insiden paling tinggiumur 6-11 bulan karena
pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian
diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan (Wolayan, 2020).
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3
kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB
4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB >10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih adalah diare persisten. (Wolayan, 2020).
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami:
a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, dan kemungkinan timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan
darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena
bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
eletrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila
terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi.
Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang.
23

Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nari,


J. 2019)
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare
lebih sering terjadi pada anak-anak dengan campak atau
yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,
sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien.
Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapatimunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG,
imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
b) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(antibiotik), makan makanan basi, karena faktor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
c) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja,
menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan setelah
buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat
menjamahmakanan.
d) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia
dibawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan
kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare.
Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan gejala
infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis,
faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nari, J. 2019)
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya,
yang dapat menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga
makanan yang tidak dijamin kebersihannya yang disajikan
kepada anak. Riwayat keluarga melakukan perjalanan ke daerah
tropis (Nari, J. 2019)
24

f. Riwayat Nutrisi
Riwayat Nutrisi Riwayat pemberian makanan sebelum
mengalami diare, meliputi:
a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan
air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena
botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan
gangguan pencemaran.
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak
merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau
sedang anak merasa haus ingin minum banyak.
Sedangkanpada dehidrasi berat, anak malas minum atau
tidak bisa minum (Adhiningsih, 2019)
g. Pemeriksaan Fisik
a) Respirasi
• Inspeksi : adanya frekuensi pernafasan yang
meningkat, irama pernafasan tidak teratur, dan
adanya penumpukan sekret.
• Palpasi : vokal fermitus sama kanan dan kiri
• Perkusi : paru normal
• Auskultasi : anak akan mengalami depsnea,
pernafasan cepat > 30 x/menit karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).
b) Kardiovaskuler
• Palpasi : anak dengan diare kronis akan mengalami
nadi cepat dan lemah > 120 x/menit. Hal ini akibat
dari manifestasi pola pernafasan, badan terasa panas
tetapi suhu akral dingin karena perfusi jaringan
menurun sehingga cardiac output meningkat.
25

• Auskultasi : pada dehidrasi berat dapat terjadi


gangguan sirkulasi, bunyi jantung S1, S2 murmur
atau bunyi tambahan lainnya.
c) Persyarafan
Pada anak dengan diare, terjadi kemungkinan anak
mengalami dehidrasi, yaitu terdapat dua atau lebih dari
tanda dan gejala klinis berupa letargi atau penurunan
kesadaran, sakit kepala, dan disorientasi.
d) Perkemihan
Pada pasien dengan diare kronis urin produksi oliguria
sampai anuria (200- 400 ml/ 24 jam), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit. Jika anak mengalami
dehidrasi, urin yang dihasilkan akan berwarna kuning
gelap atau kecoklatan.
e) Pencernaan
Secara umum, anak akan mengalami defisit kebutuhan
nutrisi dikarenakan mual muntah dan dehidrasi. Defekasi
lebih dari 3 kali dalam sehari, feses berbentuk encer,
terdapat darah, lendir, lemak serta berbuih/berbusa. Perut
terasaa sakit saat dilakukan palpasi, dan kembung saat
dilakukan perkusi. Auskultasi : terdengar paristaltik usus
meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
f) Muskuluskeletal
Anak tampak lemah, aktivitas menurun. Pada saat
dilakukan palpas terdapat hipotoni, kulit kering,
elastisitas menurun. (Adhiningsih, Y. R., et al,. 2019).
g) Pengindraan
• Mata : Pada keadaan diare dan mengalami dehidrasi,
ditemukan mata cowong dan reflek pupil menurun.
• Hidung : Pada klien dengan dehidrasi berat dapat
menimbulkan asidosis metabolik sehingga
26

kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk


mengeluarkan CO2 dan O2, Nampak adanya
pernafasan cuping hidung.
• Telinga : Kemungkinan terjadi infeksi telinga (OMA,
OPA) berpengaruh pada kemungkinan infeksi
parental yang pada akhirnya menebabkan terjadinya
diare
• Lidah : Inspeksi pada lidah biasanya ditemukan lidah
berwarna putih terutama pada bagian tengah lidah.
Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan nafsu
makan pada anak dehidrasi.
• Kulit : Pada anak yang mengalami dehidrasi kulit
menjadi kering
• Endokrin : Pada sisten endokrin tidak ditemukan
adanya kelainan.
h. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan darah : Darah perifer lengkap dan serum
elektrolit (Na+, K+,C1)
b) Analisa gas darah apabila didapatkan tanda tanda
gangguan keseimbangan asam basa (pernafasan
kusmaull)
c) Immunoassay : Toksin bakteri (C. difficile), antigen
virus (rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E.
histolytica)
d) Feses:
• Feses lengkap
Pemeriksaan laboratorium pada pasien penderita
gastroenteritis akut dimulai dari pemeriksaan feses
adanya leukosit, kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada dianggap penanda inflamasi kolon
baik infeksi maupun non infeksi. Karena neutrofil
27

akan berubah, sampel harus diperiksa sesegera


mungkin. Sensitifitas leukosit feses 14 terhadap
inflamasi patogen (Salmonella, Shigella,
Champilobacter) yang dideteksi dengan kultur feses
bervariasi dari 45%-95% tergantung dari jenis
patogennya (Pramudya Rio R, 2018)
• Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
Dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi
diperlukan pemeriksaan penunjang, karena dengan
tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada
terapi definitif (Putu Kunti WD, 2017).
i. Analisa Data
kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya
berfikir dan penalaran yang dipengaruh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu
keperawatan dan proses penyakit. Fungsi analisa data adalah
perawat yang menginterprestasi data yang diperoleh dari pasien
atau dari sumber lain, sehingga data yang diperoleh memiliki
makna dan arti pengambilan keputusan untuk menentukan
masalah keperawatan dan kebutuhan klien

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual, potensial yang merupakan dasar untuk memilih
Intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung
jawab perawat. Berbagai masalah keperawatan yang muncul pada
diagnosa medis GE yaitu:
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Diare berhubungan dengan proses infeksi
c. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, proses penyakit.
28

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi


nutrisi
e. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri epigastrium
f. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana anda mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Putri, et al,. 2019).

Tabel 2.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


TUJUAN DAN
DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI
NO
KEPERAWATAN HASIL (SIKI)
(SLKI)
Hipovolemia Setelah SIKI : Manajemen
Pengertian : Penurunan dilakukan Hipovolemia
volume cairan tindakan Observasi
intravascular, interstisial keperawatan 1. Periksa tanda dan
atau intraselular. selama 3 x 24 gejala
Penyebab: jam masalah hipovolemia
1. Kehilangan cairan keseimbangan (misalkan, frekuensi
aktif cairan pasien nadi meningkat, nadi
2. Kegagalan dapat berkurang teraba lemah, tekanan
mekanisme atau dapat darah
regulasi teratasi, dengan menurun, tekanan
3. Peningkatan kriteria hasil : nadi
permeabilitas kapiler SLKI : Status menyempit, turgor
4. Kekurangan Cairan kulit
intake cairan (L.03028) menurun, membrane
5. Evaporasi 1. Kekuatan mukosa
Gejala dan Tanda nadi kering, volume urin
Mayor : 2. Turgor kulit menurun,
Subjektif : - 3. Output urine
29

Objektif : 4. Pengisian hematocrit


1. Frekuensi nadi vena meningkat, haus,
meningkat 5. Berat badan lemah)
2. Nadi teraba lemah 6. Keluhan haus 2. Monitor intake dan
3. Tekanan darah 7. Frekuensi output cairan
menurun nadi Terapeutik
4. Tekanan nadi 8. Tekanan 1. Hitung kebutuhan
menyempit darah cairan
5. Turgor kulit menurun 9. Tekanan nadi 2. Berikan posisi
6. Membran mukosa 10. Intake Cairan modified
kering 11. Suhu Tubuh Trendelenburg
7. Volume urin menurun 3. Berikan asupan cairan
8. Hematokrit oral
meningkat Edukasi
Gejala dan Tanda 1. Anjurkan
Minor : memperbanyak
Subjektif : asupan cairan oral
1. Merasa lemah 2. Anjurkan
2. Mengeluh haus menghindari
Objektif : perubahan posisi
1. Pengisian vena mendadak
menurun Kolaborasi
2. Status mental berubah 1. Kolaborasi pemberian
3. Suhu tubuh cairan IV isotonis
meningkat (misal, NaCl, RL)
4. Konsemtrasi urin 2. Kolaborasi pemberian
meningkat cairan IV hipotonis
5. Berat badan tiba-tiba (misal, glukusa 2,5%,
menurun NaCl 0,4%)
Kondisi Klinis Terkait : 3. Kolaborasi pemberian
1. Penyakit Addison cairan
2. Trauma / perdarahan koloid (misal,
3. Luka bakar albumin, Plasmanate)
4. AIDS 4. Kolaborasi pemberian
5. Penyakit Crohn darah
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia
30

Diare Setelah Manajemen Diare


Definisi : Pengeluaran dilakukan (I.03101)
feses yang sering, lunak tindakan Observasi :
dan tidak berbentuk keperawatan 1. Identifikasi penyebab
Penyebab : selama 3 x 24 diare (mis. Inflamasi
Fisiologis jam diharapkan gastrointestinal, iritasi
1. Inflamasi proses defekasi gastrointestinal)
Gastrointestinal normal, dengan 2. Identifikasi gejala
2. Iritasi Gastrointestinal kriteria hasil : invaginasi
3. Proses infeksi SLKI : 3. Identifikasi riwayat
4. Malabsorbsi Eliminasi Fekal pemberian makanan
Psikologis (L.04033) 4. Monitor warna,
1. Kecemasan 1. Kontrol volume, frekwensi,
2. Tingkat stress tinggi pengeluaran dan konsistensi tinja
Gejala dan Tanda feses 5. Monitor tanda dan
Mayor : 2. Konsistensi gejala hipovolemia
Subjektif : - usus 6. Monitor iritasi dan
Objektif : 3. Frekuensi ulserasi kulit didaerah
1. Defekasi lebih dari defekasi perineal
tiga kali dalam 24 4. Peristaltic 7. Monitor jumlah
jam usus pengeluaran diare
2. Feses lembek atau 8. Monitor keamanan
cair penyiapan makanan
Gejala dan Tanda Terapeutik
Minor : 1. Berikan asupan cairan
Subjektif : oral
1. Urgency 2. Pasang jalur intravena
2. Nyeri/keram 3. Berikan cairan
abdomen intravena
Objektif : 4. Berikan minum
1. Frekuensi ferestaltik hangat. Lakukan
meningkat fisioterapi dada, jika
2. Bising usus hiperaktif perlu
Kondisi Klinis Terkait : 5. Ambil sampel feses
1. Kanker kolon untuk kultur, jika
2. Diverticulitis perlu
3. Iritasi usus
4. Crohn’s disease Edukasi
5. Ulikus peptikum
31

1. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
2. Anjurkan
menghindari
makanan, pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung lactose
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas
2. Kolaborasi pemberian
obat antispasmodic/
spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
Hipertermi Setelah Manajemen Hipetermia
Definisi : Suhu tubuh dilakukan (I.15506)
meningkat diatas rentang tindakan Observasi :
normal tubuh keperawatan 1. Identifikasi penyebab
Penyebab : selama 3 x 24 hipertermia
1. Dehidrasi jam diharapkan 2. Monitor suhu tubuh
2. Terpapar Lingkungan suhu tubuh tetap 3. Monitor komplikasi
panas berada pada akibat hipertermia
3. Proses penyakit (mis: rentang normal, Terapeutik :
infeksi, kanker) dengan kriteria 1. Sediakan lingkungan
4. Ketidaksesuaian hasil : yang dingin
pakaian dengan suhu SLKI : 2. Longgarkan atau
lingkungan Termoregulasi lepaskan pakaian
5. Peningkatan laju (L.14134) 3. Basahi dan kipasi
metabolisme 1. Mengigil permukaan tubuh
6. Respon trauma 2. Kulit Merah 4. Berikan cairan oral
7. Aktifitas berlebihan 3. Pucat 5. Lakukan pendinginan
8. Penggunaan inkubator 4. Suhu Tubuh eksternal (mis,
Gejala dan Tanda 5. Suhu Kulit kompres dingin pada
Mayor : 6. Kejang dahi, leher, dada,
Subjektif : - 7. Tekanan abdomen, aksila)
Objektif : Darah 6. Hindari pemberian
1. Suhu tubuh diatas antipiretik atau
nilai normal aspirin
32

Gejala dan Tanda Edukasi :


Minor : 1. Anjurkan tirah baring
Subjektif : - 2. Kolaborasi pemberian
Objektif : cairan dan elektrolit
1. Kulit merah intravena, jika perlu
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait:
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritis
Defisit Nutrisi Setelah Manajemen Nutrisi
Definisi : asupan nutrisi dilakukan (I.03120)
tidak cukup untuk tindakan Observasi
memenuhi kebutuhan keperawatan 1. Identifikasi status
metabolisme. selama 3 x 24 nutrisi
Penyebab : jam masalah 2. Identifikasi alergi dan
1. Ketidakmampuan defisit nutrisi intoleransi makanan
menelan makanan pada pasien 3. Identifikasi makanan
2. Ketidakmampuan dapat membaik, yang disukai
mencerna makanan dengan kriteria 4. Monitor asupan
3. Ketidakmampuan hasil : makan
mengabsorbsi nutrisi SLKI : Status 5. Monitor berat badan
4. Peningkatan Nutrisi 6. Monitor hasil
kebutuhan (L.03030) pemeriksaan
metabolisme 1. Diare laboratorium
5. Faktor ekonomi (mis. 2. Berat badan Terapeutik
Finansial tidak indeks massa 7. Berikan makanan
mencukupi) tubuh tinggi serat untuk
6. Faktor psikologis 3. Frekuensi mencegah konstipasi
(mis. stres, makan 8. Berikan makanan
keengganan untuk 4. Nafsu makan tinggi kalori dan
makan) tinggi protein
Gejala dan Tanda 9. Berikan suplemen
Mayor : makanan, jika perlu
33

Subjektif : - Teraupetik :
Objektif : 1. Lakukan oral hygine
1. Berat badan menurun sebelum makan, jika
minimal 10% perlu
dibawah rentang 2. Sajukan makanan
ideal. secara menarik dan
Gejala dan Tanda suhu yang sesuai
Minor : 3. Berikan makanan
Subjektif : tinggi serat
1. Cepat kenyang 4. Berikan makanan
setelah makan tinggi kalori dan
2. Kram/nyeri abdomen protein
3. Nafsu makan 5. Berikan suplemen
menurun makanan, jika perlu
Objektif : Edukasi
1. Bising usus hiperaktif 1. Anjurkan posisi
2. Otot pengunyah duduk, jika mampu
lemah 2. Ajarkan diet yang
3. Membran mukosa diprogramkan
pucat Kolaborasi
4. Sariawan 1. Kolaborasi pemberian
5. Serum albumin turun medikasi sebelum
6. Rambut rontok makan (mis, Pereda
berlebihan nyeri, antimietik),
7. Diare. jika perlu
Kondisi Klinis Terkait: 2. Kolaborasi dengan
1. Stroke ahli gizi untuk
2. Parkiston menentukan jumlah
3. Mobius syndrome kalori dan jenis
4. Cerebral palsy nutrient yang
5. Cleft lip dibutuhkan, jika perlu
6. Amyotropic lateral
sclerosis
7. Kerusakan
neuromuskular
8. Luka bakar
9. Kanker
10. Infeksi
11. AIDS
12. Penyakit crohn’s
34

13. Eterokoliti
14. Fibrosis klistik

Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri


Definisi: pengalaman dilakukan (I.08238)
sensorik atau emosional tindakan Observasi
yang berakitan dengan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
kerusakan jaringan aktual selama 3 x 24 karakteristik, durasi,
atau fungsional, dengan jam diharapkan frekuensi, kualitas,
onset mendadak atau tingkat nyeri intensitas nyeri
lambat dan berintensitas dapat menurun 2. Idenfikasi skala nyeri
ringan hingga berat yang dengan kriteria 3. Identifikasi respon
berlangsung kurang dari hasil : nyeri non verbal
3 bulan. SLKI : Tingkat 4. Idenfikasi faktor yang
Penyebab: Nyeri (L.08066) memperberat dan
1. Agen pencedera 1. Keluhan memperingan nyeri
fisologis(mis. nyeri 5. Identifikasi pengaruh
inflamasi, iskemia, 2. Meringis budaya terhadap
neoplasma) 3. Gelisah respon nyeri
2. Agen pencedera 4. Kesulitan 6. Identifikasi
kimiawi (mis. tidur pengetahuan dan
terbakar, bahan kimia kenyakinan tentang
iritasi) nyeri
3. Agen pencedera fisik 7. Identifikasi pengaruh
(mis. abses, amputasi, nyeri terhadap
terbakar, terpotong, kualitas hidup
mengangkat berat, 8. Monitor keberasilan
prosedur operasi, terapi komplementer
trauma, latihan fisik yang sudah diberikan
berlebihan) 9. Monitor efek samping
Gejala dan Tanda penggunaan
Mayor : analgetik.
Subjektif :
1. Mengeluh nyeri Terapuetik
Objektif: 1. Berikan teknik
1. Tampak meringis nonfarmakologi untuk
2. Bersikap proktektif mengurangi rasa
(mis. waspada, posisi nyeri (mis. TENS,
menghindari nyeri) hipnosis, akupuntur,
3. Gelisah terapi musik,
35

4. Frekuensi nadi biofeedback, terapi


meningkat pijat, aromaterapi,
5. Sulit tidur teknik imajinasi
Gejala dan Tanda terbimbing, kompres
Minor : hangat/dingin, terapi
Subjektif : - bermain)
Objektif : 2. Kontrol lingkungan
1. Tekanan darah yang memperberat
meningkat rasa nyeri (mis. suhu
2. Pola napas barubah ruangan,
3. Proses berfikir pencahayaan,
terganggu kebisingan)
4. Menarik diri 3. Fasilitas istirahat dan
5. Berfokus pada diri tidur
sendiri 4. Pertimbangkan jenis
6. Diaforesis dan sumber nyeri
Kondisi Klinis Terkait : dalam pemilihan
1. Kondisi pembedahan strategi meredakan
2. Cedera traumatis nyeri
3. Infeksi Edukasi
4. Sindrom koroner akut 1. Jelaskan penyebab,
5. Glukoma periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu .
Resiko Keseimbangan Pemantauan Elektrolit
ketidakseimbangan Elektrolit Observasi
36

elektrolit berhubungan Definisi : kadar 1. Identifikasi


dengan diare serum elektrolit kemungkinan
dalam batas penyebab
Definisi : berisiko
normal. ketidakseimbangan
mengalami perubahan Kriteria Hasil: 2. Monitor kadar
kadar serum elektrolit. 1. Serum elektrolit serum
natrium 3. Monitor mual,
Faktor risiko:
2. Serum muntah dan diare
1. Ketidakseimbangan kalium 4. Monitor kehilangan
cairan (mis. dehidrasi 3. Serum cairan, jika perlu
klorida 5. Monitor tanda dan
dan intoksikasi air)
4. Serum gejala hipokalemia
2. Kelebihan volume kalsium (mis. kelemahan otot,
cairan 5. Serum interval QT
3. Gangguan mekanisme magnesium memanjang
6. Serum fosfor gelombang T datar
regulasi (mis. atau terbalik, depresi
diabetes) segmen ST,
4. Efek samping gelombang U,
kelelahan, parestesia,
prosedur (mis.
penurunan refleks,
pembedahan) anoreksia, konstipasi,
5. Diare motilasi usus
menurun, pusing,
6. Muntah
depresi, pernapasan)
7. Disfungsi ginjal 6. Monitor tanda dan
8. Disfungsi regulasi gejala hiperkalemia
(mis. peka rangsang,
endokrin
gelisah, mual,
Kondisi Klinis Terkait: muntah, takikardi,
1. Gagal ginjal mengarang ke
2. Anoreksia nervosa bradikardia,
3. Diabetes melitus fibrilasi/takikardi
4. Penyakit chron ventrikel, gelombang
5. Gastroenteritis T tinggi, gelombang
6. Pankreatitis P datar, kompleks
7. Cedera kepala QRS tumpul, blok
8. Kanker jantung mengarah
9. Trauma multipel asistol)
10. Luka bakar Terapeutik
11. Anemia sel sabit
37

1. Atur interval waktu


pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pematauan, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi Tahap proses keperawatan dengan melakukan
berbagai strategi tindakan keperawatan yang telah ditetapkan. Dalam
masalah keperawatan gastroenteritis akan dilakukan implementasi:
a. Melakukan pengkajian terhadap asupan nutrisi.
b. Melakukan pengkajian terhadap asupan yang dikonsumsi.
c. Menjelaskan pentingnya pemberian asupan nutrisi yang sesuai pada
anak 0-5 tahun.
d. Menciptakan lingkungan yang nyaman.

5. Evaluasi
Evaluasi Suatu tindakan yang mengacu kepada penilaian, tahapan
dan perbaikan, bagaimana reaksi pasien dan keluarga terhadap
perencanaan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi
sasaran dari perencanaan keperawatan. Sesuai dengan standar diagnosis
keperawatan indonesia dan juga telah disusun dengan standar luaran
keperawatan indonesia dan juga standar intervensi keperawatan
indonesia.
a. Evaluasi Formatif Hasil merupakan observasi dan analisa perawat
terhadap respon pasien dan keluarga segera pada saat setelah
dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawat,
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.
38

b. Evaluasi Sumatif SOAP merupakan Rekapitulasi dan kesimpulan


dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan.
Ditulis pada catatan perkembangan yang merupakan rekapan akhir
secara paripurna, catatan naratif, penderita pulang atau pindah. Hasil
yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah kebutuhan nutrisinya sesuai dengan usianya.
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

A. Pengkajian
Nama : Kelompok 1
Tempat Praktek : Ruang GE RSUD Palembang BARI
Tanggal Praktek : 27 September – 02 Oktober 2022
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 September 2022 jam 07.00 WIB
1. Identitas
Inisial nama :An.K No RM :59.99.45
Tempat,tanggal :Palembang,07-01- Tgl masuk :27-09-22
lahir 2021
Usia :1 tahun 9 bulan Tgl pindah :28-09-22
ruangan
Jenis kelamin :Perempuan Tgl pengkajian :29-09-22
Alamat :Perum Top Anggrek 1 Sumber :Keluarga
informasi
Status :Anak kandung Status :Orang tua
Agama :Islam Alamat :Perum Top
Anggrek 1
No.Telepon :- No.Telepon :-
Suku :Melayu Pendidikan :Strata 1
Pekerjaan :Belum sekolah Pekerjaan :

2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama (saat masuk RS)
An.K dibawa ke RSUD Palembang BARI dengan keluhan muntah (+)
dan BAB cair dengan frekuensi 5 kali/hari
b. Keluhan utama (saat pengkajian)
Keluarga An.K mengatakan An.K masih BAB cair dan muntah (+),
suhu tubuh panas dan lemas/nafsu makan kurang
c. Riwayat perjalanan penyakit
-
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran anak : G1P1A0

39
40

Pre natal : Normal (Ibu An.K mengatakan pada saat hamil tidak memiliki
riwayat penyakit)
Intranatal : Normal (Ibu An.K mengatakan bahwa tindakan persalinan
normal)
Post natal : Normal (Ibu An.K mengatakan saat melahirkan An.K hanya
mengetahui anaknya sehat dengan berat badan dan panjang)
e. Riwayat masa lampau
Penyakit waktu kecil : Tidak ada
Pernah dirawat di RS : Tidak pernah
Obat-obatan yang digunakan : -
Tindakan (operasi) : tidak pernah
Alergi : makanan ikan laut
Kecelakaan : Tidak pernah
Imunisasi : Lengkap sesuai umur klien
f. Riwayat keluarga
Ibu An.K mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
turunan dari keluarga.

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

g. Riwayat sosial
Yang mengasuh : Orang tua
41

Hubungan dengan anggota keluarga : Anak kandung


Hubungan dengan teman sebaya : Baik
Pembawaan secara umum : Baik
Lingkungan rumah : Baik
3. Keadaan Kesehatan Saat Ini
Masih mengalami BAB cair kurang setengah jam sekali, muntah (+), panas
dan lemas
4. Pengkajian Fisik (12 Domain NANDA)
a. Promosi Kesehatan (Kesadaran dan Manajemen Kesehatan)
Keluarga An.K mengatakan telah mengetahui masalah atau penyakit
yang dialami An.K karena sudah dijelaskan oleh dokter penanggung
jawab dan petugas kesehatan lainnya.
Masalah Keperawatan
-
b. Nutrisi (Makanan, Pencernaan, Absorbsi, Metabolisme & Hidrasi)
1) Mulut
Trimus ( - ), Halitosis ( - )
Bibir : Lembab ( - ), Pucat ( √ ), Sianosis ( - ),
Labio/Palatoskizis ( - ), Stomatis ( - )
Gusi : Normal ( √ ), Plak putih ( - ), Lesi ( - )
Gigi : Normal ( √ ), Ompong ( - ), Caries ( - ), Jumlah gigi:
Lidah : Bersih ( - ), Kotor/putih ( √ ), Jamur ( - )
2) Leher
Kaku kuduk ( - ), Simetris ( √ ), Benjolan ( - ), Tonsil ( - )
Kelenjar tiroid: Normal ( √ ), pembesaran ( - ), Muntah ( √ )
Dll
Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
BB sebelum sakit: 15 kg BB sakit : 13,5 kg
Makanan yang disukai : Ayam
Selera makan : Selera makan An.K berkurang dikarenakan sering
muntah-muntah
42

Alat makan yang digunakan : Piring dan sendok


Pola makan : 1-2 kali/hari (selingan dengan minum susu)
Porsi makan yang dihabiskan : Sedang
Pola minum jenis air munum kurang lebih 3-4 gelas/hari, jenis air
minum yaitu air biasa dan susu
3) Abdomen
Inspeksi : Abdomen kembung dan simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bising peristaltik usus 25 kali/menit
Perkusi : Suara timpani
Data Tambahan

Masalah Keperawatan

c. Eliminasi & Pertukaran (Fungsi Urinarius, Gastrointestinal &


Pernapasan)
Pola eliminasi
BAK
Warna : Kuning
Konsistensi : Cair
Frekuensi : 3-4 kali/hari
Urine output : tidak dikaji
Penggunaan kateter : tidak ada
Visika urinaria ( - ), Oliguria ( - ), Retensi Uria ( - ), Nokturia ( - )
Inkontinensia Urine ( - ), Poliuria ( - ), Dysuria ( - )

BAB
Warna kuning muda frekuensi 5 kali/hari
Konsistensi : Cair ( √ ), Lendir (-), Darah (-), Ampas (-), konstipasi (-)
Jalan napas : Sputum ( - ), warna sputum ( - ), konsistensi :
Batuk ( - ) frekuensi:
43

Dada
Bentuk : simetris ( √ ), barrel chest/dada tong ( - ), pigeon chest/ dada
burung ( - ), benjolan ( - ), dll
Paru-paru
Inspeksi: RR 29 kali/menit
Palpasi : Normal ( √ ), Ekspansi pernapasan ( - ), Taktil fremitus ( - )
Perkusi : Normal/sonor ( √ ), Redup/pekak ( - ), Hiper sonor ( - )
Auskultasi : Irama ( √ ), Teratur ( √ )
Suara napas : Vesikuler ( √ ), Bronkial ( - ), Amforik ( - ), Cog well
breath sound ( - ), Metamorphosing breath sound ( - )
Suara tambahan : Ronki ( - ), Pleural friction ( - )
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-Hipovolemia
-Diare
d. Aktivitas/Istirahat (Istirahat, Aktivitas, Keseimbangan Energi,
Respon Kardiovaskuler/Pulmonal & Perawatan Diri)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis/denyut apeks normal
Palpasi : Ictus cardi teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
Kebiasaan sebelum tidur (perlu makan, dibicarakan cerita, benda yang
dibawa tidur, dll) : menonton kartun melalui handphone
Kebiasaan tidur siang : 1-2 jam/hari

Skala aktivitas
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
44

Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
0 mandiri, 1 alat bantu, 2 dibantu orang lain, 3 dibantu orang lain dan
alat, 4 bergantung total
Personal hygine
Mandi : 1-2 kali/hari
Sikat gigi :1-2 kali/hari
Ganti pakaian : 2 kali/hari
Memotong kuku : 1 kali/7-10 hari
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
e. Persepsi/Kognisi (Perhatian, Orientasi, Sensasi Persepsi, Kognisi &
Komunikasi)
1) Kesan utama
Tampak sakit : Ringan ( - ), sedang ( √ ), berat ( - ), pucat ( - ),
Sesak ( - ), kejang ( - )
2) Kepala
Bentuk : Normal ( √ ), Hematoma ( - ), Luka ( - )
Fontanel : Cekung ( √ ), Datar ( - ), keras ( - ), Lunak ( - )
Rambut : Warna hitam, Mudah dicabut (-), ketombe (-), kutu (-)
3) Mata
Mata : Jernih ( √ ), Kemerahan ( - ), Sekret ( - )
Visus : 6/6 ( √ ), 6/300 ( - ), 6/tak terhingga ( - )
Pupil : Isokor ( √ ), Anisokor ( - ), Miosis ( - ), Midriasis ( - )
Rekasi terhadap cahaya : Normal
Alat bantu : Kaca mata ( - ), Softlens ( - )
Conjungtiva : Merah jambu ( √ ), Anemis ( - )
Sklera : Putih ( √ ), Ikterik ( - )
4) Telinga
45

Simetri ( √ ), Sekret ( - ), Radang ( - )


Pendengaran : kurang ( - ), Tuli ( - )
5) Hidung : Simetris ( √ ), Pilek ( - ), Apiktasis ( - )
6) Lidah : Bersih ( - ), Kotor/putih ( √ ), Jamur ( - )
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
f. Persepsi Diri (Konsep Diri, Harga Diri & Citra Diri)
Perasaan klien terhadap penyakit yang dideritanya: Keluarga
mengatakan sempat khawatir dengan penyakit yang diderita An.K
tetapi setelah diberi penanganan dan penjelasan dari pihak tenaga
kesehatan, klien sudah menerima keadaan yang dialaminya
Persepsi klien terhadap dirinya : Klien mengatakan ingin cepat sembuh
agar bisa berkumpul bersama keluarga dan bermain
Konsep diri : orang tua klien percaya akan sembuh
Tingkat kecemasan : Sedang
Citra diri/body image : Baik
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
g. Hubungan Peran (Peran Pemberi Asuhan, Hubungan Keluarga &
Performa Peran)
Masalah sosial yang penting : Tidak ada
Hubungan orang tua dan bayi : Anak kandung
Orang terdekat yang dapat dihubungi : Orang tua/kakek & nenek
Orang tua berespon terhadap penyakit : Iya ( √ ), Tidak ( )
Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Iya ( √ ), Tidak ( √ )
Data Tatambahan
-
46

Masalah Keperawatan
-
h. Sexsualitas (Identitas, Fungsi Seksualitas & Reproduksi)
Genetal dan anus
Laki-laki
Penis : Normal/ada ( - ), Abnormal ( - )
Scrotum dan testis : Normal ( - ), Hernia ( - ), Hidrokel ( - )
Anus : Normal/ada ( - ), Atresia Ani ( - )
Perempuan
Vagina :Normal/ada ( √ ), Secret ( - ), Warna ( - )
Anus : Normal/ada ( √ ), Atresia Ani ( - )
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
i. Koping/Toleransi Stress (Respon Pascatrauma, Respon Koping &
Stress Neurobihavour)
PGSC : 15
E:4
V:6
M: 5
Reflek Patologis: Tidak ada masalah
Babinsky :-
Kering :-
Brudzinsky :-
Reflek Fisiologis: Tidak ada masalah
Biceps :-
Triceps:-
Patella :-
Data Tambahan
-
47

Masalah Keperawatan
-
j. Prinsip Nilai (Nilai, Keyakinan & Keselarasan)
Budaya : Melayu
Spiritual/religius : Islam
Harapan : An.k bersama keluarganya sangat berharap somoga
bisa cepat sembuh karena sudah di rawat selama 3 hari
Psikososial : keluarga An.K mengatakan sakit merupakan
sesuatu yang normal dalam kehidupan dan yang terpenting berusaha
dan berdoa untuk kesembuhan An.K
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
k. Keamanan/Perlindungan (Infeksi, Cidera Fisik, Kekerasan,
Bahaya Lingkungan, Proses Pertahanan & Termogulasi)
Tingkat kesadaran : Composmentis ( √ ), Apatis ( - ), Somnolen ( - ),
Sopor ( - ), Coma ( - )
TTV : Suhu 38,8oC, Nadi 120 kali/menit, RR 29 kali/menit
Warna Kulit : Coklat
Sianosis ( - ), Kterus ( - ), Eritematosis Rash ( - ),
Discold Lupus ( - ),Oedema ( - ), Bula ( - ), Ganggren ( - ),
Nekrotik Jaringan ( - ), Hiperpigmentasi ( - )
Echimosis ( - ), Patekie ( - )
Tugor Kulit : Elastis ( - ), Tidak Elastis ( √ )
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
- Hipertermia
- Hipovolemia
48

l. Kenyamanan (Fisik, Lingkungan & Sosial)


Nyeri : Iya ( - ), Tidak ( √ )
Jika iya, pengkajian nyeri
P (provokatif) :
Q (quality) :
R (region) :
S (scale) :
T (time) :
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
m. Pertumbuhan atau Perkembangan Pemeriksaan Tingkat
Perkembangan (DDST)
Kemandirian dan bergaul : Normal
Motorik halus : Normal sesuai dengan perkembangan
motorik
Kognitif dan bahasa : Normal
Motorik kasar : Normal
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
Terapi
Tanggal terapi: 27-09-2022 sampai 29-09-2022
No Nama Dosis Cara Golongan Indikasi Kontra
terapi pemberian obat indikasi
1 RL 120 IVFD Kristaloid Untuk Bisa
cc/ja mengembalika menyebabkan
m n ekspansi
dalam keseimbangan intravaskuler
4 jam cairan elektrolit
49

2 KAEN 46 IVFD Nutrisi Membantu Riwayat


3A cc/ja parenteral memelihara hipersensitif
m keseimbangan terhadap salah
air dan satu komposisi
elektrolit dalam dari KAEN 3A
tubuh
3 Ceptri 1x750 IV Antibiotik Membantu Individu
axone mg mengatasi dengan riwayat
bakteri gram hipersensitivita
negative s terhadap obat
maupun ini
positive
4 Oralit 250 PO Elektrolit Mengatasi Penderita
cc/B dehidrasi gangguan
AB karena diare fungsi ginjal,
cair malabsorpsi
glukosa serta
dehidrasi
5 PCT 3x1,3 PO Obat bebas Meredakan Resiko
ml nyeri ringan kerusakan
hingga sedang fungsi hati
dan sebagai pada
penurunan penggunaan
panas bersama
alkohol
6 Zink 1x5 PO Obat bebas Sebagai terapi Riwayat
ml defisiensi zinc hipersensivitas

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tanggal: 27-09-2022
Nama Test Flag Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin L 10,7 g/dl 14-16
Nilai kritis:
Umum <8->16
Anak-anak <10->16
Eritrosit L 3,74 Juta/uL 4,5-5,5
Leukosit H 10 Ribu/uL 5-10
Nilai kritis:
50

<1,0-->50,0
Trombosit H 548 Ribu/mm3 150-400
Nilai kritis:
Umum<100.000-->800.000
Anak-anak <100.000--
>400.000
Hematokrit H 53 % 40-52
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 1-3
Batang 3 % 2-6
Segmen 50 % 50-70
Limfosit 35 % 20-40
Monosit 10 % 2-8

Faeces
Tanggal: 28-09-2022
Faeces lengkap
Makroskopis
Warna : kuning muda
Kosistensi : lunak
Lendir : Normal
Darah : Normal
Mikroskopis
Eritrosit : 2-3
Lekosit : 1-2
Telur cacing : Normal
Amoeba : Normal
Jamur : Normal
Bakteri : Abnormal (Positif)
51

B. Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS: Frekuensi BAB Hipovolemia
- Keluarga An.K meningkat
mengatakan An.K
merasa lemas Hilangnya cairan dan
- Keluarga An.K elektrolit berlebih
mengatakan An.k
nafsu makanya Gangguan
berkurang keseimbangan
- Keluarga elektrolit menurun
mengatakan An.K
sering muntah (+) Dehidrasi
- Ibu An.K
mengatakan BAB Hipovelemia
An.K cair dengan
fekuensi 5 kali/hari
DO:
- Mukosa An.K
kering/pucat
- Berat badan SMRS
15 kg
- Berat badan saat
sakit 13,5 kg
- Hasil lab
menunjukkan
hematokrit
meningkat (53%)
- Tugor kulit tidak
elastis
- Intake cairan:
A.Metabolisme:
8x13,5=108cc/24jam
Minum:
1250cc/24jam
Infuse: 1500
cc/24jam
Total:2858cc/24jam

- Output cairan:
Urine:1000cc/24jam
K.Suhu:839cc/24jam
Blance cairan:
intake-outpu
52

2858-1839=
1019cc/24 jam
- HR 120 kali/menit
- RR 29 kali/menit
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%
DS: Proses infeksi Diare
- Ibu An.K
mengatakan BAB Masuk dan
cair dengan berkembang di usus
frekuensi 5 kali/hari
- Ibu A.k mengatakan Hipersekresi elektrolit
anaknya sering
gelisah Diare
DO:
- Bising usus
hiperaktif (25
kali/menit)
- BAB konsistensi cair
dengan frekuensi 5
kali/hari
- An.K tampak lemas
- HR 120 kali/menit
- RR 29 kali/menit
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%
DS Dehidrasi Hipetermia
- Ibu An.K
mengatakan suhu Tubuh kehilangan
tubuh anaknya cairan
hangat
DO Penurunan cairan
- Kulit terasa hangat intrasel
- HR 120 kali/menit
- RR 29 kali/menit Demam/hipertermia
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%

C. Prioritas Masalah Keperawatan


1. Hipovolemia
2. Diare
3. Hipetermia
53

D. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
penurunan berat badan, suhu meningkat, dan mukosa kering.
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan fases cair dan
BAB dengan frekuensi 5 kali/hari.
3. Hipetermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan suhu tubuh
meningkat dan kulit terasa hangat.

E. Rencana Keperawatan/Nursing Care Planning (NCP)


Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil
No Intervensi (SIKI) Rasional
(SDKI) (SLKI)
1 D.0023 L.03028 I.03116 1. Untuk
Hipovolemia Setalah dilakukan tindakan Manajemen mengidentifi
berhubungan keperawatan selama 3x24 hipovolemia kasi tanda
dengan jam diharapkan klien dapat 1. Periksa tanda dan dan gejala
kehilangan meningkatkan status cairan gejala hipovolemia
cairan aktif dengan kriteria hasil: hipovolemia 2. Menjaga
ditandai dengan Indikator Awal Akhir 2. Berikan asupan ataupun
DS: Membra 3 5 cairan oral mempertahan
- Keluarga n 3. Anjurkan kan
An.K mukosa memperbanyak kebutuhan
mengatakan Berat 3 4 asupan cairan oral cairan
An.K merasa badan 4. Kolaborasi 3. Klien
lemas Suhu 2 4 pemberian cairan bersikap
- Keluarga tubuh IV isotonis kooperatif
An.K Keterangan:
mengatakan 1.memburuk
An.k nafsu 2.cukup memburuk
makanya 3.sedang
berkurang 4.cukup membaik
- Keluarga 5.membaik
mengatakan
An.K sering
muntah (+)
- Ibu An.K
mengatakan
BAB An.K
cair dengan
fekuensi 5
kali/hari
DO:
54

- Mukosa
An.K
kering/pucat
- Berat badan
SMRS 15 kg
- Berat badan
saat sakit
13,5 kg
- Hasil lab
menunjukkan
hematokrit
meningkat
(53%)
- Tugor kulit
tidak elastis
- Intake
cairan:
A.Metabolis
me:
8x13,5=108c
c/24jam
Minum:
1250cc/24ja
m
Infuse: 1500
cc/24jam
Total:2858cc
/24jam

- Output
cairan:
Urine:1000cc
/24jam
K.Suhu:839c
c/24jam
Blance
cairan:
intake-outpu
2858-1839=
1019cc/24
jam
- HR 120
kali/menit
- RR 29
kali/menit
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%
55

2 D.0020 L.04033 I.03101 1. Untuk


Diare Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare mengidentifi
berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi kasi
dengan proses jam diharapkan klien dapat penyebab diare penyebab
infeksi ditandai meningkatkan eliminasi 2. Ambil sampel diare
dengan fekal dengan kriteria hasil: darah untuk 2. Observasi
DS: Indikator Awal Akhir pemeriksaan mendalam
- Ibu An.K Konsiste 2 4 darah lengkap dan penyebab
mengatakan nsi fases elektrolit diare
BAB cair frekuensi 2 4 3. Anjurkan 3. Menjaga
dengan fases makanan porsi tubuh agak
frekuensi 5 Pristaltik 2 4 kecil dan sering tidak terjadi
kali/hari usus secara bertahap penurunan
- Ibu A.k Keterangan: BB karena
mengatakan 1.memburuk diare
anaknya 2.cukup memburuk 4. Klien
sering 3.sedang bersikap
gelisah 4.cukup membaik kooperatif
DO: 5.membaik
- Bising usus
hiperaktif
(25
kali/menit)
- BAB
konsistensi
cair dengan
frekuensi 5
kali/hari
- An.K tampak
lemas
- HR 120
kali/menit
- RR 29
kali/menit
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%
3 D.0130 L.14134 I.15506 1. Untuk
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi mengidentifi
berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi kasi
dengan dehidrasi jam diharapkan termogulasi penyebab penyebab
ditandai dengan klien dapat membaik hipertermia hipertermia
DS dengan kriteria hasil: 2. Longgarkan atau 2. Melepaskan
- Ibu An.K Indikator Awal Akhir lepaskan pakaian suhu panas
mengatakan Suhu 2 4 3. Anjurkan tirah yang ada di
suhu tubuh tubuh baring tubuh
anaknya 4. Kolaborasi
hangat pemberian cairan
56

DO Suhu 3 5 dan elektrolit 3. Pasien


- Kulit terasa kulit intravena bersikap
hangat Keterangan: kooperatif
- HR 120 1.memburuk
kali/menit 2.cukup memburuk
- RR 29 3.sedang
kali/menit 4.cukup membaik
- Suhu: 38,8oC 5.membaik
- SPO2: 99%

F. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Waktu Implementasi TTD
Hipovolemia 29 Sep 1. Mengukur dan mengobservasi tanda dan
bergubungan 2022 gejala hipovolemi. Respon : Penyebab
dengan 08.00- hipovolemia dikarenakan BAB cair
kehilangan 20.00 dengan frekuensi 5 kali/hari, pasien
cairan aktif WIB tampak mengahabiskan 1/2 porsi
ditandai makanan yang diberikan, mata tampak
dengan masih terlihat cekung
penurunan 2. Memberikan asupan cairan oral. Respon
berat badan, : Diberikan oralit 250cc/BAB
suhu 3. Menganjurkan memperbanyak asupan
meningkat, cairan oral. Respon : Pasien dianjurkan
dan mukosa untuk minum sesuai kebutuhan agar
kering cairan tetap terjaga
4. Melakukan pemberian cairan IV
RL120cc/jam dalam 4 jam
Diare 29 Sep 1. Mengidentifikasi penyebab diare.
berhubungan 2022 Respon : Penyebab diare karena
dengan 08.00- konsumsi makanan alergi pada An.K
proses 20.00 2. Menganjurkan makanan porsi kecil dan
infeksi WIB sering secara bertahap. Respon : Pasien
ditandai mulai memakan makanan secara
dengan fases bertahap dari porsi sedikit hingga
57

cair dan meningkat secara konsisten dan


BAB dengan beretahap
frekuensi 5
kali/hari

Hipetermia 29 Sep 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia.


berhubungan 2022 Respon : Penyebab hipertermia setelah
dengan 08.00- dilakukan pengkajian yaitu karena
dehidrasi 20.00 dehidrasi disebabkan oleh muntah (+),
ditandai WIB bab cair dengan frekuensi 5
dengan suhu kali/hari/diare
tubuh 2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian.
meningkat Respon : Pasien melonggarkan pakaian
dan kulit untuk melepas panas tubuh yang ada
terasa 3. Menganjurkan tirah baring. Respon :
hangat Pasien diposisikan untuk tirah baring
4. Mengkolaborasikan pemberian cairan
dan elektrolit intravena. Respon : Pasien
sudah terpasang elektrolit intravena
KAEN 3A
Diagnosa Waktu Implementasi TTD
Hipovolemia 30 Sep 1. Memberikan asupan cairan oral. Respon
bergubungan 2022 : Diberikan oralit 250cc/BAB
dengan 08.00- 2. Menganjurkan memperbanyak asupan
kehilangan 20.00 cairan oral. Respon : Pasien dianjurkan
cairan aktif WIB untuk minum sesuai kebutuhan agar
ditandai cairan tetap terjaga
dengan 3. Melakukan pemberian cairan IV
penurunan RL120cc/jam dalam 4 jam
berat badan,
suhu
58

meningkat,
dan mukosa
kering

Diare 30 Sep 1. Menganjurkan makanan porsi kecil dan


berhubungan 2022 sering secara bertahap. Respon : Pasien
dengan 08.00- mulai memakan makanan secara
proses 20.00 bertahap dari porsi sedikit hingga
infeksi WIB meningkat secara konsisten dan
ditandai beretahap
dengan fases
cair dan
BAB dengan
frekuensi 5
kali/hari

Hipetermia 30 Sep 1. Melonggarkan atau lepaskan pakaian.


berhubungan 2022 Respon : Pasien melonggarkan pakaian
dengan 08.00- untuk melepas panas tubuh yang ada
dehidrasi 20.00 2. Menganjurkan tirah baring. Respon :
ditandai WIB Pasien diposisikan untuk tirah baring
dengan suhu 3. Mengkolaborasikan pemberian cairan
tubuh dan elektrolit intravena. Respon : Pasien
meningkat sudah terpasang elektrolit intravena
dan kulit KAEN 3A
terasa
hangat

Diagnosa Waktu Implementasi TTD


Hipovolemia 01 Okt 1. Menganjurkan memperbanyak asupan
bergubungan 2022 cairan oral. Respon : Pasien dianjurkan
59

dengan 08.00- untuk minum sesuai kebutuhan agar


kehilangan 20.00 cairan tetap terjaga
cairan aktif WIB 2. Melakukan pemberian cairan IV
ditandai RL120cc/jam dalam 4 jam
dengan
penurunan
berat badan,
suhu
meningkat,
dan mukosa
kering

Diare 01 Okt 1. Menganjurkan makanan porsi kecil dan


berhubungan 2022 sering secara bertahap. Respon : Pasien
dengan 08.00- mulai memakan makanan secara
proses 20.00 bertahap dari porsi sedikit hingga
infeksi WIB meningkat secara konsisten dan
ditandai beretahap
dengan fases
cair dan
BAB dengan
frekuensi 5
kali/hari

Hipetermia 01 Okt 1. Menganjurkan tirah baring. Respon :


berhubungan 2022 Pasien diposisikan untuk tirah baring
dengan 08.00- 2. Mengkolaborasikan pemberian cairan
dehidrasi 20.00 dan elektrolit intravena. Respon : Pasien
ditandai WIB sudah terpasang elektrolit intravena
dengan suhu KAEN 3A
tubuh
60

meningkat
dan kulit
terasa
hangat

G. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi TTD
Hipovolemia S:
bergubungan dengan - Keluarga An.K mengatakan sudah tidak lemah
kehilangan cairan - Keluarga An.K mengatakan nafsu makan anak
aktif ditandai dengan mulai membaik
penurunan berat - Klien mengatakan muntah (-)
badan, suhu - Klien mengatakan frekuensi BAB mulai
meningkat, dan berkurang
mukosa kering O:
- Mukosa terliihat lembab
- Tugor kulit elastis
- Hematokrit menurun
A:
Masalah teratasi
Indikator Awal Akhir
Membran mukosa 3 5
Berat badan 3 4
Suhu tubuh 2 4
P:
Intervensi dilanjutkan
Diare berhubungan S:
dengan proses infeksi - Keluarga An.K mengatakan sudah frekuensi
ditandai dengan fases BAB berkurang dan konsistensi sudah tidak cair
- Klien juga mengatakan An,K tidak ngelisah
61

cair dan BAB dengan O:


frekuensi 5 kali/hari - Bising usus tidak hiperaktif (15 kali/menit)
- Frekuensi dan konsistensi BAB membaik
- Klien sudah terlihat lebih segar/tidak lemas
A:
Masalah teratasi
Indikator Awal Akhir
Konsistensi fases 2 4
frekuensifases 2 4
Pristaltik usus 2 4
P:
Intervensi dilanjutkan
Hipetermia S:
berhubungan dengan Keluarga klien mengatakan An.K suhu tubuhnya
dehidrasi ditandai sudah tidak hangat/membaik
dengan suhu tubuh O:
meningkat dan kulit Suhu An.K membaik menjadi 36,5 oC
terasa hangat A:
Masalah teratasi
Indikator Awal Akhir
Suhu tubuh 2 4
Suhu kulit 3 5
P:
Intervensi dihentikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan.


Pengkajian yang kami lakukan dalam asuha keperawatan pada klien An.K dengan
GEA yang dilakukan di ruang anak Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
meliputi, biodata, keluhan utama (saat masuk RS), keluhan saat pengkajian, riwayat
perjalanan penyakit, kebutuhan dasar hingga pemeriksaan fisik sampai data
penunjang. Pengkajian kami lakukan dengan menggunakan instrumen sebagai
pedoman yaitu menurut 12 domai NANDA.

Data pengkajian yang kami lakukan pada studi kasus pada klien An.K
dengan GEA yang dilakukan di ruang anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, data-data yang kami temukan diantaranya adalah kelihan
utana yaitu keluhan utama muntah (+), BAB frekuensi 5x/hari dengan konsistensi
cair, suhu tubuh panas dan didiagnosa medis GEA. Setelah dikaji ibu mengatakan
An.K alergi ikan laut, An.K sedang dalam fase mengenali lingkungan sekitar
dengan sering memasukkan makanan ataupun benda ke dalam mulut dan klein
selama terdiagnosa GEA An.K sering menangis, nafsu makan menurun dan terlihat
lemas. Diketahui berat badan sebelum sakit 15 kg lalu mengalami penurunan
hingga berat badan saat sakit 13,5 kg dengan kisaran waktu penurunan berat badan
3 hari, abdomen kembung, airway bebas, breating spontan, CTR 2 detik, tidak ada
perdarahan, tugor kulit menurun, fontanel cekung, respon alert, pupil isokor, refleks
+/+, GCS E4,M6,V5. TTV didapatkan HR: 110 x/mnt, RR: 21 x/mnt, suhu 38,8 oC,
Spo2 99%.

Dari uraian pengkajian diatas, naka kami mengambil 3 diagnosa yaitu :


Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
penurunan berat badan, suhu meningkat, dan mukosa kering. Diare berhubungan
dengan proses infeksi ditandai dengan fases cair dan BAB dengan frekuensi 5
kali/hari. Hipetermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan suhu tubuh
meningkat dan kulit terasa hangat.

63
64

A. Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai


dengan penurunan berat badan, suhu meningkat, dan mukosa kering
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan intravaskular,
interstisial dan intraslular. Intervensi yang dilakukan adalah manajemen
hipovolemia terdiri dari periksa tanda dan gejala hipovolemia, perikan asupan
cairan oral,anjurkan memperbanyak asupan cairan oral dan kolaborasi
pemberian cairan IV isotonis (SDKI ,2017).
Implementasi yang dilakukan adalah memeriksa tanda dan gejala
hipovolemia dengan respon penyebab hipovolemia dikarenakan BAB cair
dengan frekuensi 5 kali/hari, nafsu makan kurang, tugor kulit tidak
elastis/fontinel cekung, memberikan asupan cairan oral dengan respon
diberikan oralit 250cc/BAB, menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
dengan respon pasien dianjurkan untuk minum sesuai kebutuhan agar cairan
tetap terjaga dan mengkolaborasikan pemberian cairan IV isotonis dengan
respon pasien dipasang infus RL120cc/jam dalam 4 jam (SIKI, 2019)
Penanganan untuk hipovolemia menurut SIKI (2019) terdiri dari
intervensi uatama yaitu manajemen dan manajemen syok hipovolemia. Pilihan
utama yang dipilih adalah manajemen hipovolemia karena tindakan utama
untuk klien GEA adalah masalah cairan atau circulation yaitu
mengidentifikasidan mengelola penurunan volume cairan intravaskuler dengan
observasi pemeriksaan tanda dan gejala hipovolemia, terapeutik memberikan
asupan cairan oral, edukasi menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
dan mengkolaborasikan pemberian cairan IV isotonis.
B. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan fases cair dan
BAB dengan frekuensi 5 kali/hari
Diare merupakan pengeluaran fases yang sering, lunak dan tidak
berbentuk. Intervensi yang dilakukan adalah manajemen diare terdiri dari
identifikasi penyebab diare, ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit dan anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap (SDKI, 2017)
65

Implementasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab diare


dengan respon penyebab diare karena konsumsi makanan alergi pada An.K,
mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
dengan respon didapatkan hasil pemeriksaan lab hematologi seperti
hemoglobin 10,7 g/dl, eritrosit 3,74 juta/uL, leukosit 10 ribu/uL, trombosit 548
ribu/mm2 dan hemotokrit 30%, menganjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap dengan respon pasien mulai memakan makanan secara
bertahap dari porsi sedikit hingga meningkat secara konsisten dan beretahap
(SIKI, 2019).
Penanganan untuk diare menurut SIKI (2019) terdiri dari dua intervensi
utama yaitu manajemen diare dan pemantauan cairan. Pilihan utama yang
dipilih adalah manajemen diare karena tindakan selanjutnya untuk klien GEA
setelah masalah cairanya teratasi yaitu mengidentifikasi dan mengelola diare
dan dampaknya dengan observasi identifikasi penyebab diare, terapeutik
mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit,
edukasi menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap untuk
meningkatkan nafsu makan dan kolaborasi obat diare, jika perlu.
C. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan suhu tubuh
meningkat dan kulit terasa hangat
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
tubuh yaitu lebih dari 37,5oC. intervensi yang dilakukan adalah manajemen
hipertermi terdiri dari identifikasi penyebab hipertermia, longgarkan atau
lepaskan pakaian, anjurkan tirah baring dan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena (SDKI, 2017)
Implementasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab
hipertermia dengan respon penyebab hipertermia setelah dilakukan pengkajian
yaitu karena dehidrasi disebabkan oleh muntah (+), bab cair dengan frekuensi
5 kali/hari/diare, melonggarkan atau lepaskan pakaian dengan respon pasien
melonggarkan pakaian untuk melepas panas tubuh yang ada, menganjurkan
tirah baring dengan respon posisikan klien untuk tirah baring dan
66

mengkolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena dengan respon


pasien sudah terpasang elektrolit intravena KAEN 3A 46 cc/jam (SIKI, 2019)
Penanganan untuk hipertermia menurut SIKI (2019) terdiri dari dua
intervensi utama yaitu manajemen hipertermia dan regulasi temperatur. Pilihan
utama yang dipilih adalah manajemen hipertermia karena tindakan selanjutnya
untuk klien GEA yaitu mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu
tubuh akibat disfungsi termoregulasi yang pada pasien GEA diakibatkan
karena dehidrasi tindakan observasi mengidentifikasi penyebab hipertermia,
terapeutik melonggarkan atau lepaskan pakaian, edukasi anjurkan tirah baring
dan kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Gastroenteritis merupakan peradangan pada saluran pencernaan yang
mengakibatkan diare dengan frekuensi lebih dari 3-4 dalam 24 jam yang
disebabkan virus, bakteri dan protozoa. Munculnya gejala seperti diare,
mual muntah, demam, nyeri perut dan dehidrasi.
2. An.K dengan usia 1 tahun dengan riwayat imunisasi lengkap, An.K
sebelumnya tidak pernah masuk RS. Pada tanggal 27 september 2022
An.K masuk rumah sakit dengan keluhan utama muntah (+) dan Bab cair
dengan frekuensi 5 kali/hari. BB sebelum masuk 15 Kg dan BB saat sakit
13,5 Kg, Abdomen kembung, bibir pucat, pupil isokor. RR 29 kali/menit,
Nadi 120 kali/menit, Suhu 38,8°C dengan diagnosa GEA.
3. Diagnosa
1) Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan berat badan, suhu meningkat, dan
mukosa kering
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan
intravaskular, interstisial dan intraslular.
2) Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan fases
cair dan BAB dengan frekuensi 5 kali/hari
Diare merupakan pengeluaran fases yang sering, lunak dan
tidak berbentuk.
3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
suhu tubuh meningkat dan kulit terasa hangat
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas
rentang normal tubuh yaitu lebih dari 37,5oC.

67
68

4. Intervensi
1) Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan berat badan, suhu meningkat, dan
mukosa kering
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan
intravaskular, interstisial dan intraslular. Intervensi yang
dilakukan adalah manajemen hipovolemia terdiri dari periksa tanda
dan gejala hipovolemia, perikan asupan cairan oral,anjurkan
memperbanyak asupan cairan oral dan kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (SDKI ,2017).
2) Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan fases
cair dan BAB dengan frekuensi 5 kali/hari
Diare merupakan pengeluaran fases yang sering, lunak dan
tidak berbentuk. Intervensi yang dilakukan adalah manajemen
diare terdiri dari identifikasi penyebab diare, ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit dan anjurkan
makanan porsi kecil dan sering secara bertahap (SDKI, 2017)
3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
suhu tubuh meningkat dan kulit terasa hangat
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas
rentang normal tubuh yaitu lebih dari 37,5oC. intervensi yang
dilakukan adalah manajemen hipertermi terdiri dari identifikasi
penyebab hipertermia, longgarkan atau lepaskan pakaian, anjurkan
tirah baring dan kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
(SDKI, 2017).
5. Implementasi
1) Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan berat badan, suhu meningkat, dan
mukosa kering
Implementasi yang dilakukan adalah memeriksa tanda dan
gejala hipovolemia dengan respon penyebab hipovolemia
69

dikarenakan BAB cair dengan frekuensi 5 kali/hari, nafsu makan


kurang, tugor kulit tidak elastis/fontinel cekung, memberikan
asupan cairan oral dengan respon diberikan oralit 250cc/BAB,
menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral dengan respon
pasien dianjurkan untuk minum sesuai kebutuhan agar cairan tetap
terjaga dan mengkolaborasikan pemberian cairan IV isotonis dengan
respon pasien dipasang infus RL120cc/jam dalam 4 jam (SIKI,
2019)
2) Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan fases
cair dan BAB dengan frekuensi 5 kali/hari
Implementasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi
penyebab diare dengan respon penyebab diare karena konsumsi
makanan alergi pada An.K, mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit dengan respon didapatkan
hasil pemeriksaan lab hematologi seperti hemoglobin 10,7 g/dl,
eritrosit 3,74 juta/uL, leukosit 10 ribu/uL, trombosit 548 ribu/mm2
dan hemotokrit 30%, menganjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap dengan respon pasien mulai memakan makanan
secara bertahap dari porsi sedikit hingga meningkat secara konsisten
dan beretahap (SIKI, 2019).
3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
suhu tubuh meningkat dan kulit terasa hangat
Implementasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi
penyebab hipertermia dengan respon penyebab hipertermia setelah
dilakukan pengkajian yaitu karena dehidrasi disebabkan oleh muntah
(+), bab cair dengan frekuensi 5 kali/hari/diare, melonggarkan atau
lepaskan pakaian dengan respon pasien melonggarkan pakaian untuk
melepas panas tubuh yang ada, menganjurkan tirah baring dengan
respon posisikan klien untuk tirah baring dan mengkolaborasikan
pemberian cairan dan elektrolit intravena dengan respon pasien sudah
terpasang elektrolit intravena KAEN 3A 46 cc/jam (SIKI, 2019)
70

6. Evaluasi
Dari mulai diagnosa, intervensi, serta implementasi keperawatan
yang sudah disusun serta telah diterapkan kepada pasien maka hasil dari
evaluasinya pasien mengalami peningkatan kesehatan serta masalah
keperawatan yang dialami oleh pasien berkurang dan teratasi dengan baik.
Sehingga dalam hal ini pasien dapat kembali lingkungannya lagi dengan
kondisi yang lebih optimal dan baik.

B. Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan mampu memahami pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada pasien yang dirawat dirumah sakit khususnya pada perawatan pasien
GEA yaitu dengan melakukan pemasangan infus dan lainya
2. Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan kepada seluruh perawat atau bidan di RSUD Palembang
BARI, dalam pemasangan infus ataupun dalam pemberian tindakan yaitu
hand hygine dan menggunakan handscoone
3. Bagi institusi
Agar lebih mengarahkan dan membimbing para mahasiswa untuk lebih
terampil dalam keterampilan dasar praktik klinik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arfiyah, Akhidatul. 2020. Studi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien


Gastroenteritis Akut di Rs Syuhada’ Haji Kota Blitar Tahun 2019.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
2. Arlis SW dkk, Karakteristik Penyakit Gastroenteritis Akut Pada Pasien Di
Rsup Sanglah Denpasar Tahun 2018
3. Diah Halimah, Kejadian Gastroenteritis Dan Faktor Penyebabnya Pada
Siswa Sd Di Kelurahan Beji Timur, Kota Depok Jurnal Ekologi Kesehatan
Vol. 17 No 2, September 2018
4. Halimatussa dkk, 2018 Kejadian Gastroenteritis Dan Faktor Penyebabnya
Pada Siswa Sd Di Kelurahan Beji Timur, Kota Depok
5. Indriyani, putra 2020. Penanganan Terkini Diare Pada Anak: Tinjauan
Pustaka. Intisari Sains Medis. DOAJ. Volume 11, Number 2: 928-932.
6. Kasper, D., Fauci, A., Hauser, S., Longo, D., Jameson, L.J., Loscalzo, J.
2018. Harrison’s Principles of Internal Medicine 20th Edition. USA: The
McGraw-Hill Companies.
7. Pramudya, Rosandi Rio. 2018. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Gastroenteritis Akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Soekarno
Kabupaten Ngawi Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Setia
Budi. Surakarta.
8. Saputra Wayan. 2021. Karakteristik penyakit Gastroenteritis akut pada
pasien di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018. Fakultas kedokteran
Udayana. Jurnal Medika Udayana. Vol. 10 No.4.
9. Wasliah, I., Syamdarniati, & Aristiawan, D. (2020). Pemberian Edukasi
Kesehatan tentang Pencegahan Diare pada Anak Di Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Dasan Agung Kota Mataram, NTB. Jurnal Abdimas
Kesehatan Perintis, 2(1), 13–16.
10. Putri, D. E. N., Riesmiyatiningdyah, R., Sulistyowati, A., & Annisa, F.
(2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DIAGNOSA
MEDIS GASTROENTRITIS DI RUANG ASHOKA RSUD BANGIL–
PASURUAN (Doctoral dissertation, Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Sidoarjo).
11. Adhiningsih, Y. R., & Juniastuti, J. (2019). Diare Akut pada Balita di
Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1(2),
https-ojs.
12. Nari, J. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gastroenteritis
Akut Dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Di
Ruangan Anak Rsud Dr. M. Haulussy. Global Health Science, 4(3), 159-
164.
13. Wolayan, G. A. C., & Ranuh, I. G. M. R. G. (2020). Diare Kronis pada Anak
Berusia di Bawah Lima Tahun. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA) Vol, 2(3).

71
72

LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR BIMBINGAN
SPO INFUSE/VITAL SIGN

Anda mungkin juga menyukai