Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DASAR PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN MATERI

PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP POS 2

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG

TAHUN 2013

DISUSUN OLEH :
1. NOVI LASARI
2. NOVIA MARSELA
3. OTA PIYOLINA

DOSEN PEMBIBING AKADEMIK : ISNAINI DESI Am.keb


KETUA CI POS II : SRI ZURTINI Am.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
PEMBINA PALEMBANG
TAHUN 2013
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti seminar Praktik Klinik Kebidanan
Di rumah Sakit Bhayangkara Palembang dan sebagai syarat menyelesaikan praktik Klinik
Kebidanan Mahasiswi Semester VI Program Studi DIII Kebidanan Yayasan Pembina
Palembang.

1. LILIK WARSINI (8.12.029)


2. LETYSIA NORA YANTI (8.12.030)
3. MASDALENA (8.12.031)
4. MERRY DELIMA (8.12.032)
5. NORA SIANTURI (8.12.033)
6. NOVA ANGGRIANI (8.12.034)
7. NOVA FRANSISCA (8.12.035)
8. NOVI LASARI (8.12.036)
9. NOVIA MARSELA (8.12.037)
10. OTA PIYOLINA (8.12.038)

Menyetujui

Pembimbing Praktik Lapangan CI Lapangan Ruang Kebidanan


STIKES Pembina Palembang RS Bhayangkara

(ISNAINI DESI, Am.Keb) (Sri Zustini, Am.Kep)


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan hasil identifikasi diruang rawat inap
pos 2 rumah sakit bhayangkara Palembang.

Mahasiswa menyadari sepenuhnya bahwa laporan yang kami buat ini masih bayak kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Saran dan kritik yang bersifat
membangun merupakan sesuatu yang sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan dimasa yang
akan dating.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimahkasih banyak kepada:

1. Kompol dr. syamsul Bahar, M.Kes selaku Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Palembang .
2. Kompol Mahyuddin, S.Kep selaku Wakil kepala rumah sakit bhayangkara Palembang
3. AKBP dr. Andrianto SpOG, sebagai staf ahli madya rumah sakit bhayangkara Palembang
4. Dr.Heryadi Manan, SpOG (k), Dr. Kurniawan SpOG, Dr.Heni Luniagus,SpOG, Dr.Nizam
albadawi SpOG, sebagai dokter spesialis kandungan rumah sakit bhayangkara Palembang
5. Eristiana, SKM , sebagai kepala ruangan IRJA rawat jalan rumah sakit bhayangkara palembang
6. Kaur Yanwat Lestari Begawati S.kep rumah sakit Bhayangkara Palembang
7. Ibu Piliyani,S.kep,Ners selaku kepala ruangan di rawat inap pos 1 rumah sakit Bhayangkara
Palembang
8. Ibu Sri Zustini, Am.Kep selaku kepala ruangan dirawat inap pos 2 Rumah sakit Bhayangkara
Palembang
9. Hj Linda Fachrudin Binu selaku ketua yayasan STIKES Pembina Palembang
10. Joyce anggela Yunica, Am.Keb., SKM selaku ketua program study DIII kebidanan sekolah tinggi
ilmu kesehatan (STIKES) Pembina Palembang
11. Seluruh Dokter Spesialis di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
12. Seluruh kakak-kakak yang menjadi pembibing lapangan Rumah Sakit Bhayangkara
13. Seluruh Pembibing Rumah Sakt Bhayangkara Palembang
14. Ibu Isnaini Desi Am.keb sebagai Pembibing Akademik Stikes Yayasan Pembina Palembang.
15. Dr.Yunita, sebagai lakhar kasubbid yanmeddokpol rumah sakit bhayangkara Palembang.
16. Julianti nitarina, SKM , sebagai KASUBBAG BINFUNG rumah sakit bhayangkara Palembang
17. Eti Yuliana , SKM , sebagai LAKHAR KAUR DIKLIT rumah sakit bhayangkara Palembang.
18. Seluruh staf rumah sakit bhayangkara Palembang
Terima Kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang tidak kami sebut kan satu-persatu,
atas bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama kami melakukan praktek lapangan diruah
sakit bhayangkara Palembang , semoga amal ibadah dan budi yang diberikan kepada kami mendapat
imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Palembang ,04 maret 2013

Mahasiswa DIII Kebidanan Pembing

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN. ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................... 2


1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 2

1.4 Manfaat ......................................................................................... 2


1.4.1 Bagi Mahasiswa ............................................................... 2
1.4.2 Bagi Rumah Sakit ............................................................. 2
1.4.3 Bagi Institusi..................................................................... 2
1.4.4 Bagi Pasien ....................................................................... 2
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................... 3
1.5.1 Waktu ............................................................................... 3
1.5.2 Tempat .............................................................................. 3

BAB 11 TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pemasangan Infus ......................................................................... 4


2.2 Indikasi pemasangan infuse......................................................... 5
2.3 Macam-macam pemberian infuse ................................................ 6
2.4 Tujuan pemberian infuse atau terapi intra vena ............................. 7
2.5 Kriteria pemilihan pembuluh darah ............................................... 7
2.6 Faktor yang mempengaruhi pemilihan sisi (vena) ......................... 7
2.7 Prinsip pemasangan infus .............................................................. 8
2.8 Anatomi tempat pemasangan infus ................................................ 9
2.9 Macam-macam ukuran abocath ..................................................... 9
2.10 Prosedur kerja pemberian infus ..................................................... 10
2.11 Menghitung tetesan infus ............................................................... 12
2.12 Macam-macam cairan infuse ......................................................... 14

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 18

3.1 Sejarah Singkat Instansi .................................................................... 20

3.2 Visi,Misi dan Moto RS Bhayangkara ............................................... 20

3.3 Profil RS Bhayangkara ..................................................................... 21

BAB IV TINJAUAN KASUS ......................................................................... 22

BAB V LAMPIRAN........................................................................................

BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 20

5.1 Kesimpulan .......................................................................................

5.2 Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
cara memasukkan cairan melalui intra vena (pembuluh balik) melalui transkutan dengan stilet
tajam yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan.
Dan yang di maksud dengan pemberian cairan intravena adalah memasukan cairan atau obat
langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan
infus set.
Tindakan infus biasa diberikan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra
dan pasca bedah sesuai program pengobatan,serta pasien yang sistem pencernaannya terganggu,
serta untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui
sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh.Pemasangan infus dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat,dehidrasi,dan syok.
Berdasarkan latar belakang dari pengertian dari pemasangan infuse itu lah kami penulis
tertarik untuk mengambil judul tentang KONSEP DASAR PRAKTIK KLINIK
KEBIDANAN PEMASANGAN INFUS DIRUMAH SAKIT BHAYANGKARA
PALEMBANG TAHUN 2013 .

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara penatalaksanaan memasang infus,dan cara memilih vena dalam pemasangan
infus serta resiko kesalahan dalam pemasangan infuse ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mendemonstrasikan pelaksanaan
tindakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pada pemenuhan asuhan
kebutuhan dasarnya.

1.3.2 Tujuan Khusus :

Mengetahui pengertian infus


1. Mengetahui tujuan pemberian infus
2. Mengetahui jenis-jenis infus
3. Mengetahui prosedur kerja pemberian infus
4. Mampu melakukan praktek klinik pemasangan infus

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi mahasiswa

a. Dapat menambah keterampilan mahasiswa mengenai prosedur memasang infuse ,


resiko-resiko jika melakukan kesalahan dalam pemasangan infuse dan bisa
membedakan anatara vena dan arteri

b. Dapat mengetahui jenis-jenis infuse , alat yang digunakan untuk memasang infuse .

1.4.2 Bagi Rumah Sakit

a. Memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap pasien sesuai dengan prosedur


kerja

1.4.3 Bagi Institusi

a. Dalam memberikan praktek klinik kebidanan institusi di harapkan mampu


meningkatkan pembekalan ilmu kepada mahasiswa dengan materi memasang infus,
dan juga resiko-resiko dalam pemasangan infuse
b. Laporan Hasil pelaksanaan praktik lapangan atau makalah yang diberikan dapat
dijadikan referensi mahasiswa dalam proses belajar mengajar di pendidikan
khususnya mengenai pemasangan infuse.

1.4.4 Bagi Pasien

a. Mempermudah pasien dalam proses penyembuhannya.

b. Mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan hak-hak pasien

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan dimulai dari tanggal 04 maret sampai dengan 30 maret 2013 Di
rumah sakit bhayangkara Palembang.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pemasangan Infus


Menurut Potter pemasangan infuse merupakan tindakan keperawatan terhadap yang
dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena (pembuluh balik)
melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang
disambungkan dan yang dimaksud dengan pemberian cairan intra vena adalah memasukkan
cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan penggunaan infuse set.

Pemberian cairan melalui infuse merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intra vena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.

Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum
ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh.Pemasangan infus dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui
intravena yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok.

Pemberian cairan melalui infuse merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intra vena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.

Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit,
obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena.Tindakan ini sering
merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok,
karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar
tentang
keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif
dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi
intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam
pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan
kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh
dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang
dibutuhkan serta mengatur dan mempertahankan sistem.

Terapi intravena memberikan cairan tambahan yang mengandung komponen tertentu yang
diperlukan untuk secara terus-menerus selama periode tertentu. Cairan bisa bersifatisotonis
(NaCl 0,9% ; Dekstrosa 5% dalam air , Ringer Laktat, dll.), hipotonis (NaCl 5%), atau hipertonis
(Dekstrosa 10% dalam NaCl, Dekstrosa 10% dalam air, Dekstrosa 10% dalam NaCl, Dekstrosa
10% dalam air, Dekstrosa 20% dalam air).

Sasaran pemberian cairan intravena (IV) adalah untuk memperbaiki atau mencegah
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau untuk memberikan terapi medikasi IV. Bila perawat
memberikan terapi IV atau memberikan medikasi IV , ketentuan Five Right dari pemberian
obat berlaku pada prosedur ini. Pemberian cairan IV menuntut perawat mengetahui bagaimana
memulai terapi IV, memberikan cairan IV dengan benar, dan mempertahankan sistem IV.

2.2 Indikasi Pemasangan Infus


a. Pemberian nutrisi parenteral (langsung ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
c. Pemberian obat yang terus-menerus
d. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada opersi besar
resiko pendarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk
memudahkan pemberian obat
e. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya resiko dehidrasi (kekurangan
cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba).
2.3 Macam-macam pemberian Infus
a. Continous Infusion (Infus berlanjut)

Infus ini bisa diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung,melalui
intravena, intra arteri dan intra techal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa
khusus yang ditanam maupun eksternal.

Keuntungan:
1) Mampu untuk menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat
2) Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau adanya
penyumbatan.
Kerugian:
1) Memerlukan selang khusus
2) Biaya lebih mahal
3) Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrasi.

b. Intermittent Infusion (Infus sementara)


Infus ini dapat diberikan melalui heparin lock, piggybag untuk infus yang kontinyu,
atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus.

Keuntungan :
1) Inkompabilitas dihindari
2) Dosis obat yang lebih besar dapat diberikan dengan konsentrasi permililiter yang lebih
rendah daripada yang dipraktikkan dengan metode dorongan IV.
Kerugian :
1) Kecepatan pemberian tidak dikontrol dengan teliti kecuali infus dipantau secara elektronik.
2) Volume yang ditambahkan 50-100 ml cairan IV dapat menyebabkan kelebihan cairan pada
beberapa pasien.
2.4 Tujuan Pemberian Infus/terapi intra vena
1. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
2. Sebagai akses pemberian obat, kemoterapi dan tranfusi darah serta produk darah
3. Memberikan parenteral nutriens
4. Pra dan pasca bedah sesuai program
5. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan
7. Memulihkan keseimbangan asam-basa

8. Memulihkan volume darah

9. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan

2.5 Kriteria pemilihan pembuluh darah


1. Gunakan cabang vena distal (vena bagian proksimal yang berukuran lebih
besar,bermanfaat untuk keadaan darurat)

2. Pada klien dewasa, vena yang terdapat pada ekstremitas bagian bawah hanya digunakan
sebagai pilihan terakhir.

2.6 Faktor yang mempengaruhi pemilihan sisi (vena)

1. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan
mempengaruhi berapa lama IV berakhir.

2. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu
atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh
oleh apapun

3. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, takbergerak, perubahan tingkat


kesadaran
4. Jenis IV : jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa tempat-
tempat yang optimum (mis, hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer)

5. Durasi terapi IV : terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk memelihara


vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari
distal ke proksimal (mis, mulai di tangan dan pindah ke lengan)

6. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien


dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (mis, pasien mastektomi ) tanpa izin dari
dokter .

9. Sakit sebelumnya :jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke .

10. Kesukaan pasien : jika mungkin ,pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk sebelah
kiri atau kanan dan juga sisi .

2.7 Prinsip pemasangan infuse


a. Prinsip pemasangan infus pada pediatric (anak)
Karena vena klien sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan atau
digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk kalau perlu).
Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan perlindungan agar tidak
mudah mengalami infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus dan bayi)
Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan pembatasan yang
minimal.
b. Prinsip pemasangan infuse pada lansia
Pada klien lansia, sedapat mungkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-
26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada.
vena dan memungkinkan aliran darah lebih lancar sehingga hemodilusi cairan
intravena atau obat-obatan akan meningkat.
Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan subkutan
lansia hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit di bawah tempat
insersi
Penggunaan sudut 5 15 saat memasukkan jarum akan sangat bermanfaat karena
vena lansia lebih superficial
Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan kulit dengan
meminimalkan jumlah pemakaian plester.

2.8 Anatomi tempat pemasangan infus


1.9 Macam-macam Ukuran Abocath
Menurut Potter ukuran jarum infus yang biasa digunakan adalah :

1. Ukuran 16
Guna : Dewasa, Bedah Mayor, Trauma, Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
2. Ukuran 18
Guna : Anak dan dewasa, Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar.
3. Ukuran 20
Guna : Anak dan dewasa, Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah,
dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Umum dipakai
4. Ukuran 22
Guna : Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut), Cocok untuk sebagian besar cairan
infus.
Pertimbangan Perawat : Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh,
Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat, Sulit insersi melalui kulit yang keras.
5. Ukuran 24, 26
Guna : Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut), Sesuai untuk sebagian besar
cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat : Untuk vena yang sangat kecil, Sulit insersi melalui kulit keras.

1.9 Prosedur kerja pemberian infus


Persiapan Alat dan Bahan
a. standar infus
b. Infus set makro/mikro
c. cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
d. jarum infus atau abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
e. pengalas
f. tourniquet atau pembendung
g. kapas alkohol 70% dalam tempatnya
h. plester
i. gunting
j. kasa steril
k. Betadine
l. Sarung tangan

Pelaksanaan
a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan : Arti dan tujuan terapi
intravena (I.V)
b. Cuci tangan
c. Hubungkan cairan dan infuse set dengan menusukkan kedalam botol infuse
d. Isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar
udaranya.
e. Letakkan pengalas
f. Lakukan pembendungan dengan Tourniquet
g. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
h. Lakukan penusukkan dengan arah jarum keatas.
i. Cek apa kah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infuse atau
abocath
j. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse
k. Buka tetesan
l. Lakukan desinfkesi dengan betadhine dan tutup dengan kasa steril
m. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
n. Catat respon yang terjadi
o. Cuci tangan

Evaluasi
Setelah di lakukan pemasangan infus pada klien,cek ada atau tidak terlihatnya atau
terdapat tanda-tanda peradangan.Kemudian lakukan dokumentasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan ( kewaspadaan)

a. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain


b. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
c. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
d. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus secara perlahan
e. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan
memakai kapas alkohol.

1.10 Menghitung tetesan infuse


Rumus tetesan infuse permenit
Setiap saat terjadi pengeluaran cairan tubuh, maka masukan air tiap hari mutlak, diperlu
kan agar metabolism tubuh dapat berlangsung dengan normal. Keseimbangan air ini dikelola
dengan pengaturan masukkan dan ekskresinya.Pengaturan eksresi air merupakan mekanisme
yang lebih utama dan lebih penting dibandingkan dengan pengaturan masukan air.Secara
alamiah masukan air terjadi karena adanya rangsangan haus yaitu suatu mekanisme penting
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kehilangan air dan hipertonisitas. Absorbsi air
yang berasal dari masukan oral terjadi dalam saluran cerna dengan proses difusi pasif.
Transportasi natrium secara aktif dari lumen usus kedalam enetrosit merupakan proses utama
yang menyebabkan peninggian tekanan osmotic dalam sel yang mana seterusnya diikuti oleh
aliran air dari lumen ke dalam sel secara pasif, sampai terjadi keseimbangan.

Untuk mencari volume atau jumlah cairan yang di butuhkan dapat kita gunakan rumus
berikut :
Jam X Tetesan yang di butuhkan X 60 menit
Faktor tetesan

Perhitungan Tetesan Infus

1. Tetesan Makro : 1cc = 15 tetes

Rumus : Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc)

Lamanya infus (jam) x 4

2. Tetesan Mikro : 1cc = 60 tetes

Rumus : Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc)

3. Persiapan alat dan bahan :

a. Jam atau penghitung waktu dengan detik


b. Kertas atau lembar observasi
c. Alat tulis

4. Cara pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan mengatur tetesan infuse pada pasien
3. Lihat lokasi pemasangan infuse serta lihat lancer dan tidaknya tetesan.
4. Hitung tetesan infuse dengan cara sebagai berikut :
a) Dewasa
Tetesan/menit = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse(jam)x3

Contoh : seorang pasien dewasa diperlukan dehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam
1 jam maka tetesan per menit adalah :
Jumlah tetesan/menit = 1000
1x3 = 20 tetes/menit

b) Anak
Tetesab/menit (mikro) = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse((jam)

Contoh :
Seorang pasien neonates diperlukan rehidrasi dengan 250 pl dalam 2 jam maka
tetesan per menit adalah :
Jumlah tetesan/menit(mikro) = 250 = 125 tetes mikro/menit
2

1.11 Macam-macam cairan infus


a. Asering
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan :
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati.
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus.

b. KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus Dosis
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam).
lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak,bayi
prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam.

c. KA-EN 3A & KA-EN 3B


Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas.
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

d. KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
Mensuplai kalium 20 mEq/L

e. KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak.
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal.
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L

f. KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun.
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia.
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L

g. Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl,misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar).
h. Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
i. Amiparen
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
j. Aminovel-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
k. PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid
BAB III

PROFIL RUMAH SAKIT

3.1 Sejarah Singkat Instansi


Sejarah singkat keberadaan Rumah Sait Bhayangkara Palembang berawal dari keinginan
para anggota Polri,PNS serta Bhayangkari untuk memiliki sebuah balai pengobatan sendiri yang
kemudian di beri nama Balai Pengobatan Tri Sakti.Pemberian nama Tri Sakti berasal dari tiga
unsur tersebut yang rela menyisihkan sebagian gaji mereka untuk mendirikan balai pengobatan.

Balai pengobatan ini berdiri pada tanggal 1960 yang terletak di jalan Madang
Palembang,dengan tenaga medis seorang dokter sipil yang bekerja secara sukarela pada Polri
yaitu dr.Ghan Tjiu Ham.

Pada tahun 1963 Balai Pengobatab TriSakti di ubah menjadi Poliklinik Dinas Kesehatan
Daerah Kepolisian (Dinkesdak) VI yang kemudian pndah ke JL.Kol.Atmo No.9
Palembang.Sebagai Kepala dinas kesehatan daerah kepolisian (Kadiskesdak) VI yang pertama
adalah Mayor (Pol) Dr.K,S Pam Budi dengan di bantu tiga orang dokter dan dua orang pembantu
dokter. Dan juga pada tahun tersebut menjadi Seksi Kesehatan Jasmani di bawah polda sumatera
selatan tahun 1972,Mayor.Pol.Dr.Tarmizi yahya sebagai pejabat Kadis kesdak VI.Pada tanggal 1
juli 1975 DiskesdakVI pindah ke jalan Jendral Soedirman Km 4,5 Palembang.Pada saat itu pula
pengelolaan klinik bersalin Dinkes Brimob di serahkan kepada Sikesdak VI,kemudian atas
prakarsa dari kadin Pol VI Sumbagsel dan Kasikesjasdak VI Sumbagsel Yaitu Mayor Pol Dr
Tarmizi yahya (alm) Poliklinik ini menjadi RS,Berdasarkan surat keputusan Kapolri
No.Pol.S.ket/262/VI/89 tanggal 22 juni 1989 diresmikan nama Rumah Sakit Polri,kemudian
pada tahun 2000 berubah menjadi Rumah Sakit Bhayangkara TK.IV Polda sumatera bagian
selatan sesuai keputusan kapolri No.Pol.skep/1480/XI/2000.

Seiring dengan kebutuhan akan pelayanan bagi anggota Polri dan pegawai Negeri
Sipil,Keluarga Polri dan purnawirawan serta masyarakat umum,maka Rumah Sakit Bhayangkara
mengembangkan diri dari segi pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda
Bagian Sumatera Selatan.Pada bulan oktober 2001 sesuai keputusan kapolri
no.pol.Skep/1549/x/2001,Rumah sakit Bhayangkara TK.IV Polda Sumatera Selatan di resmikan
menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumatera Selatan TK.III.
3.2 Visi,Misi dan Motto Rumah sakit Bhayangkara Palembang

Visi : Terwujudnya pelayanan prima yamg terstandarisasi dan sebagai pusat pelayanan terpadu
kecelakaan lalu lintas terbaik di sumatera selatan.

Misi : 1. Meningkatkan taraf kesehatan anggota polri,PNS dan keluarga serta masyarakat pada
umumnya

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan prima

3. Memberikan pelayanan terpadu kecelakaan lalu lintas paripura

4. Penerapan manajemen bebas biaya secara bertahap bagi anggota dan PNS polri
beserta keluarga

5. Mendukung tugas profesional kepolisian di polda sumsel secara proaktif

6. Meningkatkan mutu sumber daya manusia.

Motto :Kami Memberikan Pelayanan Yang Terbaik Dengan Hati Nurani '
3.2 Profil RS Bhayngkara Palembang

Nama : RS Bhayangkara Palembang

Nama Pimpinan : Kompol dr. Syamsul Bahar, M.kes

Alamat : Jl. Jendral Sudirman

Telepon : (0711) 42002

Email :

Tahun Di dirikan : 27 April 1988


BAB IV

TINJAUAN KASUS

KONSEP DASAR PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN MATERI PEMASANGAN INFUS


DI RUANG RAWAT INAP POS 2

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

PALEMBANG TAHUN 2013

Pengkajian dilakukan Tanggal : 05 Maret 2013

Pukul : 12.20 WIB

A. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama : Tuan Zendi Aktara

Umur : 19 Tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Palembang/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Alamat : Jl. Suka bangun 2

2. Alasan Datang

Tanggal 05 Maret 2013, pukul 12.20 WIB Tuan Zendi Aktara dating Ke RS Bhayangkara
Palembang untuk operasi Tonsilnya.
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Lemah

TD : 110/80 mmHg

RR : 22x/m

Nadi : 100x/m

Suhu : 36,9 C

C. Keterangan

No Nama Pasien Umur Diagnosa Ruangan Tindakan

1 Zendi Aktara 19 Thn Tonsil Kemuning 1.Mengganti


Cairan Infus

2.Vital Sign

3.Pemasangan
Infus

4.Pemakaian
Escrap Pre-
Operasi
LAMPIRAN

a. Dokumentasi pemasangan infus


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan cara
memasukkan cairan melalui intra vena (pembuluh balik) melalui transkutan dengan stilet tajam
yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan.
Tujuan dari pemberian infuse adalah memberikan nutrisi parenteral dan suplemen
nutrisi,sebagai akses pemberian obat kemoterapi dan tranfusi darah serta produk darah, serta
mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,elektrolit,vitamin,protein
lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral dan juga dapat
memulihkan keseimbangan asam basa
Adapun jenis-jenis pemberian infus bisa dengan continous infusion (infus berlanjut) ,
Intermitten Infusion (Infus Sementara).

6.2 Kritik dan Saran


6.2.1.1 Bagi Rumah Sakit
Sebaiknya tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan aspek-aspek untuk menunjang
kesehatan masyarakat,memperhatikan kode etik, melakukan tindakan yang tepat, serta menjaga
privasi pasien. Untuk menjadi tenaga kesehatan yang profesional tidak hanya dibutuhkan ilmu
pengetahuan, namun harus di imbangi dengan skill yang bagus dan pihak rumah sakit untuk
menyediakan fasilitas yang memadai.
6.2.1.2 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk para siswa agar dapat melaksanakan pemberian cairan dan elektrolit
melalui infus sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan untuk pasien dan tetap
mempertahankan komunikasi yang baik dan sikap yang baik.

Kita sebagai tenaga kesehatan marilah kita memahami dan mengatahui konsep sebelum
melakukan tindakan yang akan dilakukan agar dapat melaksanakan asuhan kebidanan dengan
baik,penuh keterampilan dan profesional.
6.2.1.3 Bagi Penulis
Pemakalah merasa makalah yang disusun ini belum layak atau sempurna untuk
dipublikasikan,maka pemakalah memohon pendapat yang berupa kritik dan saran kepada
pembaca,agar makalah ini dapat disempurnakan dan dipublikasikan.Pemakalah sangat
menghargai atas kritik dan saran yang di berikan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A dan M. Uliyah . 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Salemba
Medika

Clevo Rendy, M. 2013. Buku saku keterampilan dasar keperawatan. Jakarta : Nuha Medika

Hidayat, A.A.A dan M. Uliyah . 2008 . keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan edisi
2. Jakarta : Salemba Medika

Asfuah, Siti. 2012. Buku Saku Klinik Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta : Nuha Medika

Elly Nurachmah, Dra dan Sudarsono, Ratna S, SKp. 2002 . Prosedur keperawatan Medikal-
Bedah. Jakarta : EGC

Nasutio, S. 2012. From http://septinas.blogspot.com/2012/05/prosedur-pemasangan-infus.html


(Diakses tanggal 10 maret jam 12:54 hari minggu tahun 2013)

Yunie. 2009. From http://yunie-nurse.blogspot.com/2009/03/pemasangan-infus.html (Diakses tanggal


10 maret 2013 jam 12:58 hari minggu)

Andhi. 2012. From http://andhi-ay.blogspot.com/2012/04/proposal-lengkap.html (Diakses hari minggu


tanga 10 maret jam 13:30)

Keudaialkes. 2012. From http://www.keudaialkes.com/2012/05/abocath.html ( Diakses Tanggal 14


Maret jam 16:12)

Nani. 2012. From http://nicegoinglife.blogspot.com/2012/07/contoh-tabel-perbandingan-ideologi.html


(Diakses Tanggal 10 Maret 2013 Jam 16:14)

Anda mungkin juga menyukai