Disusun Oleh :
1. Adela Etha Clarissa 22222002
2. Diah Apriliani 22222021
3. Nadya. M.H 22222047
4. Amelia Monika 22222006
5. Dewi Susantri Nengrum 22222018
6. Gita Zuhriani 22222028
7. Desia Lolita 22222016
8. Febi Try Mentari 22222025
9. Herli Sahputri 22222030
10. Sisilia Atami 22222070
NBM.1206301 NIP.
Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
PEMBIMBING
NIP: 198707012010011001
VISI, MISI, MOTO RSUD PALEMBANG BARI
Visi :
Misi :
Motto :
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Asuhan Keperawatan Pasien An.S Dengan Kejang Demam Di Ruang ZAAL ANAK
RSUD Palembang Bari Tahun 2022.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang Bari tahun 2022.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankan kami
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Makiani, S.H., MM., MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes sebagai Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang
3. Bapak Yudiansyah, SKM.,M.Kes sebagai dekan fakultas kesehatan
Muhammadiyah Palembang
4. Dr. Amalia,M.Kes sebagai Wakil Direktur pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
5. Dr. Alfarobi,M.Kes sebagai wakil direktur Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
6. Bapak Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM sebagai kepala bagian pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
7. Ibu Hj.Masrianah,S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai Ka Bag Keperawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
8. Ibu Bety Maryanti,SKM.,M.Kes sebagai kepala sub bagian kerjasama dan
pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
9. Bapak ismardi, S.Kep.,Ners sebagai koordinator CI keperawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
10. Ibu Sri Ramayanti, Am.Kep., SKM sebagai pembimbing klinik ruang Zaal Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
11. Ibu Hepi Zakia Rosa,S.Kep.,Ners sebagai pembimbing klinik ruang Zaal Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
12. Ibu Msy.Fitrinda Meifitasari,S.Kep.,Ners sebagai pembimbing klinik ruang Zaal
Anak Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
13. Ibu Yuniza, S.Kep., Ns., M.Kep sebaga pembimbing 1 Akademik Institusi
Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
14. Sutrisno,S,Kep,Ns,M.Kep,Sp.Kep.K sebaga pembimbing 2 Akademik Institusi
Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
15. Seluruh karyawan dan karyawati Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
16. Seluruh dosen dan staff Institusi Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan demikian
saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima dengan senang
hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................................ii
VISI, MISI, MOTTO RSUD PALEMBANG BARI...........................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................................................3
Tujuan Umum..........................................................................................................................3
Tujuan Khusus.........................................................................................................................3
Waktu dan Tempat Pelaksanaan.....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................................5
Profil RSUD Palembang BARI........................................................................................................5
etiologi.....................................................................................................................................12
Patofisiologi......................................................................................................................................13
Pathway...................................................................................................................................14
Manifes. 15
Penatalaksanaan..............................................................................................................................16
Pemeriksaan penunjang........................................................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................42
BAB V KESIMPULAN..........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah
yang terjadi di dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi
apabila demam tinggi dengan kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC dapat
menyebabkan masalah serius pada anak yaitu kejang demam (Regina Putri,
2018).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃
biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan
pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha,2017).
Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat
seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat
yang dapat timbul bila seorang anak mengalami demam tinggi (Sudarmoko,
2017).
Hal ini sejalan dengan penelitian (Novi Indrayati, 2019) yang
mengungkapkan bahwa kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada anak
dan bayi, diakibatkan karena adanya perubahan fungsi pada otak secara
mendadak. Kejang biasa terjadi secara singkat dan sementara, disebabkan karena
adanya pelepasan listrik serebral yang berlebih. Kejang demam terjadi pada
suhu tubuh
>38oC hal ini diakibatkan karena adanya proses ekstrakranial. Kejang demam
merupakan kejang yang sering dialami oleh anak bahkan bayi dan kemungkinan
berulang. Rentan usia yang paling sering mengalami kejang demam yaitu antara
usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2019 terdapat lebih dari
18,3 juta penderita kejang demam dan lebih dari 154 ribu diantaranya meninggal.
Insiden dan prevalensi kejang demam di Eropa pada tahun 2017 berkisar 2-4%, di
Asia prevalensi kejang demam lebih besar yaitu 8,3-9,9% pada tahun yang sama
(Angelia et al., 2019). Negara lain insiden kejang demam bervariasi seperti
Jepang 8,8%, Guam 14%, India 5-10%. Amerika serikat insiden kejang demam
mencapai 2%-5% pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun. angka kejadian
kejang demam di asia dilaporkan lebih tinggi dari amerika yaitu sebesar 8,3% -
9,9%, sekitar 80%- 90% dari sejumlah kejadian kejang demam di asia
Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 2-
5% dengan 85% yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Tahun 2018,
sebesar 17,4% anak mengalami kejang demam dan mengalami peningkatan pada
tahun 2019 dengan kejadian kejang sebesar 22,2%. Sekitar 25-50% anak kejang
demam mengalami bangkitan kejang demam berulang..(Angelia et al., 2019).
Wastoro, dkk (2020), mengatakan bahwa kejang demam terdiri dari kejang
demam simples dan kompleks. Kejang demam sederhana ( simple febrile seizure)
biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure ) biasanya terjadi
lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih dari satu kali 24 jam
(dalam Nugroho, 2018). Hasil penelitian Kakalang, dkk (2021), menyebutkan
untuk klasifikasi jenis kejang demam tertinggi terjadi pada kejang demam
kompleks sebanyak 91 (60,7%), sedangkan pada kejang demam simples sebanyak
59 (39,3%).
Penelitian Kakalang, dkk (2019), menyebutkan bahwa sebagian besar kasus
kejang demam dapat sembuh dengan sempurna, tetapi 2% sampai 7% dapat
berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64% sampai 0,75%.
Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan
intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Beberapa hasil penelitian tentang
penurunan tingkat intelegensi paska bangkitan kejang demam tidak sama, 4%
pasien kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan
penurunan tingkat intelegensi.
Menurut Ngastiyah (2020), gambaran klinis yang timbul saat anak
mengalami kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol.
Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan. Akibat dari terjadinya kejang demam pada anak dan balita akan
mengalami penundaan pertumbuhan jaringan otak.
Penelitian Putra, dkk (2017), mengatakan diagnosa secara dini serta
pengelolahan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih
parah, yang diakibatkan karena bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
kesehatan khususnya perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dan keluarga. Yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu
kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Christian, dkk (2021), menyebutkan ada beberapa hal penting yang harus
dimiliki seorang perawat dalam penanganan anak dengan kejang demam
diantaranya pengalaman primary survey pada anak dengan kejang demam,
pengetahuan perawat pada anak kejang demam, penanganan kejang demam yang
tepat, memahami kesulitan tindakan penanganan pada anak kejang demam dan
cara mengatasi kesulitan pada anak yang mengalami kejang demam.
Pada umumnya Kejang Demam dapat diminimalisir dengan 2 cara yaitu,
secara fisik atau menggunakan obat-obatan. Penanganan secara fisik yang dapat
dilakukan yaitu memberikan anak kompres, tidak memakaikan baju tebal pada
anak, memberikan banyak minum pada anak yang mengalami demam. Untuk
penanganan demam dengan menggunakan obat-obatan yaitu dapat diberi obat
antipiretik dengan dosis yang telah ditentukan (Ngastiyah, 2018).
Wong (2018), mengatakan prioritas asuhan pada keperawatan kejang
demam adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien
dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis, dan
kebutuhan penanganannya.
Pemeriksaan fisik yang lengkap (head to toe) dan pemeriksaan neurologis
sangat diperlukan untuk mengangkat diagnosa dan intervensi keperawatan yang
tepat pada pasien dengan kejang demam. Diagnosa keperawatan pada pasien
tersebut salah satunya adalah hipertermi, Hasil observasi perawat mampu
memberikan pemenuhan cairan klien dengan pemasangan infus, untuk mengatasi
kejang berulang. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat ruangan
cendrung memberikan kebutuhan fisiologis anak tanpa memberikan kebutuhan
psikologis dan sosial anak serta keluarga.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk membuat laporan
seminar dengan pendekatan asuhan keperawatan dengan judul : “Asuhan
Keperawatan An.S Dengan Kejang Demam Di Ruang Zaal Anak RSUD
Palembang BARI Tahun 2022”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan kejang demam?”
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kejang demam
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi,
penatalaksanaan serta pemeriksaan penunjang pada pasien dengan kejang demam
di RSUD Palembang BARI
2. Untuk mengetahui pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi serta evaluasi
keperawatan pada pasien dengan kejang demam di RSUD Palembang BARI
Motto:
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
Tujuan:
a. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standarmutu.
Sejarah Berdirinya
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994 dahulunya merupakan
gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan menjadi RSUD
Palembang BARI tanggal19 Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
kelas C pada tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646 , RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh
tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003 kemudian di tahun berikutnya 2004
dibuat Master Plan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pembangunan gedung dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni Gedung Bedah
Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006) pembangunan Gedung
Bank Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan pembangunan : Gedung
Administrasi, Gedung Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi,
Gedung Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan Cafetaria.
Pada5februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08
RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta
Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan
Walikota Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD Palembang Bari
sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
BLUD(PPK-BLUD) secara penuh. Adapun pembangunan yang dilaksanakan pada
tahun 2008 meliputi Gedung Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat,
Gedung Instalai Gizi (Dapur), GedungLoundry, Gedung VVIP, Gedung CSSD,
Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah Sakit
Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah
kota palembang provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi : Gedung
Kebidanan, Gedung Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik serta Gedung
Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2010-
2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III, Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung
PICU, Workshop dan Musholah.
1) Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah SakitUmum Daerah
Palembang BARI merupakan gedung Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997,
tanggal 10 November1997 di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum kelas C.
3) Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian statu akreditas
penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal
07 November 2003.
1. Tahun 1985 s.d 1995: dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poliklinik atau
Puskesmas Panca Usaha.
2. Tanggal 1 Juli 1995 s.d 2000: dr. Eddy Zarkary Monasir, SpOG sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI.
3. Bulan Juli 2000 s.d November 2000: Pelaksana Tugas dr. H. Dahlan Abbas, SpB.
4. Bulan Desember 2000 sampai dengan Februari 2001: Pelaksana Tugas dr. M.
Faisal Soleh, SpPD.
5. Tanggal 14 November 2000 s.d Februari 2012: dr. Hj. Indah Puspita, H. A,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6. Bulan Februari tahun 2012 s.d sekarang: dr. Hj. Makiani, S.H.,M.M.,MARS
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
2) Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)
a) Poliklinik Spesialis Penyakit dalam
j) Poliklinik Jantung
k) Poliklinik Gigi
l) Poliklinik Psikologi
m)Poliklinik Terpadu
n) Poliklinik Akupuntur
5) Pelayanan Penunjang
a) Instalasi Laboratorium Klinik
b) Instalasi Radiologi
c) Instalasi Farmasi
e) Instalasi Gizi
f) Bank Darah
i) Instalasi Laundry
l) Kasir
m)Hemodialisa
2. Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,
namun keang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara
cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya
berlangsung sangat secara singkat dan mungkin terdapat predisposisi familiar
(Kusuma, 2015). Menurut Lestari (2016), dapat disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan
menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko teradinya keang demam
diantaranya:
a. Faktor-faktor prenatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genitika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan sirkulasi
3. Klasifikasi
Menurut Widagno (2012), berdasarkan epidimiologi kejang demam dibagi
menjadi 3 jenis yaitu:
a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure), kejang yang berlangsung
singkat, biasanya terjadi kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan klonik tanpa adanya gerakan
fokal. Kejang demam yang terjadi tidak berlangsung dalam waktu 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), memiliki salah satu ciri
yaitu kejang terjadi lebih dari 15 menit. Kejang berulang lebih dari 2 kali
dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Terjadi lebih dari 1 kali
selama 24 jam, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum
didahului kejang parsial.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015), gejala yang sering dijumpai pada saat terjadinya kejang
demam pada anak dan bayi sebagai berikut:
a. Suhu badan mencapai lebih dari 38°C
b. Kejang berlangsung selama 15 menit bahkan bisa kebih
c. Pada saat terjadi kejang anak sering kehilangan kesadaran
d. Kulit pucat dan membiru
e. Akral dingin
f. Badan bergetar hebat
g. Badan panas tanpa disertai menggigil
h. Pada sebagian anak ada yang mengalami muntah dan terkadang sesak nafas
i. Nafsu makan menurun
5. Patofisiologi
Sumber energi otak yang dipecah melalui proses oksidasi yaitu glukosa,
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi membran yang terdiri dari
permukaan dalam (lipoid) dan permukaan luar (ionik). Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K⁺) dan sulit
dilalui oleh ion natrium (Na⁺) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (CT).
Akibatnya konsentrasi ion K⁺ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na⁺
rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya karena perbedaan
jenis serta konsentrasinya ion didalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga agar tetap seimbang maka diperlukan energi serta bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran
ini dapt diubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ektraseluler
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam dengan kenaikan suhu 1°C bisa mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan akan mengalami peningkatan sebesar
20%. Pada anak usia 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa, sirkulasi otak hanya sebesar 15% saja. oleh
karena itu suhu tubuh pada anak dapat mengubah keseimbangan membran sel
neuron dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik sangat
besar sehingga bisa meluas keseluruh sel maupun ke membran sel disekitarnya.
Dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Masing-masing anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda-beda dan juga tergantung tinggi
rendahnya ambang kejang. Seorang anak akan menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu.
6. Pathway
CO2 Air
Lipoid Ionik
Pelepasan muatan
listrik
Kurang informasi
Perluasan ke seluruh
pengobatan perawatan
sel dengan bantuan Kurang Pengetahuan
kondisi, prognosis,
neurotransmitter lanjut dan diet.
Peningkatan kebutuhan O2
Kejang Demam
Parsial Umum
Sederhana Kompleks
Absens Meoklonik Tonik Klonik Atoni
8. Penatalaksanaan
Pada tata laksana kejang demam, ada 3 hal yang perlu di kerjakan:
1) Pengobatan fase akut
Penanganan pada fase akut kejang demam antara lain:
a. Pertahankan jalan nafas
b. Lindungi anak dari trauma/cidera
c. Posisikan anak tidur setengah duduk
d. Longgarkan pakaian atau lepas pakaian yang tidak perlu
2) Mencari dan mengobati penyebab demam
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk kemungkinan meningitis,
pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi untuk mencari
penyebab.
3) Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Pencegahan berulang kejang demam perlu dilakukan karena bila sering
berulang dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Ada dua cara
pengobatan profilaksi:
a. Profilaksi intermitten pada waktu demam
b. Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari
Diazepam intrarektal tiap 8 jm sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat
badan ≤10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan ≥10 kg, setiap
pasien menunjukkan suhu 38,5°C atau lebih. Diazepam dapat pula
diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis pada waktu pasien demam.
Untuk profilaksis terus menerus/jangka panjang dapat dengan pemberian
obat rumat. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut:
a) Kejang lama >15 menit
b) Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya hemiparesis, paresis todd, cereberal palsy, retardasi
mental, hidrosefalus.
c) Kejang fokal
d) Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang dua kali lebih dalam 24 jam
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Kejang demam ≥4 kali per tahun.
Obat pilihan adalah asam valproate adalah 15-40 mg/kgBB/hari. Untuk
fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.
3) BB
Pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
4) Kepala
Tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis
6) Mulut dan lidah
Mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
7) Telinga
Bentuk simetris kiri-kanan, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran
sementara, nyeri tekan mastoid
8) Hidung
Penciuman baik, ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris, mukosa
hidung berwarna merah muda
9) Leher
Terjadi pembesaran kelenjar betah gening
10) Dada
a. Thoraks
1) Inspeksi : gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan
2) Palpasi : vremitus kiri kanan sama
3) Auskultasi : ditemukan bunyi nafas tambahan seperti roncki
b. Jantung
11) Abdomen
Lemas dan datar, kembung
12) Anus
Tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstremitas
a. Atas: tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin
b. Bawah: tonus otot mengalami kelemahan, CRT> 2 detik,
akral dingin
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kejang, kulit merah, kulit
terasa panas.
2) Resiko Cedera berhubungan dengan kejang
3) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
4) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (mis.
elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang).
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Hipertermia adalah Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia
suhu tubuh meningkat Setelah diberikan asuhan (I.15506)
di atas rentang normal keperawatan selama 3x24 jam Observasi
tubuh diharapkan: 1. Identifikasi penyebab
1. Menggigil menurun hipertermia (mis. Dehidrasi,
2. Kulit merah menurun terpapar lingkungan panas,
3. Kejang menurun penggunaan inkubator)
4. Pucat menurun 2. Monitor suhu tubuh
5. Suhu tubuh membaik 3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor pengeluaran urin
5. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi atau kipasi permukaan
tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit inravena, jika
perlu
2. Resiko Cedera yaitu Kontrol Kejang (L.06050) Manajemen Kejang (I.106193)
beresiko mengalami Setelah diberikan asuhan Observasi
bahaya atau keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor terjadinya kejang
kerusakan fisik yang diharapkan: berulang
menyebabkan Indikator A T 2. Monitor karakteristik kejang
seseorang tidak lagi Kemampuan (mis. Aktivitas motorik, dan
sepenuhnya sehat atau mengidentifikasi progresi kejang)
dalam kondisi baik. faktor 3. Monitor status neurologis
risiko/pemicu 4. Monitor tanda-tanda vital
kejang Terapeutik
Kemampuan 1. Baringkan pasien agar tidak
mencegah faktor terjatuh
risiko/pemicu 2. Berikan alas empuk di atas
kejang kepala, jika memungkinkan
Keterangan: 3. Pertahankan kepatenan jalan
1. Menurun napas
2. Cukup menurun 4. Longgarkan pakaian, terutama
3. Sedang dibagian leher
4. Cukup meningkat 5. Dampingi selama periode kejang
5. Meningkat 6. Jauhkan benda-benda berbahaya
terutama benda tajam
7. Catat durasi kejang
8. Dokumentasikan periode
terjadinya kejang
9. Pasang akses IV, jika perlu
10.Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan keluarga menghindari
memasukkan apapun ke dalam
mulut pasien saat periode kejang
2. Anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekerasan untuk
menahan gerakan pasien
Kolaborasi
1. Kolaboras pemberian
antikonvulsan, jika perlu
3. Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)
adalah ketiadaan atau (L.12111) Observasi
kurangnya informasi Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan
kognitif yang keperawatan selama 3x24 jam kemampuan menrima informasi
berkaitan dengan diharapkan: 2. Identifikasi faktor-faktor yang
topik tertentu. Indikator A T dapat meningkatkan dan
Pertanyaan menurunkan motivasi perilaku
tentang hidup bersih dan sehat
masalah Terapeutik
yang 1. Sediakan materi dan media
dihadapi pendidikan kesehatan
Persepsi 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
yang keliru sesuai kesepakatan
terhadap 3. Berikan kesempatan untuk
masalah bertanya
Menjalani Edukasi
pemeriksaan 1. Jelaskan faktor risiko yang
yang tidak
dapat mempengaruhi kesehatan
tepat
Keterangan: 2. Ajarkan perilaku hidup bersih
1. Meningkat dan sehat
2. Cukup meningkat 3. Ajarkan strategi yang dapat
3. Sedang digunakan untuk meningkatkan
4. Cukup menurun perilaku hidup bersih dan sehat
5. Menurun
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.S DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG
ZAAL ANAK RSUD PALEMBANG BARI
1. Identitas Klien
Inisial : An. S Alamat : Lrg.Terusan 1 No 1580
Tanggal Lahir : 16 Juli 2020 Agama : Islam
Usia : 2 Tahun Suku Bangsa : Indonesia
Nama Ayah/Ibu : Tn.D/Ny.D Pendidikan Ayah: SMA
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ibu : IRT Tgl Masuk RS : 08-11-2022
Tgl Pengkajian : 08-11-2022
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama (saat masuk RS)
Ibu klien mengatakan anaknya panas tinggi disertai kejang
f. Riwayat Keluarga
Genogram
Ket:
: Laki-laki : Pasien
g. Riwayat Sosial
Yang Mengasuh : Orang Tua
Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
Hubungan dengan teman sebaya : Baik
Pembawaan secara umum : Klien tampak baik-baik saja dari
segi Fisik tidak ada mengalami
kecacatan
Lingkungan rumah : Baik
4. Pengkajian Fisik
1. Promosi Kesehatan (Kesadaran dan Manajemen Kesehatan)
Ibu klien mengatakan tidak mengetahui penyakit anaknya dan tidak tahu harus
melakukan apa ketika anaknya kejang.
Masalah keperawatan:
Defisit Pengetahuan
2. Nutrisi
a. Mulut klien tampak pucat tidak terdapat bau mulut, gigi tampak normal dan bersih, lidah
bersih.
b. Leher klien tampak simetris, tidak terdapat benjolan, kelenjar tiroid normal dan tidak ada
pembesaran,tenggorokan tidak terdapat kesulitan dalam nemelan.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa (benjolan), tidak nyeri tekan, bising
usus 11x/menit BAB warna kuning tidak terdapat darah konsistensi padat
Kuadran I : tidak ada
Kuadran II : tidak ada
Kuadran III : tidak ada
Kuadran IV : tidak ada
Data Tambahan :
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
4. Aktivitas/Istirahat
Kebiasaan sebelum tidur (klien perlu memegang mainan, dan memegang bantal kesayangan
Kebiasaan Tidur siang: 1-2 jam/hari
Skala Aktivitas:
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Persendian:
Nyeri Sendi ( - ), pergerakan sendi:
ROM ( Range Of Motion):
Kekuatan Otot :
4 4
4 4
Kelainan Otot: Tidak ada kelainan otot
5. Persepsi/Kognitif
Kesan Umum
Tampak Sakit: ringan (-),sedang( √ ),berat (-), pucat (√), sesak (-), Kejang (√ )
1. Kepala
a. Rambut : warna Hitam, mudah dicabut (-), ketombe ( - ), kutu ( - )
b. Kelainan bentuk kepala: Tidak ada
2. Mata
Mata: jernih (√), mengalir, kemerahan(-), sekret(-)
Visus: 6/6( √ ), 6/300(-), 6/ tak terhingga(-),
Pupil: Isokor( √ ), anisokor(-), miosis(-), midriasis(-),
reaksi terhadap cahaya: kanan Positif (- ), negatif(- ),kiri negatif(- ) positif(-),
alat bantu: kacamata ( - ), Softlens ( - )
Conjungtiva: merah jambu ( √ ), anemis(-)
Sklera: Putih (√), Ikterik(-)
3. Bibir, Lidah
Bibir : tampak normal, lidah tampak bersih tidak terdapat kotoran serta jamur, tidak
dapat kelaian seperti sumbing/palatum.
Data Tambahan :
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
6. Persepsi Diri
Perasaaan klien terhadap penyakit yang dideritanya :
Persepsi klien terhadap dirinya : Ibu klien mengatakan berharap anaknya segera
sembuh
Konsep diri : Klien tampak gelisah dan cemas
Tingkat kecemasan : Cemas ringan
Citra Diri/Bodi image : Tidak ada masalah pada citra diri anaknya
Data tambahan:
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
9. Toleransi/Koping Stress
GCS : 15
E 4
V 5
M 6
Data Tambahan:
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
11. Keselamatan/Perlindungan
Tingkat Kesadaran : Composmentis ( √ ), Apatis (- ), Somnolen (- ), Sopor (-),Soporocoma (- )
Coma (-)
TTV : Suhu 39.4 O C, Nadi 130 x/min, RR 28 x/min
Warna kulit :Sianosis (- ), Ikterus (- ), eritematosus rash (- ), discoid lupus (- ), oedema(-),
Bula ( -), Ganggren (-), nekrotik jaringan (-), Hiperpigmentasi (-) Echimosis (-), Petekie (-)
Turgor Kulit: elastis ( √ ), tidak elastis (-)
Data Tambahan:
Tidak ada data
tambahan Masalah
keperawatan:
Hipertermia
12. Kenyamanan
Provaiking : demam disertai kejang
Quality : kaku
Regio : menyebar
Scala :4
Time : nyeri kaku muncul pada saat kejang dengan durasi 5 menit
Data Tambahan:
Klien tampak gelisah
Masalah keperawatan:
Resiko cedera
Terapi
Tanggal Terapi : 08-11-2022
No Nama Terapi Dosis Golongan Obat Indikasi
1. Kaen 1 B 50 cc/jam Kristaloid
2. Ceftriaxone IV Antibiotik Untuk membunuh
1 x 900ml berbagai macam
infeksi
3. Paracetamol Sirup Antipiretik Untuk mengurangi
3x1ctr demam
IV
900mg
4. Diahzepam 0,5ml/kg Golongan Keras Untuk mengurangi
ansietas kejang
demam dan insomnia.
Pemeriksaan Penunjang :
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Do:
Tangan dan kaki terasa Kurang pengawasan
kaku
Risiko cedera
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1) Hipertermia
2) Defisit Pengetahuan
3) Risiko Cedera
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kejang, kulit merah, kulit
terasa panas.
No Indikator Aw A
al kh
ir
1. Kemampuan 2 5
mengidentifikasi
faktor risiko
atau pemicu
kejang
2. Kemampuan 2 5
mencegah faktor
risiko atau
pemicu kejang
3. Kemampuan 2 5
melaporkan efek
samping obat
3. Resiko Cedera (D. Kontrol Kejang (L.06050) Manajemen Kejang (I.106193) Observasi
0136) yaitu beresiko Setelah diberikan asuhan Observasi 1. Agar mencegah terjadinya
mengalami bahaya keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor terjadinya kejang berulang kejang berulang
atau kerusakan fisik diharapkan: 2. Monitor karakteristik kejang (mis. 2. Agar mengetahui karakteristik
yang Aktivitas motorik, dan progresi kejang
menyebabkan Ket: kejang) 3. Untuk mengetahui status
seseorang tidak lagi 1. Menurun 3. Monitor status neurologis neurologis
2. Cukup menurun 4. Monitor tanda-tanda vital 4. Agar mengetahui ttv pasien
Faktor risiko: 3. Sedang Terapeutik Teraupetik
Eksternal: 1. Baringkan pasien agar tidak terjatuh 5. Agar mencegah terjadinya resiko
4. Cukup meningkat
1. Terpapar 2. Berikan alas empuk di atas kepala, jatuh
5. Meningkat
patogen jika memungkinkan 6. Agar pasien merasa nyaman saat
2. Ketdak amanan 3. Pertahankan kepatenan jalan napas berbaring
teransfortasi 7. Agar pasien dapat bernapas
No Indikator Awal Ak 4. Longgarkan pakaian, terutama
dengan nyaman
hir dibagian leher
Internal: 5. Dampingi selama periode kejang 8. Untuk mencegah terjadinya
1. Perubahan 1. Mendapatka 3 5 cekikan pada leher pasien atau
6. Jauhkan benda-benda berbahaya
orientasi afektif n obat yang agar pasien dapat bergerak secara
terutama benda tajam
2. Perubahan di butuhkan leluasa.
7. Catat durasi kejang
fungsi 2. Melaporkan 3 5 8. Dokumentasikan periode terjadinya 9. Untuk mencegah terjadinya hal-
psikomotor prekuensi kejang hal yang tidak diingikan
3. Hipoksia kejang 9. Pasang akses IV, jika perlu 10. Untuk mencegah terjadinya
jaringan Ket : 10.Berikan oksigen, jika cedera pada pasien
1. Meningkat perlu 11. Agar mengetahui durasi kejang
2. Cukup meningkat Edukasi pada pasien
3. Sedang 1. Anjurkan keluarga menghindari 12. Untuk mengetahui kejang yang
4. Cukup menurun memasukkan apapun ke dalam terjadi pada pasien
5. Menurun mulut pasien saat periode kejang 13. Untuk memasang cairan infus,
. Anjurkan keluarga tidak dan untuk akses memasukkan
1.
menggunakan kekerasan untuk obat injeksi.
menahan gerakan pasien 14. Untuk membantu memenuhi
Kolaborasi kebutuhan oksigen pada pasien
1. Kolaboras pemberian antikonvulsan,
jika perlu
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : An. S
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin: laki-laki
Hari : 1 (Pertama)
No Diagnosa Keperawatan Hari/ Tggl Implementasi Hari/Tggl Evaluasi Para
& Jam & Jam f
1. Hipertermia bd proses Jum’at / 1. Mengidentifikasi penyebab 08.11.2022 S: Ibu klien mengatakan suhu tubuh
penyakit misas. Infeksi 08.11.2022 hipertermi anaknya maih terasa panas
kanker d.b suhu tubuh 08.00 WIB R/ mengetahui penyebab suhu
diatas nilai normal,kulit tubuh meningkat. 08.30WIB O:
terasah panas kulit 1. suhu tubuh klien tampak
merah. TTV:
14.00 WIB 2. memonitor suhu tubuh T : 38,3 °C
R/ mengetahui suhu tubuh pasien N : 130 x/mnt
3. Menganjurkan pada orang RR : 28 x/mnt
tua atau keluarga pasien 15.30 WIB 2. cairan IV
untuk mengompres diberikan
menggunakan air hangat
A: Masalah teratasi sebagian
20.00- 08 pada lipatan-lipatan tubuh
pasien (ketiak, lipatan 22.30WIB P: Intervensi dilanjutkan
paha, leher, dahi)
R/ Ibu klien menuruti
No indikator Aw T Ak
arahan yang diberikan
1 Kulit 2 5 4
oleh perawat merah
2 Kejang 3 5 5
3 Pucat 2 5 3
4 Suhu 2 5 3
tubuh
NO Diagnosa Keperawatan Hari/ Tggl Implementasi Hari/ Tggl Evaluasi Paraf
& Jam & Jam
2. Defisit pengetahuan b.d kurang 08-11-2022 1.mengidentifikasi kesiapan 08.30 WIB S: klien mengatakan belum begitu
terpapr informasi 08.00 WIB dan kemanmpuan memahamitentang penyakitnya
R/ pasien tampak siap dalam
memberikan informasi O: klien tampak mengikuti
2. meyediakanmeteri dan penyuluhan yg di berikan
media pendidikan - klien tampak melakukan
kesehatan tanya jawab dengan perawat
14.00WIB R/ pasien tampak 14.30 WIB - pasien tampak mengerti yang
mendengarkan materi yang di sampaikan
isampaikan -
3. menjadwalkan A: masalah keperawatan sebagian
pendidikan seuai teratasi
kesepakatan
R/ pasien tampak mengikuti 20.30 WIB P:intervensi dilanjutkan
20.00WIB jadwal yang di sepakati
4. berikan kesempatan No indikator Aw T Ak
untuk bertanya. 1 Keterbatasan 2 5 4
R/ Pasien tampak aktif kognitif
bertanya dan jawab 2 Kurang 3 5 4
mampu
mengingat
3 Kekeliruan 2 5 4
mengikuti
anjuran
4 Ketidak 2 5 4
tahuan
menemukan
sumber
informasi
PEMBAHASAN
Penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada klien An.S Dengan Kejang Demam di Ruangan
Zaal Anak RSUD Palembang Bari tanggal 07 Novembber sampai tanggal 27 Desember 2022.
Berapa hal yang perlu di bahas dan di perhatikan.Pada bagian ini membuat pembahasan
mengenai adanya kesenjangan antara teori dan proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada tanggal 07 November – 27 Desember 2022 di ruangan Zaal Anak RSUD Palembang
Bari.Pembahasan yang dimaksud adalah meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu langkah awal yang dilakukan dalam proses
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan adanya pengumpulan data dari
pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.Dalam pelaksanaannya diperlukan data yang
jelas akurat dari pasien (Banjarnahor, 2019). Pada saat pengkajian klien, data didapatkan dari
klien, keluarga, klien,catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.Berdasarkan data
tersebut,tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yang saya kaji pada An.S penderita Dengan
Kejang Demam pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan data pada saat dilakukan pengkajian. Tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus
terhadap pasien, terdapat kesamaan gejala utama pada Dengan Kejang Demam diantaranya yaitu :
Panas Tinggi ,Tangan dan kaki kaku,kejang ,mata mendelik keatas Pada tinjauan teoritis
mengkaji adanya penyakit Dengan Demam Kejang, dan Klien mengatakan sebelumya pernah
diperiksakan sebelumnya dengan penyakit serupa yang di alami klien saat ini di klinik dan klien
mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan yang klien derita saat
ini,dan keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan seperti Dengan Demam Kejang Dalam
pengkajian pemeriksaan fisik pada teoritis pada pemeriksaan nadi pada pasien anemia meningkat
pada kasus penulis menemukan nadi pada klien yaitu 130 x/m. Menurut teoritis pada
pemeriksaan suhu tubuh pada pasien Dengan Kejang Demam meningkat , pada klien yaitu 40.4
˚C. Menurut teoritis pada pemeriksaan tekanan darah pada pasien Dengan Kejang Demam .
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu keputusan klinis tentang suatu penyakit pada
individu, keluarga maupun masyarakat tentang suatu respon penyakit melalui proses
pengumpulan data yang ada yang sesuai dengan permasalahan kesehatan pasien pada
pengumpulan data dari pasien (Ainun,2019).Pada tinjauan teoritis di temukan 5 kemungkinan
diagnosa keperawatan dan pada tinjauan kasus penulis menemukan 3 diagnosa yang sama
dengan tinjauan kasus. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus adalah
3. Intervensi Keperawatan
Penyusunan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada An.S yaitu bina
hubungan saling percaya dengan pasien, kaji karakteristik kejang, kaji faktor pencetus dan
pendukung kejang, monitor suhu pasien setiap 8 jam, monitor kesadaran pasien, keadaan
umum pasien, suhu kulit,frekuensi nadi, dan frekuensi pernafasan. Kemudian anjurkan pasien
untuk Longarkan pakaian setelah terjadi kejang, berikan kompres hangat terutama pada
bagian leher dan ketiak, anjurkan orang tua dan keluarga untuk selalu mendampingi anak,
anjurkan orang tua untuk memberikan anak pakaian yang tipis dan menyerap keringat dan
kolaborasikan dengan tim medis dalam memberikan terapi obat sesuai program, berikan
pendidikan kesehatan kepada orang tua atau keluarga pencegahan dan penatalaksanaan
kejang demam secara mandiri di rumah.Dalam penulisan rencana keperawatan ini penulis
hanya memasukkan rencana keperawatan sesuai dengan kebutuhan dari pasien sehingga tidak
semua rencana keperawatan yang ada di teori di masukkan oleh penulis.
Pembetulan rencana tindakan kaji karakteristik kejang, kaji faktor pencetus dan
pendukung kejang seharusnya tidak perlu dimasukkan pada rencana tindakan asuhan
keperawatan karena seharusnya sudah cukup dilakukan diawal pengkajian atau ketika anak
mengalami bangkitan kejang. Dilakukan pengkajian yang lebih dalam adalah untuk
meminimalkan kemungkinan An. F untuk terjadi kejang demam kembali di masa
mendatang.Pada pasien kejang demam diberikan obat pencegah terjadinya kejang berulang
seperti diazepam. Pasien An. F mendapatkan obat diazepam 4 mg IV bila terjadi kejang.
Tetapi obat tersebut tidak diberikan karena pasien tidak mengalami kejang berulang.Rencana
tindakan
pertama yaitu bina hubungan saling percaya dilakukan untuk menarik anak agar mau
berinteraksi dengan perawat dan mau diberikan tindakan keperawatan oleh perawat juga
mengurangi dampak hospitalisasi anak (Dewi dan Meira, 2016). Sejalan dengan jurnal yang
dikatakan oleh (Ca, 2019) bahwa Penggunaan pendekatan komunikasi yang sesuai di antara
anak sakit dengan profesional kesehatan akan meningkatkan hubungan pengasuhan di mana
si anak bukan saja diperbolehkan untuk mengungkapkan kebutuhannya tetapi juga mendapat
pemenuhan dari kebutuhan-kebutuhannya tersebut. Dengan mengerti kebutuhan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya dan memenuhi kebutuhan tersebut, perawat dapat
mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi dan dapat meningkatkan perkembangan anak ke
arah yang normal.
Kedua, monitor suhu tiap 8 jam dilakukan untuk mengantisipasi apabila tiba – tiba naik
dapat segera ditangani (Nursalam, 2009). Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Kejang
dkk., 2017) bahwa jika tidak dilakukan pengukuran suhu tubuh di rumah dapat
mengakibatkan kejadian kejang demam 3 kali lebih besar jika dibandingkan dengan
melakukan pengukuran suhu tubuh di rumah. Ketiga, monitor kesadaran dilakukan untuk
mengetahui adakah penurunan kesadaran setelah atau selama anak mengalami kejang
(Nursalam, 2009).
Keempat, monitor keadaan umum untuk mengetahui bagaimana kadaan anak apakah ada
kelemahan setelah mengalami kejang (Nursalam,2009). Kelima, yaitu monitor suhu kulit
dilakukan untuk mengukur apakah anak masih mengalami demam melalui sentuhan pada
kulitnya (Nursalam, 2009). Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Kejang dkk., 2017)
bahwa jika tidak dilakukan pengukuran suhu tubuh di rumah dapat mengakibatkan kejadian
kejang demam 3 kali lebih besar jika dibandingkan dengan melakukan pengukuran suhu
tubuh di rumah.
Keenam, monitor frekuensi nada dan pernafasan dilakukan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan atau penurunan frekuensi setelah mengalami kejang (Nursalam, 2009). Ketujuh,
yaitu anjurkan pasien berpuasa 1x24 jam pasca kejang dilakukan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pasca kejang karena waktu 1x24 jam dalam kurun waktu 1x24 jam anak masih
sangat beresiko untuk mengalami kejang susulan (Hidayat, 2008 ; Nugroho, 2011).
Kedelapan, beri kompres hangat terutama pada bagian leher dan ketiak dilakukan untuk
membantu menurunkan panas terutama dilakukan pada pembuluh darah yang besar untuk
dapat membantu memoercepat dalam penyampaian ke hipotalamus untuk menurunkan
produksi panas (Ayu, 2015). Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Rahmasari &
Lestari, 2018) bahwa tindakan non farmakologis antara lain memberikan minuman banyak,
ditempatkan dalam ruangan suhu normal, memberikan kompres hangat.
Kesembilan, yaitu anjurkan orang tua untuk selalu menemani anak dilakukan agar
anak selalu mendapatkan penjagaan dan apabila kondisi anak memburuk, orang tua dapat
memberikan atau meminta pertolongan segera (Kurniadi, 2012). Kesepuluh, anjurkan orang
tua memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat dilakukan untuk membantu
penguapan panas tubuh. Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Rahmasari & Lestari,
2018) bahwa menggunakan pakaian yang tidak tebal atau tipis.
.
Pada rencana keperawatan yang telah diberikan pada An.S ada yang belum dituliskan
oleh penulis, yaitu discharge planning. Dischanger planning, diantaranya :
Evaluasi keperawatan yang telah dilakukan pada An.S di Ruang Zaal Anak RSUD BARI
PALEMBANG selama 3 hari untuk diagnosa gangguan rasa aman resiko kejang berulang
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam An. S kesadaran composmentis E4V5M6, keadaan umum
sudah baik, kulit teraba hangat, frekuesni nadi 130 x/menit, frekuensi pernafasan 30 x/menit,
suhu 36,5°C, aman tidak terjadi cidera, kejang tidak berulang.Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan asuhan keperawatan ganguuan rasa aman
resiko kajang berulang pada pasien kejang demam diantaranya adalah mengenal keadaan
psikis dan stressor.
Ketika anak sakit dan harus beradaptasi dengan Lingkungan di rumah sakit pasti
mendapatkan stressor yang cukup menghambat proses penyembuhan. Keluarga yang selalu
memberikan perhatian dan selalu menemani anak menjadikan salah satu indikator
keberhasilan dalam merawat pasien anak karena dengan adanya keluarga membuat anak
lebih tenang dan sangat dapat membantu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah
sakit. Dengan adanya perawat yang bisa menarik rasa percaya anak juga merupakan indikator
yang sangat penting dalam keberhasilan asuhan keperawatan pada anak.
BAB V
KESIMPULAN
Pada karya tulis ilmiah dengan Asuhan keperawatan pada An.S di ruang Zaal Anak RSUD
Palembang Bari dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada pengkajian keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 07 november pada An.
S dengan Kejang Demam. Ibu klien mengatakan anaknya panas tinggi, tangan dan kaki
anak kaku dan ibu hanya menahan tangan dan kaki anaknya yang kaku tersebut. Saat
dirumah anaknya mengalami kejang 2 kali dengan durasi selama 5 menit dan ibu tidak
langsung membawa anaknya ke rumah sakit dan 2 jam kemudian kejang berulang, tangan
dan kaki kaku serta mata mendelik keatas dengan durasi selama 10 menit dan ibu langsung
membawa anaknya ke IGD RS. Saat diukur suhunya mencapai 40,4°C, di IGD anak
mendapatkan obat paracetamol.
2. Masalah keperawatan yang muncul pada An. S yaitu berupa diagnosa Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas nilai normal, kejang, kulit merah, kulit terasa panas. Resiko Cedera berhubungan
dengan kejang. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah.
3. Intervensi keperawatan pada An.s yang ditetapkan oleh penulis dimana sesuai pada
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yaitu berupa Pemasangan Infus sebagai
intervensi fokus utama dan diikuti oleh perawatan Hipertemia pada klien.
4. Implementasi keperawatan pada An.S dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Evaluasi keperawatan pada Tn. K pada diagnosa pertama didapatka bahwa masalah
teratasi sebagian, kriteria tercapai sebagian dan tetap melanjutkan intervensi. Pada
diagnosa kedua didapatkan bahwa masalah telah teratasi, pada diagnosa ketiga didapatkan
bahwa masalah teratasi sebagaian, kriteria tercapai sebagian dan tetap melanjutkan
intervensi. kriteria hasil tercapai dengan mempertahankan intervensi 1-5
DAFTAR PUSTAKA
Vebriasa, A., Herini, E. S., & Triasih, R. (2016). Hubungan antara Riwayat Kejang pada
Keluarga dengan Tipe Kejang Demam dan Usia Saat Kejang Demam Pertama. Sari
Pediatri.
Erita, S. (2019). Modul & bahan ajar Keperawatan Anak. In Modul keperawatan
Anak. Lestari, Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Bahtera, T., Wibowo, S., & Hardjojuwono, A. S. (2016). Faktor Genetik Sebagai Risiko
Kejang Demam Berulang. Sari Pediatri.
Vebriasa, A., Herini, E. S., & Triasih, R. (2016). Hubungan antara Riwayat Kejang pada
Keluarga dengan Tipe Kejang Demam dan Usia Saat Kejang Demam Pertama. Sari
Pediatri.
Fuadi, F., Bahtera, T., & Wijayahadi, N. (2016). Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam
pada Anak. Sari Pediatri, 12(3), 142. https://doi.org/10.14238/sp12.3.2010.142-9
Windawati, W., & Alfiyanti, D. (2020). Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang
Demam Menggunakan Kompres Hangat. Ners Muda.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5499
Indrayati, N., & Haryanti, D. (2019). Gambaran Kemampuan Orang Tua Dalam
Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Anak Usia Toddler. Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. https://doi.org/10.32583/pskm.9.2.2019.149-154
Deliana, M. (2016). Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri.
https://doi.org/10.14238/sp4.2.2002.59-62
Dewi, A.K. (2016). Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat Dengan
Tepid Sponge Bath pada Anak Demam. Jurnal keperawatan Muhammadiyah, 1 (1). 63-71.
Labir, Ketut. (2009). Pertolongan Pertama dengan Kejadian Kejang Demam pada Anak. L-
Ketut-Labirdkk-pdf
Kastiano, R. F. D. (2016). Faktor- faktor yang berhubungan dengan sikap orang tua dalam
penatalaksanaan kejang demam pada balita usia 1-5 tahun di Rumah Sakit Cito
Karawang.Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang.