Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN SEMINAR

“ASUHAN KEPERAWATAN AN.S DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG ZAAL


ANAK RSUD PALEMBANG BARI TAHUN 2022”

Disusun Oleh :
1. Adela Etha Clarissa 22222002
2. Diah Apriliani 22222021
3. Nadya. M.H 22222047
4. Amelia Monika 22222006
5. Dewi Susantri Nengrum 22222018
6. Gita Zuhriani 22222028
7. Desia Lolita 22222016
8. Febi Try Mentari 22222025
9. Herli Sahputri 22222030
10. Sisilia Atami 22222070

Pembimbing Lahan : 1. Hepi Zakia Rosa,S.Kep.,Ners


2. Msy.Fitrinda Meifitasari,S.Kep.,Ners
Pembimbing Akademik: 1. Yuniza, M.Kep
2. Sutrisno,S,Kep,Ns,M.Kep,Sp.Kep.K

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN AN.S DENGAN KEJANG DEMAM DI


RUANG ZAAL ANAK RSUD PALEMBANG BARI TAHUN 2022

Palembang, November 2022


Menyetujui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Yuniza,S.Kep., Ns., M.Kep Sri Ramayanti, Am.Kep., SKM

NBM.1206301 NIP.

Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Bembi Farizal, S.ST, Pi, MM


NIP. 198707012010011001
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN AN.S DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG


ZAAL ANAK RSUD PALEMBANG BARI TAHUN 2022

PEMBIMBING

Pembimbing Akademik : Yuniza,S.Kep., Ns., M.Kep (....................................)

Pembimbing Akademik : Sutrisno,S,Kep,Ns,M.Kep,Sp.Kep.K (...................................)

Pembimbing Lahan : Sri Ramayanti, Am.Kep., SKM (..................................)

Pembimbing Lahan : Hepi Zakia Rosa,S.Kep.,Ners (..................................)

Pembimbing Lahan : Msy.Fitrinda Meifitasari,S.Kep.,Ners (..................................)

Palembang, November 2022


Ka. Bag Pendidikan dan Pelatihan

RSUD Palembang BARI

Bembi Farizar, S.ST.Pi., MM

NIP: 198707012010011001
VISI, MISI, MOTO RSUD PALEMBANG BARI

Visi :

Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah, dan Terpercaya di Indonesia.

Misi :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada keselamatan


dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan profesionalisme
yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
b. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
c. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia

Motto :
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Asuhan Keperawatan Pasien An.S Dengan Kejang Demam Di Ruang ZAAL ANAK
RSUD Palembang Bari Tahun 2022.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang Bari tahun 2022.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankan kami
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Makiani, S.H., MM., MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes sebagai Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang
3. Bapak Yudiansyah, SKM.,M.Kes sebagai dekan fakultas kesehatan
Muhammadiyah Palembang
4. Dr. Amalia,M.Kes sebagai Wakil Direktur pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
5. Dr. Alfarobi,M.Kes sebagai wakil direktur Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
6. Bapak Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM sebagai kepala bagian pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
7. Ibu Hj.Masrianah,S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai Ka Bag Keperawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
8. Ibu Bety Maryanti,SKM.,M.Kes sebagai kepala sub bagian kerjasama dan
pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
9. Bapak ismardi, S.Kep.,Ners sebagai koordinator CI keperawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
10. Ibu Sri Ramayanti, Am.Kep., SKM sebagai pembimbing klinik ruang Zaal Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
11. Ibu Hepi Zakia Rosa,S.Kep.,Ners sebagai pembimbing klinik ruang Zaal Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
12. Ibu Msy.Fitrinda Meifitasari,S.Kep.,Ners sebagai pembimbing klinik ruang Zaal
Anak Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
13. Ibu Yuniza, S.Kep., Ns., M.Kep sebaga pembimbing 1 Akademik Institusi
Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
14. Sutrisno,S,Kep,Ns,M.Kep,Sp.Kep.K sebaga pembimbing 2 Akademik Institusi
Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
15. Seluruh karyawan dan karyawati Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
16. Seluruh dosen dan staff Institusi Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan demikian
saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima dengan senang
hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.

Palembang, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................................ii
VISI, MISI, MOTTO RSUD PALEMBANG BARI...........................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................................................3
Tujuan Umum..........................................................................................................................3
Tujuan Khusus.........................................................................................................................3
Waktu dan Tempat Pelaksanaan.....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................................5
Profil RSUD Palembang BARI........................................................................................................5
etiologi.....................................................................................................................................12
Patofisiologi......................................................................................................................................13
Pathway...................................................................................................................................14
Manifes. 15
Penatalaksanaan..............................................................................................................................16
Pemeriksaan penunjang........................................................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................42
BAB V KESIMPULAN..........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah
yang terjadi di dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi
apabila demam tinggi dengan kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC dapat
menyebabkan masalah serius pada anak yaitu kejang demam (Regina Putri,
2018).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃
biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan
pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha,2017).
Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat
seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat
yang dapat timbul bila seorang anak mengalami demam tinggi (Sudarmoko,
2017).
Hal ini sejalan dengan penelitian (Novi Indrayati, 2019) yang
mengungkapkan bahwa kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada anak
dan bayi, diakibatkan karena adanya perubahan fungsi pada otak secara
mendadak. Kejang biasa terjadi secara singkat dan sementara, disebabkan karena
adanya pelepasan listrik serebral yang berlebih. Kejang demam terjadi pada
suhu tubuh
>38oC hal ini diakibatkan karena adanya proses ekstrakranial. Kejang demam
merupakan kejang yang sering dialami oleh anak bahkan bayi dan kemungkinan
berulang. Rentan usia yang paling sering mengalami kejang demam yaitu antara
usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2019 terdapat lebih dari
18,3 juta penderita kejang demam dan lebih dari 154 ribu diantaranya meninggal.
Insiden dan prevalensi kejang demam di Eropa pada tahun 2017 berkisar 2-4%, di
Asia prevalensi kejang demam lebih besar yaitu 8,3-9,9% pada tahun yang sama
(Angelia et al., 2019). Negara lain insiden kejang demam bervariasi seperti
Jepang 8,8%, Guam 14%, India 5-10%. Amerika serikat insiden kejang demam
mencapai 2%-5% pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun. angka kejadian
kejang demam di asia dilaporkan lebih tinggi dari amerika yaitu sebesar 8,3% -
9,9%, sekitar 80%- 90% dari sejumlah kejadian kejang demam di asia
Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 2-
5% dengan 85% yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Tahun 2018,
sebesar 17,4% anak mengalami kejang demam dan mengalami peningkatan pada
tahun 2019 dengan kejadian kejang sebesar 22,2%. Sekitar 25-50% anak kejang
demam mengalami bangkitan kejang demam berulang..(Angelia et al., 2019).
Wastoro, dkk (2020), mengatakan bahwa kejang demam terdiri dari kejang
demam simples dan kompleks. Kejang demam sederhana ( simple febrile seizure)
biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure ) biasanya terjadi
lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih dari satu kali 24 jam
(dalam Nugroho, 2018). Hasil penelitian Kakalang, dkk (2021), menyebutkan
untuk klasifikasi jenis kejang demam tertinggi terjadi pada kejang demam
kompleks sebanyak 91 (60,7%), sedangkan pada kejang demam simples sebanyak
59 (39,3%).
Penelitian Kakalang, dkk (2019), menyebutkan bahwa sebagian besar kasus
kejang demam dapat sembuh dengan sempurna, tetapi 2% sampai 7% dapat
berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64% sampai 0,75%.
Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan
intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Beberapa hasil penelitian tentang
penurunan tingkat intelegensi paska bangkitan kejang demam tidak sama, 4%
pasien kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan
penurunan tingkat intelegensi.
Menurut Ngastiyah (2020), gambaran klinis yang timbul saat anak
mengalami kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol.
Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan. Akibat dari terjadinya kejang demam pada anak dan balita akan
mengalami penundaan pertumbuhan jaringan otak.
Penelitian Putra, dkk (2017), mengatakan diagnosa secara dini serta
pengelolahan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih
parah, yang diakibatkan karena bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
kesehatan khususnya perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dan keluarga. Yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu
kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Christian, dkk (2021), menyebutkan ada beberapa hal penting yang harus
dimiliki seorang perawat dalam penanganan anak dengan kejang demam
diantaranya pengalaman primary survey pada anak dengan kejang demam,
pengetahuan perawat pada anak kejang demam, penanganan kejang demam yang
tepat, memahami kesulitan tindakan penanganan pada anak kejang demam dan
cara mengatasi kesulitan pada anak yang mengalami kejang demam.
Pada umumnya Kejang Demam dapat diminimalisir dengan 2 cara yaitu,
secara fisik atau menggunakan obat-obatan. Penanganan secara fisik yang dapat
dilakukan yaitu memberikan anak kompres, tidak memakaikan baju tebal pada
anak, memberikan banyak minum pada anak yang mengalami demam. Untuk
penanganan demam dengan menggunakan obat-obatan yaitu dapat diberi obat
antipiretik dengan dosis yang telah ditentukan (Ngastiyah, 2018).
Wong (2018), mengatakan prioritas asuhan pada keperawatan kejang
demam adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien
dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis, dan
kebutuhan penanganannya.
Pemeriksaan fisik yang lengkap (head to toe) dan pemeriksaan neurologis
sangat diperlukan untuk mengangkat diagnosa dan intervensi keperawatan yang
tepat pada pasien dengan kejang demam. Diagnosa keperawatan pada pasien
tersebut salah satunya adalah hipertermi, Hasil observasi perawat mampu
memberikan pemenuhan cairan klien dengan pemasangan infus, untuk mengatasi
kejang berulang. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat ruangan
cendrung memberikan kebutuhan fisiologis anak tanpa memberikan kebutuhan
psikologis dan sosial anak serta keluarga.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk membuat laporan
seminar dengan pendekatan asuhan keperawatan dengan judul : “Asuhan
Keperawatan An.S Dengan Kejang Demam Di Ruang Zaal Anak RSUD
Palembang BARI Tahun 2022”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan kejang demam?”

Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kejang demam

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi,
penatalaksanaan serta pemeriksaan penunjang pada pasien dengan kejang demam
di RSUD Palembang BARI
2. Untuk mengetahui pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi serta evaluasi
keperawatan pada pasien dengan kejang demam di RSUD Palembang BARI

Waktu & Tempat Pelaksanaan


a. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan pada saat dinas bagi mahasiswa Profesi Ners IKesT
Muhammadiyah Palembang di RSUD Palembang BARI, berlangsung selama tiga
minggu mulai dari tanggal 07 November 2022
b. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan dilakukan bagi mahasiswa Profesi Ners IKesT
Muhammadiyah Palembang di ruang Zaal Anak RSUD Palembang BARI.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Profil RSUD Palembang BARI


Rumah Sakit umum Daerah palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah di bidang kota pelayanan kesehatan yang merupakan satu -
satunya Rumah sakit milik pemerintah kota palembang BARI terletak di jalan
panca usaha N0.1 Kelurahan 5 Ulu Kecamatan seberang Ulu 1 dan berdiri diatas
tanah seluas 4,5 H.Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan
Kertapati. Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dariJakabaring menuju RSUD
Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

Visi, Misi, dan Motto Visi:


Menjadi Rumah Sakit unggul, Amanah dan Terpercaya di Indonesia.
Misi:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yg berorientasi pada keselamatan
dan ketepatan sesuai standar mutu yang berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

b. Meningkatkan mutu manejement sumber daya kesehatan.

c. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit pendidikan dan


pelatihan di Indonesia.

Motto:
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
Tujuan:
a. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standarmutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang teijangkau yang menjangkau


seluruh lapisan masyarakat.

Sejarah Berdirinya
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994 dahulunya merupakan
gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan menjadi RSUD
Palembang BARI tanggal19 Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
kelas C pada tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646 , RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh
tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003 kemudian di tahun berikutnya 2004
dibuat Master Plan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pembangunan gedung dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni Gedung Bedah
Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006) pembangunan Gedung
Bank Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan pembangunan : Gedung
Administrasi, Gedung Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi,
Gedung Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan Cafetaria.
Pada5februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08
RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta
Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan
Walikota Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD Palembang Bari
sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
BLUD(PPK-BLUD) secara penuh. Adapun pembangunan yang dilaksanakan pada
tahun 2008 meliputi Gedung Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat,
Gedung Instalai Gizi (Dapur), GedungLoundry, Gedung VVIP, Gedung CSSD,
Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah Sakit
Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah
kota palembang provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi : Gedung
Kebidanan, Gedung Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik serta Gedung
Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2010-
2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III, Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung
PICU, Workshop dan Musholah.
1) Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah SakitUmum Daerah
Palembang BARI merupakan gedung Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.

2) Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997,
tanggal 10 November1997 di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum kelas C.
3) Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian statu akreditas
penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal
07 November 2003.

4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status akreditasi


penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal
05 Februari 2008.

5) Kepmenkes RI Nomro: 24l/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas


Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 02 April
2009.

6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Rumah Sakit Umum Daerah palembang BARI


berdasarkan keputusan wali kota Palembang No. 915 B tahun 2008 tentang
penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan
pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.

7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status akreditas lulus tingkat lengkap kepada


Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012

Sejarah Pemegang Jabatan Direktur

1. Tahun 1985 s.d 1995: dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poliklinik atau
Puskesmas Panca Usaha.

2. Tanggal 1 Juli 1995 s.d 2000: dr. Eddy Zarkary Monasir, SpOG sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI.

3. Bulan Juli 2000 s.d November 2000: Pelaksana Tugas dr. H. Dahlan Abbas, SpB.

4. Bulan Desember 2000 sampai dengan Februari 2001: Pelaksana Tugas dr. M.
Faisal Soleh, SpPD.

5. Tanggal 14 November 2000 s.d Februari 2012: dr. Hj. Indah Puspita, H. A,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.

6. Bulan Februari tahun 2012 s.d sekarang: dr. Hj. Makiani, S.H.,M.M.,MARS
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.

Fasilitas dan Pelayanan


1) Fasilitas
a) Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 Jam
b) Farmasi atau Apotek 24 Jam
c) Rawat Jalan atau Poliklinik Spesialis
d) Bedah Sentral
e) Central Sterilized Suplay Separtemen (C S SD)
f) Unit Rawan Intensif (PICU, NICU& CICU)
g) Rehabilitation Medik
h) Radiologi 24 jam
i) Laboratorium Klinik 24 Jam
j) Patologi Anatomi
k) Bank Darah
l) Hemodialis
m) ECG dan EEG
n) USG 4 Dimensi
o) Endoskopi
p) Kamar Jenazah
q) Ct Scan 64 Slides

2) Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)
a) Poliklinik Spesialis Penyakit dalam

b) Poliklinik Spesialis Bedah

c) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

d) Poliklinik Spesialis Anak

e) Poliklinik Spesialis Mata

f) Poliklinik Spesialis THT

g) Poliklinik Spesialis Syaraf

h) Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin

i) Poliklinik Spesialis Jiwa

j) Poliklinik Jantung

k) Poliklinik Gigi

l) Poliklinik Psikologi

m)Poliklinik Terpadu
n) Poliklinik Akupuntur

o) Poliklinik Rehabilitasi Medik

3) Pelayanan Rawat Inap


a) Rawat Inap VIP dan VVIP
b) Rawat Inap Kelas I, II, dan III
c) Rawat Inap Penyakit Dalam Perempuan
d) Rawat Inap Penyakit Dalam Laki-Laki
e) Perawatan Anak
f) Perawatan
g) Perawatan ICU
h) Perawatan Kebidanan
i) Perawatan Neonatus/Nicu/PICU

4) Instalasi Gawat Darurat Dokter jaga 24 j am


a) Ambulans 24 Jam

5) Pelayanan Penunjang
a) Instalasi Laboratorium Klinik

b) Instalasi Radiologi

c) Instalasi Farmasi

d) Instalasi Bedah Sentral

e) Instalasi Gizi

f) Bank Darah

g) Instalasi Pemulasan Jenazah

h) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

i) Instalasi Laundry

j) Central Sterilized Suplay Departement (CS SD)

k) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)

l) Kasir
m)Hemodialisa

6) Fasilitas kendaraan operasional


a) Ambulance 118
b) Ambulance bangsal
c) Ambulance siaga
d) Ambulance trauma center
e) Mobil jenazah

A. Konsep Teori Kejang Demam


1. Definisi
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (suhu
tubuh diatas 38°C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau
febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016).
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat dari adanya aktivitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).

2. Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,
namun keang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara
cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya
berlangsung sangat secara singkat dan mungkin terdapat predisposisi familiar
(Kusuma, 2015). Menurut Lestari (2016), dapat disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan
menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko teradinya keang demam
diantaranya:
a. Faktor-faktor prenatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genitika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan sirkulasi

3. Klasifikasi
Menurut Widagno (2012), berdasarkan epidimiologi kejang demam dibagi
menjadi 3 jenis yaitu:
a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure), kejang yang berlangsung
singkat, biasanya terjadi kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan klonik tanpa adanya gerakan
fokal. Kejang demam yang terjadi tidak berlangsung dalam waktu 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), memiliki salah satu ciri
yaitu kejang terjadi lebih dari 15 menit. Kejang berulang lebih dari 2 kali
dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Terjadi lebih dari 1 kali
selama 24 jam, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum
didahului kejang parsial.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015), gejala yang sering dijumpai pada saat terjadinya kejang
demam pada anak dan bayi sebagai berikut:
a. Suhu badan mencapai lebih dari 38°C
b. Kejang berlangsung selama 15 menit bahkan bisa kebih
c. Pada saat terjadi kejang anak sering kehilangan kesadaran
d. Kulit pucat dan membiru
e. Akral dingin
f. Badan bergetar hebat
g. Badan panas tanpa disertai menggigil
h. Pada sebagian anak ada yang mengalami muntah dan terkadang sesak nafas
i. Nafsu makan menurun

5. Patofisiologi
Sumber energi otak yang dipecah melalui proses oksidasi yaitu glukosa,
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi membran yang terdiri dari
permukaan dalam (lipoid) dan permukaan luar (ionik). Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K⁺) dan sulit
dilalui oleh ion natrium (Na⁺) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (CT).
Akibatnya konsentrasi ion K⁺ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na⁺
rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya karena perbedaan
jenis serta konsentrasinya ion didalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga agar tetap seimbang maka diperlukan energi serta bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran
ini dapt diubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ektraseluler
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.

Pada keadaan demam dengan kenaikan suhu 1°C bisa mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan akan mengalami peningkatan sebesar
20%. Pada anak usia 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa, sirkulasi otak hanya sebesar 15% saja. oleh
karena itu suhu tubuh pada anak dapat mengubah keseimbangan membran sel
neuron dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik sangat
besar sehingga bisa meluas keseluruh sel maupun ke membran sel disekitarnya.
Dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Masing-masing anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda-beda dan juga tergantung tinggi
rendahnya ambang kejang. Seorang anak akan menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak


berbahaya dan biasanya tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam
yang berlangsung lama atau sekitar 15 menit biasanya akan disertai apnea,
peningkatan kebutuhan oksigenasi dan energi untuk kontraksi oto skeletal yang
akhirnya akan mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi aternal disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat. Peningkatan ini disebabkan oleh
aktivitas otot anak yang akan mengakibatkan metabolisme pada otak mengalami
peningkatan (Lestari, 2016).

6. Pathway

Glukosa Sumber energi otak


Proses Oksidasi

CO2 Air

Lipoid Ionik

Dalam keadaan normal,


Kalium dan elektrolit
konsentrasi kalium dalam sel
dalam konsentrasi
neuron tinggi, sehingga dilalui
rendah
dengan mudah oleh kalium.

Semua sumber ion

Pelepasan muatan
listrik

Kurang informasi
Perluasan ke seluruh
pengobatan perawatan
sel dengan bantuan Kurang Pengetahuan
kondisi, prognosis,
neurotransmitter lanjut dan diet.

Peningkatan kebutuhan O2

Peningkatan metobolisme otak

Kejang Demam

Parsial Umum

Sederhana Kompleks
Absens Meoklonik Tonik Klonik Atoni

Kejang tidak terkontrol Gangguan Kontraksi Otot


peredaran darah
Kurang pengawasan Kesadaran menurun Metabolisme
Hipoksia
Pemanfaatan fasilitas yang Resiko Cedera Hipertermia
tidak maksimal Kebutuhan O2
7. Pemeriksaan Penunjang
Pola Nafas Tidak Efektif Hiperventilasi
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi
b. Elektrolit
c. Pemeriksaan gula darah
2) Lumbal berfungsi untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Lebih dianjurkan pada pasien dengan kejang demam meliputi:
a. Umur bayi kurang dari 12 bulan
b. Bayi antara umur 12 sampai 18 bulan
c. Bayi dengan umur lebih dari 18 bulan, dianjurkan untuk melakukan
lumbal fungsi kecuali pasti bukan meningitis.
3) Pemeriksaan EEG (elektroensefalografi), dilakukan pada kejadian kejang
demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam pada anak usia lebih dari 6
tahun atau kejang demam fokal.
4) Pemeriksaan foto kepala, CT Scan atau MRI tidak dianjurkan untuk anak
yang tidak ada kelainan neurologis karena hampir semua menunjukkan
gambaran normal CT Scan atau MRI dilakukan untuk mencari lesi organil di
otak.

8. Penatalaksanaan
Pada tata laksana kejang demam, ada 3 hal yang perlu di kerjakan:
1) Pengobatan fase akut
Penanganan pada fase akut kejang demam antara lain:
a. Pertahankan jalan nafas
b. Lindungi anak dari trauma/cidera
c. Posisikan anak tidur setengah duduk
d. Longgarkan pakaian atau lepas pakaian yang tidak perlu
2) Mencari dan mengobati penyebab demam
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk kemungkinan meningitis,
pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi untuk mencari
penyebab.
3) Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Pencegahan berulang kejang demam perlu dilakukan karena bila sering
berulang dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Ada dua cara
pengobatan profilaksi:
a. Profilaksi intermitten pada waktu demam
b. Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari
Diazepam intrarektal tiap 8 jm sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat
badan ≤10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan ≥10 kg, setiap
pasien menunjukkan suhu 38,5°C atau lebih. Diazepam dapat pula
diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis pada waktu pasien demam.
Untuk profilaksis terus menerus/jangka panjang dapat dengan pemberian
obat rumat. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut:
a) Kejang lama >15 menit
b) Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya hemiparesis, paresis todd, cereberal palsy, retardasi
mental, hidrosefalus.
c) Kejang fokal
d) Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
 Kejang berulang dua kali lebih dalam 24 jam
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
 Kejang demam ≥4 kali per tahun.
Obat pilihan adalah asam valproate adalah 15-40 mg/kgBB/hari. Untuk
fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua. Wong (2009)
mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan
dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada
anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0°C, pasien mengalami
kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam kompleks
biasanya mengalami penurunan kesadaran.
2) Riwayat penyakit sekarang
Orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu makan
anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya tergantung pada
jenis kejang demam yang dialami anak.
c. Riwayat perkembangan anak
Pada pasien dengan kejang demam kompleks mengalami gangguan
keterlambatan perkembangan dan intelegensi pada anak serta mengalami
kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).
d. Riwayat imunisasi
Anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan tertular penyakit
infeksi atau virus seperti virus influenza
e. Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual
dan muntahnya.
f. Pengetahuan keluarga
Pemahaman penyakit dan perawatan
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum biasanya anak rewel
2) TTV

3) BB
Pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
4) Kepala
Tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis
6) Mulut dan lidah
Mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
7) Telinga
Bentuk simetris kiri-kanan, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran
sementara, nyeri tekan mastoid
8) Hidung
Penciuman baik, ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris, mukosa
hidung berwarna merah muda
9) Leher
Terjadi pembesaran kelenjar betah gening
10) Dada
a. Thoraks
1) Inspeksi : gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan
2) Palpasi : vremitus kiri kanan sama
3) Auskultasi : ditemukan bunyi nafas tambahan seperti roncki
b. Jantung
11) Abdomen
Lemas dan datar, kembung
12) Anus
Tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstremitas
a. Atas: tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin
b. Bawah: tonus otot mengalami kelemahan, CRT> 2 detik,
akral dingin

2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kejang, kulit merah, kulit
terasa panas.
2) Resiko Cedera berhubungan dengan kejang
3) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
4) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (mis.
elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang).
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Hipertermia adalah Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia
suhu tubuh meningkat Setelah diberikan asuhan (I.15506)
di atas rentang normal keperawatan selama 3x24 jam Observasi
tubuh diharapkan: 1. Identifikasi penyebab
1. Menggigil menurun hipertermia (mis. Dehidrasi,
2. Kulit merah menurun terpapar lingkungan panas,
3. Kejang menurun penggunaan inkubator)
4. Pucat menurun 2. Monitor suhu tubuh
5. Suhu tubuh membaik 3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor pengeluaran urin
5. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi atau kipasi permukaan
tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit inravena, jika
perlu
2. Resiko Cedera yaitu Kontrol Kejang (L.06050) Manajemen Kejang (I.106193)
beresiko mengalami Setelah diberikan asuhan Observasi
bahaya atau keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor terjadinya kejang
kerusakan fisik yang diharapkan: berulang
menyebabkan Indikator A T 2. Monitor karakteristik kejang
seseorang tidak lagi Kemampuan (mis. Aktivitas motorik, dan
sepenuhnya sehat atau mengidentifikasi progresi kejang)
dalam kondisi baik. faktor 3. Monitor status neurologis
risiko/pemicu 4. Monitor tanda-tanda vital
kejang Terapeutik
Kemampuan 1. Baringkan pasien agar tidak
mencegah faktor terjatuh
risiko/pemicu 2. Berikan alas empuk di atas
kejang kepala, jika memungkinkan
Keterangan: 3. Pertahankan kepatenan jalan
1. Menurun napas
2. Cukup menurun 4. Longgarkan pakaian, terutama
3. Sedang dibagian leher
4. Cukup meningkat 5. Dampingi selama periode kejang
5. Meningkat 6. Jauhkan benda-benda berbahaya
terutama benda tajam
7. Catat durasi kejang
8. Dokumentasikan periode
terjadinya kejang
9. Pasang akses IV, jika perlu
10.Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan keluarga menghindari
memasukkan apapun ke dalam
mulut pasien saat periode kejang
2. Anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekerasan untuk
menahan gerakan pasien
Kolaborasi
1. Kolaboras pemberian
antikonvulsan, jika perlu
3. Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)
adalah ketiadaan atau (L.12111) Observasi
kurangnya informasi Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan
kognitif yang keperawatan selama 3x24 jam kemampuan menrima informasi
berkaitan dengan diharapkan: 2. Identifikasi faktor-faktor yang
topik tertentu. Indikator A T dapat meningkatkan dan
Pertanyaan menurunkan motivasi perilaku
tentang hidup bersih dan sehat
masalah Terapeutik
yang 1. Sediakan materi dan media
dihadapi pendidikan kesehatan
Persepsi 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
yang keliru sesuai kesepakatan
terhadap 3. Berikan kesempatan untuk
masalah bertanya
Menjalani Edukasi
pemeriksaan 1. Jelaskan faktor risiko yang
yang tidak
dapat mempengaruhi kesehatan
tepat
Keterangan: 2. Ajarkan perilaku hidup bersih
1. Meningkat dan sehat
2. Cukup meningkat 3. Ajarkan strategi yang dapat
3. Sedang digunakan untuk meningkatkan
4. Cukup menurun perilaku hidup bersih dan sehat
5. Menurun

4. Pola Nafas Tidak Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Nafas


Efektif adalah Setelah diberikan asuhan (I.010111)
inspirasi atau ekpirasi keperawatan selama 3x24 jam Observasi
yang tidak diharapkan: 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
memberikan ventilasi Indikator A T kedalaman, usaha nafas)
adekuat. Dispnea 2. Monitor bunyi nafas tambahan
Penggunaan (mis. Gurgling, mengi,
otot bantu wheezing, ronkhi kering)
nafas 3. Monitor sputum (jumlah,
Pemanjangan warna, aroma)
fase Terapeutik
ekspirasi 1. Pertahankan kepatenan jalan
Pernapasan nafas dengan head-tilt dan chin-
cuping lift (jaw trust jika curiga trauma
hidung servikal)
Keterangan: 2. Posisikan semi fowler atau
1. Meningkat
fowler
2. Cukup meningkat
3. Lakukan fisioterapi dada, jika
3. Sedang perlu
4. Cukup menurun 4. Lakukan penghisapan lendir
5. Menurun kurang dari 15 detik
5. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
6. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
7. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
4. Implementasi
Menurut Kozier (2015) menyatakan bahwa pada proses implementasi ini juga
terjadi penerapan dari tindakan keperawatan yang telah direncakan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan yang intelektual untuk digunakan memperbaiki
proses selama perawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana akan tindakan dan pelaksanaannya apakah sudah berhasil dicapai
(Nursalam, 2017).
BAB III
TINJAUAN KASUS

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.S DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG
ZAAL ANAK RSUD PALEMBANG BARI

1. Identitas Klien
Inisial : An. S Alamat : Lrg.Terusan 1 No 1580
Tanggal Lahir : 16 Juli 2020 Agama : Islam
Usia : 2 Tahun Suku Bangsa : Indonesia
Nama Ayah/Ibu : Tn.D/Ny.D Pendidikan Ayah: SMA
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ibu : IRT Tgl Masuk RS : 08-11-2022
Tgl Pengkajian : 08-11-2022

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama (saat masuk RS)
Ibu klien mengatakan anaknya panas tinggi disertai kejang

b. Keluhan Utama (saat pengkajian)


Ibu klien mengatakan anaknya panas tinggi, tangan dan kaki anak kaku dan ibu
hanya menahan tangan dan kaki anaknya yang kaku tersebut. Saat dirumah anaknya
mengalami kejang 2 kali dengan durasi selama 5 menit dan ibu tidak langsung
membawa anaknya ke rumah sakit dan 2 jam kemudian kejang berulang, tangan dan
kaki kaku serta mata mendelik keatas dengan durasi selama 10 menit dan ibu
langsung membawa anaknya ke IGD RS. Saat diukur suhunya mencapai 39,4°C, di
IGD anak mendapatkan obat paracetamol.

c. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Ibu klien mengatakan anaknya masih panas tinggi hasil pengkajian didapatkan suhu anak
39,4°C.

d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Anak


Prenatal : Ibu klien mengatakan selama mengandung tidak mengalami keluhan
yang serius, hanya mengalami mual pada saat awal-awal kehamilan.
Internatal : Ibu klien mengatakan tidak ada komplikasi pada saat
persalinan Postnatal : Ibu klien mengatakan tidak ada masalah pada saat
menyusui.

e. Riwayat Masa Lampau


1. Penyakit waktu kecil : Ibu klien mengatakan klien belum pernah
mengalami penyakit seperti ini.
2. Pernah dirawat di RS : Klien belum pernah dirawat di rumah sakit
3. Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada obat-obatan yang digunakan.
4. Tindakan (Operasi) : Ibu klien mengatakan klien belum pernah
di operasi sebelumnya.
5. Alergi : Pasien tidak memiliki riwayat alergi
6. Kecelakaan : Ibu klien mengatakan klien tidak
pernah kecelakaan.
7. Imunisasi : Pasien melakukan imunisasi lengkap

f. Riwayat Keluarga
Genogram

Ket:
: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal Serumah

g. Riwayat Sosial
Yang Mengasuh : Orang Tua
Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
Hubungan dengan teman sebaya : Baik
Pembawaan secara umum : Klien tampak baik-baik saja dari
segi Fisik tidak ada mengalami
kecacatan
Lingkungan rumah : Baik

3. Keadaan Kesehatan Saat Ini


Ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit klien mengalami demam, setelah
demamnya tinggi klien mengalami kejang dan dibawa kerumah sakit. Saat ini ibu klien
mengeluh klien masih demam tinggi.

4. Pengkajian Fisik
1. Promosi Kesehatan (Kesadaran dan Manajemen Kesehatan)
Ibu klien mengatakan tidak mengetahui penyakit anaknya dan tidak tahu harus
melakukan apa ketika anaknya kejang.
Masalah keperawatan:
Defisit Pengetahuan
2. Nutrisi
a. Mulut klien tampak pucat tidak terdapat bau mulut, gigi tampak normal dan bersih, lidah
bersih.

b. Leher klien tampak simetris, tidak terdapat benjolan, kelenjar tiroid normal dan tidak ada
pembesaran,tenggorokan tidak terdapat kesulitan dalam nemelan.

Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


BB sebelum sakit: 11kg BB sakit: 11kg
Program Diit RS
Makanan yang disukai : ibu klien mengatakan anaknya suka makan ice cream
Selera makan : ibu klien mengatakan bahwa klien tidak mengalami
penurunan selerah makan
Alat makan yang digunakan : klien tanpak mengguakan alat makan lengkap Piring,
sendok dan cangkir
Pola makan(3x/ hari) : 3x/hari
Porsi makan yang dihabiskan :klien tampak menghabiskan makan setengah porsi makan
Pola Minum(5 gelas/hari) jenis air minum : Air putih dan Susu
Intake Makanan : 250ml/hari
Intake Cairan : 1300ml/hari

Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa (benjolan), tidak nyeri tekan, bising
usus 11x/menit BAB warna kuning tidak terdapat darah konsistensi padat
Kuadran I : tidak ada
Kuadran II : tidak ada
Kuadran III : tidak ada
Kuadran IV : tidak ada
Data Tambahan :
Tidak ada data tambahan

Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

3. Eliminasi dan Pertukaran


BAK
a. Warna : Kuning
b. Konsistensi : Cair
c. Frekuensi : 6 x/ hari
d. Urine Output : 1000cc
e. Penggunaan Kateter : Tidak menggunakan kateter
f. Vesika Urinaria : Membesar ( - ) Nyeri tekan ( - )
g. Gangguan; Anuaria (-), Oliguria (- ), Retensi Uria (- ), nokturia (-), Inkontinensia Urin(-),
Poliuria (-), Dysuria (-)lan nafas: Sputum (-), warna sputum (-) konsisitensi:
Batuk (-) frekuensi:
Dada Bentuk: Simetris ( √ ), Barrel chest/dada tong(-), pigeon chest/dada burung (-)
benjolan (-), dll
Paru-paru:
Inspeksi: RR 28 x/ min,
Palpasi: Normal (√), ekspansi pernafasan(-), taktil fremitus(-) Perkusi: Normal/ Sonor( √
), redup/pekak(-), hiper sonor(-) Auskultasi: irama(-), teratur( √ ),
Suara nafas: vesicular( √ ), bronkial(-), Amforik (-), Cog Wheel Breath
Sound (-) metamorphosing breath sound (-)
Suara Tambahan: Ronki (-), pleural friction(-)
Data Tambahan:
Tidak ada data tambahan

Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

4. Aktivitas/Istirahat
Kebiasaan sebelum tidur (klien perlu memegang mainan, dan memegang bantal kesayangan
Kebiasaan Tidur siang: 1-2 jam/hari
Skala Aktivitas:
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Persendian:
Nyeri Sendi ( - ), pergerakan sendi:
ROM ( Range Of Motion):
Kekuatan Otot :
4 4
4 4
Kelainan Otot: Tidak ada kelainan otot

Tonus/aktifitas: tampak lemah,


Aktif (-) Tenang (-) Letargi (-) Kejang (-) Menagis keras (- ) lemah (- ) melengking (- ), Sulit
menangis (-) Ekstremitas Amelia (- ), Sindaktili (-), Polidaktili(-)
Reflek Patologis :
Babinsky : + (√ ), - ( )
Kernig : + (), - (√)
Brudzinsky : + ( √), - ( )
Reflek Fisiologis
Biceps : + (√ ), - ( )
Triceps : + (√ ), - ( )
Patella : + (√), - ( )
Jantung
Inspeksi: ictus cordis/denyut apeks(-), normal(√) melebar(-)
Palpasi: kardiomegali(-)
Perkusi: redup (-), pekak (-)
Auskultasi: HR 130 x/mnt. Aritmia(√),Disritmia(-) , Murmur (-)
Mandi : 2 x/mnt
Sikat gigi : 2 x/hari
Ganti Pakaian : 3 x/hari
Memotong kuku : 1 /mgg
Data Tambahan:
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Resiko Cedera

5. Persepsi/Kognitif
Kesan Umum
Tampak Sakit: ringan (-),sedang( √ ),berat (-), pucat (√), sesak (-), Kejang (√ )
1. Kepala
a. Rambut : warna Hitam, mudah dicabut (-), ketombe ( - ), kutu ( - )
b. Kelainan bentuk kepala: Tidak ada

2. Mata
Mata: jernih (√), mengalir, kemerahan(-), sekret(-)
Visus: 6/6( √ ), 6/300(-), 6/ tak terhingga(-),
Pupil: Isokor( √ ), anisokor(-), miosis(-), midriasis(-),
reaksi terhadap cahaya: kanan Positif (- ), negatif(- ),kiri negatif(- ) positif(-),
alat bantu: kacamata ( - ), Softlens ( - )
Conjungtiva: merah jambu ( √ ), anemis(-)
Sklera: Putih (√), Ikterik(-)

3. Bibir, Lidah
Bibir : tampak normal, lidah tampak bersih tidak terdapat kotoran serta jamur, tidak
dapat kelaian seperti sumbing/palatum.

4. Telinga, Hidung, Tenggorok


Telinga: tampak normal, hidung tampak simetris, tidak terdapat radang dan tonsil pada
tenggorokan

Data Tambahan :
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
6. Persepsi Diri
Perasaaan klien terhadap penyakit yang dideritanya :
Persepsi klien terhadap dirinya : Ibu klien mengatakan berharap anaknya segera
sembuh
Konsep diri : Klien tampak gelisah dan cemas
Tingkat kecemasan : Cemas ringan
Citra Diri/Bodi image : Tidak ada masalah pada citra diri anaknya
Data tambahan:
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

7. Hubungan Peran (Peran Pemberi Asuhan, Hubungan Keluarga dan Perfoma


Peran)
Masalah sosial yang penting : Pasien tampak tenang ditemui
Hubungan oramg tua dan bayi : Tampak baik, ibu mengurus anaknya
Orang terdekat yang dapat dihubungi : Orang Tua
Orang tua berespon terhadap penyakit : ya ( √ ) tidak (- )
Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya ( √ ) tidak (-)
Data Tambahan:
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

8. Seksualitas Dan Reproduksi


Genitalia dan Anus
Laki-laki
Penis: normal/ada ( √ ), Abnormal (- )
Scrotum dan testis: normal( √ ), hernia(-), hidrokel(-)
Anus ; normal/ada ( √ ), atresia ani(-)
Perempuan
Vagina: sekret(-), warna(-)
Anus: normal/ada (-), atresia ani(-)
Data Tambahan:
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

9. Toleransi/Koping Stress
GCS : 15
E 4
V 5
M 6
Data Tambahan:
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

10. Prinsip Hidup


Budaya : Ibu klien mengatakan mereka berasal dari sumatera
Selatan
Spritual / Religius : Ibu klien mengatakan keluarganya beragama islam
Harapan : Ibu klien mengatakan semoga anaknya cepat sembuh
Psikososial : Ibu klien mengatakan tidak ada masalah dengan
Kehidupan sosial anaknya.
Data Tambahan:
Tidak ada data tambahan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

11. Keselamatan/Perlindungan
Tingkat Kesadaran : Composmentis ( √ ), Apatis (- ), Somnolen (- ), Sopor (-),Soporocoma (- )
Coma (-)
TTV : Suhu 39.4 O C, Nadi 130 x/min, RR 28 x/min
Warna kulit :Sianosis (- ), Ikterus (- ), eritematosus rash (- ), discoid lupus (- ), oedema(-),
Bula ( -), Ganggren (-), nekrotik jaringan (-), Hiperpigmentasi (-) Echimosis (-), Petekie (-)
Turgor Kulit: elastis ( √ ), tidak elastis (-)
Data Tambahan:
Tidak ada data
tambahan Masalah
keperawatan:
Hipertermia

12. Kenyamanan
Provaiking : demam disertai kejang
Quality : kaku
Regio : menyebar
Scala :4
Time : nyeri kaku muncul pada saat kejang dengan durasi 5 menit
Data Tambahan:
Klien tampak gelisah
Masalah keperawatan:
Resiko cedera

Terapi
Tanggal Terapi : 08-11-2022
No Nama Terapi Dosis Golongan Obat Indikasi
1. Kaen 1 B 50 cc/jam Kristaloid
2. Ceftriaxone IV Antibiotik Untuk membunuh
1 x 900ml berbagai macam
infeksi
3. Paracetamol Sirup Antipiretik Untuk mengurangi
3x1ctr demam
IV
900mg
4. Diahzepam 0,5ml/kg Golongan Keras Untuk mengurangi
ansietas kejang
demam dan insomnia.
Pemeriksaan Penunjang :
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Nama Test Flag Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Rutin (Hb, Leuko, Eri,
Pit, Ht)
Hematologi:
Hemoglobin L 11.9 g/dL 14-16
Nilai kritis:
Umum < 8 - >16
Anak-anak <10 - >16
Eritrosit L 4.41 juta/Ul 4.5 – 5.5
Leukosit H 14.7 ribu/Ul 5 – 10
Nilai kritis:
<1.0 - >50.0
Trombosit 304 ribu/mm³ 150 – 400
Nilai kritis:
Umum <100.000 - >800.000
Anak-anak <100.000 -
>400.000
Hematokrit L 35 % 40 – 52
Hitung Jenis
Leukosit:
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 2 % 1–3
1 % 2–6
Netrofil segmen 74 % 50 – 70
Limfosit 18 % 20 – 40
Monosit 5 % 2–8
ANALISIS DATA

Data/Problem Etiologi Masalah Keperawatan


Ds: Ibu klien mengatakan Infeksi virus dan bakteri Hipertermia
anaknya demam tinggi (D.0130)

Do: Reaksi Inflamasi


1. Kulit kemerahan
2. Akral hangat
TTV Proses Demam
T : 40.4°C
N : 130 x/mnt
RR : 30 x/mnt Hipertermia
Leukosit :14.7

Ds: Resiko kejang Defisit Pengetahuan


Ibu mengatakan tidak tahu (D.0111)
harus melakukan apa saat
anaknya kejang dan hanya berulang Kurang
menahan kaki dan tangan
anaknya saat kejang
Informasi Defisit
Do:
Ibu sering bertanya tentang
keadaan anaknya dan Pengetahuan
bagaimana penangan saat
anak kejang apabila terjadi
kejang kembali pada anak.
Ds: Ibu klien mengatakan Kejang tidak terkontrol Risiko Cedera
anaknya mengalami kejang (D.0136)
berulang dengan durasi 10
menit Kesadaran menurun

Do:
Tangan dan kaki terasa Kurang pengawasan
kaku

TTV Pemanfaatan fasilitas


T : 40.4°C
N : 130 x/mnt RR : 30
x/mnt yang tidak maksimal
Leukosit :14.7

Risiko cedera
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1) Hipertermia
2) Defisit Pengetahuan
3) Risiko Cedera

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kejang, kulit merah, kulit
terasa panas.

2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan


dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah.
3. Risiko Cedera dibuktikan dengan kejang
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia Observasi
(D.0130) adalah suhu Setelah diberikan asuhan (I.15506) Observasi 1. Agar keluarga klien mengetahui
tubuh meningkat di keperawatan selama 3x24 jam1. Identifikasi penyebab hipertermia penyebab hipertermia
atas rentang normal diharapkan: (mis. Dehidrasi, terpapar 2. Agar perawat dan keluarga klien
tubuh lingkungan panas, penggunaan mengetahui suhu tubuh klien
Penyebab: No Indikator Awal Akhir inkubator) 3. Untuk mengetahui kadar elektrolit
1. Dehidrasi 1. mengigil 3 5 2. Monitor suhu tubuh pasien
2. Terpapar 2. merah 2 5 3. Monitor kadar elektrolit 4. Untuk mengetahui pengeluaran
lingkungan panas 4. Monitor pengeluaran urin urin pasien
3. Kejang 3 5
3. Proses 5. Monitor komplikasi akibat 5. Untuk mengetahui komplikasi
penyakit(infeksi 4. Pucat 2 5 akibat hipertermia
Ket: hipertermia
dan kanker) Teraupetik
1. Meningkat Terapeutik
4. Ketidak sesuaiaan 1. Agar pasien merasa nyaman
2. Cukup meningkat 1. Sediakan lingkungan yang dingin
pakaian dengan 2. Agar pasien dapat bergerak secar
suhu lingkungan 3. Sedang 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian a leluasa
4. Cukup menurun 3. Basahi atau kipasi permukaan tubuh 3. Agar kulit pasien teraba dingin
Tanda dan gejala 5. Menurun 4. Berikan cairan oral 4. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
mayor: No Indikator Awal Akhir 5. Ganti linen setiap hari atau lebih pasien
Subjektif : 1. Suhu 2 5 sering jika mengalami hiperhidrosis 5. Agar pasien merasa nyaman saat
Tidak tersedia tubuh (keringat berlebih) beristirahat
Objektif : 2. Suhu kulit 2 5 6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. 6. Untuk menurunkan suhu tubuh
Suhu tubuh diatas nilai Selimut hipotermia atau kompres pasien.
Ket :
normal dingin pada dahi, leher, dada, Edukasi
1. Memburuk
Tanda dan gejala abdomen, aksila) 1. Agar pasien dapat beristirahat
minor : 2. Cukup memburuk dengan nyaman
7. Hindari pemberian antipiretik
Subjektif : 3. Sedang Kolaborasi
atau aspirin
Tidak tersedia 4. Cukup membaik 1. Agar kebutuhan cairan pasien
8. Berikan oksigen, jika perlu
Objektif : 5. Membaik terpenuhi
Edukasi
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Kulit terasa
hangat
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit inravena, jika perlu
2. Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383) Observasi
(D.0111) adalah Setelah diberikan asuhan Observasi 1. Agar mengetahuii kesiapan
ketiadaan atau keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu pasien alam
kurangnya informasi diharapkan: kemampuan menerima menerima informas
kognitif yang informasi 2. Untuk mengetahui faktor-
berkaitan dengan facto No Indikator Aw A 2. Identifikasi factor-faktor yang faktor yang dapat
tertentu. al kh dapat meningkatkan dan meningkatkan dan menurunkan
ir menurunkan motivasi perilaku motivas perilaku PHBS
Penyebab: 1. Prilaku sesuai 3 5 hidup bersih dan sehat Teraupetik
1. Kekliruan anjuran Terapeutik 1. Agar perawat dapat
mengikuti anjuran 2. Kemampuan 2 5 1. Sediakan materi dan media menjelaskan materi penkes
2. Kurang terpapar menjelaskan 2. Agar mengetahui kapan bisa
pendidikan kesehatan
informasi kemampuan melakukan penkes
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
3. Kurang mampu tentang suatu 3. Agar pasien dapat bertanya
mengingat sesuai kesepakatan mengenai materi yang belum
topik 3. Berikan kesempatan untuk bertanya dipahami
3. Prilaku sesuai 3 5 Edukasi
Tanda dan gejala Edukasi
pengetahuan 1. Jelaskan factor risiko yang
mayor: 1. Agar mengetahui faktor resiko
Subjektif : 4. Kemampuangn 2 5 dapat mempengaruhi kesehatan yang dapat mempengaruhi
Menanyakan masalah menggambarkan 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan kesehatan
yang di hadapi pengalaman sehat 2. Agar pasien mengetahui tentang
Objektif : sesuai dengan 3. Ajarkan strategi yang dapat PHBS
1. Menunjukan topik digunakan untuk 3. Agar pasien mengetahui strategi
prilaku tidak ssuai Ket: meningkatkan perilaku hidup untuk meningkatkan PHBS
anjuran 1. Menurun bersih dan sehat
2. Menunjukan 2. Cukup menurun
persepsi yang 3. Sedang
keliru 4. Cukup meningkat
5. Meningkat
Tanda dan gejala No Indikator Awal Ak
minor : hir
Subjektif : 1. Pertanyan 3 5
Tidak tersedia masalah
Objektif : yang
1. Menjalani dihadapi
pemeriksaan yang 2. Persepsi 3 5
tidak tepat yang keliru
2. Menunjukan terhadap
prilaku apatis, masalah
bermusuhan Ket :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

No Indikator Aw A
al kh
ir
1. Kemampuan 2 5
mengidentifikasi
faktor risiko
atau pemicu
kejang
2. Kemampuan 2 5
mencegah faktor
risiko atau
pemicu kejang
3. Kemampuan 2 5
melaporkan efek
samping obat
3. Resiko Cedera (D. Kontrol Kejang (L.06050) Manajemen Kejang (I.106193) Observasi
0136) yaitu beresiko Setelah diberikan asuhan Observasi 1. Agar mencegah terjadinya
mengalami bahaya keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor terjadinya kejang berulang kejang berulang
atau kerusakan fisik diharapkan: 2. Monitor karakteristik kejang (mis. 2. Agar mengetahui karakteristik
yang Aktivitas motorik, dan progresi kejang
menyebabkan Ket: kejang) 3. Untuk mengetahui status
seseorang tidak lagi 1. Menurun 3. Monitor status neurologis neurologis
2. Cukup menurun 4. Monitor tanda-tanda vital 4. Agar mengetahui ttv pasien
Faktor risiko: 3. Sedang Terapeutik Teraupetik
Eksternal: 1. Baringkan pasien agar tidak terjatuh 5. Agar mencegah terjadinya resiko
4. Cukup meningkat
1. Terpapar 2. Berikan alas empuk di atas kepala, jatuh
5. Meningkat
patogen jika memungkinkan 6. Agar pasien merasa nyaman saat
2. Ketdak amanan 3. Pertahankan kepatenan jalan napas berbaring
teransfortasi 7. Agar pasien dapat bernapas
No Indikator Awal Ak 4. Longgarkan pakaian, terutama
dengan nyaman
hir dibagian leher
Internal: 5. Dampingi selama periode kejang 8. Untuk mencegah terjadinya
1. Perubahan 1. Mendapatka 3 5 cekikan pada leher pasien atau
6. Jauhkan benda-benda berbahaya
orientasi afektif n obat yang agar pasien dapat bergerak secara
terutama benda tajam
2. Perubahan di butuhkan leluasa.
7. Catat durasi kejang
fungsi 2. Melaporkan 3 5 8. Dokumentasikan periode terjadinya 9. Untuk mencegah terjadinya hal-
psikomotor prekuensi kejang hal yang tidak diingikan
3. Hipoksia kejang 9. Pasang akses IV, jika perlu 10. Untuk mencegah terjadinya
jaringan Ket : 10.Berikan oksigen, jika cedera pada pasien
1. Meningkat perlu 11. Agar mengetahui durasi kejang
2. Cukup meningkat Edukasi pada pasien
3. Sedang 1. Anjurkan keluarga menghindari 12. Untuk mengetahui kejang yang
4. Cukup menurun memasukkan apapun ke dalam terjadi pada pasien
5. Menurun mulut pasien saat periode kejang 13. Untuk memasang cairan infus,
. Anjurkan keluarga tidak dan untuk akses memasukkan
1.
menggunakan kekerasan untuk obat injeksi.
menahan gerakan pasien 14. Untuk membantu memenuhi
Kolaborasi kebutuhan oksigen pada pasien
1. Kolaboras pemberian antikonvulsan,
jika perlu
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : An. S
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin: laki-laki
Hari : 1 (Pertama)
No Diagnosa Keperawatan Hari/ Tggl Implementasi Hari/Tggl Evaluasi Para
& Jam & Jam f
1. Hipertermia bd proses Jum’at / 1. Mengidentifikasi penyebab 08.11.2022 S: Ibu klien mengatakan suhu tubuh
penyakit misas. Infeksi 08.11.2022 hipertermi anaknya maih terasa panas
kanker d.b suhu tubuh 08.00 WIB R/ mengetahui penyebab suhu
diatas nilai normal,kulit tubuh meningkat. 08.30WIB O:
terasah panas kulit 1. suhu tubuh klien tampak
merah. TTV:
14.00 WIB 2. memonitor suhu tubuh T : 38,3 °C
R/ mengetahui suhu tubuh pasien N : 130 x/mnt
3. Menganjurkan pada orang RR : 28 x/mnt
tua atau keluarga pasien 15.30 WIB 2. cairan IV
untuk mengompres diberikan
menggunakan air hangat
A: Masalah teratasi sebagian
20.00- 08 pada lipatan-lipatan tubuh
pasien (ketiak, lipatan 22.30WIB P: Intervensi dilanjutkan
paha, leher, dahi)
R/ Ibu klien menuruti
No indikator Aw T Ak
arahan yang diberikan
1 Kulit 2 5 4
oleh perawat merah
2 Kejang 3 5 5
3 Pucat 2 5 3
4 Suhu 2 5 3
tubuh
NO Diagnosa Keperawatan Hari/ Tggl Implementasi Hari/ Tggl Evaluasi Paraf
& Jam & Jam
2. Defisit pengetahuan b.d kurang 08-11-2022 1.mengidentifikasi kesiapan 08.30 WIB S: klien mengatakan belum begitu
terpapr informasi 08.00 WIB dan kemanmpuan memahamitentang penyakitnya
R/ pasien tampak siap dalam
memberikan informasi O: klien tampak mengikuti
2. meyediakanmeteri dan penyuluhan yg di berikan
media pendidikan - klien tampak melakukan
kesehatan tanya jawab dengan perawat
14.00WIB R/ pasien tampak 14.30 WIB - pasien tampak mengerti yang
mendengarkan materi yang di sampaikan
isampaikan -
3. menjadwalkan A: masalah keperawatan sebagian
pendidikan seuai teratasi
kesepakatan
R/ pasien tampak mengikuti 20.30 WIB P:intervensi dilanjutkan
20.00WIB jadwal yang di sepakati
4. berikan kesempatan No indikator Aw T Ak
untuk bertanya. 1 Keterbatasan 2 5 4
R/ Pasien tampak aktif kognitif
bertanya dan jawab 2 Kurang 3 5 4
mampu
mengingat
3 Kekeliruan 2 5 4
mengikuti
anjuran
4 Ketidak 2 5 4
tahuan
menemukan
sumber
informasi

3. Risiki Cedera d.d kejang 08.00 wib 1. memonitor kejadia


kejang berulang
R/ Klien tampak
BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada klien An.S Dengan Kejang Demam di Ruangan
Zaal Anak RSUD Palembang Bari tanggal 07 Novembber sampai tanggal 27 Desember 2022.
Berapa hal yang perlu di bahas dan di perhatikan.Pada bagian ini membuat pembahasan
mengenai adanya kesenjangan antara teori dan proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada tanggal 07 November – 27 Desember 2022 di ruangan Zaal Anak RSUD Palembang
Bari.Pembahasan yang dimaksud adalah meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah suatu langkah awal yang dilakukan dalam proses
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan adanya pengumpulan data dari
pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.Dalam pelaksanaannya diperlukan data yang
jelas akurat dari pasien (Banjarnahor, 2019). Pada saat pengkajian klien, data didapatkan dari
klien, keluarga, klien,catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.Berdasarkan data
tersebut,tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yang saya kaji pada An.S penderita Dengan
Kejang Demam pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan data pada saat dilakukan pengkajian. Tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus
terhadap pasien, terdapat kesamaan gejala utama pada Dengan Kejang Demam diantaranya yaitu :
Panas Tinggi ,Tangan dan kaki kaku,kejang ,mata mendelik keatas Pada tinjauan teoritis
mengkaji adanya penyakit Dengan Demam Kejang, dan Klien mengatakan sebelumya pernah
diperiksakan sebelumnya dengan penyakit serupa yang di alami klien saat ini di klinik dan klien
mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan yang klien derita saat
ini,dan keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan seperti Dengan Demam Kejang Dalam
pengkajian pemeriksaan fisik pada teoritis pada pemeriksaan nadi pada pasien anemia meningkat
pada kasus penulis menemukan nadi pada klien yaitu 130 x/m. Menurut teoritis pada
pemeriksaan suhu tubuh pada pasien Dengan Kejang Demam meningkat , pada klien yaitu 40.4
˚C. Menurut teoritis pada pemeriksaan tekanan darah pada pasien Dengan Kejang Demam .

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu keputusan klinis tentang suatu penyakit pada
individu, keluarga maupun masyarakat tentang suatu respon penyakit melalui proses
pengumpulan data yang ada yang sesuai dengan permasalahan kesehatan pasien pada
pengumpulan data dari pasien (Ainun,2019).Pada tinjauan teoritis di temukan 5 kemungkinan
diagnosa keperawatan dan pada tinjauan kasus penulis menemukan 3 diagnosa yang sama
dengan tinjauan kasus. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus adalah

1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) dibuktikan


dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kejang, kulit merah, kulit terasa panas.
2) Resiko Cedera berhubungan dengan kejang
3) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan
menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah.
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada An.S setelah dilakukan pengkajian yaitu
gangguan rasa aman resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
(hipertermi). Masalah keperawatan tersebut diambil berdasarkan data subyektif yang didapat
yaitu ibu mengatakan bahwa An.S mengalami kejang ± 5 menit disertai dengan badannya
panas, suhu 40.4°C dan panas tinggi ± 1 hari. Ketika kejang seluruh tubuh An.S menghentak-
hentak bersamaan, kedua tangannya mengepal, matanya molotot dan giginya mengigit.
Faktor resiko yang menyebabkan An.S mengalami kejang demam diakibatkan karena demam
tinggi yang memicu anak mengalami kejang atau step. Dengan data objektif yang didapat
yaitu kesadaran umum lemah, kesadaran composmentis, GCS 15 E4V5M6. Hasil
pemeriksaan tanda – tanda vital yaitu frekuensi nadi 130 x/menit, frekuensi pernafasan
30x/menit, dan suhu 40.4°C

3. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam


masalah resiko cidera kejang berulang tidak terjadi dengan kriteris hasil keadaan umum
pasien baik, kesadaran composmentis GCS E4V5M6, suhu tubuh dalam batas normal (36°C
–37,5°C), frekuensi nadi dalam batas normal (80 x/menit – 130 x/menit),frekuensi
pernafasan ( 20 x/menit – 30 x/menit), kejang tidak berulang,keluarga mampu memberikan
penatalaksanaan kejang demam pada anaK secara mandiri. Rencana tindakan yang dilakukan
pada An.S yaitu bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji karakteristik kejang, kaji
faktor pencetus dan pendukung kejang, monitor suhu pasien setiap 8 jam, monitor kesadaran
pasien, keadaan umum pasien, suhu kulit, frekuensi nadi, dan frekuensi pernafasan.
Kemudian anjurkan pasien untuk puasa1x24 jam setelah terjadi kejang, berikan kompres
hangat terutama pada bagian leher dan ketiak, anjurkan orang tua dan keluarga untuk selalu
mendampingi anak, anjurkan orang tua untuk memberikan anak pakaian yang tipis dan
menyerap keringat dan kolaborasikan dengan tim medis dalam memberikan terapi obat
sesuai program. Untuk An. S yaitu Paracetamol injeksi 125 mg/jam IV, Paracetamol dengan
Antipiretik, infuse Kaen 1B ,50 CC/Jam. Berikan penkes kepada orang tua dan keluarga
tentang penatalaksanaan kejang demam secara mandiri di rumah.

Penyusunan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada An.S yaitu bina
hubungan saling percaya dengan pasien, kaji karakteristik kejang, kaji faktor pencetus dan
pendukung kejang, monitor suhu pasien setiap 8 jam, monitor kesadaran pasien, keadaan
umum pasien, suhu kulit,frekuensi nadi, dan frekuensi pernafasan. Kemudian anjurkan pasien
untuk Longarkan pakaian setelah terjadi kejang, berikan kompres hangat terutama pada
bagian leher dan ketiak, anjurkan orang tua dan keluarga untuk selalu mendampingi anak,
anjurkan orang tua untuk memberikan anak pakaian yang tipis dan menyerap keringat dan
kolaborasikan dengan tim medis dalam memberikan terapi obat sesuai program, berikan
pendidikan kesehatan kepada orang tua atau keluarga pencegahan dan penatalaksanaan
kejang demam secara mandiri di rumah.Dalam penulisan rencana keperawatan ini penulis
hanya memasukkan rencana keperawatan sesuai dengan kebutuhan dari pasien sehingga tidak
semua rencana keperawatan yang ada di teori di masukkan oleh penulis.

Pembetulan rencana tindakan kaji karakteristik kejang, kaji faktor pencetus dan
pendukung kejang seharusnya tidak perlu dimasukkan pada rencana tindakan asuhan
keperawatan karena seharusnya sudah cukup dilakukan diawal pengkajian atau ketika anak
mengalami bangkitan kejang. Dilakukan pengkajian yang lebih dalam adalah untuk
meminimalkan kemungkinan An. F untuk terjadi kejang demam kembali di masa
mendatang.Pada pasien kejang demam diberikan obat pencegah terjadinya kejang berulang
seperti diazepam. Pasien An. F mendapatkan obat diazepam 4 mg IV bila terjadi kejang.
Tetapi obat tersebut tidak diberikan karena pasien tidak mengalami kejang berulang.Rencana
tindakan
pertama yaitu bina hubungan saling percaya dilakukan untuk menarik anak agar mau
berinteraksi dengan perawat dan mau diberikan tindakan keperawatan oleh perawat juga
mengurangi dampak hospitalisasi anak (Dewi dan Meira, 2016). Sejalan dengan jurnal yang
dikatakan oleh (Ca, 2019) bahwa Penggunaan pendekatan komunikasi yang sesuai di antara
anak sakit dengan profesional kesehatan akan meningkatkan hubungan pengasuhan di mana
si anak bukan saja diperbolehkan untuk mengungkapkan kebutuhannya tetapi juga mendapat
pemenuhan dari kebutuhan-kebutuhannya tersebut. Dengan mengerti kebutuhan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya dan memenuhi kebutuhan tersebut, perawat dapat
mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi dan dapat meningkatkan perkembangan anak ke
arah yang normal.

Kedua, monitor suhu tiap 8 jam dilakukan untuk mengantisipasi apabila tiba – tiba naik
dapat segera ditangani (Nursalam, 2009). Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Kejang
dkk., 2017) bahwa jika tidak dilakukan pengukuran suhu tubuh di rumah dapat
mengakibatkan kejadian kejang demam 3 kali lebih besar jika dibandingkan dengan
melakukan pengukuran suhu tubuh di rumah. Ketiga, monitor kesadaran dilakukan untuk
mengetahui adakah penurunan kesadaran setelah atau selama anak mengalami kejang
(Nursalam, 2009).

Keempat, monitor keadaan umum untuk mengetahui bagaimana kadaan anak apakah ada
kelemahan setelah mengalami kejang (Nursalam,2009). Kelima, yaitu monitor suhu kulit
dilakukan untuk mengukur apakah anak masih mengalami demam melalui sentuhan pada
kulitnya (Nursalam, 2009). Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Kejang dkk., 2017)
bahwa jika tidak dilakukan pengukuran suhu tubuh di rumah dapat mengakibatkan kejadian
kejang demam 3 kali lebih besar jika dibandingkan dengan melakukan pengukuran suhu
tubuh di rumah.

Keenam, monitor frekuensi nada dan pernafasan dilakukan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan atau penurunan frekuensi setelah mengalami kejang (Nursalam, 2009). Ketujuh,
yaitu anjurkan pasien berpuasa 1x24 jam pasca kejang dilakukan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pasca kejang karena waktu 1x24 jam dalam kurun waktu 1x24 jam anak masih
sangat beresiko untuk mengalami kejang susulan (Hidayat, 2008 ; Nugroho, 2011).
Kedelapan, beri kompres hangat terutama pada bagian leher dan ketiak dilakukan untuk
membantu menurunkan panas terutama dilakukan pada pembuluh darah yang besar untuk
dapat membantu memoercepat dalam penyampaian ke hipotalamus untuk menurunkan
produksi panas (Ayu, 2015). Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Rahmasari &
Lestari, 2018) bahwa tindakan non farmakologis antara lain memberikan minuman banyak,
ditempatkan dalam ruangan suhu normal, memberikan kompres hangat.

Kesembilan, yaitu anjurkan orang tua untuk selalu menemani anak dilakukan agar
anak selalu mendapatkan penjagaan dan apabila kondisi anak memburuk, orang tua dapat
memberikan atau meminta pertolongan segera (Kurniadi, 2012). Kesepuluh, anjurkan orang
tua memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat dilakukan untuk membantu
penguapan panas tubuh. Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Rahmasari & Lestari,
2018) bahwa menggunakan pakaian yang tidak tebal atau tipis.

Kesebelas, kolaborasikan dalam pemberian terapi antibiotic,antikonvulsi, dan


antipiretik dilakukan untuk memberikan pengobatan untuk membunuh infeksi virus bakteri,
untuk mengatsi maupun mencegah terjadinya kejang dan untuk menurunkan panas tubuh
(Wong, D. et all,2009). Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Rahmasari & Lestari,
2018) bahwa pada terapi farmakologis dapat diberikan terapi antibiotik yang menjadi pilihan
utama yaitu kloremfenikol dan terapi kortikosteroid seperti halnya dexametason jika terjadi
perubahan kesadaran atau pendarahan usus.

Keduabelas, berikan pendidikan kesehatan kepada orangtua atau keluarga


pencegahan dan penatalaksanaan kejang demam secara mandiri di rumah dilakukan agar
orangtua dan keluarga tahu dan mampu cara mencegah dan cara mengatasi terjadinya kejang
demam pada anak sehingga mereka tidak panic ketika anak mengalami kejang demam
(H.Nabiel Ridho, 2014). Sejalan dengan jurnal yang dikatakan oleh (Khayati dkk., 2019)
bahwa Kejang demam pada anak usia 2 tahun bisa dikendalikan dengan adanya intervensi
pendidikan kesehatan pada orangtua. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu juga dapat meningkatkan praktik dan kinerja mereka. Intervensi
pendidikan kesehatan juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan ketenangan batin ibu
karena dapat melakukan tindakan pencegahan dengan tepat waktu. Adanya pendidikan
kesehatan pada orangtua dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan penanganan
orangtua pada anak dengan kejang demam.

.
Pada rencana keperawatan yang telah diberikan pada An.S ada yang belum dituliskan
oleh penulis, yaitu discharge planning. Dischanger planning, diantaranya :

a) Jelaskan faktor penyebab dan pencetus demam


b) Ajarkan orang tua bagaimana mengukur suhu tubuh
c) Instruksikan orang tua untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
d) Anjurkan untuk rileks dan kurangi aktifitas yang berlebihan pada anak serta anjurkan
untuk isturahat yang cukup dan banyak minum
e) Jika timbul demam berikan kompres atau obat penurun panas sesuai dosis dan
anjuran dari dokter, berikan anak pakaian yang tipis dan menyerap keringat
f) Instruksikan untuk kontrol rutin.

Penanganan saat terjadi kejang demam di rumah menurut Alodokter (2019) :

a) Letakkan anak di tempat yang datar


b) Tempat tersebut sebaiknya luas dan bebas dari benda – benda yang dapat
membahayakan anak, sehingga anak tidak akan terbentur atau tertimpa benda tertentu
saat kejang
c) Posisikan anak tidur menyamping, untuk mencegahnya tersedak saat kejang
d) Longgarkan pakaian anak terutama yang dapat mengganggu pernapasannya (bagian
leher)
e) Jangan memaksa untuk menahan gerakan tubuh anak. Cukup jaga agar posisi
tubuhnya tetap aman

f) Jangan memasukkan benda apapun ke mulutnya, termasuk minuman atau obat –


obatan
g) Ucapkanlah kata – kata yang menenangkan agar anak merasa lebih nyaman
h) Catat berapa lama anak mengalami kejang. Jika lebih dari 5 menit segera membawa
anak ke dokter atau layanan kesehatan lainnya (klinik, puskesmas, atau rumah sakit)
i) Amati kondisi anak saat kejang, terutama bila ada kesulitan bernapas atau wajahnya
menjadi pucat dan kebiruan. Ini menandakan bahwa anak kekurangan oksigen dan
membutuhkan penanganan medis secepatnya
j) Jika memungkinkan rekam kejadian saat anak sedang kejang sehingga dokter bisa
mengetahui dengan pasti seperti apa kejang yang dialami anak.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis sudah sesuai dengan perencanaan


keperawatan yang sudah disusun sebelumnya sesuai dengan teori Falqa (2011). Dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dapat dilakukan dengan baik atas bantuan dari
keluarga yang dapat diajak kerjasama selama proses keperawatan. Namun ada faktor
penghambat yang menyebabkan proses keperawatan tidak mendapatkan hasil
maksimal.Faktor penghambat yang pertama adalah pengkajian yang dilakukan oleh penulis
masih perlu adanya perbaikan salah satunya adalah pemeriksaan penunjang laboratorium
yang hanya dilakukan sekali ketika pasien pertama kali masuk rumah sakit.
Seharusnya pemeriksaan laboratorium ulang dapat dilakukan setelah mendapatkan
asuhan keperawatan 1 x 24 jam untuk memantau bagaimana keadaan kandungan dalam darah
pasien terutama pada pemeriksaan leukosit, kalium, dan natrium (Dewi & Meira, 2016).
Selain itu, pengkajian yang lebih mendalam tentang kejang demam terutama pada
pemeriksaan fisiknya juga perlu ditingkatkan kelengkapannya oleh penulis. Faktor
penghambat kedua yaitu respon anak selama proses. Tentunya anak yang dirawat di rumah
sakit akan mengalami fase hospitalisasi dimana anak akan mengalami stressor kecemasan
dan ketakutan karena harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Kecemasan anak yang sulit diatasi tersebut dapat menghambat proses penyembuhan dari
anak karena ketika anak masih merasa tidak aman dan merasa ketakutan dengan
lingkunganya pasti anak akan berespon dengan menangis atau dengan melakukan aktivitas
yang tiba – tiba untuk menjauh dari stressor yang menyebabkan dia ketakutan. Padahal
dengan aktivitas anak yang menangis dan pergerakan yang tiba – tiba tersebut dapat
meningkatkan metabolisme basal anak meningkat sehingga produksi panas akan ikut
meningkat sehingga menyebabkan suhu tubuh tidak kunjung turun malah justru dapat
meningkat (Dewi & Meira, 2016).mplementasi Keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang telah dilakukan pada An.S di Ruang Zaal Anak RSUD BARI
PALEMBANG selama 3 hari untuk diagnosa gangguan rasa aman resiko kejang berulang
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam An. S kesadaran composmentis E4V5M6, keadaan umum
sudah baik, kulit teraba hangat, frekuesni nadi 130 x/menit, frekuensi pernafasan 30 x/menit,
suhu 36,5°C, aman tidak terjadi cidera, kejang tidak berulang.Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan asuhan keperawatan ganguuan rasa aman
resiko kajang berulang pada pasien kejang demam diantaranya adalah mengenal keadaan
psikis dan stressor.
Ketika anak sakit dan harus beradaptasi dengan Lingkungan di rumah sakit pasti
mendapatkan stressor yang cukup menghambat proses penyembuhan. Keluarga yang selalu
memberikan perhatian dan selalu menemani anak menjadikan salah satu indikator
keberhasilan dalam merawat pasien anak karena dengan adanya keluarga membuat anak
lebih tenang dan sangat dapat membantu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah
sakit. Dengan adanya perawat yang bisa menarik rasa percaya anak juga merupakan indikator
yang sangat penting dalam keberhasilan asuhan keperawatan pada anak.
BAB V

KESIMPULAN

Pada karya tulis ilmiah dengan Asuhan keperawatan pada An.S di ruang Zaal Anak RSUD
Palembang Bari dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada pengkajian keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 07 november pada An.
S dengan Kejang Demam. Ibu klien mengatakan anaknya panas tinggi, tangan dan kaki
anak kaku dan ibu hanya menahan tangan dan kaki anaknya yang kaku tersebut. Saat
dirumah anaknya mengalami kejang 2 kali dengan durasi selama 5 menit dan ibu tidak
langsung membawa anaknya ke rumah sakit dan 2 jam kemudian kejang berulang, tangan
dan kaki kaku serta mata mendelik keatas dengan durasi selama 10 menit dan ibu langsung
membawa anaknya ke IGD RS. Saat diukur suhunya mencapai 40,4°C, di IGD anak
mendapatkan obat paracetamol.

2. Masalah keperawatan yang muncul pada An. S yaitu berupa diagnosa Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas nilai normal, kejang, kulit merah, kulit terasa panas. Resiko Cedera berhubungan
dengan kejang. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah.

3. Intervensi keperawatan pada An.s yang ditetapkan oleh penulis dimana sesuai pada
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yaitu berupa Pemasangan Infus sebagai
intervensi fokus utama dan diikuti oleh perawatan Hipertemia pada klien.

4. Implementasi keperawatan pada An.S dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi
yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Evaluasi keperawatan pada Tn. K pada diagnosa pertama didapatka bahwa masalah
teratasi sebagian, kriteria tercapai sebagian dan tetap melanjutkan intervensi. Pada
diagnosa kedua didapatkan bahwa masalah telah teratasi, pada diagnosa ketiga didapatkan
bahwa masalah teratasi sebagaian, kriteria tercapai sebagian dan tetap melanjutkan
intervensi. kriteria hasil tercapai dengan mempertahankan intervensi 1-5
DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. F. (2015). Penatalaksanaan Kejang Demam. Cermin Dunia Kedokteran-232.

Hasendra, A. (2019). Penggunaan Balok Angka Sebagai Media Pembelajaran Untuk


Meningkat Kemampuan Kognitif Anak Pertiwi. Jurnal Literasiologi.

Kertapati, Y. (2019). Kesehatan Keluarga dan Tingkat Kemandirian Keluarga. Jurnal


Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.

Vebriasa, A., Herini, E. S., & Triasih, R. (2016). Hubungan antara Riwayat Kejang pada
Keluarga dengan Tipe Kejang Demam dan Usia Saat Kejang Demam Pertama. Sari
Pediatri.

Dervis, B. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penatalaksanaan Kejang


Demam Anak terhadap Pengetahuan Ibu di RS Roemani &RSI Sultan Agung Semarang.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Erita, S. (2019). Modul & bahan ajar Keperawatan Anak. In Modul keperawatan

Anak. Lestari, Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Nurhayati HK, Fepi Susilawati, G. A. (2017). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dengan


Kejadian Kejang Demam Pada Pasien Anak Di Rumah Sakit Dalam Wilayah Propinsi
Lampung. Jurnal Keperawatan.

Nabavi, S. mohammed. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Di Wilayah Kerja Sempaja


Samarinda Oleh. 2.

Alberta, L. T. (2015). Pelayanan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan


Proses Keperawatan. Jurnal Keperawatan.

Ismet, I. (2017). Kejang Demam. Jurnal Kesehatan Melayu.

Polignano, M. V. (2019). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–


1699.
Rahmasari, V., & Lestari, K. (2018). Review : Manajemen terapi demam tifoid : Kajian
Terapi Farmakologis Dan Non Farmakologis. Farmaka, 16(1), 184-195.
https://doi.org/10.24198/JF.V16I1.17445

Bahtera, T., Wibowo, S., & Hardjojuwono, A. S. (2016). Faktor Genetik Sebagai Risiko
Kejang Demam Berulang. Sari Pediatri.

Vebriasa, A., Herini, E. S., & Triasih, R. (2016). Hubungan antara Riwayat Kejang pada
Keluarga dengan Tipe Kejang Demam dan Usia Saat Kejang Demam Pertama. Sari
Pediatri.

Fuadi, F., Bahtera, T., & Wijayahadi, N. (2016). Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam
pada Anak. Sari Pediatri, 12(3), 142. https://doi.org/10.14238/sp12.3.2010.142-9
Windawati, W., & Alfiyanti, D. (2020). Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang
Demam Menggunakan Kompres Hangat. Ners Muda.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5499

Indrayati, N., & Haryanti, D. (2019). Gambaran Kemampuan Orang Tua Dalam
Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Anak Usia Toddler. Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. https://doi.org/10.32583/pskm.9.2.2019.149-154

Deliana, M. (2016). Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri.
https://doi.org/10.14238/sp4.2.2002.59-62

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka..

Notoatmodjo,S (2012). Metedeologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Dewi, A.K. (2016). Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat Dengan
Tepid Sponge Bath pada Anak Demam. Jurnal keperawatan Muhammadiyah, 1 (1). 63-71.

Labir, Ketut. (2009). Pertolongan Pertama dengan Kejadian Kejang Demam pada Anak. L-
Ketut-Labirdkk-pdf

Kastiano, R. F. D. (2016). Faktor- faktor yang berhubungan dengan sikap orang tua dalam
penatalaksanaan kejang demam pada balita usia 1-5 tahun di Rumah Sakit Cito
Karawang.Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang.

Susilowati. (2014). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan, sikap


dan praktik manajemen demam pada orang tua dengan anak kejang demam di Ruang
Seruni RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Setyarini. (2009). Model pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan tentang


pengelolaan kejang demam pada ibu balita. e-journal,

Anda mungkin juga menyukai