Semhas Herli Sahputri
Semhas Herli Sahputri
HERLI SAHPUTRI
NIM. 21120013P
HERLI SAHPUTRI
NIM. 21120013P
Nim : 211120013P
Telah diperiksa dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah diperiksa
Pembimbing I Pembimbing II
Disetujui
Ka. PSIK
NBM. 1056216
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Nim : 21120013P
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Palembang
Ketua IKesT MP
NBM. 884664
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nim : 21120013P
Tanda Tangan :
Tanggal :
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Nim : 21120013P
Dibuat : Palembang
Yang Menyatakan
Herli Sahputri
NIM. 21120013P
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PENULIS
Nama : Herli Sahputri
Tempat, Tanggal Lahir : Karang Endah, 20 Februari 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Anak ke dari : Ke-3 dari 3 Bersaudara
Alamat : Desa Karang Endah Kecamatan Kikim Timur
Kabupaten Lahat
No. Telp/Hp : 0895620557058
Email : herlishptri@gmail.com
NAMA ORANG TUA
Ayah : Bambang Herman
Ibu : Niliarti
RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. TK Bunga Bangka Wali 2005
2. SD MIN Lahat 2006-2011
3. SMP Negeri 2 Lahat 2011-2014
4. SMA Unggul Negeri 4 Lahat 2014-2017
5. STIKes Muhammadiyah Palembang 2017-2020
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Keperawatan di Institusi Ilmu Kesehatan dan teknologi
Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS..................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAAN PUBLIKASI..........................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ vii
ABSTRAK................................................................................................................ viii
ABSTRACT.............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR.............................................................................................. x
DAFTAR ISI.............................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN....................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujun Penelitian............................................................................................3
D. Ruang Lingkup............................................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian........................................................................................ 4
xi
2. Fisiologi Tidur........................................................................................... 14
3. Jenis-jenis Tidur........................................................................................ 15
4. Fungsi dan Tujuan Tidur........................................................................... 16
5. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur............................................................17
6. Kebutuhan Tidur........................................................................................19
7. Masalah Kebutuhan Tidur......................................................................... 20
8. Kualitas Tidur............................................................................................ 22
C. Kerangka Teori...........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR BAGAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi ialah penyakit tidak menular dan salah satu penyebab utama
kematian dini di dunia. WHO memperkirakan bahwa prevalensi global saat ini
hipertensi 22% dari keseluruhan populasi dunia. Berdasarkan jumlah tersebut,
kurang dari seperlima yang berupaya untuk mengendalikan tekanan darahnya
(Kemenkes, 2020).
World Health Organization (WHO) (2019) menyebutkan penderita
hipertensi terus meningkat dan diperkirakan 29% warga dunia terkena
hipertensi tahun 2025. Negara-negara berkembang memiliki penderita
hipertensi sebesar 40% dan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi sebesar 40%. Kawasan Amerika
sebesar 35% dan Asia Tenggara 36% (Tarigan et al, 2018). Prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18
tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-
44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%)
(Riskesdas, 2018).
Data Dinas Kesehatan Kota Palembang, angka kejadian penyakit
hipertensi mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2018 jumlah
kasus kejadian hipertensi sebanyak 53.455 (22,5%), pada tahun 2019 sebanyak
54.2% dan pada tahun 2020 sebanyak 146.220 orang (57,2%) yang
mendapatkan pelayanan kesehatan tekanan darah tinggi (hipertensi) sesuai
standar (Dinkes Sumsel, 2020). Sedangkan Estimasi penderita hipertensi di
Puskesmas Nagaswidak Palembang berdasarkan hasil pengukuran penduduk
usia 15 tahun keatas pada tahun 2019 sebanyak 2924 (30,4%), pada tahun 2020
sebanyak 8610 (30,4%), dan tahun 2021 sebanyak 9092 (31,2%).
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahannya yaitu
“Bagaimana Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Nagasidak Palembang?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Kualitas Tidur Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Nagaswidak Palembang.
4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui data demografi penderita hipertensi di Puskesmas
Nagaswidak Palembang
b. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas tidur penderita hipertensi di
Puskesmas Nagaswidak Palembang
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memperluas wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian
serta sebagai pengalaman berharga dalam melakukan penelitian
keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan ajar
Keperawatan Medikal Bedah, khususnya mengenai Studi Deskriptif:
Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi serta sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah tersebut.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
bagi pasien hipertensi dan untuk pengambilan kebijakan lebih lanjut.
4. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan bagi masyarakat serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Simanjuntak et al, 2021).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Sofiana et al., 2018).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah makin besar resikonya (Nurarif, 2016).
Hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik
suatu sistem kardiovaskular, dimana penyebab terjadinya disebabkan oleh
beberapa faktor atau multifaktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan
hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Hasnawati (2021), hipertensi berdasarkan penyebabnya
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial
Hipertensi primer terjadi karena peningkatan persisten tekanan
arteri akibat ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal,
dapat juga disebut hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar
95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-
angiotensin, efek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler
dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan merokok.
5
6
3. Etiologi Hipertensi
Menurut Hanna (2018), Penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer disebabkan karena etiologi yang tidak diketahui,
namun ada faktor yang mempengaruhi seperti obesitas, resistensi insulin,
asupan garam yang tinggi, konsumsi alkohol berlebihan, penuaan, gaya
hidup sedenter, stres, asupan kalsium dan kalium yang rendah.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) Tanda dan gejala utama hipertensi adalah
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi
tidak sama pada setiap orang bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala.
Secaa umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
f. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak
dari hipertensi
g. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan
saraf pusat
h. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
i. Susah untuk tidur
8
5. Patofisiologi
Jantung bertugas memompa darah ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah. Kekuatan jantung saat memompa darah yang diterima oleh
dinding pembuluh darah di seluruh tubuh akan menghasilkan tekanan darah.
Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa oleh jantung
dan besar tahanan yang diterima oleh aliran darah tersebut di dalam
pembuluh darah. Semakin banyak jumlah darah yang dipompa maka akan
semakin sempit diameter pembuluh darah arteri yang menghasilkan tekanan
darah semakin tinggi.
Tekanan darah akan meningkat secara alami ketika seseorang
berolahraga atau melakukan aktivitas berat kemudian kembali lagi menjadi
normal ketika tubuh beristirahat. Tekanan darah tinggi ini harus menjadi
perhatian ketika seseorang tetap memiliki tekanan darah yang tinggi saat
beristirahat. Ini menandakan jantung bekerja terlalu keras dan pembuluh
darah arteri menerima tekanan yang berlebih sehingga bisa membahayakan
organ tubuh dan bahkan mematikan penderitanya.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat
respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriksi yang kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
9
7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah diseluruh organ sehingga bisa merusak tubuh serta
menimbulkan komplikasi. Berikut ini komplikasi yang terjadi pada
hipertensi:
a. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi
pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran
darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis
dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma (Harahap,
2019).
b. Kardiovaskuler
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami
arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran
darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen
miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia
jantung yang pada akhirnya dapat menjadi infark (Nuraini, 2015).
12
c. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus.
Kerusakan glomerolus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerolus juga akan
menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai
edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang
berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik (Nuraini,
2015).
d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama
hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang
dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan
darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada
saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina
akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
retinopati hipertensif pada awalnya tindak menunjukkan gejala yang pada
akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir (Nuraini, 2015).
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan penggunaan obat hipertensi adalah menurunkan dan mencegah
kejadian kardioserebrovaskuler dan renal, melalui tekanan darah dan
juga pengendalian dan pengobatan faktor-faktor resiko yang reversible.
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat
berikut:
1) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, lasix, aldactone, dyrenium
diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan
TPR.
Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiostensi II dengan menghambat enzim
13
B. Konsep Tidur
1. Definisi Tidur
Tidur merupakan keadaan tidak sadar saat seseorang dapat
dibangunkan dengan rangsangan sensorik atau rangsangan lainnya dan
merupakan suatu fenomena yang reparatif, restoratif, fisiologis dan sangat
penting bagi tubuh (Sutrisno et al., 2017). Waktu tidur manusia rata-rata
adalah sekitar seperempat hingga sepertiga waktunya dalam sehari. Dan
waktu yang optimal untuk tidur yaitu pukul 10 malam karena dianggap
ampuh untuk mengumpulkan energi, meningkatkan mood saat bangun pagi,
meningkatkan vitalitas tubuh dan kecantikan kulit (Roshifanni, 2016).
Tidur merupakan keadaan sementara dari berubahnya kesadaran
yang terjadi untuk sekitar sepertiga dari kehidupan manusia. Tidur dapat
meningkatkan pertumbuhan, pemulihan dan kesejahteraan kognitif.
Mengurangi waktu tidur total (TST) dapat mempengaruhi fungsi endokrin,
metabolik dan orang yang kurang tidur sering mengalami kebingungan,
depresi, halusinasi, dan dalam kasus-kasus ekstrim dapat menyebabkan
kematian selama tidur (Valenti et al., 2017).
2. Fisiologi Tidur
Pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral
yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan
dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak pada
otak tengah (mesensefalon) dan bagian atas pons. Selain itu, reticular
activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron
15
3. Jenis-Jenis Tidur
Menurut Sutanto & Fitriana (2017) tidur dibagi ke dalam dua jenis:
a. Tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement) / Tidur Gelombang Lambat
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh,
atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang
otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi.
Tidur gelombang lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta,
dengan ciri-ciri yaitu betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun,
frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi
berkurang dan metabolisme turun.
Ada empat tahapan tidur NREM atau tidur gelombang lambat:
1) Tahap I. Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur
dengan ciri yaitu rileks, masih sada dengan lingkungan, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi
nadi dan napas sedikit menurun, dapat bagun segera setelah tahap ini
berlangsung selama lima menit.
2) Tahap II. Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh
terus menurun dengan ciri yaitu mata pada umumnya menetap, denyut
jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
3) Tahap III. Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi
dan frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh
adanya dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
4) Tahap IV. Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri
kecepatan jantung dan pernapsan turun, jarang bergerakdan sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, serta
tonus otot menurun.
16
c. Mencegah Penyakit
Gangguan tidur bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan gagal
jantung. Oleh sebab itu, sebaiknya tetap memiliki cukup tidur untuk
mencegah datangnya penyakit tersebut.
d. Mempengaruhi Pola Makan
Apabila memiliki cukup tidur, 7-8 jam per hari, maka tidak perlu
khaatir. Namun jika tidur kurang dari yang dianjurkan, maka akan mudah
terserang stres. Stress tersebut juga membuat cenderung mengonsumsi
berbagai makanan yang tidak sehat dan mengganggu regulasi kadar gula
dalam tubuh sehingga menimbulkan obesitas dan diabetes.
e. Meningkatkan Kecerdasan
Manfaat tidur berkualitas bisa meningkatkan kesehatan sampai
kecerdasan, ketelitian, kreativitas serta kemampuan mental, emosional
dan juga dapat meremajakan kembali fungsi sel-sel tubuh dan
memperbaiki fungsi metabolisme tubuh.
f. Kulit dan Mata Jadi Lebih Cerah Serta Rambut Sehat Berkilau
Stres mental yang diakibatkan kurang tidur membuat pembuluh
darah mengerut, sehingga darah yang dipompakan ke seluruh tubuh
menjadi berkurang. Pembuluh-pembuluh darah di wajah sangat dekat
dengan permukaan kulit, aliran darah yang lancar menghasilkan warna
kulit yang sehat. Selain itu, stres yang disebabkan kurang tidur juga
menghasilkan minyak yang berlebihan di wajah membuat lebih rentan
terhadap jerawat. Akibat lainnya adalah kulit lebih cepat berkerut dan
kendur sebelum aktunya. Kurang tidur hanya semalam dapat
mengganggu kemampuan kulit mempertahankan kelembapan serta
melindungi kulit terhadap sinar matahari dan polusi pada keesokkan
harinya.
6. Kebutuhan Tidur
Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang
dibutuhkan seseorang. Semain muda seseorang, maka semakin banyak waktu
yang dibutuhkan untuk tidur, sebaliknya semakin tua usia maka semakin
sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan (Susanto & Fitriana, 2017).
20
hampir setiap pagi maka perlu ada perhatian serius. Sindrom ini biasanya
berkembang pada usia anak atau remaja.
i. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan suatu keadaan perubahan kesadaran,
fenomena tidur-bangun terjadi pada saat bersamaan. Sewaktu tidur,
penderita melakukan aktivitas motorik yang biasa dilakukan seperti berjalan,
berpakaian, atau pergi ke kamar mandi dan lain-lain. Akhir kegiatan
tersebut kadang penderita terjaga kemudian sejenak kebingungan dan
tertdur kembali. Ia tidak ingat kejadian tersebut. Lebih banyak terjadi pada
anak-anak, penderita mempunyai risiko terjadinya cedera.
j. Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di
hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi
faktor yang turut yang menyebabkan mendengkur. Pangkal lidal yang
menyumbat saliran napas pada lansia. Otot-otot pada bagian belakang mulut
mengendur lalu bergetar bila dilewati udara pernapasan.
8. Kualitas Tidur
Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang mana tidur seorang
individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat bangun (Sumarna, 2019).
Hal ini mencakup komponen kuantitatif dan kualitatif tidur. Komponen
kuantitatif melibatkan durasi tidur sedangkan komponen kualitatif merupakan
ukuran subjektif dari kedalam dan perasaan tenang saat terbangun (Shittu et all.,
2014). Kualitas tidur menjadi salah satu faktor penting dalam mempertahankan
kesehatan.
Kualitas tidur dapat diukur menggunakan alat polysomnography yang
terdiri dari electro encephalography (EEG), electro myelography (EMG) dan
electro oculography (EOG). Cara yang lebih sederhana untuk mengukur
kualitas tidur dapat menggunakan kuesioner kualitas tidur, seperti The
Pittsburgh Quality Index (PSQI) (Karota, 2018). Berikut tujuh komponen
pemeriksaan kualitas tidur:
23
C. Kerangka Teori
Hipertensi
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
(Notoatmodjo, 2018).
Berdasarkan tinjauan teoritis diatas kerangka konsep serta variabel
penelitian ini akan membahas mengenai kualitas tidur penderita hipertensi di
Puskesmas Nagaswidak Palembang. Maka kerangka konseptual dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
25
26
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Kualitas Kualitas Tidur Quesioner Wawancara Nilai skor Ordinal
Tidur adalah Pittsburgh kuesioner PSQI
kemampuan Sleep (0-21).
individu untuk Quality Baik jika skor ≤5
tidur dan Index Buruk jika skor >5
mendapatkan (PSQI)
jumlah
istirahat sesuai
dengan
kebutuhan.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode deskriptif yang merupakan survey yang dilakukan
terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran
fenomena yang terjadi didalam suatu populasi tertentu (Notoadmodjo, 2018).
Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur pada penderita
hipertensi di Puskesmas Nagaswidak Palembang.
Z²1-α/2 p (1-p) N
n=
d² (N-1) + Z²1-α/2 p (1-p)
Keterangan:
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
N : Jumlah populasi
d : Toleransi kesalahan (d= 0,05 )
27
28
n = 85,08
n = 85 responden
dengan kisaran 0-21 poin, “0” menunjukkan tidak ada kesulitan dan “21”
menunjukkan kesulitan berat disemua bidang. Kuantitas dan kualitas tidur
disimpulkan menggunakan rentang jumlah skor 0–21 poin dengan kategori
jumlah skor ≤ 5 = tidur baik dan jumlah skor 6-21 = tidur buruk. Nilai setiap
komponen pertenyaan dilakukan penjumlahan dan pengkategorian kualitas
tidur baik dan kualitas tidur buruk (Yaqin, 2016).
d) Cleaning
Pada tahap ini merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry data ke komputer.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah suatu variabel yang menggambarkan
penyajian data satu variabel saja (Notoatmodjo, 2018). Analisis
univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap variabel dari hasil
penelitian menggunakan distribusi frekuensi, maka variabel independen
(kualitas tidur) dan variabel dependen (tekanan darah) dianalisis dengan
menggunakan distribusi frekuensi.
G. Etika Penelitian
Penelitian menjelaskan tentang aspek etik dalam penelitian disertai
dengan penjelasan bentuk aplikatif yang dilakukan terhadap aspek tersebut.
Penelitian ini untuk mengatasi resiko atau dampak yang muncul dalam
penelitian ini adalah (Notoatmodjo, 2018).
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Diberikan kepada responden, tujuannya adalah subjek mengetahui
maksud, tujuan dan harapan peneliti mempersilahkan responden
menandatangani lembar persetujuan. Bila responden menolak maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang disajikan.
32
3. Justice (Keadilan)
Peneliti perlu menjaga prinsip adil dengan kejujuran, keterbukaan
dan kehati-hatian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua responden
memperoleh perlakuan yang sama tanpa membedakan agama, etis, dan
sebagainya. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua responden
memperoleh perlakuan yang sama tanpa membeda-bedakan.
4. Beneficience
Peneliti berusaha untuk memaksimalkan manfaat dari penelitian dan
meminimalkan kerugian yang terjadi. Manfaatnya baik untuk instansi
terkait ataupun untuk responden sendiri.
5. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti
BAB IV
HASIL PENELITIAN
33
34
2. Letak Geografis
Puskesmas Nagaswidak terletak di Kecamatan Seberang Ulu II
tepatnya di Kelurahan 14 Ulu. Puskesmas ini terletak di Jalan Ahmas Yani
Lorong Gumay. Masyarakat yang ingin berobat dapat menjangkaunya
dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor.
Wilayah kerja Puskesmas Nagaswidak meliputi 4 Kelurahan yaitu
Kelurahan 11 Ulu, 12 Ulu, 13 Ulu dan 14 Ulu dengan luas wilayah
kerjanya ±301 Ha.
Wilayah kerja Puskesmas Nagaswidak ini berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Musi
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Jenderal Ahmad Yani
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan 10 Ulu
d. Sebelah Timur berbatasan dengan 16 Ulu
Kondisi georafis wilayah kerjanya terdiri dari dataran rendah dan rawa-
rawa.
3. Letak Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Nagaswidak meliputi Kelurahan 11 Ulu,
Kelurahan 12 Ulu, Kelurahan 13 Ulu dan Kelurahan 14 Ulu dengan jumlah
penduduk 38.508 jiwa.
Berdasarkan keadaan sosial ekonominya, mata pencarian penduduk
keempat kelurahan hampir sama, yaitu diantaranya:
a. Buruh kasar
b. Pegawai Negeri
c. Pedagang
d. Pensiunan
e. Pengrajin
f. Nelayan
g. Pemikul barang
h. Tukang becak
Pada umumnya mereka adalah tenaga kerja lepas pada sektor informal.
35
B. Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif: Kualitas Tidur Pada Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang” ini dilakukan pada bulan
April 2022. Responden yang didapatkan sebanyak 85 responden. Hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk teks dan tabel.
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Sujarweni, 2014). Analisa
ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari
tiap-tiap variabel.
a. Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan usia pada penderita
Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada
penderita Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.4
Tabel 5.5
A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Berdasarkan dari hasil penelitian menjelaskan bahwa sebanyak 85
responden yang diteliti adalah responden dengan usia 44-75 tahun dengan
rata-rata 60,27. Hal ini sejalan dengan penelitian Lina & Chatarina (2013)
yang menyebutkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap hipertensi yaitu terjadi peningkatan risiko hipertensi pada
umur >40 tahun karena terjadi perubahan pada struktur pembuluh darah
yang mengakibatkan naiknya tekanan darah.
Penelitian terkait lainnya yaitu penelitian Roshifanni (2016) dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok hipertensi
berumur 41-60 tahun (55,27%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Thahir et.al (2021) menunjukkan bahwa mayoritas umur
responden yang memiliki riwayat hipertensi adalah 46-60 tahun yaitu
sebanyak 23 responden (51,1%).
Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang berusia
diatas 40 tahun karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang saat
jantung memompa darah melalui arteri. Oleh karena itu, pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada
biasanya sehingga menyebabkan naiknya tekanan darah (Roshifanni, 2016).
b. Jenis Kelamin
42
43
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa riwayat pendidikan responden penderita hipertensi sangat beragam
dimulai dari pendidikan terbanyak yaitu pendidikan SD sebanyak 41
responden (48.2%) dan pendidikan yang paling sedikit yaitu D3/Diploma
dengan jumlah 2 orang responden (2.4%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Ryandini et.al (2021) didapatkan hasil sebanyak 33
responden (53,2%) yang berpendidikan terakhir SD.
44
f. Minum Obat
h. Tidur Siang
i. Lama Menderita
sebelum tidur yang buruk. Sama halnya dengan penelitian Suastari (2014)
menyebutkan bahwa 30 dari 43 responden memiliki kebiasaan sebelum
tidur yang buruk, hal tersebut dikarenakan lansia memliki kebiasaan
mengkonsumsi kopi 1-2 gelas dan memiliki kebiasaan makan yang
berlebih saat akan mulai tidur.
2. Kualitas Tidur
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 85 responden
mayoritas memiliki kualitas tidur yang buruk sebanyak 61 responden (71.8%)
dan 24 responden (28.2%) memiliki kualitas tidur baik. Hal ini didukung oleh
penelitian Fiskasianita (2016) menunjukkan bahwa sebagian besar penderita
hipertensi memiliki kualitas tidur yang buruk sebanyak 77,2% responden.
Sama halnya juga dengan hasil penelitian Elfida et.al (2022) ditemukan bahwa
dari 52 responden mayoritas memiliki kualitas tidur yang buruk (80,8%).
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Martini (2018) bahwa faktor yang
sering diabaikan oleh orang yang mengalami hipertensi adalah mengenai tidur
yang dimana mereka beranggapan bahwa itu merupakan proses normal dari
penuaan.
Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur yang dialami seseorang
individu agar dapat menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun
(Alfi, 2018). Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang
melibatkan berbagai domain diantaranya adalah kualitas tidur subjektif, latensi
tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan
disfungsi siang hari. Jadi, apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut
terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur.
Kualitas tidur yang buruk atau kebiasaan durasi tidur yang pendek juga
memiliki hubungan terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah seseorang.
49
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Studi Deskriptif: Kualitas tidur
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang dapat
disimpulkan sebagai berikut :
B. Saran
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi dan edukasi yang lebih luas kepada pasien hipertensi
dan masyarakat mengenai kualitas tidur pada penderita hipertensi.
2. Bagi Institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam penelitian khusus nya
bidang keperawatan, sekaligus mengembangkan kemampuan peneliti dalam
menjadi media untuk menyampaikan secara objektif mengenai penelitian ini.
51
52
Akbar, H., Royke, A., Langingi, C., Kesehatan, F. I., Kesehatan, F. I., & Kesehatan, F.
I. (2021). ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP OF DINING PATTERNS WITH.
5.
Alfi. (2018). Jurnal berkala epidemiologi. 6, 18–26.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i12018.18-26
Anggraini. (2021). Efforts to prevent and control blood pressure in the community
with a health education approach. 1, 159–164.
Awaluddin, P. (2019). Pengetahuan dan Sikap Lansia tentang Penggunaan Obat
Tradisional Hipertensi. 1, 45–54. https://doi.org/10.33088/jkr.vlil.397
Benetos, A., Petrovic, M., & Strandberg, T. (2019). Compendium on the
Pathophysiology and Treatment of Hypertension Hypertension Management in
Older and Frail Older Patients. 1045–1060.
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.118.313236
Chen, X., Wang, R., Zee, P., Lutsey, P. L., Javaheri, S., Alcántara, C., Jackson, C. L.,
Williams, M. A., & Redline, S. (2015). Racial/ethnic differences in sleep
disturbances: The Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA). Sleep, 38(6),
877–888. https://doi.org/10.5665/sleep.4732
Ding, Lim, & Kong. (2018). Sleep and obesity. Journal of Pediatrics, 203, 3.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2018.10.014
Elfida, hayani, S. (2022). HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SIMPANG KIRI
KECAMATAN TENGGULUN KABUPATEN ACEH TAMIANG. 16(9), 7447–
7454.
Guru. (2020). UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT
HIPERTENSI DI DUSUN KLOANGPOPOT WILAYAH KERJA PUSKESMAS
HABIBOLA KABUPATEN SIKKA. Https://Www.Sikkakab.Go.Id, VII(1).
https://www.sikkakab.go.id/profil
Gustia, A., Adam, A., Nelwan, J. E., & Wariki, W. M. V. (2018). KEJADIAN
HIPERTENSI DAN RIWAYAT KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS PACEDA KOTA BITUNG Avelia. 7(5).
Hanna, A., & Sayuti, K. (2018). Artikel Penelitian Gambaran Karakteristik Penderita
Retinopati Hipertensi Yang. 7(2), 258–266.
Harahap. (2019). Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang Hipertensi
Dengan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampa Tahun 2019. Jurnal Ners, 3(2), 97–102.
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners
Hanugroho. (2016). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Lansia
Hipertensi di Kedawung Kabupaten Sragen.Fakultas Kesehatan Sebelas Maret.
Diakses 10 Oktober 2018.
Hidayat. (2015). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ikhwan, M., Tinggi, S., & Kesehatan, I. (2015). Hubungan faktor pemicu hipertensi
dengan kejadian hipertensi. 000, 1–11.
Kementrian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kurnia, A. (2020). Self-Management HIPERTENSI. Surabaya: CV.Jakad Media
Publishing.
Martini, S., Roshifanni, S., & Marzela, F. (2018). Pola Tidur yang Buruk
Meningkatkan Risiko Hipertensi Poor Sleep Pattern Increases Risk of
Hypertension. 14(3), 297–303.
Melizza, N., Hikmah, N., Kurnia, A. D., Masruroh, N. L., Setiowati, I., Prasetyo, Y. B.,
Keperawatan, P. I., Kesehatan, F. I., Malang, U. M., Ciptomulyo, P. P., & Malang,
K. (2020). HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH
PADA. 4(April), 0–6.
Mubarak. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1). Jakarta: Salemba
Medika
Musfirah, M. (2019). Analysis of Risk Factor Relation With Hypertension Occurrence
At Work Area of Takalala. 2(2), 93–102.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/602
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika
Nurhidayati, I., Wulan, A. N., & Halimah, H. (2018). PENGARUH RELAKSASI
AUTOGENIC TERHADAP INSOMNIA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
RSD BAGAS WARAS KLATEN. 5(September), 444–450.
Nurwidayanti. (2013). Analisis pengaruh paparan asap rokok di rumah pada wanita
terhadap kejadian hipertensi. 244–253.
Pitaloka, R. D., Utami, G. T., Novayelinda, R., Studi, P., Keperawatan, I., & Riau, U.
(2015). MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN. 2(2).
Purwanto, S., Psikologi, F., & Muhammadiyah, U. (2016). Hubungan Antara
Intensitas Menjalankan Dzikir. 1(1), 32–38.
Roshifanni. (2016). PERILAKU BERKENDARA DAN JARAK TEMPUH DENGAN
KEJADIAN ISPA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA Driving Behavior and Mileage with the Incidence of URI on
Students at Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(3),
384–395. https://doi.org/10.20473/jbe.v4i3
Ryandini, F. R., & Kristianti, A. (2021). GAMBARAN MANAJEMEN PERAWATAN
DIRI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI MASA PANDEMI COVID-19
PENDAHULUAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan
dimana tekanan darah seseorang meningkat yang ditandai dengan sakit kepala
dan menunjukan nilai tek. 9.
Sakinah, P. R., Kosasih, C. E., Sari, E. A., Keperawatan, F., & Padjadjaran, U. (2018).
GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA PENDERITA HIPERTENSI QUALITY.
XIII(2), 46–52.
Sigalingging, G., & Tafanao, N. (2021). Analisis Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Lansia Melaksanakan Diet Hipertensi. 6(2), 125–131.
Simanjuntak, E. Y., Sinaga, J., Amila, & Meylani. (2021). Hubungan Fungsi Kognitif
Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Imelda, 7(2), 104–109. https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v7i2.648
Situmorang. (2015). Penelitian. 1(1), 71–74.
Sofiana, L., Puratmadja, Y., Sari, B. S. K., Pangulu, A. H. R., & Putri, I. H. (2018).
Pengetahuan Tentang Hipertensi Melalui Metode Penyuluhan. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 171.
https://doi.org/10.12928/jp.v2i1.443
Sulidah, S., Yamin, A., & Diah Susanti, R. (2016). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot
Progresif terhadap Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
v4(n1), 11–20. https://doi.org/10.24198/jkp.v4n1.2
Sumarna, U., Rosidin, U., & Nugraha, B. A. (2019). Hubungan Kualitas Tidur dengan
Tekanan Darah Pada Pasien Prehipertensi Puskesmas Tarogong Garut. VII(1).
Susilowati, A., & Wardani, A. M. (2018). GAMBARAN PENGOBATAN PASIEN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI-MARET 2018 DESCRIPTION OF TREATMENT OF THE
HYPERTENSION PATIENT AT PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA PERIOD JANUARY – MARET 2018. 1–6.
Sutrisno, R., & Huda, F. (2017). Perbandingan Kualitas Tidur Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran yang Menggunakan dan tidak Menggunakan
Cahaya Lampu Saat Tidur with and Without Lamp Lights. 3, 73–79.
Telaumbanua, A. C., & Rahayu, Y. (2021). Penyuluhan Dan Edukasi Tentang
Penyakit Hipertensi. Jurnal Abdimas Saintika, 3(1), 119.
https://doi.org/10.30633/jas.v3i1.1069
Thahir. (2021). EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Pengaruh Pembelajaran
Daring Berbasis Google Classroom terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
Pendidikan Biologi Rahmatia Thahir. 3(4), 1936–1944.
Thayeb, R. R., D Kandou Manado, D. R., H N Kembuan, M. A., Khosama, H., Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, K., & Neurologi RSUP
D Kandou Manado, B. R. (2015). Gambaran Kualitas Tidur Pada Perawat Dinas
Malam Rsup Prof. Jurnal E-Clinic (ECl), 3(3).
Uchmanowicz, I., Markiewicz, K., Uchmanowicz, B., Kołtuniuk, A., & Rosińczuk, J.
(2019). The relationship between sleep disturbances and quality of life in elderly
patients with hypertension. Clinical Interventions in Aging, 14, 155–165.
https://doi.org/10.2147/CIA.S188499
Yulistina, F., Deliana, S. M., & Rustiana, E. R. (2017). Korelasi Asupan Makanan,
Stres, Dan Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi Pada Usia Menopause. Unnes
Journal of Public Health, 6(1), 35. https://doi.org/10.15294/ujph.v6i1.13695
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
No Responden :
Hari/Tanggal :
Nama Inisial :
Umur :
Beri tanda ceklist (√) untuk setiap pernyataan ini sesuai dengan data diri!
g. Merasa kepanasan
h. Mimpi buruk
i. Merasakan nyeri
j. Tolong jelaskan
penyebab lain yang
belum disebutkan di
atas yang
menyebabkan anda
terganggu di malam
hari dan seberapa
sering anda
mengalaminya?
■
■
6. Selama sebulan
terakhir, seberapa
sering anda
mengkinsumsi obat
tidur (diresepkan oleh
dokter ataupun obat
bebas) untuk
membantu anda tidur?
7. Selama sebulan
terakhir seberapa
sering anda merasa
terjaga atau
mengantuk ketika
melakukan aktivitas
mengemudi, makan
atau aktivitas sosial
lainnya?
Sangat Cukup baik Cukup Sangat
baik buruk buruk
8. Selama sebulan
terkahir, bagaimana
anda menilai kualitas
tidur anda secara
keseluruhan?
Tidak ada Hanya Masalah Masalah
Masalah Masalah Sedang Besar
Kecil
9. Selama sebulan
terakhir, adakah
masalah yang anda
hadapi untuk
berkonsentrasi atau
menjaga rasa antusias
untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan/tugas?
Skor komponen 1 :
Skor komponen 2 :
Skor komponen 3 :
Skor komponen 4 :
Skor komponen 5 :
Skor komponen 6 :
Skor komponen 7 :
Skor Global PSQI :
INSTRUMEN PENILAIAN PSQI