Anda di halaman 1dari 76

Skripsi

STUDI DESKRIPTIF : KUALITAS TIDUR PADA


PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS
NAGASWIDAK PALEMBANG

HERLI SAHPUTRI
NIM. 21120013P

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN TAHUN 2022
Skripsi

STUDI DESKRIPTIF : KUALITAS TIDUR PADA


PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS
NAGASWIDAK PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan

HERLI SAHPUTRI
NIM. 21120013P

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Herli Sahputri

Nim : 211120013P

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Studi Deskriptif: Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi Di

Puskesmas Nagaswidak Palembang

Telah diperiksa dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah diperiksa

dan disetujui untuk dilakukan ujian Proposal/Hasil/Komprehensif Skripsi.

Palembang, Juli 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Suratun, S.Kep.,Ns.,M.Kep Sukron, S.Kep.,Ns.,MNS

NBM. 1007142 NBM. 1268645

Disetujui

Ka. PSIK

Yudi Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NBM. 1056216

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Herli Sahputri

Nim : 21120013P

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Studi Deskriptif: Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi Di

Puskesmas Nagaswidak Palembang

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu
Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Suratun, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Pembimbing II : Sukron, S.Kep.,Ns.,MNS ( )

Penguji I : Yulius Tiranda, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Ph.D ( )

Penguji II : Joko Tri Wahyudi, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Ditetapkan di : Palembang

Tanggal : Juli 2022

Ketua IKesT MP

Heri Shatriadi CP, M.Kes

NBM. 884664

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Herli Sahputri

Nim : 21120013P

Tanda Tangan :

Tanggal :

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Institut Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah


Palembang, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Herli Sahputri

Nim : 21120013P

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada IKesT Muhammadiyah Palembang Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non
Exclusive Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Studi
Deskriptif: Kualitas Tidur Pada Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak
Palembang Tahun 2022, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak
Bebas Royalti Nonekslusif ini IKesT Muhammadiyah Palembang berhak menyimpan,
mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat : Palembang

Pada tanggal : Juli 2022

Yang Menyatakan

Herli Sahputri

NIM. 21120013P

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PENULIS
Nama : Herli Sahputri
Tempat, Tanggal Lahir : Karang Endah, 20 Februari 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Anak ke dari : Ke-3 dari 3 Bersaudara
Alamat : Desa Karang Endah Kecamatan Kikim Timur
Kabupaten Lahat
No. Telp/Hp : 0895620557058
Email : herlishptri@gmail.com
NAMA ORANG TUA
Ayah : Bambang Herman
Ibu : Niliarti
RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. TK Bunga Bangka Wali 2005
2. SD MIN Lahat 2006-2011
3. SMP Negeri 2 Lahat 2011-2014
4. SMA Unggul Negeri 4 Lahat 2014-2017
5. STIKes Muhammadiyah Palembang 2017-2020

vii
ABSTRAK

Nama : Herli Sahputri


Nim : 21120013P
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul : Studi Deskriptif: Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi
Di Puskesmas Nagaswidak Palembang

Latar Belakang : Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah yang


sistoliknya melebihi 140 mmHg dan diastoliknya melebihi 90 mmHg. Penderita
hipertensi mengalami berbagai macam tanda dan gejala, diantaranya yaitu pusing,
sesak napas, rasa berat (kaku) di tengkuk, mudah lelah dan mata berkunang-
kunang. Berdasarkan gejala yang dialami oleh penderita hipertensi tersebut dapat
menyebabkan muculnya masalah intoleransi aktivitas, gangguan rasa nyaman
saat beraktivitas dan saat beristirahat atau tidur karena mengalami gangguan tidur.
Banyaknya gangguan tidur yang dialami menandakan penderita hipertensi
mengalami perubahan pada kualitas tidurnya. Tujuan Penelitian : penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur pada penderita Hipertensi di
Puskesmas Nagaswidak Palembang. Metode Penelitian : Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif yang
merupakan survey yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi didalam suatu populasi
tertentu, dengan jumlah 85 responden penderita hipertensi di Puskesmas
Nagaswidak Palembang. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85
responden tersebut terdapat 61 responden yang memiliki kualitas tidur buruk.
Kesimpulan : Disimpulkan bahwa dari 85 responden yang sudah diteliti bahwa
yang memiliki kualitas tidur baik berjumlah 24 responden dan 61 responden
memiliki kualitas tidur buruk. Hal ini dikarenakan masih banyaknya yang
mengalami gangguan pada saat tidur.

Kata Kunci : Hipertensi, Kualitas tidur


Daftar Pustaka : 43 (2013-2022)

viii
ABSTRACT

Name : Herli Sahputri


Nim : 21120013P
Study Program : S1 Ilmu Keperawatan
Title : Descriptive Study: Sleep Quality In Patients With
Hypertension At The Nagaswidak Health Center Palembang

Background : Hypertension is a condition where the systolic blood pressure


exceeds 140 mmHg and the diastolic exceeds 90 mmHg. Patients with
hypertension experience various signs and symptoms, including dizziness,
shortness of breath, feeling of heaviness (stiffness) in the neck, fatigue, and light-
headedness. Based on the symptoms experienced by patients with hypertension, it
can cause activity intolerance problems, impaired sense of comfort during
activities and when resting or sleeping due to sleep disturbances. The number of
sleep disorders experienced indicates that hypertension sufferers experience
changes in the quality of their sleep. Objectives : This study aims to determine
the quality of sleep in patients with hypertension at the Nagaswidak Health
Center Palembang. Research Method : The design used in this research is
descriptive method, which is a survey conducted on a set of object which usually
aims to describe the phenomena that occur in a certain population, with a total of
85 respondents with hypertension at the Nagaswidak Health Center Palembang.
Results : The result showed that of the 85 respondents, there were 61
respondents who had poor sleep quality. Conclusion : It was Concluded that
from 85 respondents who had been studied, 24 respondents had good sleep
quality and 61 respondents had poor sleep quality. This is because there are still
many who experience disturbances during sleep.

Keywords : Hpertension, Sleep Quality


Biblography : 43 (2013-2022)

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Keperawatan di Institusi Ilmu Kesehatan dan teknologi
Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes Selaku Rektor IKest Muhammadiyah


Palembang.
2. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan IKest Muhammadiyah Palembang
3. Ibu Suratun,S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Bapak Sukron, S.Kep.,Ns.,MNS Selaku
Dosen Pembimbing Dalam Penyusunan Proposal
4. Bapak Yulius Tiranda, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Ph.D selaku Dosen Penguji I
5. Bapak Joko Tri Wahyudi, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Penguji II
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Program Studi
Lainnya beserta Staf dan jajaran IKest Muhammadiyah Palembang
7. Kedua Orang Tuaku Bapak Bambang Herman dan Ibu Neliarti.
Terimakasih atas segala doa, pengorbanan dan dukungan disetiap
langkahku selama ini. Semoga Allah memberkahi usia bapak dan ibu dan
selalu diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat.
8. Terimakasih kepada Saudaraku Vena Tirta Sari, Amd.Keb dan Kino Alefta
yang selalu memberikan semangat disetiap langkah perjuanganku.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Proposal ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Palembang, Juli 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS..................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAAN PUBLIKASI..........................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ vii
ABSTRAK................................................................................................................ viii
ABSTRACT.............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR.............................................................................................. x
DAFTAR ISI.............................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN....................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujun Penelitian............................................................................................3
D. Ruang Lingkup............................................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian........................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Hipertensi...................................................................................... 5
1. Definisi Hipertensi.....................................................................................5
2. Klasifikasi Hipertensi................................................................................ 5
3. Etiologi Hipertensi.....................................................................................7
4. Manifestasi Klinis......................................................................................7
5. Patofisiologi...............................................................................................8
6. Faktor Risiko Hipertensi............................................................................9
7. Komplikasi Hipertensi............................................................................... 11
8. Penatalaksanaan.........................................................................................12
B. Konsep Tidur.............................................................................................. 14
1. Definisi Tidur............................................................................................ 14

xi
2. Fisiologi Tidur........................................................................................... 14
3. Jenis-jenis Tidur........................................................................................ 15
4. Fungsi dan Tujuan Tidur........................................................................... 16
5. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur............................................................17
6. Kebutuhan Tidur........................................................................................19
7. Masalah Kebutuhan Tidur......................................................................... 20
8. Kualitas Tidur............................................................................................ 22
C. Kerangka Teori...........................................................................................24

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep......................................................................................... 25
B. Definisi Operasional..................................................................................... 26

BAB IV METODELOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian.......................................................................................... 27
B. Populasi dan Sampel.....................................................................................27
C. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 29
E. Instrumen Pengumpulan Data.......................................................................29
F. Pengolahan dan Analisis Data.......................................................................30
G. Etika Penelitian.............................................................................................31
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Nagaswidak Palembang............................... 33
B. Hasil Penelitian.............................................................................................37
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan.................................................................................................. 42
B. Keterbatasan Penelitian................................................................................ 50
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................................51
B. Saran............................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia ............................................................... 20


Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 26
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia................................................................. 37
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin..................................................37
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan.......................................................38
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan.........................................................38
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga............................................38
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Obat................................................39
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Obat Herbal....................................39
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tidur Siang......................................................39
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Menderita Hipertensi............................ 39
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sebelum Tidur............................... 40
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur................................................. 41

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Teori...................................................................................24


Bagan 2 Kerangka Konsep .............................................................................. 25

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi ialah penyakit tidak menular dan salah satu penyebab utama
kematian dini di dunia. WHO memperkirakan bahwa prevalensi global saat ini
hipertensi 22% dari keseluruhan populasi dunia. Berdasarkan jumlah tersebut,
kurang dari seperlima yang berupaya untuk mengendalikan tekanan darahnya
(Kemenkes, 2020).
World Health Organization (WHO) (2019) menyebutkan penderita
hipertensi terus meningkat dan diperkirakan 29% warga dunia terkena
hipertensi tahun 2025. Negara-negara berkembang memiliki penderita
hipertensi sebesar 40% dan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi sebesar 40%. Kawasan Amerika
sebesar 35% dan Asia Tenggara 36% (Tarigan et al, 2018). Prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18
tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-
44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%)
(Riskesdas, 2018).
Data Dinas Kesehatan Kota Palembang, angka kejadian penyakit
hipertensi mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2018 jumlah
kasus kejadian hipertensi sebanyak 53.455 (22,5%), pada tahun 2019 sebanyak
54.2% dan pada tahun 2020 sebanyak 146.220 orang (57,2%) yang
mendapatkan pelayanan kesehatan tekanan darah tinggi (hipertensi) sesuai
standar (Dinkes Sumsel, 2020). Sedangkan Estimasi penderita hipertensi di
Puskesmas Nagaswidak Palembang berdasarkan hasil pengukuran penduduk
usia 15 tahun keatas pada tahun 2019 sebanyak 2924 (30,4%), pada tahun 2020
sebanyak 8610 (30,4%), dan tahun 2021 sebanyak 9092 (31,2%).

1
2

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah yang sistoliknya


melebihi 140 mmHg dan diastoliknya melebihi 90 mmHg. Penyakit hipertensi
disebut juga dengan sillent killer atau penderitanya tidak menyadari bahwa
tekanan darahnya mengalami peningkatan (Ariyanto et al., 2020). Tekanan darah
yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama pada penderita hipertensi
dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang dapat ditimbulkan antara lain
gangguan pada jaringan otak dan pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya
beberapa penyakit seperti stroke, gagal ginjal, penyakit jantung koroner, dan
sampai menyebabkan kematian (Roshifani, 2016).
Penderita hipertensi mengalami berbagai macam tanda dan gejala,
diantaranya yaitu pusing, sesak napas, rasa berat (kaku) di tengkuk, mudah lelah
dan mata berkunang-kunang (Melizza et al., 2020). Berdasarkan gejala yang
dialami oleh penderita hipertensi tersebut dapat menyebabkan muculnya masalah
intoleransi aktivitas, gangguan rasa nyaman saat beraktivitas dan saat beristirahat
atau tidur karena mengalami gangguan tidur (Sumarna et al, 2019). Banyaknya
gangguan tidur yang dialami menandakan penderita hipertensi mengalami
perubahan pada kualitas tidurnya. Adanya keluhan tidur tersebut akan
memberikan dampak serius dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah,
memperberat perkembangan hipertensi, mengganggu pengendalian tekanan darah
yang dapat menimbulkan risiko komplikasi. Dampak lain dari kualitas tidur yang
buruk adalah penurunan antibodi dengan gejala lemas dan mudah lelah sehingga
saat seseorang mendapatkan permasalahan hidup maka akan menyebabkan
seseorang langsung dalam keadaan tidak berdaya atau mengalami kejadian
hipertensi (Sakinah, 2018).
Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur yang dialami seseorang
individu agar dapat menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun (Alfi,
2018). Kualitas tidur yang buruk dapat merusak memori dan kemampuan
kognitif. Bila hal ini berlanjut hingga bertahun-tahun, akan berdampak pada
tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, hingga masalah psikologis
seperti depresi dan gangguan perasaan lain. Apabila hal ini berlangsung
dalam waktu yang lama, akan menyebabkan individu tersebut mengalami
kurang tidur yang mengakibatkan peningkatan risiko penyakit yang dideritanya
dan dapat menyebabkan kematian (Hanugroho,2016).
3

Penelitian Martini (2018), kualitas tidur memiliki pengaruh yang paling


tinggi terhadap kejadian hipertensi dibandingkan dengan variabel lain yaitu umur
dan jenis kelamin. Tidak hanya itu risiko menderita hipertensi pada orang yang
mempunyai pola tidur buruk 9,022 kali lebih besar dibandingkan orang yang
mempunyai pola tidur baik.
Penelitian Shittu et.al. (2016), kualitas tidur yang buruk selain dapat
mempengaruhi peningkatan tekanan darah juga memiliki dampak negatif terhadap
status kesehatan jangka panjang seperti terjadinya peningkatan body mass index
dan terjadinya depresi pada orang dewasa.
Penelitian Alfi (2018), sebagian besar penderita hipertensi berjenis kelamin
perempuan usia 41-60 tahun. Rata-rata responden yang hipertensi memiliki
kualitas tidur yang buruk. Sebagian besar responden mengungkapkan alasan
mereka memiliki kualitas tidur yang buruk karena sering terbangun untuk ke
kamar mandi pada malam hari, sering merasa sakit dan pusing kepala sehingga
membuat tidur tidak nyenyak, sulit memulai tidur dan bahkan ada yang tidak bisa
tertidur sampai dengan 30 menit.
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Nagaswidak pada tanggal 21
Desember 2021 didapatkan bahwa hasil wawancara dengan pasien hipertensi yang
berkunjung di Puskesmas Nagaswidak Palembang tersebut didapatkan bahwa dari
hasil pengukuran menggunakan kuesioner PSQI masih banyak penderita
hipertensi yang memiliki kualitas tidur yang buruk.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai “Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi Di Puskesma Nagaswidak
Palembang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahannya yaitu
“Bagaimana Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Nagasidak Palembang?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Kualitas Tidur Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Nagaswidak Palembang.
4

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui data demografi penderita hipertensi di Puskesmas
Nagaswidak Palembang
b. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas tidur penderita hipertensi di
Puskesmas Nagaswidak Palembang

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam area Keperawatan Medikal Bedah,
dilaksanakan untuk mengetahui Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melalui pendekatan
secara deskriptif. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang
menderita Hipertensi yang berkunjung atau berobat di Puskesmas Nagaswidak
Palembang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2022.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memperluas wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian
serta sebagai pengalaman berharga dalam melakukan penelitian
keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan ajar
Keperawatan Medikal Bedah, khususnya mengenai Studi Deskriptif:
Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi serta sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah tersebut.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
bagi pasien hipertensi dan untuk pengambilan kebijakan lebih lanjut.
4. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan bagi masyarakat serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Simanjuntak et al, 2021).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Sofiana et al., 2018).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah makin besar resikonya (Nurarif, 2016).
Hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik
suatu sistem kardiovaskular, dimana penyebab terjadinya disebabkan oleh
beberapa faktor atau multifaktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan
hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Hasnawati (2021), hipertensi berdasarkan penyebabnya
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial
Hipertensi primer terjadi karena peningkatan persisten tekanan
arteri akibat ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal,
dapat juga disebut hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar
95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-
angiotensin, efek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler
dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan merokok.

5
6

b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal


Hipertensi yang penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10%
dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua hipertensi sekunder
berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal.
Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldesteronisme primer,
sindroma cushing, feokromositoma dan hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan.

Menurut Hasnawati (2021), Hipertensi berdasarkan bentuknya dibedakan


menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Hipertensi Sistolik
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekana diastolik
dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan darah pada arteri apabila jantung berkontraksi.
Tekanan ini merupakan tekanan maksimal dalam arteri dan tercermin
pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang lebih
besar.
b. Hipertensi Diastolik
Hipertensi diastolik merupakan peningkatan tekanan diastolik lebih
dari nilai normal. Hipertensi diastolik terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda. Hipertensi jenis ini terjadi apabila pembuluh darah kecil
menyempit secara tidak normal yang berakibat memperbesar tekanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan darah
diastoliknya. Tekanan diastolik berkaitan dengan tekanan arteri ketika
jantung berada pada kondisi relaksasi.
c. Hipertensi Campuran
Hipertensi campuran yaitu tekanan sitolik maupun tekanan
diastolik meningkat melebihi nilai normal.
7

3. Etiologi Hipertensi
Menurut Hanna (2018), Penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer disebabkan karena etiologi yang tidak diketahui,
namun ada faktor yang mempengaruhi seperti obesitas, resistensi insulin,
asupan garam yang tinggi, konsumsi alkohol berlebihan, penuaan, gaya
hidup sedenter, stres, asupan kalsium dan kalium yang rendah.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) Tanda dan gejala utama hipertensi adalah
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi
tidak sama pada setiap orang bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala.
Secaa umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
f. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak
dari hipertensi
g. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan
saraf pusat
h. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
i. Susah untuk tidur
8

5. Patofisiologi
Jantung bertugas memompa darah ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah. Kekuatan jantung saat memompa darah yang diterima oleh
dinding pembuluh darah di seluruh tubuh akan menghasilkan tekanan darah.
Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa oleh jantung
dan besar tahanan yang diterima oleh aliran darah tersebut di dalam
pembuluh darah. Semakin banyak jumlah darah yang dipompa maka akan
semakin sempit diameter pembuluh darah arteri yang menghasilkan tekanan
darah semakin tinggi.
Tekanan darah akan meningkat secara alami ketika seseorang
berolahraga atau melakukan aktivitas berat kemudian kembali lagi menjadi
normal ketika tubuh beristirahat. Tekanan darah tinggi ini harus menjadi
perhatian ketika seseorang tetap memiliki tekanan darah yang tinggi saat
beristirahat. Ini menandakan jantung bekerja terlalu keras dan pembuluh
darah arteri menerima tekanan yang berlebih sehingga bisa membahayakan
organ tubuh dan bahkan mematikan penderitanya.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat
respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriksi yang kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
9

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam


mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Suddarth, 2016).

6. Faktor Risiko Hipertensi


Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
(Nuraini, 2015).
2) Usia dan Jenis Kelamin
Peningkatan prevalensi terjadinya hipertensi disebabkan oleh
pesatnya pertumbuhan populasi dan penuaan. Sebanyak 60% dari
orang dewasa usia 60-69 tahun mengalami hipertensi karena faktor
patogen terkait yaitu peningktana aktivitas sistem saraf simpatis akibat
diet tinggi natrium dan obesitas. Pengaruh usia tua terhadap kejadian
hipertensi juga disebabkan akibat pengerasan progresif dinding arteri
(Benetos et al., 2019).
Jenis kelamin juga mempengaruhi terjadiny hipertensi.
Terutama pada wanita usia menopouse, lebih dari 45 tahun rentan
terjadi hipertensi akibat defisiensi estrogen (Yulistina, et al, 2017).
Yang mana estrogen berperan dalam peningkatan High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar HDL rendah sedangkan Low Density
Lipoprotein (LDL) tinggi dapat menyebabkan terjadinya ateroklerosis
yang selanjutnya mengarah pada hipertensi (Sari, 2016).
10

b. Faktor Yang Dapat Diubah


1) Diet yang Tidak Sehat
Hipertensi di Indonesia akan terus mengalami kenaikan
berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang buruk seperti konsumsi
makanan yang tinggi lemak atau kolestrol, kurangnya aktivitas fisik
sehingga risiko untuk obesitas serta peningkatan stres (Kurnia, 2020).
2) Obesitas
Obesitas dapat menimbulkan risiko penyakit kardiovaskuler.
Dari berbagai penelitian bahwa peningkatan berat badan dapat
meningkatkan tekanan darah. Hal ini karena terjadi sumbatan di
pembuluh darah yang diakibatkan oleh penumpukkan lemak dalam
tubuh. Risiko relatif penderita hipertensi lima kali lebih banyak pada
orang gemuk dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki
berat badan ideal (Kurnia, 2020).
3) Merokok dan Mengonsumsi Alkohol
Merokok merupakan faktor risiko penyebab kematian yang
diakibatkan oleh penyakit jantung, kanker, stroke dan penyakit paru.
Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya kadar ketekolamin dalam
plasma, sehingga akan menstimulasi saraf simpatik. Hubungan yang
erat antara merokok dengan kejadian hipertensi adalah karena
merokok mengandung nikotin yang akan menghambat oksigen ke
jantung sehingga menimbulkan pembekuan darah dan terjadi
kerusakan sel. Selain rokok, pengaruh alkohol dapat meningkatkan
kadar kortisol dan meningkatnya volume sel darah merah serta terjadi
viskositas (kekentalan) pada darah sehingga aliran darah tidak lancar
dan menimbulkan peningkatan tekanan darah (Kurnia, 2020).
4) Kurangnya Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dikaitkan dengan pengelolaan pasien hipertensi.
Pada individu dengan hipertensi dengan melakukan olahraga aerobik
seperti jalan kaki dengan teratur, jogging, bersepeda akan menurunkan
tekana darah (Kurnia, 2020).
11

5) Kualitas Tidur Buruk


Kebiasaan tidur yang buruk atau tidak teratur dan kurangnya
jam tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi serta
penyakit kardiovaskuler lainnya (Alfi, 2018).
Tekanan darah dan detak jantung biasanya menunjukkan
variasi diurnal. Berkurangnya kualitas ataupun durasi tidur dapat
menghasilkan paparan yang lebih lama untuk meningkatkan aktivitas
sistem saraf simpatis meningkatkan rata-rata tekanan darah serta detak
jantung dalam 24 jam. Dengan cara ini, pembatasan kebiasaan tidur
dapat menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis yang
berkepanjangan, perkembangan hipertensi dan selanjutnya dapat
terjadi peningkatan risiko stroke cardiovaskuler disease (CVD)
lainnya (McGrath, et al, 2014).

7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah diseluruh organ sehingga bisa merusak tubuh serta
menimbulkan komplikasi. Berikut ini komplikasi yang terjadi pada
hipertensi:
a. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi
pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran
darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis
dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma (Harahap,
2019).
b. Kardiovaskuler
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami
arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran
darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen
miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia
jantung yang pada akhirnya dapat menjadi infark (Nuraini, 2015).
12

c. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus.
Kerusakan glomerolus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerolus juga akan
menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai
edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang
berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik (Nuraini,
2015).
d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama
hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang
dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan
darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada
saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina
akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
retinopati hipertensif pada awalnya tindak menunjukkan gejala yang pada
akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir (Nuraini, 2015).

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan penggunaan obat hipertensi adalah menurunkan dan mencegah
kejadian kardioserebrovaskuler dan renal, melalui tekanan darah dan
juga pengendalian dan pengobatan faktor-faktor resiko yang reversible.
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat
berikut:
1) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, lasix, aldactone, dyrenium
diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan
TPR.
Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiostensi II dengan menghambat enzim
13

yang diperlukan untuk mengubah angiostensin I menjadi angiostensin II.


Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan menurnkan TPR
dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosteren yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium (Sunaryo, 2016).
b. Penatalaksaan Nonfarmakologis
Menurut Telaumbanua (2021), dengan modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi,
berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu:
1) Pengaturan Diet
Beberapa diet yang dianjurkan:
(a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dpaat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan
3-6 gram garam per hari.
(b) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.
(c) Diet kaya buah dan sayur
(d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner
2) Penurunan berat badan
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume
sekuncup juga berkurang.
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
14

4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.

B. Konsep Tidur
1. Definisi Tidur
Tidur merupakan keadaan tidak sadar saat seseorang dapat
dibangunkan dengan rangsangan sensorik atau rangsangan lainnya dan
merupakan suatu fenomena yang reparatif, restoratif, fisiologis dan sangat
penting bagi tubuh (Sutrisno et al., 2017). Waktu tidur manusia rata-rata
adalah sekitar seperempat hingga sepertiga waktunya dalam sehari. Dan
waktu yang optimal untuk tidur yaitu pukul 10 malam karena dianggap
ampuh untuk mengumpulkan energi, meningkatkan mood saat bangun pagi,
meningkatkan vitalitas tubuh dan kecantikan kulit (Roshifanni, 2016).
Tidur merupakan keadaan sementara dari berubahnya kesadaran
yang terjadi untuk sekitar sepertiga dari kehidupan manusia. Tidur dapat
meningkatkan pertumbuhan, pemulihan dan kesejahteraan kognitif.
Mengurangi waktu tidur total (TST) dapat mempengaruhi fungsi endokrin,
metabolik dan orang yang kurang tidur sering mengalami kebingungan,
depresi, halusinasi, dan dalam kasus-kasus ekstrim dapat menyebabkan
kematian selama tidur (Valenti et al., 2017).

2. Fisiologi Tidur
Pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral
yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan
dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak pada
otak tengah (mesensefalon) dan bagian atas pons. Selain itu, reticular
activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron
15

dalan RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepinefrin. Demikian


juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan
serumserotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah,
yaitu bulbar synchronizing regional (BSR) sedangkan bangun bergantung
pada keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik.
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus
atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2016).

3. Jenis-Jenis Tidur
Menurut Sutanto & Fitriana (2017) tidur dibagi ke dalam dua jenis:
a. Tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement) / Tidur Gelombang Lambat
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh,
atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang
otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi.
Tidur gelombang lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta,
dengan ciri-ciri yaitu betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun,
frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi
berkurang dan metabolisme turun.
Ada empat tahapan tidur NREM atau tidur gelombang lambat:
1) Tahap I. Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur
dengan ciri yaitu rileks, masih sada dengan lingkungan, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi
nadi dan napas sedikit menurun, dapat bagun segera setelah tahap ini
berlangsung selama lima menit.
2) Tahap II. Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh
terus menurun dengan ciri yaitu mata pada umumnya menetap, denyut
jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
3) Tahap III. Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi
dan frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh
adanya dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
4) Tahap IV. Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri
kecepatan jantung dan pernapsan turun, jarang bergerakdan sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, serta
tonus otot menurun.
16

b. Tidur REM (Rapid Eye Movement) / Tidur Paradoks


Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi
selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi
selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah,
maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri tidur paradoks adalah sebagai berikut:
1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif
2) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang
lambat
3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
4) Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
5) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
6) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan
darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan
metabolisme meningkat.
7) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan
dalam belajar, memori dan adaptasi.

4. Fungsi Dan Tujuan Tidur


Menurut Mubarak et al., (2015) Fungsi dan tujuan tidur secara jelas
tidak diketahui, tetapi diyakini tidur diperlukan untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selama tidur, seseorang
akan mengulang (review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses,
dan menggunakan untuk masa depan. Berikut beberapa tujuan tidur:
a. Memperbaiki Sel Rusak
Ketika tidur, tubuh akan memperbaiki sel yang rusak dengan lebih
efektif. Tidur juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang mampu
menjauhkan dari berbagai macam penyakit.
b. Meningkatkan Daya Ingat
Tidur sesuai dengan kebutuhan akan membantu peningkatan daya
ingat, kreativitas, dan kesadaran diri. Saat tidur, neuron di korteks
serebral otak akan memperbaikidiri dan meningkatkan daya ingat serta
konsentrasi.
17

c. Mencegah Penyakit
Gangguan tidur bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan gagal
jantung. Oleh sebab itu, sebaiknya tetap memiliki cukup tidur untuk
mencegah datangnya penyakit tersebut.
d. Mempengaruhi Pola Makan
Apabila memiliki cukup tidur, 7-8 jam per hari, maka tidak perlu
khaatir. Namun jika tidur kurang dari yang dianjurkan, maka akan mudah
terserang stres. Stress tersebut juga membuat cenderung mengonsumsi
berbagai makanan yang tidak sehat dan mengganggu regulasi kadar gula
dalam tubuh sehingga menimbulkan obesitas dan diabetes.
e. Meningkatkan Kecerdasan
Manfaat tidur berkualitas bisa meningkatkan kesehatan sampai
kecerdasan, ketelitian, kreativitas serta kemampuan mental, emosional
dan juga dapat meremajakan kembali fungsi sel-sel tubuh dan
memperbaiki fungsi metabolisme tubuh.
f. Kulit dan Mata Jadi Lebih Cerah Serta Rambut Sehat Berkilau
Stres mental yang diakibatkan kurang tidur membuat pembuluh
darah mengerut, sehingga darah yang dipompakan ke seluruh tubuh
menjadi berkurang. Pembuluh-pembuluh darah di wajah sangat dekat
dengan permukaan kulit, aliran darah yang lancar menghasilkan warna
kulit yang sehat. Selain itu, stres yang disebabkan kurang tidur juga
menghasilkan minyak yang berlebihan di wajah membuat lebih rentan
terhadap jerawat. Akibat lainnya adalah kulit lebih cepat berkerut dan
kendur sebelum aktunya. Kurang tidur hanya semalam dapat
mengganggu kemampuan kulit mempertahankan kelembapan serta
melindungi kulit terhadap sinar matahari dan polusi pada keesokkan
harinya.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur


Menurut Hidayat (2015), Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu
untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.
Faktor yang dapat mempengaruhinya adalah sebagai berikut.
18

a. Status Kesehatan/ Penyakit


Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan untuk dapat
tidur dengan nyenyak. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres
fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit
membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dari biasanya. Di samping
itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
Misalnya pada klien yang menderita gangguan pernapasan. Dalam
kondisinya yang sesak napas maka seseorang tidak mungkin dapat
istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing
dapat menghambat upaya tidur. Pada lingkungan yang tenang
memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak dan sebaliknya.
Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman (ramai, ribut, bising dan
lain-lain) atau ventilasi yang buruk dapat menyebabkan seseorang akan
sulit untuk tidur. Namun sebaliknya jika lingkungan yang nyaman jauh
dari keributa, bising dan ramai akan membuat dan mempercepat tidur
seseorang meskipun seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak
lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
d. Stress Psikologis
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebakan berkurangnya
siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat
tidur.
e. Alkohol dan Merokok
Sementara konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu
siklus tidur REM. Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang
tahan minum alkohol dapat menyebabkan insomnia dan lekas marah.
19

Ketika pengaruh alkohol telah hilang individu sering kali mengalami


mimpi buruk. Sedangkan nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki
efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk
tidur dan mudah terbangun di malam hari.
f. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna
dapat mempercepat proses tidur karena adanya L-Triptofan yang
merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Penurunan berat badan
dikaitkan dengan penurunan waktu tidur. Sebaliknya, penambahan berat
badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode
terjaga di malam hari.
g. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta-bloker
dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk sedangkan narkotik
(misalnya, meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan
tidur REM dan menyebakan seringnya terjaga di malam hari.
h. Motivasi
Motivasi dapat memengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat
menimbulkan gangguan proses tidur. Sebab keinginan untuk tetap terjaga
terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan
bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat
mendatangkan kantuk.

6. Kebutuhan Tidur
Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang
dibutuhkan seseorang. Semain muda seseorang, maka semakin banyak waktu
yang dibutuhkan untuk tidur, sebaliknya semakin tua usia maka semakin
sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan (Susanto & Fitriana, 2017).
20

Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia


Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan Masa neonatus 14-18 jam/hsri
1-18 bulan Masa bayi 212-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak (toddler) 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa dewasa tua/ paruh 7 jam/hari
baya
60 tahun ke atas Masa lanjut usia 6 jam/hari

Sumber : Susanto & Fitriana (2017)

7. Masalah Kebutuhan Tidur


Menurut Hidayat & Uliyah (2016), Masalah kebutuhan Tidur Yang
Umum terjadi di antaranya:
a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan
tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas dengan keadaan tidur
yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu initial insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidak jatuh tidur
atau mengawali tidur; intermutten insomnia merupakan ketidakmampuan
tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari; terminal insomnia
merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada
malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh
adanya rasa khaatir, tekanan jiwa, ataupun stres.
b. Hipersomnia
Hipersomnia dalah kebalikan dari insomnia yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
kondisi medis tertentu seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati
atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misal, hipertiroidisme).
21

Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme


koping untuk menghindari tanggung jaab pada siang hari.
c. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misal, tidur berjalan,
night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misal, mengigau), parasomnia
yang terkait dengan tidur REM (misal, mimpi buruk), dan lainnya (misal,
bruksisme).
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
“ serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.
Diduga karena kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan
tidak terkendalinya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah
dengan
obat-obatan, seperti amfetamin atau metilpenidase hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
e. Apnea Tidur
Apnea saat tidur adalah kondisi terhentinya napas secara periodik
pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok
dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk berlebihan
pada siang hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas, atau mengalami
perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
f. Sleep Walking
Sleep Walking merupakan perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur atau perilaku tidak normal. Gangguan ini umum
terjadi pada anak-anak.
g. Sleep Apnea
Sleep apnea adalah gangguan tidur dengan kesulitan bernapas
(apnea=”tanpa napas”) berulang kali ketika sedang tidur.
h. Delayed Sleep Phase Disorder
Orang dengan kondisi ini ditandai dengan kesulitan tidur pada malam
hari, sehingga mengalami kesulitan untuk bangun pagi. Kondisi ini
dianggap normal jika mengalaminya sesekali, tapi jika mengalaminya
22

hampir setiap pagi maka perlu ada perhatian serius. Sindrom ini biasanya
berkembang pada usia anak atau remaja.
i. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan suatu keadaan perubahan kesadaran,
fenomena tidur-bangun terjadi pada saat bersamaan. Sewaktu tidur,
penderita melakukan aktivitas motorik yang biasa dilakukan seperti berjalan,
berpakaian, atau pergi ke kamar mandi dan lain-lain. Akhir kegiatan
tersebut kadang penderita terjaga kemudian sejenak kebingungan dan
tertdur kembali. Ia tidak ingat kejadian tersebut. Lebih banyak terjadi pada
anak-anak, penderita mempunyai risiko terjadinya cedera.
j. Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di
hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi
faktor yang turut yang menyebabkan mendengkur. Pangkal lidal yang
menyumbat saliran napas pada lansia. Otot-otot pada bagian belakang mulut
mengendur lalu bergetar bila dilewati udara pernapasan.

8. Kualitas Tidur
Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang mana tidur seorang
individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat bangun (Sumarna, 2019).
Hal ini mencakup komponen kuantitatif dan kualitatif tidur. Komponen
kuantitatif melibatkan durasi tidur sedangkan komponen kualitatif merupakan
ukuran subjektif dari kedalam dan perasaan tenang saat terbangun (Shittu et all.,
2014). Kualitas tidur menjadi salah satu faktor penting dalam mempertahankan
kesehatan.
Kualitas tidur dapat diukur menggunakan alat polysomnography yang
terdiri dari electro encephalography (EEG), electro myelography (EMG) dan
electro oculography (EOG). Cara yang lebih sederhana untuk mengukur
kualitas tidur dapat menggunakan kuesioner kualitas tidur, seperti The
Pittsburgh Quality Index (PSQI) (Karota, 2018). Berikut tujuh komponen
pemeriksaan kualitas tidur:
23

a. Kualitas Tidur Subjektif


Kualitas tidur subjektif merupakan persepsi dari pasien itu sendiri,
apakah mereka mengatakan kualitas tidur mereka baik ataupun buruk.
(Sutrisno et al., 2018).
b. Latensi Tidur
Latensi tidur merupakan periode waktu antara persiapan tidur hingga
awal tidur yang sebenarnya. (Purwanto, 2016).
c. Durasi Tidur
Lamanya tidur yang didapat pada malam hari (Sumarna, 2019).
d. Gangguan Tidur
Gangguan tidur seperti insomnia dengan durasi tidur pendek dikaitkan
dengan peningkatan risiko hipertensi. Gangguan tidur memiliki dampak
negatif yang signifikan pada kualitas hidup pada pasien dengan hipertensi.
Terjadinya masalah tidur pada pasien dengan hipertensi dipengaruhi oleh
usia yang lebih tua, pendidikan dasar, kegemukan, aktivitas kerja dan durasi
penyakit yang lama (Uchmanowicz et al., 2019).
e. Efisiensi Kebiasaan Tidur
Tidur berkualitas meskipun kuantitasnya sedikit tetap akan lebih baik
dibanding waktu tidur yang panjang tetapi tidak berkualitas. Tidur
berkualitas adalah keadaan tidur yang dalam, tidak mudah terbangun, dapat
mencapai mimpi, ketika bangun tidur tubuh menjadi lebih segar dan
merasakan kepuasan tidur serta terbebas dari ketegangan (Sulidah et al.,
2016).
Efisiensi kebiasaan tidur adalah rasio antara waktu sebelumnya yang
digunakan untuk tidur dengan waktu yang dihabiskan di tempat tidur
(Sumarna, 2019).
f. Penggunaan Obat Tidur
Penggunaan obat tidur dapat mengganggu tahap III dan IV pada tidur
REM sehingga menyebabkan seseorang akan tetap terjaga pada malam hari
(Thayeb et al., 2015).
g. Disfungsi Tidur Pada Siang Hari
Akibat kualitas tidur yang buruk, seseorang akan merasa bangun
dengan perasaan tidak segar, frekuensi mengantuk yang sering di siang hari,
sulit berkonsentrasi dan mudah lelah (Sumarna, 2019).
24

C. Kerangka Teori

Hipertensi

Tanda dan Gejala Hipertensi:


1. Sakit Kepala/ Pusing
2. Rasa berat (kaku) di tengkuk
3. Sesak napas
4. Mata berkunang-kunang
5. Mudah lelah

Faktor Yang Mempengaruhi Tidur:


1. Status Kesehatan/Penyakit
Kualitas Tidur 2. Lingkungan
3. Kelelahan
4. Stress
5. Alkohol dan Merokok
6. Medikas (Obat-Obatan)

Bagan 2.1 Kerangka Teori


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
(Notoatmodjo, 2018).
Berdasarkan tinjauan teoritis diatas kerangka konsep serta variabel
penelitian ini akan membahas mengenai kualitas tidur penderita hipertensi di
Puskesmas Nagaswidak Palembang. Maka kerangka konseptual dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Kualitas Tidur Kejadian Hipertensi

25
26

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Kualitas Kualitas Tidur Quesioner Wawancara Nilai skor Ordinal
Tidur adalah Pittsburgh kuesioner PSQI
kemampuan Sleep (0-21).
individu untuk Quality Baik jika skor ≤5
tidur dan Index Buruk jika skor >5
mendapatkan (PSQI)
jumlah
istirahat sesuai
dengan
kebutuhan.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode deskriptif yang merupakan survey yang dilakukan
terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran
fenomena yang terjadi didalam suatu populasi tertentu (Notoadmodjo, 2018).
Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur pada penderita
hipertensi di Puskesmas Nagaswidak Palembang.

B. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini berjumlah
109 jiwa yang menderita hipertensi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah yang di ambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2018). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai keinginan
peneliti (Hidayat, 2017). Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus Lameshow .

Z²1-α/2 p (1-p) N
n=
d² (N-1) + Z²1-α/2 p (1-p)

Keterangan:
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
N : Jumlah populasi
d : Toleransi kesalahan (d= 0,05 )

27
28

p : proporsi kasus yang diteliti dalam populasi, jika p tidak diketahui


maka
gunakan p terbesar. P terbesar yaitu p= 0,5
1-p : q yaitu proporsi untuk terjadinya suatu kejadian. Jika penelitian ini
Menggunakan p terbesar, maka q = 1-p = 0,5
Z : score Z, berdasarkan nilai α yang diinginkan. (Z1-α/2 = 1,96 )

Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini diketahui populasinya


sebanyak 109 jiwa, maka perhitungannya adalah:
Z²1-α/2 p (1-p) N
n=
d² (N-1) + Z²1-α/2 p (1-p)
1,96² . 0,5 (1-0,5) . 109
n=
0,05² (109-1) + 1,96 . 0,5 (1-0,5)
3,8416 . 27,25
n=
0,0025 . 108 + 1,96² . 0,25
104,6836
n=
0,27 + 0,9604
104,6836
n=
1,2304

n = 85,08

n = 85 responden

Adapun kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:


1. Pasien penderita hipertensi yang berkunjung atau berobat di Puskesmas
2. Pasien yang bersedia menjadi responden
3. Pasien yang mampu berkomunikasi dan mampu membaca maupun
menulis
29

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Tahun 2022 Di
Puskesmas Nagaswidak Palembang.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2017).
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil
pengukuran, pengamatan, survey dan lain-lain (Sugiyono, 2017). Pada
penelitian ini peneliti akan memberikan lembaran kuesioner pada
responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau
instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Sugiyono, 2017). Data
sekunder terdiri dari data yang diperoleh dari Puskesmas Nagaswidak
Palembang.

E. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian terutama sebagai pengukuran
dan pengumpulan data sehingga data penelitian lebih mudah diolah dan hasil
lebih baik (Sugiyono, 2018).
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). Kuesioner mengkaji 7 komponen dalam kualitas tidur
yaitu kualitas tidur subjektif. Latensi tidur, durasi tidur, gangguan tidur,
efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur pada
siang hari. Pengukuran setiap dimensi tersebar dalam beberapa pertanyaan
dan penilaian sesuai standar baku. Kuesioner berisi 19 pertanyaan yang
dinilai untuk membentuk 7 skor komponen yang masing-masing memiliki
kisaran 0-3 poin. Dalam semua kasus, skor “0” menunjukkan tidak ada
kesulitan sedangkan skor “3” menunjukkan kesulitan yang parah. Tujuh
komponen skor kemudian ditambahkan untuk menghasilkan satu skor global
30

dengan kisaran 0-21 poin, “0” menunjukkan tidak ada kesulitan dan “21”
menunjukkan kesulitan berat disemua bidang. Kuantitas dan kualitas tidur
disimpulkan menggunakan rentang jumlah skor 0–21 poin dengan kategori
jumlah skor ≤ 5 = tidur baik dan jumlah skor 6-21 = tidur buruk. Nilai setiap
komponen pertenyaan dilakukan penjumlahan dan pengkategorian kualitas
tidur baik dan kualitas tidur buruk (Yaqin, 2016).

F. Pengolahan Dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan (Sugiyono, 2018).
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan
data dibagi menjadi 6 tahap, yaitu:
a) Editing/ Memeriksa
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
responden. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini
dilakukan terhadap:
(1) Kelengkapan jawaban
(2) Keterbacaan tulisan
(3) Relevansi jawaban
b) Coding/ Memberi Tanda Kode
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
entry data.
c) Entry Data
Pada tahap ini, jawaban-jawaban dari responden dimasukkan dalam
tabel dengan cara menghitung frekuensi data melalui pengolahan
komputer.
31

d) Cleaning
Pada tahap ini merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry data ke komputer.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah suatu variabel yang menggambarkan
penyajian data satu variabel saja (Notoatmodjo, 2018). Analisis
univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap variabel dari hasil
penelitian menggunakan distribusi frekuensi, maka variabel independen
(kualitas tidur) dan variabel dependen (tekanan darah) dianalisis dengan
menggunakan distribusi frekuensi.

G. Etika Penelitian
Penelitian menjelaskan tentang aspek etik dalam penelitian disertai
dengan penjelasan bentuk aplikatif yang dilakukan terhadap aspek tersebut.
Penelitian ini untuk mengatasi resiko atau dampak yang muncul dalam
penelitian ini adalah (Notoatmodjo, 2018).
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Diberikan kepada responden, tujuannya adalah subjek mengetahui
maksud, tujuan dan harapan peneliti mempersilahkan responden
menandatangani lembar persetujuan. Bila responden menolak maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang disajikan.
32

3. Justice (Keadilan)
Peneliti perlu menjaga prinsip adil dengan kejujuran, keterbukaan
dan kehati-hatian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua responden
memperoleh perlakuan yang sama tanpa membedakan agama, etis, dan
sebagainya. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua responden
memperoleh perlakuan yang sama tanpa membeda-bedakan.
4. Beneficience
Peneliti berusaha untuk memaksimalkan manfaat dari penelitian dan
meminimalkan kerugian yang terjadi. Manfaatnya baik untuk instansi
terkait ataupun untuk responden sendiri.
5. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Nagaswidak Palembang


Puskesmas Nagaswidak terletak di Kecamatan Seberang Ulu II tepatnya
di Kelurahan 14 Ulu. Puskesmas ini terletak di Jalan Ahmad Yani Lorong
Gumay Gang Bangdes RT.22. Masyarakat yang ingin berobat dapat
menjangkaunya dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan
bermotor.
Puskesmas ini dahulunya adalah sebuah balai pengobatan yang dikelola
oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Tingkat II. Sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, maka balai pengobatan ini kemudian dikembangkan menjadi
puskesmas.
1. Sejarah Perkembangan
Puskesmas Nagaswidak terletak di Kecamatan Seberang Ulu II,
tepatnya di Kelurahan 14 Ulu. Puskesmas ini terletak di Jalan Ahmad Yani
Lorong Gumay Gang Bangdes RT 22. Puskesmas Nagaswidak mempunyai
wilayah kerja seluas 301 Ha.
Puskesmas Nagaswidak ini berdiri pada tahun 1978 dan memulai
pembangunan gedung pada bulan Februari tahun 1980. Perubahan atau
perbaikan gedungnya dilakukan pada tahun 1987 yaitu perbaikan ruangan
atau kamar lainnya. Kemudian pada tahun 2004, diadakan perbaikan dan
penambahan ruangan. Pada tahun 2006-2007, melalui proyek yang didanai
oleh Uni Eropa dan Departemen Kesehatan RI dilakukan perbaikan gedung
puskesmas kembali dan penambahan penambahan ruangan gudang obat.
Pada tahun 2016 dilakukan kembali renovasi gedung bangunan Puskesmas
pada bulan Juni sampai dengan Desember 2016 melalui proyek yang
didanai oleh APBD Kota Palembang.

33
34

2. Letak Geografis
Puskesmas Nagaswidak terletak di Kecamatan Seberang Ulu II
tepatnya di Kelurahan 14 Ulu. Puskesmas ini terletak di Jalan Ahmas Yani
Lorong Gumay. Masyarakat yang ingin berobat dapat menjangkaunya
dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor.
Wilayah kerja Puskesmas Nagaswidak meliputi 4 Kelurahan yaitu
Kelurahan 11 Ulu, 12 Ulu, 13 Ulu dan 14 Ulu dengan luas wilayah
kerjanya ±301 Ha.
Wilayah kerja Puskesmas Nagaswidak ini berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Musi
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Jenderal Ahmad Yani
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan 10 Ulu
d. Sebelah Timur berbatasan dengan 16 Ulu
Kondisi georafis wilayah kerjanya terdiri dari dataran rendah dan rawa-
rawa.

3. Letak Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Nagaswidak meliputi Kelurahan 11 Ulu,
Kelurahan 12 Ulu, Kelurahan 13 Ulu dan Kelurahan 14 Ulu dengan jumlah
penduduk 38.508 jiwa.
Berdasarkan keadaan sosial ekonominya, mata pencarian penduduk
keempat kelurahan hampir sama, yaitu diantaranya:
a. Buruh kasar
b. Pegawai Negeri
c. Pedagang
d. Pensiunan
e. Pengrajin
f. Nelayan
g. Pemikul barang
h. Tukang becak
Pada umumnya mereka adalah tenaga kerja lepas pada sektor informal.
35

4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, Puskesmas
Nagaswidak memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut melalui Upaya
Kesehatan Esensial, Upaya Kesehatan Masyarakat, Keperawatan
Kesehatan Masyarakat serta Upaya Kesehatan Pengembangan. Dimana
Upaya Kesehatan Esensial yang terdiri dari Pelayanan Promosi Kesehatan
termasuk UKS, Pelayanan Kesehatan Lingkungan, Pelayanan KIA-KB
yang bersifat UKM, Pelayanan Gizi yang bersifat UKM, Pelayanan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, UKM Perawatan meliputi
Puskesmas serta UKM Pengembangan yang terdiri dari Pelayanan
Kesehatan Jiwa, Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat, Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer, Pelayanan Kesehatan Olahraga,
Pelayanan Kesehatan Lansia, Pelayanan Kesehatan Kerja dan Pelayanan
Kesehatan lainnya.
Untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan (Upaya kesehatan dalam
gedung) Puskesmas Nagaswidak memiliki fasilitas:
1) Pelayanan Tindakan
2) Pelayanan Pemeriksaan Umum
3) Pelayanan Pemeriksaan MTBS
4) Pelayanan Pemeriksaan KIA-KB dan IVA
5) Pelayanan Pemeriksaan Lansia
6) Pelayanan Pemeriksaan Gigi dan Mulut
7) Pelayanan Pemeriksaan TB DOTS
8) Pelayanan Pemeriksaan Skrining TB
9) Pelayanan Konseling Gizi, Promkes dan Kesling
10) Pelayanan Imunisasi
11) Laboratorium
12) Pelayanan Kefarmasian
13) Pelayanan Tata Usaha dan Administrasi
Seluruh program kegiatan di dalam gedung difasilitasi dengan
adanya ruang dan peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya
manusia yang selalu ditingkatkan kemampuannya dan protap-protap
sebagai standar pelayanannya.
36

5. Visi, Misi, Motto dan Nilai Puskesmas Nagaswidak


Untuk menunjang keberhasilan Puskesmas Nagaswidak dalam
rangka pelayanan kesehatan pada masyarakat, maka seluruh kegiatan harus
berpedoman pada visi, misi, motto dan nilai Puskesmas Nagaswidak serta
pelaksanaannya harus berpedoman pada Protap-Protap (Standar Pelayanan)
yang telah dibakukan.
1) Visi
Tercapainya masyarakat sehat di Kecamatan Seberang Ulu II menuju
Palembang Sehat 2020
2) Misi Puskesmas Nagaswidak
a. Meningkatkan kualitas SDM yang profesional
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang telah
ditetapkan
c. Meningkatkan sarana dan prasarana yang bermutu
d. Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak
e. Memberdayakan masyarakat berprilaku hidup bersih dan sehat
3) Motto Puskesmas Nagaswidak
Motto : Kesehatan anda adalah kebahagiaan kami
4) Tata Nilai
Puskesmas Nagaswidak memiliki tata nilai sebagai berikut:
N (Nyaman) : Menciptakan suasana lingkungan yang tenang
A (Amanah) : Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas
G (Gesit) : Cepat dalam bertindak
A (Akurat) : Tepat dalam bertindak
S (Senyum) : Keramahan dalam pelayanan
W (Wawasan) : Pola pikir yang luas
I (Ikhlas) : Tanpa pamrih
D (Disiplin) : Kepatuhan terhadap peraturan
A (Antusias) : Semangat dalam berinovasi
K (Kekeluargaan) : Menjalin kebersamaan
37

B. Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif: Kualitas Tidur Pada Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang” ini dilakukan pada bulan
April 2022. Responden yang didapatkan sebanyak 85 responden. Hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk teks dan tabel.
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Sujarweni, 2014). Analisa
ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari
tiap-tiap variabel.
a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan usia pada penderita
Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang

Variabel N Mean Median SD Min-maks CI 95%


Usia 85 60,27 60,00 7,097 44-75 58,74-61,80
Sumber: Data Primer,2022
Berdasarkan analisa data pada tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa dari
85 subjek penelitian yaitu nilai rata-rata subjek penelitian 60,27 dengan usia
minimum subjek penelitian 44 tahun dan usia maksimum subjek penelitian
yaitu 75 tahun dengan standar deviasi 7,097.

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada
penderita Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang

Variabel Frekuensi Persentase%


Jenis Kelamin
Laki-laki 21 24.7
Perempuan 64 75,3
Total 85 100.0
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi
menurut jenis kelamin terbanyak dengan diagnosis hipertensi yaitu perempuan
dengan jumlah 64 responden (75,3%) dibandingkan laki- laki.
38

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan pendidikan, pekerjaan,


dan riwayat keluarga pada penderita Hipertensi Di Puskesmas
Nagaswidak Palembang

Variabel Frekuensi Persentase%


Pendidikan
SD 41 48.2
SMP 16 18.8
SMA 22 25.9
D3/Diploma 2 2.4
S1/S2/S3 4 4.7
Pekerjaan
PNS 1 1.2
Pegawai Swasta 4 4.7
Pedagang 25 29.4
Buruh 5 5.9
Nelayan 1 1.2
IRT 43 50.6
Lainnya 6 7.1
Riwayat Keluarga
Ada 57 67.1
Tidak Ada 28 32.9
Total 85 100%

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi


menurut pendidikan pasien yang mengalami hipertensi di Puskesmas
Nagaswidak Palembang yaitu sebanyak 41 responden (48.2%) pendidikan
terakhinya SD. Ibu Rumah Tangga (IRT) adalah profesi terbanyak yang dimiliki
oleh para subjek penelitian yaitu sebanyak 43 responden (50.6%). Berdasarkan
riwayat keluarga sebagian besar subjek penelitian memiliki status riwayat
keluarga yaitu sebanyak 57 responden (67.1%) dengan diagnosis hipertensi.
39

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan konsumsi obat,


konsumsi obat herbal, tidur siang dan lama menderita pada penderita
Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang

Variabel Frekuensi Persentase%


Konsumsi Obat Antihipertensi
Iya 85 100.0
Konsumsi Obat Herbal
Iya 23 27.1
Tidak 62 72.9
Tidur Siang
Iya 56 65.9
Tidak 29 34,1
Lama Menderita
<1 Tahun 13 15.3
1-5 Tahun 38 44.7
6-10 Tahun 26 30.6
>10 Tahun 8 9.4
Total 85 100%

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa sebanyak 85 responden


mengkonsumsi obat antihipertensi. Sebagian besar responden mengkonsumsi
obat herbal sebanyak 23 responden (27.1%) dan 62 responden (72.9%) tidak
mengkonsumsi obat herbal. Mayoritas responden penderita hipertensi yang tidur
siang sebanyak 56 responden (65,9%). Dan berdasarkan lama menderita
hipertensi yaitu mayoritas responden yang paling lama menderita hipertensi 1-5
tahun sebanyak 38 responden (44,7%).
40

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan kebiasaan sebelum


tidur pada penderita Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang

Variabel Frekuensi Persentase%


Kebiasaan Sebelum Tidur
BAK 3 3.5
Berwudhu 1 1.2
Gosok Gigi 3 3.5
Kumpul Keluarga 2 2.4
Main HP 14 16.5
Makan 5 5.9
Memakai Kaos Kaki 1 1.2
Mematikan Lampu Kamar 4 4.7
Membersihkan Rumah 1 1.2
Membersihkan Tempat Tidur 5 5.9
Membuatkan Anak Susu 1 1.2
Mencuci Kaki 1 1.2
Mencuci Muka 1 1.2
Mengaji 12 14.1
Mengobrol Bersama Cucu 1 1.2
Merokok 4 4.7
Minum 1 1.2
Minum Kopi 4 4.7
Nonton TV 21 24.7
Total 85 100.0
41

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa kebiasaan sebelum tidur penderita


hipertensi di Puskesmas Nagaswidak yaitu 3 responden (3.5%) BAK, 1 responden
(1.2%) berwudhu, 3 responden (3.5%) menggosok gigi, 2 responden (2.4%)
kumpul keluarga, 14 responden (16.5%) main HP, 5 responden (5.9%) makan, 1
responden (1.2%) memakai kaos kaki, 4 responden (4.7%) mematikan lampu
kamar, 1 responden (1.2%) membersihkan rumah, 5 responden (5.9%)
membersihkan tempat tidur, 1 responden (1.2%) membuatkan anak susu, 1
responden (1.2%) mencuci kaki, 1 responden (1.2%) mencuci muka, 12 responden
(14.1%) mengaji, 1 responden (1.2%) mengobrol bersama cucu, 4 responden
(4.7%) merokok, 1 responden (1.2%) minum, 4 responden (4.7%) minum kopi, 21
responden (24.7%) nonton TV.

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan kualitas tidur pada


penderita Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang

Variabel Frekuensi Persentase%


Kualitas Tidur
Baik 24 28.2
Buruk 61 71.8
Total 85 100.0

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa 24 responden (28.2%) memiliki


kualitas tidur baik dan 61 responden (71.8%) memiliki kualitas tidur buruk.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Berdasarkan dari hasil penelitian menjelaskan bahwa sebanyak 85
responden yang diteliti adalah responden dengan usia 44-75 tahun dengan
rata-rata 60,27. Hal ini sejalan dengan penelitian Lina & Chatarina (2013)
yang menyebutkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap hipertensi yaitu terjadi peningkatan risiko hipertensi pada
umur >40 tahun karena terjadi perubahan pada struktur pembuluh darah
yang mengakibatkan naiknya tekanan darah.
Penelitian terkait lainnya yaitu penelitian Roshifanni (2016) dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok hipertensi
berumur 41-60 tahun (55,27%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Thahir et.al (2021) menunjukkan bahwa mayoritas umur
responden yang memiliki riwayat hipertensi adalah 46-60 tahun yaitu
sebanyak 23 responden (51,1%).
Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang berusia
diatas 40 tahun karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang saat
jantung memompa darah melalui arteri. Oleh karena itu, pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada
biasanya sehingga menyebabkan naiknya tekanan darah (Roshifanni, 2016).
b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dari data karakteristik jenis kelamin


diketahui bahwa dari total 85 responden yang didapat menunjukkan bahwa
mayoritas responden yang menderita hipertensi berjenis kelamin
perempuan yaitu dengan jumlah 64 responden (75.3%) dibandingkan
dengan laki-laki 21 responden (24.7%). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Melizza et.al (2020) dimana dari total 44 responden, sebagian

42
43

besar responden yang menderita hipertensi yaitu berjenis kelamin


perempuan sebanyak 34 responden (77,27%) dan sebanyak 10 responden
(22,73%) berjenis kelamin laki-laki menderita hipertensi. Sama halnya
juga dengan penelitian Elfida (2022) menunjukkan bahwa mayoritas
penderita hipertensi berjenis kelamin perempuan sebanyak 38 responden
(73,1%).

Penelitian terkait lainnya yaitu penelitian Sakinah et.al (2018)


dimana dari total 79 responden, sebagian besar yang menderita hipertensi
yaitu perempuan sebanyak 65 responden (82,3%). Hasil tersebut juga
sepakat dengan penelitian Ryandini & Kristianti (2021) mengatakan bahwa
jenis kelamin perempuan lebih cenderung menderita hipertensi yaitu
sebanyak 32 responden (51,6%). Sama halnya dengan hasil penelitian
Awaluddin & Purwanto (2019) didapatkan bahwa mayoritas responden
yang menderita hipertensi yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 31
responden (52,5%).

Menurut Singgalingging (2017), rata-rata perempuan akan


mengalami resiko tekanan darah tinggi setelah menoupause yaitu diatas 45
tahun. Perempuan yang telah mengalami menoupause memiliki kadar
estrogen yang rendah. Estrogen berfungsi meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL) yang sangat berperan dalam menjaga
kesehatan pembuluh darah. Pada wanita menoupause, kadar estrogen yang
menurun juga akan diikuti dengan penurunan kadar HDL jika tidak diikuti
dengan gaya hidup yang baik juga.

c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa riwayat pendidikan responden penderita hipertensi sangat beragam
dimulai dari pendidikan terbanyak yaitu pendidikan SD sebanyak 41
responden (48.2%) dan pendidikan yang paling sedikit yaitu D3/Diploma
dengan jumlah 2 orang responden (2.4%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Ryandini et.al (2021) didapatkan hasil sebanyak 33
responden (53,2%) yang berpendidikan terakhir SD.
44

Penelitian terkait lainnya yaitu hasil penelitian Awaluddin &


Purwanto (2019) menunjukkan mayoritas responden berpendidikan SD
sebanyak 43 responden (72,9%). Hasil penelitian tersebut juga sepakat
dengan penelitian Hamzah et.al (2021) menunjukkan bahwa dari 31
responden diketahui paling banyak responden berpendidikan SD yaitu 17
responden (54,8%).
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka berpengaruh
terhadap pengetahuan yang baik pula (Notoatmodjo, 2010). Keterbatasan
pendidikan juga dapat mempengaruhi pola hidup sehat seseorang (Saputri,
2015). Hal ini sejalan dengan pebelitian Anggara & Priyanto (2015)
menyebutkan bahwa resiko hipertensi dapat disebabkan karna semakin
rendah tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan yang dimiliki juga
rendah. Sehingga proses penerimaan informasi terkait hipertensi yang
diberikan oleh berbagai pihak lebih sulit diterima.
d. Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan jenis pekerjaan
mayoritas responden paling banyak ditemui yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT)
sebanyak 43 responden (50.6%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Yuwono et.al (2017) menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 11
responden (31,4%).
Menurut Waren (2018) berpendapat bahwa perempuan yang tidak
bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga beresiko lebih tinggi
menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan yang bekerja. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya aktivitas yang dilakukan ibu rumah tangga,
dimana kebanyakan hanya berdiam diri dirumah dengan rutinitas yang
berulang dan membuat suntuk. Berbeda dengan ibu yang bekerja diluar
rumah, justru lebih banyak aktivitasnya dan lebih aktif.
Semua orang mengalami stress dengan pekerjaan mereka karena
dipengaruhi dengan tuntutan kerja yang terlalu banyak dan memerlukan
tanggung jawab yang sangat besar atas pekerjaannya sehingga merasa
pikirannya terbebani dan memicu terjadinya tekanan darah tinggi. Ibu
45

Rumah Tangga (IRT) setiap harinya hanya mengurusi persoalan dirumah


banyak yang dipikirkan dan menyebabkan kecemasan
e. Riwayat Keluarga
Berdasarkan analisa frekuensi dari total 85 responden yang didapat
menunjukkan bahwa mayoritas responden hipertensi yang memiliki riwayat
keluarga yaitu dengan jumlah 57 responden (67.1%). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Ikhwan et.al (2017) dimana dari total 78
responden yang didapat menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
menderita hipertensi yang memiliki riwayat keluarga yaitu sebanyak 42
responden (53,8%).
Penelitian terkait lainnya yaitu penelitian Adam (2018) mengatakan
bahwa sebagian besar responden yang diteliti memiliki riwayat hipertensi
dalam keluarga yaitu 51 orang (57,3%). Hal ini juga sejalan dengan
penelitian Musfirah & Masriadi (2019) menunjukkan bahwa sebanyak 52
responden (67,5%) memiliki riwayat keturunan hipertensi.

Faktor genetik dengan riwayat hipertensi mempunyai resiko lebih


besar untuk menderita hipertensi dibanding dengan tanpa riwayat
keturunan. Jika kedua orang tua hipertensi maka angka kejadian hipertensi
meningkat 4 sampai 15 kali dibandingkan bila kedua orangtuanya adalah
normotensi. Sedangkan bila kedua orang tua menderita hipertensi essensial,
maka 44,8% anaknya akan menderita hipertensi. Dan apabila hanya satu
orangtua yang menderita hipertensi, maka 12,8% keturunannya akan
mengalami hipertensi (Dismiantoni et.al, 2020).

Menurut Situmorang (2014), dengan adanya riwayat keluarga


seperti pada ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung, paman, bibi yang
mengalami hipertensi, maka memungkinkan seseorang mengalami
kejadian hipertensi juga, Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan,
bahwa hipertensi cendrung merupakan penyakit keturunan, jika kedua
orangtua kita mempunyai hipertensi maka ada kemungkinan kita
mendapatkan penyakit tersebut sebanyak 60% (Depkes RI,2015).
Berkaitan juga dengan penelitian Kartikasari (2019) mengatakan bahwa
hipertensi terjadi karna adanya pewarisan sifat melalui gen yang memiliki
peranan besar terhadap munculnya hipertensi pada seseorang.
46

f. Minum Obat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan


bahwa seluruh subjek penelitian mengkonsumsi obat antihipertensi
sebanyak 85 responden (100.0%). Sebagian besar pasien mendapatkan
resep obat antihipertensi berupa amlodipin. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Susilowati & Annisa (2018) yang menyebutkan
bahwa amlodipin lebih banyak diresepkan untuk obat antihipertensi
dibandingkan obat antihipertensi golongan lainnya, hal tersebut
dikarenakan amlodipin memiliki kemampuan yang bak dalam
menurunkana tekanan darah dalam waktu yang singkat.

g. Minum Obat Herbal

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan


bahwa sebanyak 62 responden (72.9%) tidak mengkonsumsi obat herbal
dan 23 responden (27.1%) mengkonsumsi obat herbal. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Laristra & Farida (2019) diperoleh dari 71
responden hanya 25 responden (35,21%) yang menggunakan obat herbal
dan 46 responden (64,79%) tidak menggunakan obat herbal.
Obat herbal merupakan obat tradisional yang telah dikenal bangsa
indonesia yang digunakan sebagai tanaman berkhasiat obat sebagai salah
satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Masih rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat herbal dikarenakan
pengetahuan yang dimiliki masyarakat saat ini hanya sebatas pengetahuan
turun temurun sebagai bentuk interaksi antara masyarakat dengan
lingkungannya khususnya tumbuhan (Setyo, 2013).
Pada penelitian ini responden yang menggunakan pengobatan herbal
telah mengetahui manfaat dari pengobatan herbal itu sendiri, tidak adanya
efek samping yang berbahaya serta tidak mengandung zat kimia yang
menjadikan alasan mereka memiliki penggunaan obat herbal, obat herbal
yang digunakanan seperti mengkonsumsi mentimun, rebusan daun sirsak,
dan rebusan daun ciplukan. Sedangkan responden yang tidak menggunakan
obat herbal dikarenakan responden lebih mempercayai obat yang diberikan
dokter dan menyakini bahwa obat dari dokter reaksinya lebih cepat mereka
rasakan.
47

h. Tidur Siang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan


bahwa sebanyak 56 responden (65,9%) penderita hipertensi yang tidur
siang dan sebanyak 29 responden (34,1%) yang tidak tidur siang. Menurut
penelitian Priyatno (2007), seseorang yang memiliki waktu tidur siang
yang lebih dari 2 jam tiap harinya dapat mengganggu waktu tidur pada
malam hari serta jam tidur malam menjadi lebih larut.

i. Lama Menderita

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan


bahwa mayoritas responden yang paling lama menderita hipertensi 1-5
tahun sebanyak 38 responden (44,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Nurhidayati et.al (2018) menunjukkan responden terbanyak
menderita hipertensi >2 tahun (52,4%). Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Laksita (2016) menjelaskan lama menderita hipertensi
pada seseorang menjadi faktor yang menyebabkan kecemasan dan depresi
pasien. Semakin lama responden mengalami hipertensi, semakin tinggi
tingkat kecemasan yang dirasakan responden.

Hipertensi dapat menyebabkan masalah-masalah komplikasi jika


tidak diobati dengan baik. Seseorang yang mengalami hipertensi yang lama
dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan yang kompleks pada
penderita hipertensi tersebut seperti masalah pada organ tubuh penderita
misalnya pada jantung, pembuluh darah, otak dan ginjal. Selain itu juga
akan timbul masalah-masalah yang terkait dengan mental penderita
misalnya sulit tidur, mudah marah dan gangguan mood (Nurhidayati et.al,
2018).

j. Kebiasaan Sebelum Tidur

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan


bahwa kebiasaan sebelum tidur mayoritas responden terbanyak yaitu 21
responden (24.7%) nonton TV dan 14 responden (16.5%) main HP, 12
responden (14.1%) mengaji, 5 responden (5.9%) makan, 4 responden
(4.7%) minum kopi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Sayekti (2012)
yang menyebutkan bahwa 55 dari 100 responden memiliki kebiasaan
48

sebelum tidur yang buruk. Sama halnya dengan penelitian Suastari (2014)
menyebutkan bahwa 30 dari 43 responden memiliki kebiasaan sebelum
tidur yang buruk, hal tersebut dikarenakan lansia memliki kebiasaan
mengkonsumsi kopi 1-2 gelas dan memiliki kebiasaan makan yang
berlebih saat akan mulai tidur.

Kebiasaan sebelum tidur merupakan pendekatan yang bertujuan


untuk meningkatkan dan merubah cara hidup dan lingkungan dalam rangka
meningkatkan kualitas tidur penderita itu sendiri. Kebiasaan tidur yang
tidak baik sering menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk. Seseorang
dengan kualitas tidur buruk biasanya mempunyai kebiasaan sebelum tidur
yang buruk (Rahayu, 2015).

2. Kualitas Tidur
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 85 responden
mayoritas memiliki kualitas tidur yang buruk sebanyak 61 responden (71.8%)
dan 24 responden (28.2%) memiliki kualitas tidur baik. Hal ini didukung oleh
penelitian Fiskasianita (2016) menunjukkan bahwa sebagian besar penderita
hipertensi memiliki kualitas tidur yang buruk sebanyak 77,2% responden.
Sama halnya juga dengan hasil penelitian Elfida et.al (2022) ditemukan bahwa
dari 52 responden mayoritas memiliki kualitas tidur yang buruk (80,8%).
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Martini (2018) bahwa faktor yang
sering diabaikan oleh orang yang mengalami hipertensi adalah mengenai tidur
yang dimana mereka beranggapan bahwa itu merupakan proses normal dari
penuaan.
Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur yang dialami seseorang
individu agar dapat menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun
(Alfi, 2018). Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang
melibatkan berbagai domain diantaranya adalah kualitas tidur subjektif, latensi
tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan
disfungsi siang hari. Jadi, apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut
terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur.
Kualitas tidur yang buruk atau kebiasaan durasi tidur yang pendek juga
memiliki hubungan terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah seseorang.
49

Kualitas tidur yang buruk tidak hanya menyebabkan gangguan secara


fisik tetapi juga dapat mengakibatkan rusaknya memori dan kemampuan
kognitif seseorang. Kualitas tidur yang buruk ini jika dibiarkan terus menerus
maka komplikasi yang lebih bahaya sangat mungkin untuk terjadi seperti
serangan jantung, stroke, sampai permasalahan pada psikologis (Potter &
Perry, 2012).
Hasil penelitian Pitaloka (2015) mengatakan bahwa kualitas tidur
seseorang baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur
seperti kelelahan, sulit berkonsentrasi dan fokus, hitam disekitaran bawah
mata gelap, sakit kepala dan sering mengantuk.
Kualitas tidur yang baik diperhatikan dengan mudahnya seseorang
memulai tidur saat jam tidur, mempertahankan tidur, menginisiasi untuk tidur
kembali setelah terbangun dimalam hari dan peralihan dari tidur ke bangun
dipagi hari dengan mudah. Adanya kualitas tidur yang buruk disebabkan
seseorang mengalami gangguan tidur (Dewi, 2021).
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada responden di
Puskesmas Nagaswidak Palembang dengan menggunakan kuesioner PSQI
menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki kualitas tidur
yang buruk disebabkan karena responden sulit untuk memulai tidur karena
memiliki kebiasaan sebelum tidur yang buruk, sering terbangun dini hari
karena harus menyiapkan makan sahur, harus ke kamar mandi, rasa pegal dan
nyeri pada tubuh, dan banyak pikiran. Keluhan ini menyebabkan responden
tidur tidak nyenyak dan tidur terlalu larut malam. Hasil penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian Roshifanni (2017) yang menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki masalah yang sering mengganggu ketika
tidur dan menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk.
B. Keterbatasan Peneliti
Peneliti telah mengupayakan semaksimal mungkin sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian. Tetapi peneliti mengakui bahwa jauh dari kata
sempurna dan tidak lepas dari keterbatasan dan kelemahan yang ada.
Dikarnakan terdapat beberapa keterbatasan yang dialami pada saat
dilakukannya penelitian yaitu pada saat penelitian ada beberapa subjek
penelitian yang tidak berkenan untuk diwawancara dikarnakan sudah pernah
50

beberapa kali diwawancarai oleh mahasiswa yang melakukan penelitian di


subjek penelitian yang sama. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti berusaha
menjelaskan kembali berdasarkan penyakit dan teori yang ada serta
menyakinkan subjek penelitian bahwa selama melakukan penelitian ini akan
dilakukan sesuai dengan prosedur.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Studi Deskriptif: Kualitas tidur
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Nagaswidak Palembang dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi karakteristik responden dari usia rata-rata 60,27 tahun,


jenis kelamin paling banyak perempuan yaitu 41 responden (60,3%),
riwayat pendidikan SD dengan 41 responden (48,2%), pekerjaan ibu rumah
tangga (IRT) dengan 43 responden (50,6%), riwayat keluarga yang
menderita hipertensi sebanyak 57 responden dengan (67,1%), minum obat
85 responden (100,0%), 62 responden (72,9%) tidak minum obat herbal,
tidur siang sebanyak 56 responden (65,9%), lama menderita hipertensi 1-5
tahun sebanyak 38 responden (44,7%), dan kebiasaan sebelum tidur
sebanyak 21 responden (24,7%).
2. Distribusi frekuensi kualitas tidur pada pasien hipertensi didapatkan bahwa
24 responden (28.2%) memiliki kualitas tidur baik dan 61 responden
(71.8%) memiliki kualitas tidur buruk.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi dan edukasi yang lebih luas kepada pasien hipertensi
dan masyarakat mengenai kualitas tidur pada penderita hipertensi.

2. Bagi Institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi

3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam penelitian khusus nya
bidang keperawatan, sekaligus mengembangkan kemampuan peneliti dalam
menjadi media untuk menyampaikan secara objektif mengenai penelitian ini.

51
52

4. Bagi Penelitian Selanjutnya


Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan jumlah sampel dan
variabel yang lebih banyak dan luas.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H., Royke, A., Langingi, C., Kesehatan, F. I., Kesehatan, F. I., & Kesehatan, F.
I. (2021). ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP OF DINING PATTERNS WITH.
5.
Alfi. (2018). Jurnal berkala epidemiologi. 6, 18–26.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i12018.18-26
Anggraini. (2021). Efforts to prevent and control blood pressure in the community
with a health education approach. 1, 159–164.
Awaluddin, P. (2019). Pengetahuan dan Sikap Lansia tentang Penggunaan Obat
Tradisional Hipertensi. 1, 45–54. https://doi.org/10.33088/jkr.vlil.397
Benetos, A., Petrovic, M., & Strandberg, T. (2019). Compendium on the
Pathophysiology and Treatment of Hypertension Hypertension Management in
Older and Frail Older Patients. 1045–1060.
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.118.313236
Chen, X., Wang, R., Zee, P., Lutsey, P. L., Javaheri, S., Alcántara, C., Jackson, C. L.,
Williams, M. A., & Redline, S. (2015). Racial/ethnic differences in sleep
disturbances: The Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA). Sleep, 38(6),
877–888. https://doi.org/10.5665/sleep.4732
Ding, Lim, & Kong. (2018). Sleep and obesity. Journal of Pediatrics, 203, 3.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2018.10.014
Elfida, hayani, S. (2022). HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SIMPANG KIRI
KECAMATAN TENGGULUN KABUPATEN ACEH TAMIANG. 16(9), 7447–
7454.
Guru. (2020). UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT
HIPERTENSI DI DUSUN KLOANGPOPOT WILAYAH KERJA PUSKESMAS
HABIBOLA KABUPATEN SIKKA. Https://Www.Sikkakab.Go.Id, VII(1).
https://www.sikkakab.go.id/profil
Gustia, A., Adam, A., Nelwan, J. E., & Wariki, W. M. V. (2018). KEJADIAN
HIPERTENSI DAN RIWAYAT KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS PACEDA KOTA BITUNG Avelia. 7(5).
Hanna, A., & Sayuti, K. (2018). Artikel Penelitian Gambaran Karakteristik Penderita
Retinopati Hipertensi Yang. 7(2), 258–266.
Harahap. (2019). Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang Hipertensi
Dengan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampa Tahun 2019. Jurnal Ners, 3(2), 97–102.
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners
Hanugroho. (2016). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Lansia
Hipertensi di Kedawung Kabupaten Sragen.Fakultas Kesehatan Sebelas Maret.
Diakses 10 Oktober 2018.
Hidayat. (2015). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ikhwan, M., Tinggi, S., & Kesehatan, I. (2015). Hubungan faktor pemicu hipertensi
dengan kejadian hipertensi. 000, 1–11.
Kementrian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kurnia, A. (2020). Self-Management HIPERTENSI. Surabaya: CV.Jakad Media
Publishing.
Martini, S., Roshifanni, S., & Marzela, F. (2018). Pola Tidur yang Buruk
Meningkatkan Risiko Hipertensi Poor Sleep Pattern Increases Risk of
Hypertension. 14(3), 297–303.
Melizza, N., Hikmah, N., Kurnia, A. D., Masruroh, N. L., Setiowati, I., Prasetyo, Y. B.,
Keperawatan, P. I., Kesehatan, F. I., Malang, U. M., Ciptomulyo, P. P., & Malang,
K. (2020). HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH
PADA. 4(April), 0–6.
Mubarak. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1). Jakarta: Salemba
Medika
Musfirah, M. (2019). Analysis of Risk Factor Relation With Hypertension Occurrence
At Work Area of Takalala. 2(2), 93–102.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/602
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika
Nurhidayati, I., Wulan, A. N., & Halimah, H. (2018). PENGARUH RELAKSASI
AUTOGENIC TERHADAP INSOMNIA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
RSD BAGAS WARAS KLATEN. 5(September), 444–450.
Nurwidayanti. (2013). Analisis pengaruh paparan asap rokok di rumah pada wanita
terhadap kejadian hipertensi. 244–253.
Pitaloka, R. D., Utami, G. T., Novayelinda, R., Studi, P., Keperawatan, I., & Riau, U.
(2015). MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN. 2(2).
Purwanto, S., Psikologi, F., & Muhammadiyah, U. (2016). Hubungan Antara
Intensitas Menjalankan Dzikir. 1(1), 32–38.
Roshifanni. (2016). PERILAKU BERKENDARA DAN JARAK TEMPUH DENGAN
KEJADIAN ISPA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA Driving Behavior and Mileage with the Incidence of URI on
Students at Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(3),
384–395. https://doi.org/10.20473/jbe.v4i3
Ryandini, F. R., & Kristianti, A. (2021). GAMBARAN MANAJEMEN PERAWATAN
DIRI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI MASA PANDEMI COVID-19
PENDAHULUAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan
dimana tekanan darah seseorang meningkat yang ditandai dengan sakit kepala
dan menunjukan nilai tek. 9.

Sakinah, P. R., Kosasih, C. E., Sari, E. A., Keperawatan, F., & Padjadjaran, U. (2018).
GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA PENDERITA HIPERTENSI QUALITY.
XIII(2), 46–52.
Sigalingging, G., & Tafanao, N. (2021). Analisis Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Lansia Melaksanakan Diet Hipertensi. 6(2), 125–131.
Simanjuntak, E. Y., Sinaga, J., Amila, & Meylani. (2021). Hubungan Fungsi Kognitif
Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Imelda, 7(2), 104–109. https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v7i2.648
Situmorang. (2015). Penelitian. 1(1), 71–74.
Sofiana, L., Puratmadja, Y., Sari, B. S. K., Pangulu, A. H. R., & Putri, I. H. (2018).
Pengetahuan Tentang Hipertensi Melalui Metode Penyuluhan. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 171.
https://doi.org/10.12928/jp.v2i1.443
Sulidah, S., Yamin, A., & Diah Susanti, R. (2016). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot
Progresif terhadap Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
v4(n1), 11–20. https://doi.org/10.24198/jkp.v4n1.2
Sumarna, U., Rosidin, U., & Nugraha, B. A. (2019). Hubungan Kualitas Tidur dengan
Tekanan Darah Pada Pasien Prehipertensi Puskesmas Tarogong Garut. VII(1).
Susilowati, A., & Wardani, A. M. (2018). GAMBARAN PENGOBATAN PASIEN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI-MARET 2018 DESCRIPTION OF TREATMENT OF THE
HYPERTENSION PATIENT AT PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA PERIOD JANUARY – MARET 2018. 1–6.
Sutrisno, R., & Huda, F. (2017). Perbandingan Kualitas Tidur Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran yang Menggunakan dan tidak Menggunakan
Cahaya Lampu Saat Tidur with and Without Lamp Lights. 3, 73–79.
Telaumbanua, A. C., & Rahayu, Y. (2021). Penyuluhan Dan Edukasi Tentang
Penyakit Hipertensi. Jurnal Abdimas Saintika, 3(1), 119.
https://doi.org/10.30633/jas.v3i1.1069
Thahir. (2021). EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Pengaruh Pembelajaran
Daring Berbasis Google Classroom terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
Pendidikan Biologi Rahmatia Thahir. 3(4), 1936–1944.
Thayeb, R. R., D Kandou Manado, D. R., H N Kembuan, M. A., Khosama, H., Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, K., & Neurologi RSUP
D Kandou Manado, B. R. (2015). Gambaran Kualitas Tidur Pada Perawat Dinas
Malam Rsup Prof. Jurnal E-Clinic (ECl), 3(3).
Uchmanowicz, I., Markiewicz, K., Uchmanowicz, B., Kołtuniuk, A., & Rosińczuk, J.
(2019). The relationship between sleep disturbances and quality of life in elderly
patients with hypertension. Clinical Interventions in Aging, 14, 155–165.
https://doi.org/10.2147/CIA.S188499
Yulistina, F., Deliana, S. M., & Rustiana, E. R. (2017). Korelasi Asupan Makanan,
Stres, Dan Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi Pada Usia Menopause. Unnes
Journal of Public Health, 6(1), 35. https://doi.org/10.15294/ujph.v6i1.13695
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

No Responden :

Hari/Tanggal :

Nama Inisial :

Umur :

Beri tanda ceklist (√) untuk setiap pernyataan ini sesuai dengan data diri!

Jenis Kelamin Pendidikan Lama Menderita


( ) Laki-laki ( ) SD ( ) < 1 Tahun
( ) Perempuan ( ) SMP ( ) 1-5 Tahun
Riwayat keluarga ( ) SMA ( ) 6-10 Tahun
( ) Ada ( ) D3/Diploma ( ) >10 Tahun
( ) Tidak ada ( ) S1/S2/S3
Konsumsi Obat Pekerjaan
( ) Iya ( ) Pelajar/Mahasiswa
( ) Tidak ( ) PNS
Konsumsi Obat Herbal ( ) Pegawai Swasta
( ) Iya ( ) Wiraswasta
( ) Tidak ( ) IRT
Tidur Siang ( ) Tidak Bekerja
( ) Iya
( ) Tidak
Kebiasaan Sebelum Tidur:
A. Jawablah pertanyaan berikut ini! Selain pertanyaan nomor 1 dan 3, Berikan tanda
(√) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai

1. Jam berapa biasanya


anda tidur pada malam
hari?
≤15 menit 16-30 menit 31-60 menit >60 menit

2. Berapa lama (dalam


menit) yang anda
perlukan untuk dapat
mulai tertidur setiap
malam?
Waktu yang
dibutuhkan saat mulai
berbaring hingga
tertidur
3. Jam berapa biasanya anda
bangun di pagi hari?
>7 jam 6-7 jam 5-6 jam <5 jam
4. Berapa jam lama tidur anda
pada malam hari?

5. Selama sebulan terakhir Tidak 1x 2x ≥3x


seberapa sering anda pernah seminggu seminggu seminggu
mengalami hal dibawah
ini :
a. Tidak dapat tidur di
malam hari dalam
waktu 30 menit
b. Bangun tengah malam
atau dini hari
c. Harus bangun untuk
ke kamar mandi
d. Tidak dapat bernapas
dengan nyaman
e. Batuk atau
mendengkur keras
f. Merasa kedingin

g. Merasa kepanasan
h. Mimpi buruk
i. Merasakan nyeri
j. Tolong jelaskan
penyebab lain yang
belum disebutkan di
atas yang
menyebabkan anda
terganggu di malam
hari dan seberapa
sering anda
mengalaminya?


6. Selama sebulan
terakhir, seberapa
sering anda
mengkinsumsi obat
tidur (diresepkan oleh
dokter ataupun obat
bebas) untuk
membantu anda tidur?
7. Selama sebulan
terakhir seberapa
sering anda merasa
terjaga atau
mengantuk ketika
melakukan aktivitas
mengemudi, makan
atau aktivitas sosial
lainnya?
Sangat Cukup baik Cukup Sangat
baik buruk buruk
8. Selama sebulan
terkahir, bagaimana
anda menilai kualitas
tidur anda secara
keseluruhan?
Tidak ada Hanya Masalah Masalah
Masalah Masalah Sedang Besar
Kecil
9. Selama sebulan
terakhir, adakah
masalah yang anda
hadapi untuk
berkonsentrasi atau
menjaga rasa antusias
untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan/tugas?
 Skor komponen 1 :
 Skor komponen 2 :
 Skor komponen 3 :
 Skor komponen 4 :
 Skor komponen 5 :
 Skor komponen 6 :
 Skor komponen 7 :
 Skor Global PSQI :
INSTRUMEN PENILAIAN PSQI

Komponen No Item Penilaian


1. Kualitas tidur secara subjektif 8 Sangat baik 0
Cukup baik 1
Cukup buruk 2
Sangat buruk 3
2. Durasi tidur (lamanya waktu tidur) 4 >7 jam 0
6-7 jam 1
5-6 jam 2
<5 jam 3
3. Latensi tidur 2 ≤15 menit 0
16-30 menit 1
31-60 menit 2
>60 menit 3
5a Tidak pernah 0
1x seminggu 1
2x seminggu 2
≥3x seminggu 3
Skor Total 0 0
Komponen 3 1-2 1
3-4 2
5-6 3
4. Efisiensi Tidur 1+3+4 >86% 0
Rumus : 75-84% 1
Jumlah lama tidur x100% 65-74% 2
Jumlah lama ditempat tidur <65% 3
5. Gangguan Tidur 5b, 5c, 5d, 5e, Tidak pernah 0
5f, 5g, 5h, 5i, 1x seminggu 1
5j 2x seminggu 2
≥3x seminggu 3
Skor Total 0 0
Komponen 5 1-9 1
10-18 2
19-27 3
6. Penggunaan Obat Tidur 6 0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3
7. Disfungsi siang hari 7 0 0
<1 1
1-2 2
>3 3
9 Tidak Ada 0
Masalah

Anda mungkin juga menyukai