Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL

HYPERTENSIVE HEART DISEASE

Desia Lolitha
22222016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
A. Definisi Hypertensive Heart Disease (HHD)
HHD berkaitan dengan dampak sekunder pada jantung yang disebabkan oleh
hipertensi sistemik yang berlangsung lama dan berkepanjangan. Hipertensi yang
berkepanjangan dan tidak terkendali menyebabkan perubahan pada struktur miokard,
pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan yang terjadi dapat
mengakibatkan komplikasi berupa Left Ventricle Hypertrophy (LVH), penyakit jantung
kroner, gangguan sistem konduksi jantung, disfungsi sistolik dan diastolik miokard yang
akan bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung
(terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung kongestif (Yogiantoro, 2014)
Penyakit jantung hipertensi atau Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah
yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left
ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis (CHF), yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang
berkaitan dengan dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama
dan berkepanjangan. Penyakit jantung hipertensi merujuk kepada suatu keadaan yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan
dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem
konduksi jantung. Perubahanperubahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri,
penyakit arteri koroner, gangguan sistem konduksi, disfungsi sistolik dan diastolik
miokard yang nantinya bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark miokard,
aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung kongestif.

B. Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung
memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah yang
meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap
menitnya (cardiac output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin
terlihat. Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan
stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik ( menurunnya
suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan
serangan jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung
yang menebal. Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding
pembuluh darah yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol
yang akan terakumulasi pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko
seangan jantung dan stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit
dan kematian akibat hipertensi.
Etiologi HHD adalah interaksi kompleks dari berbagai faktor hemodinamik,
struktural, neuroendokrin, seluler, dan molekuler. Faktor-faktor tersebut memiliki peran
dalam perkembangan hipertensi dan komplikasinya (Riaz, 2020). Peningkatan tekanan
darah menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi jantung dengan dua cara yaitu
secara langsung maupun tidak langsung Perubahan struktur secara langsung dengan
peningkatan afterload sedangkan secara tidak langsung disebabkan oleh adanya
perubahan neurohormonal dan vaskular terkait (Riaz, 2020)

C. Tanda dan Gejala


Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada
keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy)
dan impoten
2. Cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan
vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan
retina, transient cerebral ischemic
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, kelemahan otot
pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan cepat dengan emosi yang labil
pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan episode
sakit kepala, palpitasi, banyak keringat, dan rasa melayang saat berdiri 
D. Patofisiologis
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah satu hal komplek yang
melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi, yaitu hemodinamik, struktural,
neuroendokrin, seluler, dan faktor molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor ini memegang
peranan dalam perkembangan hipertensi dan komplikasinya, di sisi lain peningkatan
tekanan darah itu sendiri dapat memodulasi faktor-faktor tersebut. Adapun patofisiologi
berbagai efek hipertensi terhadap jantung berbeda-beda dan akan dijelaskan berikut ini.
1. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular hypertrophy / LVH) terjadi pada 15-
20% penderita hipertensi dan risikonya meningkat dua kali lipat pada pasien
obesitas. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan pertambahan massa pada ventrikel
(bilik) kiri jantung. Hal ini merupakan respon sel miosit terhadap stimulus yang
menyertai peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit terjadi sebagai mekanisme
kompensasi peningkatan tekanan afterload. Stimulus mekanis dan neurohormonal
yang menyertai hipertensi akan mengaktivasi pertumbuhan sel miokard, ekspresi
gen dan berujung kepada hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu aktivasi sistem renin-
angiotensin akan menyebabkan pertumbuhan intestitium dan komponen sel
matriks. Berbagai bentuk hipertrofi ventrikel kiri telah diidentifikasi, di antaranya
hipertrofi ventrikel kiri konsentrik dan hipertrofi ventrikel kiri ekstenstrik. Pada
hipertrofi ventrikel kiri konsentrik terjadi peningkatan massa dan ketebalan serta
volume dan tekanan diastolik. Pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri konsentrik
umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk. Adapun pada hipertrofi ventrikel
kiri eksentrik terjadi peningkatan hanya pada lokasi tertentu, misalnya daerah
septal. Walaupun hipertrofi ventrikel kiri bertujuan untuk melindungi terhadap
stress yang ditimbulkan oleh hipertensi, namun pada akhirnya dapat menyebabkan
disfungsi miokard sistolik dan diastolik.
2. Abnormalitas atrium kiri
Abnormalitas atrium kiri meliputi perubahan struktural dan fungsional, sangat
sering terjadi pada pasien hipertensi. Hipertensi akan meningkatkan volume
diastolik akhir (end diastolic volume / EDV) di ventrikel kiri sehingga atrium kiri
pun akan mengalami perubahan fungsi dan peningkatan ukuran. Peningkatan
ukuran atrium kiri tanpa disertai gangguan katup atau disfungsi sistolik biasanya
menunjukkan hipertensi yang sudah berlangsung lama / kronis dan mungkin
berhubungan dengan derajat keparahan disfungsi diastolik ventrikel kiri. Pasien
juga dapat mengalami fibrilasi atrium dan gagal jantung.
3. Gangguan katup
Hipertensi berat dan kronik dapat menyebabkan dilatasi pada pangkal aorta
sehingga menyebabkan insufisiensi katup. Hipertensi yang akut mungkin
menyebabkan insufisiensi aorta, yang akan kembali normal jika tekanan darah
dikendalikan. Selain menyebabkan regurgitasi (aliran balik) aorta, hipertensi juga
akan mempercepat proses sklerosis aorta dan regurgitasi katup mitral.
4. Gagal jantung
Gagal jantung merupakan komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi
kronis. Pasien dengan hipertensi dapat menunjukkan gejala-gejala gagal jantung
namun dapat juga bersifat asimptomatis (tanpa gejala). Prevalensi (gagal jantung)
disfungsi diastolik asimptomatis pada pasien hipertensi tanpa disertai hipertrofi
ventrikel kiri adalah sebanyak 33 %. Peningkatan tekanan afterload kronik dan
hipertrofi ventrikel kiri dapat mempengaruhi fase relaksasi dan pengisian diastolik
ventrikel. Disfungsi diastolik sering terjadi pada penderita hipertensi, dan
terkadang disertai hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
tekanan afterload, penyakit arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis.
Disfungsi sistolik asimptomatis biasanya mengikuti disfungsi diastolik. Setelah
beberapa lama, hipertrofi ventrikel kiri gagal mengkompensasi peningkatan
tekanan darah sehingga lumen ventrikel kiri berdilatasi untuk mempertahankan
cardiac output. Dalam waktu yang lama, fungsi sistolik ventrikel kiri akan
menurun. Penurunan ini mengaktifkan sistem neurohormonal dan renin-
angiontensin, sehingga meretensi garam dan air dan meningkatkan vasokonstriksi
perifer, yang akhirnya malah memperburuk keadaan dan menyebabkan disfungsi
sistolik. Apoptosis (kematian sel terprogram yang dirangsang oleh hipertrofi miosit
dan ketidakseimbangan stimulus dan inhibitornya) diduga memainkan peranan
penting dalam peralihan fase ―terkompensasi‖ menjadi fase ―dekompensasi‖.
Peningkatan mendadak tekanan darah dapat menyebabkan edema paru tanpa
adanya perubahan fraksi ejeksi ventrikel kiri. Secara umum dilatasi ventrikel kiri
(asimtomatik atau simtomatik) dapat memperburuk keadaan dan meningkatkan
risiko kematian. Disfungsi ventrikel kiri serta dilatasi septal dapat menyebabkan
penebalan ventrikel kanan dan disfungsi diastolik.
5. Iskemia miokard
Pada pasien hipertensi dapat timbul iskemia miokard yang bermanifestasi
sebagai nyeri dada / angina pektoris. Hal ini dikarenakan hipertensi menyebabkan
peningkatan tekanan di ventrikel kiri dan transmural, peningkatan beban kerja
yang mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Suplai oksigen yang tidak sanggup
memenuhi kebutuhan otot jantung yang membesar akan menyebabkan nyeri dada.
Hal ini diperparah jika terdapat penyulit seperti aterosklerosis.
6. Aritmia jantung
Aritmia jantung yang sering ditemukan pada pasien hipertensi adalah fibrilasi
atrium, kontraksi prematur ventrikel dan takikardia ventrikel. Berbagai faktor
berperan dalam mekanisme arituma seperti miokard yang sudah tidak homogen,
perfusi buruk, fibrosis miokard dan fluktuasi pada saat afterload. Sekitar 50%
pasien dengan fibrilasi atrium memiliki penyakit hipertensi. Walaupun penyebab
pastinya belum diketahui, namun penyakit arteri koroner dan hipertrofi ventrikel
kiri diduga berperan dalam menyebabkan abormalitas struktural di atrium kiri.
Fibrilasi atrium dapat menyebabkan disfungsi sistolik dan diastolik serta
meningkatkan risiko komplikasi tromboembolik seperti stroke. Kontraksi prematur
ventrikel, aritmia ventrikel dan kematian jantung mendadak ditemukan lebih sering
pada pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri. Penyebab aritmia seperti ini diduga
akibat proses penyakit arteri koroner dan fibrosis miokard yang berjalan
bersamaan.
E. Pathway
F. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru
timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan
jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat
gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung,
mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata
berkunang-kunang. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal, gangguan
serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah
parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan.
beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang
olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan
makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam),
sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi. Dalam
perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai
macam komplikasi antara lain :
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata

G. Pemeriksaan Penunjangan
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3.Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kasus
Tn.. H berusia 41 tahun datang ke RSUD Umum Palembang Bari dengan keluhan sesak
nafas dengan jantung yang berdebar-debar dan di sertai batuk ± 1 bulan yang lalu.
Pasien mengatakan dada terasa nyeri dan ada riwayat penyakit DM. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik didapatakan hasil kesadaran compos mentis. Pasien tampak kesusahan
bernafas, Pasien tampak lemas dan lesu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TTV yaitu
TD : 170/100 mmHg, HR: 92 x/menit, RR: 26 X/menit, T : 36,90C.

2. Pertanyaan Klinis
Apakah ada pengaruh dari terapi Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada pasien
hipertensi heart disease (HHD)?
BAB III

PEMBAHASAN

1. Nama Penulis Jurnal


Fahmi Hafid, Wery Aslinda, Nanda Dea Rizki, Adhyanti
2. Tujuan penelitian
untuk melakukan PAGT pada pasien Hipertensi di Paviliun Seroja kelas II UPT. RSUD
Undata Palu.
3. Tempat penelitian
RSUD UNDATA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH
4. Metode dan Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah Case Study, Subjek penelitian adalah satu pasien yang didiagnosa oleh
dokter menderita penyakit Hypertensive Heart Disease (HHD), kriteria inklusi berusia 55
tahun dan tehnik pengumpulan data diperoleh dari data primer yang dikumpulkan secara
langsung dari pasien dan keluarga pasien, dan data sekunder diperoleh melalui rekam medik
pasien.
5. PICO
P : Hypertensive Heart Disease
I : Pemberian terapi diet pada pasien yaitu pemberian makanan yang sesuai kebutuhan gizi,
kondisi, dan daya terima pasien
C : tidak ada perbandingan
O : memotivasi pasien agar meningkatkan asupan makanan sehingga kebutuhannya
tercukupi
6. Searching Literature (Journal)
Setelah dilakukan Searching Literature (Journal) di google scholar, didapatkan 177 journal
yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul “ Hypertensive Heart Disease”
Dengan alasan :
1. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus
2. Jurnal tersebut up to date

7. VIA
a. Validity
1) Desain
Case Study
2) Sampel
1 orang dan didiagnosa Hypertensive Heart Disease (HHD)
3) Kriteria Inklusi
kriteria inklusi berusia 55 tahun, beresiko malnutrisi, menerima makanan melalui oral,
keadaan sadar dan bersedia menjadi responden sampai penelitian selesai.
b. Importance dalam hasil
1) Karakteristik subjek
Subjek penelitian adalah satu pasien yang didiagnosa oleh dokter menderita penyakit
Hypertensive Heart Disease (HHD)
2) Beda proporsi
pasien dilakukan penimbangan berat badan dengan hasil penimbangan 48,0 kg. selain
itu juga, pasien merasa mengalami penurunan berat badan sejak 6 bulan yang lalu, akan
tetapi pasien tidak mengingat secara jelas hasil berat badan sebelumnya.
3) Beda Mean
Hasil monitoring dan evaluasi pasien selama monitoring diperoleh asupan pasien
mengalami peningkatan, sebelumnya 75,8% (defisit sedang) menjadi 88,0% (defisit
ringan), Berat badan pasien tidak mengalami perubahan yaitu 48,0 kg. Nilai Kolesterol
total tidak diketahui karena tidak dilakukan pengukuran. Hasil pemeriksaan tekanan
darah mengalami penurunan mulai dari 160/90 mmHg menjadi 130/80 mmHg,
Pemeriksaan fisik pasien normal, tidak ada lagi keluhan yang dirasakan..
c. Applicability
1) Dalam diskusi
Pemberian terapi diet pada pasien Ny. H yaitu pemberian makanan yang sesuai
kebutuhan gizi, kondisi, dan daya terima pasien. Pasien diberikan jenis diet Rendah
Garam III, dengan bentuk makanan lunak karena pasien mengalami mual, frekuensi
makan 3x makanan utama dan 2x selingan, dengan rute pemberian oral. Hasil
perhitungan kebutuhan pasien didapatkan bahwa E = 1740,4 kkal, P = 65,2 gr, L = 38,6
gr, dan KH = 282,8 gr. Diet yang diberikan pada pasien mengikuti standar diet rumah
sakit dengan nilai gizi E = 2100 kkal, P = 73 gr, L = 47 gr, dan KH = 383 gr. Nilai gizi
tersebut lebih dari kebutuhan gizi pasien, sehingga peneliti merekomendasikan agar
asupan sesuai dengan kebutuhan gizi pasien. Edukasi nilai gizi yang diberikan pada
pasien yaitu berupa konseling untuk pasien dan keluarga pasien mengenai pengaturan
makan pada pasien Hypertensive Heart Disease (HHD), tujuan dan syarat diet, jenis
bahan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan, dihindari dan dibatasi, contoh
pembagian makanan sehari, dan memberi dukungan serta motivasi pada pasien agar
mau makan secara bertahap. Pemberian dukungan dan motivasi dilakukan oleh peneliti
setiap hari agar pasien semakin termotivasi untuk menghabiskan makanan sehingga
kebutuhan gizinya dapat terpenuhi.
2) Karakteristik klien
Klien yang merupakan penderita hipertensi
3) Fasilitas biaya
Tidak dicantumkan jumlah biaya yang digunakan

8. Diskusi
Pengetahuan/sikap pasien terhadap gizi meningkat dari tidak tahu menjadi tahu walaupun
masih dalam proses perubahan perilaku akan pengetahuan mengenai pola makan yang
baik. Diagnosa pasien akhir penelitian mengalami perubahan menjadi N2.1 dan NI-5.4,
karena pasien masih dalam tahap penyesuaian atau masih dalam proses perubahan
perilaku akan pengetahuan mengenai pola makan yang baik. Diharapkan pasien dapat
menerapkan/melanjutkan diet yang telah diberikan walaupun dalam keadaan sehat serta
Diharapkan Proses Asuhan Gizi Terstandar pada pasien Hipertensi perlu terus
dilaksanakan dan ditingkatkan.
Daftar Pustaka

Agustina dkk R. Potensi Interaksi Obat Resep Pasien Hipertensi Di Salah Satu Rumah Sakit
Pemerintah Di Kota Samarinda. J Sains Dan Kesehat. 2015;1(4):208–13.
Baxter K, Stockley IH, editors. Stockley’s drug interactions: a source book of interactions,
their mechanisms, clinical importance and management. 9. ed. London:
Pharmaceutical Press; 2010. 1792 p.
BPOM Republik Indonesia. Pusat Informasi Obat Nasional [Internet]. 2020. Available from:
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler0/23-antihipertensi/235-
penghambat-ace
Diamond JA, Phillips RA. Hypertensive Heart Disease. Hypertens Res. 2005;28(3):191–202.
Farmakokinetik (ADME – Teori Lengkap) [Internet]. 2020. Available from:
https://biofar.id/farmakokinetik/
Gary Tackling, Borhade MB. Hypertensive Heart Disease [Internet]. 2020. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539800
Izzo JL, Gradman AH. Mechanisms and management of hypertensive heart disease: from left
ventricular hypertrophy to heart failure. Med Clin North Am. 2004 Sep;88(5):1257–
71.
Kementrian Kesehatan Repbulik Indonesia. Hasil Utama Riskesdas 2018 Provinsi Jawa Tinur.
Surabaya: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2018. 1–82 p.
Mayo Clinic. Bradycardia. Mayo Clin [Internet]. 2018; Available from:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bradycardia/diagnosistreatment/
drc-2035548
Nuraini bianti. Risk Factors Of Hypertension. J Major. 2015 Feb;4(5):10–9.
Parulian L, Listyanti E, Hati AK, Sunnah I. Analisis Hubungan Polifarmasi Dan Interaksi
Obat Pada Pasien Rawat Jalan Yang Mendapat Obat Hipertensi Di Rsp. Dr. Ario
Wirawan Periode Januari-Maret 2019. Indones J Pharm Nat Prod. 2019
Sep;02(02):79–86.
Riechelmann RP, Tannock IF, Wang L, Saad ED, Taback NA, Krzyzanowska MK. Potential
Drug Interactions and Duplicate Prescriptions Among Cancer Patients. JNCI J Natl
Cancer Inst. 2007 Apr 18;99(8):592– 600
Siswanto BB, Hersunarti N, Erwinanto, Barack R, Pratikto RS, Nauli SE, et al. Pedoman
Tatalaksaan Gagal Jantung. Jakarta: PERKI; 2015. 1–56 p. (1; vol. pertama).
World Health Organization. Cardiovascular [Internet]. 2020. Available from:
https://www.who.int/health-topics/cardiovascular-diseases#tab=tab_1

Anda mungkin juga menyukai