Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY “R”

PADA DIAGNOSA MEDIS BBLR(BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

DI RUANG NICU RSUD PRAYA LOMBOK TENGAH

TANGGAL 24-25 JANUARI 2022

OLEH :

APRIANA HIJRIATUN HASANAH

P07120421074N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir  (Amru sofian,2012).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-bayi
dengan berat badan kurang dari 1000 gram. (Nugroho Iman santosa)
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-
NOC, 2013).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,2009).
BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayah,2005).
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
1) Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.

2) Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)


Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan.

2. KLASIFIKASI
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3) Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut  WHO  membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1) Preterm   : kurang dari 37 minggu lengkap.
2) Aterm     : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3) Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1) Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2) Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk
masa gestasi itu.
3. ETIOLOGI
Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran
bayi berat badan lahir rendah,yaitu :
a. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga
neonates preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
persalinan premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
c. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
d. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
e. Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah  (perokok).
f. Primigravidarum.
g. Usia ibu  <  20 tahun.
h. Faktor kehamilan
i. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly congenital.
j. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.\
Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :
1) LK <33 cm, LD < 30 cm.
2) Gerakan otot bmasih hipotonis.
3) Umur kehamilan <37 minggu.
4) Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan halus.
5) Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
6) Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan pelipis lengan.
7) Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
8) Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.
b. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana
gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi
beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir.
Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur
adalah:
- Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
- Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali
pusat).
- Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan)
- Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.
4. Patofisiologi (Pathway)
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu
untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan
fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat,
usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua
(Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam
tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh ,
sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik
terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh
darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami
gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau
gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)
5. Manisfestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat badan rendah adalah :
a. Sebelum lahir
- Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
- Pergerakan janin  lebih lambat.
- Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.
b. Setelah bayi lahir
- Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.

- Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.

- Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan intra uterine.

- Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.

 Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


a. Berat badan dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. LD < 30 cm.
d. LK < 33 cm.
e. Umur kehamilan  < 37 minggu
f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
g. Otot hipotonik lemah.
h. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
i. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

6. Tanda dan Gejalah


a. Prematuriktas Murni
 Berat badan kurang dari 2500 gram, Panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, dan  lingkar dada kurang dari 30 cm.
 Masa gestrasi kurang dari 37 minggu
 Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilap dan licin
 Kepala lebih besar daripada badan
 Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
 Lemak subkutan kurang
 Ubun-ubun dan sutura lebar
 Rambut tipis dan halus
 Tulang rawan dan daun telinga immature
 Puting susu belum terbentuk dengan baik
 Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
 Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(perempuan)
 Bayi masih lemah, Otot masih hipotonik
 Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnue
 Reflek tonick neck lemah
 Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
 Dismastur
b. Preterm sama dengan bayi prematur murn
 Kulit pucat atau bernod, mekonium kering keriput, tipis
 Verniks caseaosa tipis atau tidak ada
 Jaringan lemak dibawah kulit tipis
 Banyak tampak agresif, kulit dan aktif
 Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
 (pantiawati, 2010)
7. Komplikasi BBLR 
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayanti, 2009 yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
b. Hipoglikemia simtomatik.
c. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk yang berikutnya.
d. Asfiksia neonetorom.
e. Hiperbulirubinemia.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
b.  Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
c. Titer torch sesuai indikasi.
d.   Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
e. Pemantauan elektrolit.
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

9. Penatalaksanaan BBLR
a. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
b. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka suhunya untuk
bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila
tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit dapat
dikenali sedini mungkin.
c. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan
sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang
lebih kecil.
d. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.

e. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu
terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama, dianjurkan
untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 1000 gram
B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Riwayat Maternal

         Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
         Kehamilan ganda ( gemeli)
         Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
         Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
         Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
         Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
         Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
b.      Riwayat Kelahiran
         Gestasi : 24- 37 minggu
         BB : < 2500 gram
         APGAR SKORE
c.       Sistem kardiovaskuler
         HR : 120-160 x/menit
         Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri
dan tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis
d.      Sistem gastrointestinal
         Abdomen menonjol
         Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
         Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
         Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
         Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
e.       Sistem integumen
         Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
         Kulit tipis, transparan, halus dan licin
         Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
         Terdapat edema umum atau lokal
         Kuku pendek
         Rambut sedikit dan halus
         Garis tangan sedikit dan halus
f.       Sistem muskuloskeletal
         Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga
halus dan lunak
         Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
         Reflek kurang dan letargi
g.      Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata
umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik
pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama
dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior
dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
h.      Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal,
atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada
auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
i.        Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah
mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau
tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.. Ekstremitas
mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua
atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.

j.        Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b) Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap
defisiensi surfaktan
c) Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang
kurang adekuat
e) Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi
atau perubahan suhu lingkungan
f) Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia
g) Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik
h) Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
i) Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d
stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif
j) Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan
yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Pola nafas yang  Berikan posisi kepala sedikit
efektif b/d tidak efektif ekstensi
adekuatnya  Berikan oksigen dengan
ekspansi paru metode yang sesuai
Kriteria :  Observasi irama, kedalaman
dan frekuensi pernafasan
 Kebutuhan
oksigen
menurun

 Nafas spontan,
adekuat
 Tidak sesak.
 Tidak ada
retraksi

2. Gangguan  Lakukan isap lendir kalau


Pertukaran gas
pertukaran gas b/d perlu
adekuat
kurangnya ventilasi  Berikan oksigen dengan
alveolar sekunder metode yang sesuai
terhadap defisiensi  Observasi warna kulit
Kriteria :
surfaktan  Ukur saturasi oksigen
 Tidak sianosis.  Observasi tanda-tanda
 Analisa gas perburukan pernafasan
darah normal  Lapor dokter apabila terdapat
 Saturasi oksigen tanda-tanda perburukan
normal. pernafasan
 Kolaborasi dalam pemeriksaan
analisa gas darah
 Kolaborasi dalam pemeriksaan
surfaktan

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan


Keperawatan

3. Resiko tinggi Hidrasi baik  Observasi turgor kulit.


gangguan  Catat intake dan output
keseimbangan  Kolaborasi dalam pemberian
keseimbangan Kriteria: cairan intra vena dan elektrolit
cairan dan elektrolit  Kolaborasi dalam pemeriksaan
 Turgor kulit
b/d elektrolit darah
elastik
ketidakmampuan
 Tidak ada edema
ginjal
 Produksi urin 1-
mempertahankan
2 cc/kgbb/jam
keseimbangan
 Elektrolit darah
cairan dan elektrolit
dalam batas
normal

4.
Nutrisi adekuat
Perubahan nutrisi
 Berikan ASI/PASI dengan
kurang dari
metode yang tepat
kebutuhan tubuh
Kriteria :  Observasi dan catat toleransi
berhubungan
minum
dengan tidak  Berat badan naik
 Timbang berat badan setiap
adekuatnya 10-30 gram / hari
hari
persediaan zat besi,  Tidak ada edema  Catat intake dan output
kalsium,  Protein dan  Kolaborasi dalam pemberian
metabolisme yang albumin darah total parenteral nutrition kalau
tinggi dan intake dalam batas perlu
yang kurang normal
adekuat

 Rawat bayi dengan suhu


5.
Resiko tinggi Suhu bayi stabil lingkungan sesuai
hipotermi atau 0
 Hindarkan bayi kontak
 Suhu 36,5 C
hipertermi b/d langsung dengan benda sebagai
-37,2 0C
imaturitas fungsi sumber dingin/panas
 Akral hangat
termoregulasi atau  Ukur suhu bayi setiap 3 jam
perubahan suhu atau kalau perlu
lingkungan  Ganti popok bila basah

4. Implementasi
Penatalaksanaan implemantasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah direncanakan.Selama kegiatan pelaksanaan bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan klien. (Santosa. NI,1989;62)
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif
dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai
atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan
analisa masalah selanjutnya. (Santosa. NI,1989;62)
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, R dkk 2011, Penata Laksanaan Kegawat Daruratan Pediatrik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta, EGC.

Wong, 2003, Keperawatan pediatri, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai