Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA BAYI Ny. Y DENGAN BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)


DIRUANG CEMPAKA RSUD Dr. R. SOETIJONO BLORA

Disusun Oleh :
Nama : Wiwik Sri Utami
Nim : P1337420415082
Tingkat : IIB

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir (Amru sofian,2012).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-bayi dengan berat
badan kurang dari 1000 gram. (Nugroho Iman santosa)
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC,
2013).
BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang
dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayah,2005).

B. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan
dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi itu.

C. Etiologi
Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi
berat badan lahir rendah,yaitu :
a. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonates
preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan premature
atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
1) Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
4) Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
5) Primigravidarum.
6) Usia ibu < 20 tahun
b. Faktor kehamilan
c. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly congenital
d. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan
Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :
a) LK <33 cm, LD < 30 cm.
b) Gerakan otot bmasih hipotonis.
c) Umur kehamilan <37 minggu.
d) Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan halus.
e) Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
f) Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan pelipis lengan.
g) Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
h) Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah
b. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi
dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada
dismatur adalah :
1) Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
2) Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali pusat)
3) Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan)
4) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

D. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping
yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan
fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat,
usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua
(Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut
dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam
jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan
kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)

E. Komplikasi BBLR
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayanti, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia

F. (PATHWAY)
G. MANISFESTASI KLINIS
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat badan rendah
adalah:
Sebelum lahir
a. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
b. Pergerakan janin lebih lambat.
c. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.
Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
b. Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
c. Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan intra uterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat badan dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. LD < 30 cm.
4. LK < 33 cm.
5. Umur kehamilan < 37 minggu
6. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
7. Otot hipotonik lemah.
8. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
9. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

I. Penatalaksanaan BBLR
1. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
2. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat
konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka suhunya untuk bayi
dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak
ada incubator hanya dipakai popok untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit
dapat dikenali sedini mungkin.
3. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum
memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai
sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
4. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.
5. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
a. Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
b. Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang bayi.
6. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu terjadinya
hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama, dianjurkan untuk
minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 1000 gram.

J. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120 160 detik per
menit). Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arterious
(PDA)
2. Pernapasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau periodik
(40 60 kali/menit), Pernapsan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal,
juga derajat sianosis yang mungkin ada. Adanya bunyi ampela pada auskultasi,
menandakan sindrom distres pernapasan (RDS)
3. Neurosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena ketidakadekuatan
pertumbuhan mungkin terlihat Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung
cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus otot dapat
tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak,
Pelebaran tampilan mata.
4. Makanan/cairan
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, Kulit
kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan, Penurunan,
massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha, Ketidakstabilan metabolik dan
hipoglikemia / hipokalsemia
5. Genitounaria
Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. Jelaskan jumlah (dibandingkan engnaberta
badan), warna, pH, temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring
kecukupan hidrasi) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam
mengkaji hidrasi)
6. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah, Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan,
Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar pada tali pusat dengan,
warna kehijauan, Menangis mungkin lemah
7. Seksualitas
Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris
menonjol
Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.
8. Pengkajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda irirtasi, lepuh,
abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau, infuse atau alat
lain bersentuhan dengan kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit
yang dipakai (misal: plester povidone iodine).
Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll.
Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir
Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar, dan periksa
adanya tanda infiltrasi.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan
ketidakseimbangan metabolik
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat
regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan
lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan
metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks
lemah.

L. Intervensi
1. Diagnosa I
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
a. Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
b. Membran mukosa merah muda

Rencana tindakan:
1) Kaji frekwensi dan pola pernapasan
2) Posisikanm bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok
dibawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi
3) Kolaborasi pemberikan oksigen sesuai indikasi
4) Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi

2. Diagnosa II
Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 37,50C)
Rencana tindakan:
1) Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu
aksila
2) tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat
3) kaji haluaran dan berat jenis urine
4) pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan tidak
adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi
5) Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan, diaforesis, letargi, apnea
atau aktifitas kejang.

3. Diagnosa III
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
a. Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
b. Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal
dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Rencana tindakan:
1) Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (misalnya : mengisap,
menelan, dan batuk)
2) Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari
3) Pantau masuka dan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap
hari
4) Kaji turgor kulit, berat jenis urine, kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan.
5) Kaji tanda-tanda hipoglikemia pernapasan tidak teratur, apnea, letargi, fruktuasi
suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, gugup, menangis, nada tinggi,
gemetar, mata terbalik, dan aktifitas kejang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015.

Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta : AR
Group.

Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.

Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta :
Media Action Publishing.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai