2. Definisi
a. Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42
minggu atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu
kemudian. Meskipun kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari
seluruh kehamilan, sebagian di antaranya mungkin tidak benar-benar postterm,
tetapi lebih disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional.
Sekali lagi nilai informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas,
karena pada umumnya semakin lama janin yang benar-benar postterm itu
berada didalam rahim, semakin besar pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir
untuk mengalami gangguan yang berat (Cunningham, 1995).
b. Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau
lebih dari 42 minggu lengkap (Sarwono, 1995).
c. Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari
42 minggu dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28
hari (Rustam, 1998).
d. Kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu sebelum terjadi persalinan
(Manuaba, 1998).
3. Etiologi
Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan serotinus sampai saat ini belum diketahui
secara pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan serotinus adalah:
a. Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan ibu mengingat HPHT, perdarahan
selama kehamilan, siklus haid tidak teratur, kehamilan dalam masa pasca persalinan ( oxorn,
2003 ).
b. Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang menandai kasus kasus kehamilan serotinus
dianggap merupakan hal penting, karena kadar estrogen tidak cukup untuk menstimulasi
produksi dan penyimpanan glikofosfolipid didalam membrane janin. Pada jumlah estrogen
yang normal dan uterus meningkat sehingga kepekaan terhadap oksitosin meningkatkan dan
merangsang kontraksi ( wiliams, 1995 ).kadarestrogen tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang namun factor yang
lebih menentukan adalah belum diproduksinya prostaglandin yang berpengaruh terhadap
terjadinya kontraksi uterus pada akhir kehamilan.
c. Herediter karena postmaturitas sering dijumpai pada satu keluarga tertentu ( rustam, 1998 )
4. Patofisiologi
a. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang mengakibatkan bayi
LGA dengan manifestasi masalah seperti trauma lahir dan hipoglikemia.
b. Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat. Janin
akan menggunakan cadangan lemak subkutan sebagai alergi penyusutan lemak subkutan
terjadi yang mengakibatkan syndrome dismatur janin , terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas
janin:
1) Tahap I insufisiensi plasenta kronis
Kulit kering, pecah pecah, mengelupas, longgar dan berkerut.
Penampilan malnutrisi
Bayi dengan mata terbuka dan terjaga
2) Tahap II insufisiensi plasenta akut
Seluruh gambaran tahap I kecuali nomor 3
Terwarnai mekonium
Depresi perinatal
3) Tahap III insufisiensi plasenta subakut
Hasil temuan pada tahap I dan tahap II kecuali nomor 3
Terwarnai hijau dikulit, kuku, tali pusat dan membrane plasenta
Resiko kematian intrapartum atau kematian neonatus lebih tinggi
c. Bayi baru lahir beresiko tinggi terhadap perburukan komplikasi yang berhubungan dengan
perfusi utero plasenta yang terganggu dan hipoksia, misalnya: sindrom aspirasi mekonium.
d. Hipoksia intra uteri kronis menyebabkan peningkatan eritroptia.lin janin dan produksi sel
darah merah yang menyebabkan polisitemia.
e. Bayi postmatur rentan terhadap hipoglokemia karena penggunaan cadangan glikogen yang
cepat.
5. Gambaran klinis
Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara lain:
a. Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan demikian menjadi
bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau bertambah berat postterm serta berukuran besar
menurut usia gestasionalnya.
b. TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan jumlah cairan amnion disertai
dengan kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat janin, termasuk defekasi dan
aspirasi mekonium yang kental.
d. Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin dapat begitu bermusuhan sehingga
pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi postterm serta mengalami
retardasi pertumbuhan.
Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:
a. Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit seperti kertas dan kulit kuku dan
tali pusat terwarnai mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.
b. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia janin, cairan amnion yang bercampur
dengan mekonium, gawat napas waktu lahir dan mekonium mengotori pita suara.
7. Penatalaksanaan medis
Penalaksanaan pada ibu
a. Pengelolaan persalinan
1) Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat
kematangan serviks.
2) Bila serviks matang (skor bishop > 5)
Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin lebih 4000 gram, dilakukan
SC.
Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter spesialis anak
apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan.
3) Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut
apabila kehamilan tidak diakhiri.
NST dan penilaian kantung amnion. Bila keduanya normal kehamilan dibiarkan berlanjut dan
penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.
Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang vertikal atau indeks cairan amnion
< 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.
Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, test dengan kontraksi (CST) harus
dilakukan. Hasil CST positif janin perlu dilahirkan, bila CST negatif kehamilan dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien, dan kehamilan harus
diakhiri bila serviks matang.
4) Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM, preeklamsi, PJT,
kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja kehamilan dengan
resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.
b. Pengelolaan intrapartum
1) Pasien tidur miring sebelah kiri
2) Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin berikan oksigen bila ditemukan keadaan
jantung yang abnormal.
3) Perhatikan jalannya persalinan.
b. Terhadap janin fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28 minggu kemudian
mulai menurun terurtama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan
kadarestriol kadar plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko tiga kali. Akibat dari proses penuaan plasenta
maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun disamping dengan adanya spasme arteri
spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan berat dalam hal ini
dapat disebut dismatur. Sirkulasi utero plasenter akan berkuarang 50% menjadi 250 mm/menit.
Kematian janin akibat kehamilan serotinus terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 50% dalam
persalinan dan 15% dalam postnatal. Penyebab utama kematian perinatal adalah hipoksia dan
aspirasi mekonium. Tanda-tanda partus postterm dibagi menjadi tiga stadium:
1) Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering,
rapuh dan mudah mengelupas.
2) Stadium II : gejala pada stadium satu ditambah dengan pewarnaan mekonium (kehijauan
pada kulit).
3) Stadium III : pewarnaan kekeuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
Pada kasus yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik secara
anatomis maupun fisiologis tidak mampu memberikan makanan dan oksigen kepada fetus
untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara norma. Hal ini dapat
menyebabkan kematian janin dalam kandungan. Volume cairan amnion akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan cukup bulan cairan amnion 1000-1500 ml,
warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, amis, dan agak manis, cairan ini
mengandung sekitar 98% air. Sisanya terdiri dari garam organik dan anorganik yaitu rambut
lanugo (rambut halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel dan forniks kaseosa (lemak yang
meliputi kulit bayi.
Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada kehamilan serotinus fungsi
plasenta akan menurun sehingga akibatnya produksi cairan amnion juga akan berkurang.
Dengan jumlah cairan amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40 minggu atau lebih
mempunyai hubungan dengan komplikasi janin. Ini dikaitkan dengan fungsi cairan amnion
yaitu melindungi janin terhadap trauma dari luar, memungkinkan janin bergerak bebas,
melindungi suhu janin, meratakan tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks
membuka, membersihkan jalan lahir pada permulaan partus kala II. Dengan adanya
oligohidramnion maka tekanan pada uterus tidak sempurna, sehingga terkadang disertai
kompresi tali pusat dan menimbulkan gawat janin. Janin menjadi stress kemudian
mengeluarkan mekonium yang akan mencemari cairan ketuban, sehingga tak jarang terjadi
aspirasi mekonium yang kental.
9.
Faktor herediter
Kadar estrogen tidak
mengalami penurunan saar
kehamilan sudah cukup tua
Ketidaksanggupan bumil
mengingat HPHT.
Siklus haid yang tidak
teratur
Patways
Gangguan
termoregulasi
: hipotermi
Suhu tubuh
tidak stabil
Gangguan
pertukaran gas
Asfiksia
Aspirasi
mekonium
Resti infeksi
Terbukanya
intrauterine dengan
ekstrauteri
Partus
macet
CPD
Pelvic
sempit
Pertumbuhan
janin terus-
menerus
10. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk
mengevaluasi keadaan pasien dan menurut keterangan dari pasien.
Nama pasien
Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan pasien lain.
Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko kehamilan
karena faktor umur sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan
kehamilan serotinus selanjutnya.
Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat mempermudah dalam
melaksanakan tindakan kebidanan.
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam memberi informasi tentang
kehamilan serotinus.
Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui pola aktifitas pasien
berhubungan dengan pekerjaan.
Alamat
Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada dua orang
pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah bila perlu.
Identitas suami
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu waktu dibutuhkan dan dalam
pengambilan keputusan didalam keluarga. Selain itu juga selama proses perawatan.
Alasan datang ke rumah sakit
Untuk mengetahui pasien tersebut datang untuk berobat, periksa, konsultasi atau rujukan.
Keluhan utama
Keluhan pasien terutama dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lamanya usia
kehamilan yang tidak sesuai dengan perkiraan persalinan. Dilihat dari gejala klinik pasien
apakah gerakan janin berkurang dari biasanya.
Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien serta ditanyakan apakah saat ini sedang
menderita penyakit, sejak kapan, upaya apa yang telah dilakukan, apakah sudah periksa, hal
ini untuk mendeteksi penyakit dalam kehamilan yang dapat mempengaruhi proses persalinan.
- Riwayat kesehatan lalu
Dikaji mengenai pernah atau tidaknya ibu mengalami kehamilan serotinus sebelumnya karena
serotinus cenderung terjadi lagi pada wanita yang mempunyai riwayat kehamilan serotinus
sebelumnya.
- Riwayat kesehatan keluaga
Untuk mengetahui kemungkinan ada yang menderita penyakit menular, menurun, kejiwaan
yang dapat mempengaruhiproses kehamilan dan persalinan pasien, infeksi dapat berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan janin sewaktu ibu mengandung.
Riwayat obstetrik
- Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas yang membantu dalam
pertimbangan pelaksanaan tindakan.
- Riwayat menstruasi
Teratur / tidaknya haid untuk mengetahui HPHT hal ini perlu dikaji untuk menentukan umur
kehamilan yang sebenarnya apabila tidak jelas bisa ditanyakan mulai kapan terasa gerakan
janin.
Jumlah haid untuk mengetahui apakah jumlah haidnya banyak atau sedikit sehingga pasien
bisa memastikan apakah darah tersebut darah haid atauatau fleks fleks siklus.
- Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui riwayat antenatal ibu apakah teratur atau tidak, apakah sudah mendapat
imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu selama hamil dan apakah terdapat
keluhan ataupun penyakit penyerta kehamilan.
Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah satu efek samping kontrasepsi
adalah haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan
dalam menentukan HPHT.
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
- Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi berkaitan dengan kebutuhan
metabolisme tubuh, karena masalah yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi dan
penyebabnya biasanya saling berkaitan.
- Eliminasi
Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola eliminasi dalam keadaan sebelum
dan selama hamil karena merupakan proses penting dalam tubuh.
- Personal hygiene
Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari- hari ibu apakah kurang atau tidak
karena pada masa selama hamil sampai melahirkan rentan terhadap penyakit.
- Pola aktivitas dan istirahat
Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil , pola istirahat ibu selama hamil apakah cukup
atau tidak karena kecapaian dan kurang istirahat dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu
selanjutnya.
- Pola kebutuhan seksual
Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan seksual dan frekuensinya
terutama dalam akhir kehamilan karena sperma mengandung prostaglandin yang dapat
membantu kontraksi uterus karena hal ini baik jika dilakukan pada kehamilan serotinus.
- Data psikososial, spiritual dan emosional
Bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami dan keluarga, hubungan kasih
sayang, dukungan dari pihak keluarga. Dan juga perlu dikaji apakah ibu dan keluarga berdoa
sesuai dengan kepercayaannya demi kelangsungan dan kelancaran persalinan dan bagaimana
emosi ibu selama hamil stabil atau tidak karena kemua hal tersebut dapat membantu proses
penyelarasan masalh ibu.
- Keadaan sosial ekonomi
Untuk mengetahui kemampuan pasien berkaitan dengan biaya perawatan dan pengobatan yang
akan diberikan di RS.
2) Data obyektif
Keadaan umum
Baik atau lemah, tampak kesakitan atau tidak, kesadarnnya bagaimana, badannya kurus atau
gemuk, berapa tekanan darahnya, respirasinya, suhunya, tinggi badan, berat badannya apakah
normal atau tidak, hal ini untuk mengetahui adanya ketidaknormalan keadaan umum yang
dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan ibu.
Pemeriksaan fisik
- Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
- Muka: pucat atau tidak, skelera ikterik atau tidak, terdapat gerakan otot wajah atau tidak.
- Mata: apakah pucat atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan
baik atau tidak.
- Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat lendir atau tidak, ada polip
atau tidak.
- Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairan atau tidak.
- Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitis atau tidak.
- Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarah atau tidak.
- Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
- Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
- Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan teratur atau tidak,
bunyi jantung bagaimana.
- Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
- Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri tekan atau tidak.
- Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada genetalia.
- Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
- Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan anatomi fisiologi
tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.
Pemeriksaan obstetrik
- Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem atau tidak.
- Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau tidak, papilla menonjol atau tidak,
kolostrum sudah menonjol atau belum.
- Perut:
a) Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum atau tidak, ada linea atau tidak,
ada bekas operasi atau tidak.
b) Palpasi:
Leopod I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur kehamilan tidak, pada bagian atas
teraba bagian apa dan bagaimana.
Leopod II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana, kiri perut ibu teraba apa, ini untuk
menentukan posisi punggung janin.
Leopod III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa digoyang atau tidak,ini untuk
menentukan presentasi bagain bawah janin dalam panggul ibu dan sudah masuk pintu atas
panggul belum.
Leopod IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin sudah masuk pintu atas panggul (
PAP ) belum dan seberapa masuknya.
c) Auskultasi:
DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin dalam keadaan normal atau
distrees. Dengan adanya insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia atau kekurangan
oksigen dan tekanan vena umbilicus. Hal ini disebut gawat janin. Pentingnya DIJ adalah ada
kaitanya dengan tindakan segera yaitu pengakhiran kehamilan.
d) TBJ (taksiran berat janin)
Pada kehamilan serotinus pada umumnya ditemukan TBJ tidak sesuai dengan umur kehamilan,
ini dimungkinkan bayi menjadi besar atau makin kecil.
e) TFU (tinggi fundus uteri)
TFU pada kehamilan serotinus perlu dijkaji untuk mengetahui apakah bertambah tinggi atau
malah mengalami penurunan. Jika mengalami penurunan dimungkinkan terjadi pertumbuhan
janin yang terlambat karena adannya insufisiensi plasenta.
f) Gerakan janin
Ditanyakan apakah gerakan janin berkurang atau tidak, pada kehamilan serotinus biasanya
disertai dengan oligohidramnion sehingga gerakan janin terbatas.
g) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina, penipisan serviks, konsistensi serviks, kulit
ketuban, penurunan kepala, denominator dan apakah ada bagian yang menumbung.
Pemeriksaan dalam pada kehamilan serotinus penting dilakukan untuk mengetahui nilai Bishop
score sebagai syarat dilakukannya induksi persalinan dan tindakan selanjutnya.
h) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau menguatkan data subyektif yang telah
ada untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah USG, KTG,
dan pemeriksaan penunjang yang lainnya seperti amniosintesis, pemeriksaan serologi air
ketuban.
b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan serotinus antara lain:
Diagnosa keperawatan pada bayi
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pasokan oksigen.
3) Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan pasokan
nutrisi dan terhentinya pertumbuhan janin.
4) Gangguan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh tidak stabil karena
hilangnya lemak subkutan.
5) Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan distress janin.
6) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengelupasan kulit.
Resiko Diharapkan klien v Auskultasi dan laporkan v Menandakan kesejahteraan janin. PTK membantu
tinggi mampu irama jantung janin, memberikan perkiraan kasar tentang usia janin
cedera janin mempertahankan perhatikan kekuatan , untuk membantu merencanakan kesempatan
berhubunga kehamilan sampai regularitas, dan frekuensi. viabilitas.
n dengan janin benar-benar Perhatikan adanya
distress viable untuk perubahan pada gerakan v Bila dilatasi servik berlanjut ( 4 cm atau lebih )
janin. hidup dengan janin. Catat perkiraan atau terjadi kontraksi uterus teratur,
kriteria hasil tanggal kelahiran ( PTK ) kemungkinan mempertahankan kehamilan
sebagai berikut: dan tinggi fundus. adalah kecil.
Tidak ada cedera v Kaji kondisi ibu dan adanya v Pemasangan jahitan servik dapat
yang terjadi pada kontraksi uterus atau tanda- mempertahankan kehamilan sampai janin
pasien. tanda lain dari ancaman mencapai tahap viabilitas
kelahiran v Memberikan gambaran lebih akurat dari
maturitas dan usia gestasi janin.
Gangguan Diharapkan klien v Kaji suhu tubuh denganv Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress
termoregula mampu sering. dingin.
si : menunjukkan v Mempertahankan lingkungan termonetral,
hipotermi peningkatan suhu v Tempatkan bayi pada membantu mencegah stress dingin.
berhubunga tubuh/suhu tubuh penghangat, isolate,
n dengan normal (36,5- incubator, tempat tidur v Menurunkan kehilangan panas pada lingkungan
0
suhu tubuh 37 C) dengan terbuka dengan penyebaran yang lebih dingin dari ruangan.
tidak stabil kriteria hasil hangat. v Menurunkan kehilangan panas karena
karena sebagai berikut: v Gunakan lampu pemanas konveksi/konduksi. Membatasi kehilangan
hilangnya Peningkatan selama prosedur. panas.
lemak suhu 36,5-370C. v Menurunkan kehilangan melalui evaporasi.
subkutan. Pasien tidak
v Kurangi pemajanan pada
mengalami stress aliran udara, hindari
v Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat
dingin. pembukaan pagar isolate menyebabkan konsumsi oksigen berlebihan dan
Bayi tenang dan yang tidak semestinya. apnea.
tidak rewel. v Ganti pakaian atau linen
tempat tidur bila
basah. Pertahankan kepala
bayi tetap tertutup.
v Berikan penghangatan
bertahap untuk bayi dengan
stress dingin.
Resiko Diharapkan klien v Kaji /catat ukuran, warna, v Mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
tinggi dapat keadaan luka/kondisi sekitar
v Merupakan tindakan protektif yang dapat
kerusakan mempertahankan luka. mengurangi nyeri.
integritas keutuhan kulit
v Lakukan kompres basah dan v Memungkinkan pasien lebih bebas bergerak dan
kulit dengan kriteria sejuk. meningkatan kenyamanan pasien.
berhubunga hasil sebagaiv Lakukan perawatan luka dan
n dengan berikut: hygiene (seperti mandi),
pengelupasa klien tidak sesudah itu keringkan kulitv Mempercepat proses rehabilitasi pasien
n kulit. tampak adanya dengan hati-hati dan taburi
pengelupasan dan bedak yang tidak iritatif.
meserasi pada
v Berikan prioritas untuk
kulit. meningkatkan kenyamanan
Tidak ada kulit dan kehangatan pasien.
kering pada bayi.
Terjaga
kelembabannya
kulitnya.
2. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum jelas dan tidak dapat dipastikan apa
penyebabnya, akan tetapi penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktor
dijabarkan sebagai berikut:
a. Servik inkompeten
Servik dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui
ostium uteri internum atau pada servik yang terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri
dan mules dan diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin dalam masa kehamilan
trimester dua dan tiga ( Prawirohardji, 2002 )
b. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah, misalnya aminonitis atau
kasioaminionitis, infeksi genetalia, ( Manuaba, 1998).
3. Patofisiologi
a. Terjadi pembukaan premature serviks
b. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan
terjadi pengeluaran air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim:
1) Enzim proteolitik
2) Enzim kolegenase
4. Manifestasi Klinis
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan. Dapat keluar
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksaan dalam kasus KPD yang perlu dikaji adalah
Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina
Penipisan serviks
Konsistensi serviks
Kulit ketuban
Penurunan kepala
Denominator dan apakah ada bagian yang menumbung
Bagian terbawah dari janin
Point of direction
e. Pada pemeriksaan dengan inspekulo tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi (USG)
USG dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly janin, atau melokalisasi kantong cairan
amnion pada amniosintesis.
b. Pemantauan Janin
Membantu dalam mengevaluasi janin, dapat dilakukan dengan evaluasi DJJ menggunakan
funduskop.
c. Protein C-Reaktif
Peningkatan protein C-Reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
d. Tes Lakmus (tes nitrazin)
Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis).
Darah dan infeksi vagina dapat mengahasilkan tes positif palsu.
e. Tes Pakis
Dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopis mununjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis.
f. Pemeriksaan inspekulo
Nilai apakah cairan ketuban diforniks posterior dan mengambil sample cairan untuk
pemeriksaan bakteriologis.
6. Penatalaksanaan
a. Penanganan Umum
1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.
2) Lakukan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan
membedakannya dengan yang urine. Dengan pemeriksaan tes lakmus, bila kertas lakmus biru
menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urin
(asam).
3) Jika ibu mengeluh pendarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan lakukan
pemeriksaan dalam secara digital.
4) Tentukan ada tidaknya infeksi.
5) Tentukan tanda-tanda inpartu.
b. Penanganan Khusus
Konfirmasi diagnosis
1) Bau cairan ketuban yang khas.
2) Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam
kemudian
3) Dengan spekulum, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui
ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior.
c. Penanganan Konservatif
1) Rawat di runah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg, atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan
metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai
air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative, beri
dexametasone, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin, terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), dexametasone dan lakukan induksi sesudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotika dan lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien dianjurkan
pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolaps tali pusat.
d. Penanganan Aktif
1) Kehamilan > dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprotal 50 g intravena tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri:
Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak berhasil
akhiri persalinan dengan SC.
Bila skor pelvic > 5, lakukan induksi persalinan, partus pervaginam.
Skema Penatalaksanaan
Perva
gina
m+
induk
si
SC
Pervaginam +
embriotomi
Pervaginam +
induksi
Me
manj
ang
Janin hidup
Letak
memanjang
Partus
pervaginam
dengan induksi
Partus pervaginam
dengan induksi
persalinan
Janin +
Pervag
SC
Gagal
Induksi
Pervag
Belum
inpartu
Inpartu
Skor > 5
P
e
m
a
t
a
n
g
a
n
d
e
n
g
a
n
o
k
s
i
t
o
k
s
i
n
/
p
r
o
s
t
a
g
l
a
n
d
i
n
S
k
o
r
<
5
Konservatif
maksimal 4
jam (24 jam
sudah mulai
dinilai)
Pervaginam
Inpartu
8.
Selaput Ketuban Pecah Dini
Selapu ketuban
menipis
Janin bergerak
menekan selaput
ketuban
Kontraksi rahim
CPD
Pathways
fhshpbxcumnxignorewrk0
cemas
Hipertermi
Pusat
termoregulator
Kerus
pertuk
ga
Resiko tinggi
cedera janin
Distress janin
Bayi
9. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
3) Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk
mengevaluasi keadaan pasien dan menurut keterangan dari pasien.
Nama pasien
Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan pasien lain.
Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko kehamilan
karena faktor umur sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan
penatalaksanaan.
Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat mempermudah dalam
melaksanakan tindakan.
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam memberi informasi tentang
persalinan.
Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui pola aktifitas pasien
karena pada ketuban pecah dini juga dapat disebabkan ibu terlalu banyak beraktivitas sehingga
lebih rentan terjadinya pecah.
Alamat
Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada dua orang
pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah bila perlu.
Identitas suami
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu waktu dibutuhkan dan dalam
pengambilan keputusan didalam keluarga. Selain itu juga selama proses perawatan.
Alasan datang ke rumah sakit
Untuk mengetahui pasien tersebut datang rujukan atau tidak, dan untuk mengetahui keluhan
pasien.
Keluhan utama
Pada kasus ketuban pecah dini, keluhan utama yang dirasakan adalah pengeluaran cairan yang
berwarna jernih dan berbau khas yang sedikit sedikit atau sekaligus banyak yang dapat keluar
kapan saja.
Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Pada kasus ketuban pecah dini dikaji hal-hal yang berkaitan dapat menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini misalnya penyakit menular seperti infeksi genetalia, merupakan faktor
predisposisi selaput ketuban menjadi lemah.
- Riwayat kesehatan lalu
Pada riwayat kesehatan lalu, perlu dikaji mengenai riwayat kesempitan panggul karena juga
merupakan salah satu dari faktor predisposisi ketuban pecah dini.
- Riwayat kesehatan keluaga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien, misalnya: penyakit keturunan menular, kelainan bawaan dan keturunan
kembar, misalanya pada kehamilan kembar dapat menyebabkan ketegangan rahim yang
berlebihan atau tekanan intra uterin yang meninggi secara mendadak sehingga selaput mudah
pecah.
Riwayat obstetrik
- Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas yang membantu dalam
pertimbangan pelaksanaan tindakan.
- Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir ( HPHT ) untuk menentukan umur kehamilan
yang sebenarnya karena pada ketuban pecah dini biasanya terjadi pada usia kehamilan 36
minggu atau lebih dari 36 minggu.
- Riwayat kehamilan sekarang
Ditanyakan apakah pasien memerlukan pemeriksaan antenatal secara teratur. Ini berhubungan
dengan pemantauan kehamilan dan deteksi dini persalinan dengan ketuban pecah dini, terutama
pada keluhan karena untuk memastikan kalau itu benar ketuban pecah, selain itu untuk
mengetahui apakah mendapat imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu selama
hamil.
Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah satu efek samping kontrasepsi
adalah haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan
dalam menentukan HPHT.
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
- Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi berkaitan dengan kebutuhan
metabolisme tubuh, karena masalah yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi dan
penyebabnya biasanya saling berkaitan.
- Eliminasi
Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola eliminasi dalam keadaan sebelum
dan selama hamil karena merupakan proses penting dalam tubuh, dan sampai melahirkan.
- Personal hygiene
Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari- hari ibu apakah kurang atau tidak
karena pada masa selama hamil sampai melahirkan rentan terhadap penyakit.
- Pola aktivitas dan istirahat
Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil dan saat persalinan, pola istirahat juga karena
kurang istirahat atau ibu merasa kecapaian dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat
mempengaruhi persalinan nantinya.
- Pola kebutuhan seksual
Karena pada kasus ketuban pecah dini juga disebabkan oleh kelainan bawaan seperti selaput
ketuban yang tipis dan lemah, tulang servikal dilatasi, membrane amnion mungkin rupture,
perdarahan trimester III, persalinan preterm, uterus distensi berlebihan.
Data psikososial
Hal ini penting untuk dikaji karena untuk dapat mendukung pengidentifikasi masalah untuk
menentukan diagnosa, contohnya apakah pasien merasa cemas dengan keadaan ini.
4) Data obyektif
Pemeriksaan umum
- Keadaan umum perlu dikaji karena pada keadaan umum ibu yang lemah dapat dikarenakan
oleh infeksi yang merupakan salah satu penyebab dan komplikasi ketuban pecah dini.
- Tanda tanda vital
a) Tekanan darah : untuk menilai apakah pasien mengalami hipertensi atau sebaliknya pasien
mengalami penurunan tekanan darah.
b) Suhu : untuk menilai apakah terjadi infeksi atau tidak karena pengaruh salah satu dari
ketuban pecah dini. Bila terjadi infeksi maka suhu tubuh menjadi meningkat.
c) Nadi: apakah nadi teratur atau tidak, cepat atau lambat, biasanya bila suhu meningkat dan
nadi cepat karena adanya infeksi.
Pemeriksaan fisik
Lebih diutamakan pemeriksaan pada daerah yang dibawah ini untuk menjaga diagnosa.
- Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
- Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.
- Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik
tidak, penglihatan baik atau tidak.
- Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat lender atau tidak, ada polip
atau tidak.
- Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairan atau tidak.
- Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitis atau tidak.
- Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarah atau tidak.
- Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
- Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
- Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan teratur atau tidak,
bunyi jantung bagaimana.
- Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
- Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri tekan atau tidak.
- Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada genetalia.
- Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
- Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan anatomi fisiologi
tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.
Pemeriksaan obstetrik
- Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem atau tidak.
- Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau tidak, papilla menonjol atau tidak,
kolostrum sudah menonjol atau belum.
- Perut:
a) Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum atau tidak, ada linea atau tidak,
ada bekas operasi atau tidak.
b) Palpasi:
Leopod I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur kehamilan tidak, pada bagian atas
teraba bagian apa dan bagaimana.
Leopod II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana, kiri perut ibu teraba apa, ini untuk
menentukan posisi punggung janin.
Leopod III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa digoyang atau tidak,ini untuk
menentukan presentasi bagain bawah janin dalam panggul ibu dan sudah masuk pintu atas
panggul belum.
Leopod IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin sudah masuk pintu atas panggul (
PAP ) belum dan seberapa masuknya.
c) Auskultasi:
DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin dalam keadaan normal atau
distrees. Dengan adanya insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia atau kekurangan
oksigen dan tekanan vena umbilicus. Hal ini disebut gawat janin. Pentingnya DIJ adalah ada
kaitanya dengan tindakan segera yaitu pengakhiran kehamilan.
- TBJ ( taksiran berat janin)
Untuk menentukan taksiran berat janin sesuai dengan umur kehamilan atau tidak, ini
kemungkinan bayi bayi menjadi besar atau makin kecil.
- TFU ( tinggi fundus uteri )
TFU pada jehamilan perlu dikaji untuk mengetahui untuk apakah bertambah tinggi atau
mungkin mengalami
- His: karena untuk menentukan apakah persalinan dengan ketuban pecah dini perlu segera
diinduksi atau konservatif.
- Pengeluaran pervaginam: apakah cairan yang keluar berwarna putih keruh, jernih, kuning,
hijau atau kecoklatan dan keluar dengan secara sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
- Pemeriksaan dalam:
untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina dan kemajuan persalinan seperti penipisan
serviks, konsistensi servik, kulit ketuban, penurunan kepala apakah ada bagian yang
menumbung, dan untuk mengetahui nilai bishop score sebagai syarat dilakukan induksi
persalinan dan tindakan selanjutnya.
Pemeriksaan penunjang
Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau menguatkan data subyektif yang telah
ada untuk menegakkan diagnosa, data penunjang ditetapkan melalui pemeriksaan yang
dilaksanakan sebagai bentuk kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti laboratorium
untuk pemeriksaan sel darah merah, apakah ibu mengalami anemia atau tidak.
b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan ketuban pecah dini (KPD).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ibu
5) Hipertermia berhubungan dengan infeksi kerena paparan kuman pathogen.
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan lahir kontak terlalu lama dengan ekstrauteri.
7) Ansietas berhubungan dengan partus lama
8) Nyeri berhubungan dengan berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion).
Rencana kep
No Diagnosa keperawatan Tujuan
Intervensi
1. Kerusakan pertukaran Diharapkan klien mampu v Tinjau ulang informasi yang v Pe
gas berhubungan menunjukkan perbaikan berhubungan dengan kondisi re
dengan sesak napas pertukaran gas/pertukaran bayi, seperti lamanya p
yang diakibatkan gas normal dengan kriteria persalinan, Apgar scor, obat- p
berkurangnya hasil sebagai berikut: obatan yang digunankan ibu o
pemenuhan O2. Mempertahankan kadar selama kehamilan, termasuk
Po/Pco, dalam batas normal betametason.
(DBN). v Perhatikan usia gestasi, berat
v No
Suara napas normal. badan, dan jenis kelamin. m
RR normal 30-60x/menit. te
Gas darah dalam batas v Ta
normal. v Kaji status pernapasan, p
perhatikan tanda-tanda p
distress pernapasan (mis., 6
takipnea, pernapasan cuping k
hidung, ronki, atau krakels). v Me
v Gunakan pemantau oksigen n
transkutan atau oksimeter k
nadi.
v Mu
v Hisap hidung dan orofaring m
dengan hati-hati, sesuai ja
kebutuhan. v De
v Pantau masukan dan haluaran u
cairan. sa
v Sia
P
v Observasi terhadap tanda dan v Hi
lokasi sianosis. a
v Pantau pemeriksaan su
laboratorium, dengan tepat v Ka
grafik seri GDA. la
v Pantau jumlah pemberian ti
oksigen dan durasi pemberian. d
m
d
v Jum
d
d
v Catat fraksi oksigen dalam b
udara inspirasi (FIO2) setiap k
jam. v Me
se
d
v Mulai drinase postural, d
fisioterapi dada, vibrasi lobus b
setiap 2 jam, sesuai indikasi,v Me
perhatikan toleransi bayi m
terhadap prosedur. m
v Berikan makanan dengan re
selang nasogastrik atau
orogastrik sebagai pengganti
pemberian makanan dengan
ASI, bila tepat. v Pe
v Berikan obat-obatansesuai y
indikasi: m
Natrium bikarbonat re
v Mu
k
d
m
Surfaktan (artificial atau d
eksogen). b
2. Resiko tinggi cedera Diharapkan klien mampu v Auskultasi dan laporkan iramav Me
janin berhubungan mempertahankan jantung janin, perhatikan P
dengan distress janin. kehamilan sampai janin kekuatan , regularitas, dan p
benar-benar viable untuk frekuensi. Perhatikan adanya ja
hidup dengan kriteria hasil perubahan pada gerakan janin. m
sebagai berikut: Catat perkiraan tanggal v
Tidak ada cedera yang kelahiran ( PTK ) dan tinggi
terjadi pada pasien. fundus.
v Siapkan ibu untuk prosedur v Pe
pembedahan, sesuai indikasi ( m
rujuk pada DK: cedera, resiko sa
terhadap ibu ) v
v Bantu dengan ultrasonografi, v Me
bila diindikasikan. a
g
3. Hipotermia Diharapkan klien mampu v Kaji suhu tubuh dengan sering.v Hi
berhubungan dengan menunjukkan peningkatan c
tidak stabilnya suhu suhu tubuh/suhu tubuh v Tempatkan bayi pada
v Me
0
tubuh karena lemak normal (36,5-37 C) dengan penghangat, isolate, incubator, te
bawah kulit berkurang. kriteria hasil sebagai tempat tidur terbuka dengan m
berikut: penyebaran hangat.
Suhu 36,5-370C v Gunakan lampu pemanasv Me
RR 30-60x/menit selama prosedur. p
Nadi 120-140x/menit. d
Klien tidak mengalami v Kurangi pemajanan pada aliran v Me
stress dingin. udara, hindari pembukaan k
pagar isolate yang tidak k
semestinya. k
v Ganti pakaian atau linen tempatv Me
tidur bila basah. Pertahankan e
kepala bayi tetap tertutup.
v Berikan penghangatan bertahap v Pe
untuk bayi dengan stress c
dingin. k
d
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny. B 24 tahun G2 P1 A0 usia gestasi 42 minggu, masuk RS 21 juni 2005 jam 9.45 dan
anda melakukan pengkajian pada jam 10.00 WIB. Dx medis serotinus dengan KPD. Dari
pemeriksaan lab darah positif terdapat gambaran seperti pakis dari cairan yang diambil
pervaginam. Pemeriksaan VT pembukaan 4, ketuban telah pecah, warna jernih. Blood slym (-
). Klien mengeluh mulas-mulas sejak tadi malem setelah sholat maghrib. Klien mengaku cemas
dengan keadaannya terlebih ini anak sangat diharapkan karena menurut USG anaknya laki-
laki. Klien menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat. His 2x/10 menit durasi 20
menit. TD 100/70 mmHg, nadi kuat teratur 80x/menit, RR 20x/menit. T 37, 0 C, tampak klien
berkeringat banyak, baju klien basah dan lembab.
Soal A :
1. Buat NCP sesuai dengan data yang ada
2. Bagaimana dengan implementasi dan evaluasi terkait dengan data berikut.
Pukul 14.00 WIB klien dipersiapkan operasi sebelum anda bertukar dinas, tetapi
menunggu dokternya. Tampak klien semakin lemah TD 100/70 mmHg, nadi kuat 86x/menit,
RR 24x/menit, T 37,0 C. pemeriksaan leukosit 13 ribu mm3. Klien cemas dengan
persalinannya. Anda memberikan penjelasan tentang operasi, cara napas dalam bila nyeri
timbul, tetapi klien tidak dapat berkonsentrasi karena cemasnya. Klien dipasang IVFD NaCl
0.9% 20 tetes/menit, dan DC. His 2x/10 menit durasi 20 menit. Klien mulai dipuasakan sejak
jam 12.00 WIB.
1. Apakah terdapat diagnosa keperawatan yang baru
2. Bagaimana dengan prioritas Dx keperawatan anda bila Dx baru dan buat NCPnya.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. B
Umur : 24 tahun
Diagnosa medis : Serotinus dengan Ketuban Pecah Dini
Tanggal masuk RS : 21 juni 2005, pukul 9.45 WIB
Tanggal pengkajian : 21 juni 2005, pukul 10.00 WIB
2. Keluhan Utama
Ny. B mengeluh mulas-mulas sejak tadi malem setelah shalat magrib.
Ny. B mengaku cemas dengan keadaannya terlebih ini anak yang sangat diharapkan karena
menurut USG anaknya laki-laki.
Ny. B menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat.
3. Riwayat Obstetrik
Gravit :2
Partus :1
Abortus :0
4. Pemeriksaan Umum
Kontraksi (His) : Regular
Frekuansi : 2x/10 menit
Durasi : 20 menit
TTV; Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : kuat teratur 80x/menit
Suhu : 37,00C
RR : 20x/menit
Klien tampak banyak berkeringat, dan baju klien basah dan lembab.
5. Pemeriksaan Khusus (obstetrik)
Pemeriksaan VT
- Pembukaan 4 cm
- Ketuban telah pecah, warna jernih
- Blood slym (-)
Pemeriksaan laboratorium
- Darah positif terdapat gambaran seperti pakis dari cairan yang diambil pervaginam.
B. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
keperawatan
1. Data subyektif Stimulasi ujung Nyeri
- Klien mengeluh mulas-mulas sejak tadi saraf parasimpatis
malam setelah shalat magrib. dan simpatis
Data Obyektif sekunder terhadap
- Pembukaan serviks 4 cm dilatasi serviks dan
- His 2x/menit durasi 20 menit. kontraksi uterus.
- Tensi : 100/70 mmHg
- Nadi : kuat teratur 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Kontraksi uterus regular
2. Data Subyektif
- Klien mengaku cemas dengan Krisis situasi, Ansietas
keadaannya terlebih ini anak yang sangat kurangnya
diharapkan karena menurut USG pengetahuan
anaknya laki-laki. terhadap proses
- Klien menyatakan agar bayinya dapat persalinan.
lahir dengan selamat.
Data obyektif
- Tensi : 100/70 mmHg
- Nadi : kuat teratur 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Klien tampak berkeringat dan baju klien
basah dan lembab
3. Data subyektif
- Terbukannya jalan Resiko tinggi infeksi
Data obyektif lahir dengan
- Dari pemeriksaan jam 10.00 ekstrauteri.
- Suhu : 37,00C
- Ketuban telah pecah, warna jernih
- Blood slym (-)
- Pemeriksaan laboratorium Darah positif
menunjukkan gambaran seperti pakis
dari cairan yang diambil pervaginam.
S:
Klien mengatakan
cemas dengan
persalinannya.
1. Mengakaji tingkat O :
ansietas melalui isyarat Klien tampak tidak
verbal dan nonverbal. dapat konsentrasi
21 Juni 2005 dengan cemasnya.
11.30 WIB 2. Memberikan Klien dipersiapkan
dukungan selama klien untuk operasi
mengahadapi proses TTV : nadi 86x/menit,
persalinan. RR 24x/menit, T 370C,
TD 100/70 mmHg.
3. Menganjurkan teknik A :
pernapasan yang Ansietas belum teratasi
efektif terutama saat P :
kontraksi uterus. Berikan penjelasan
4. Bimbing klien untuk tentang operasi yang
berdoa. akan dilakukan.
5. Mengukur tekanan S :
darah. ------
O:
6. Memcatat pola Suhu tubuh 370C
kontraktilitas uterus Klien dipasang IVFD
setiap 30 menit; dan NaCl 0,9% 20
disfungsi persalinan. tetes/menit
7. Dorong klien untuk DC (Dower catether)
mengungkapkan Pada pemeriksaan
perasaan, masalah, dan laboratorium jumlah
rasa takutnya. leukosit yaitu 13 ribu
1. Gunakan teknik mm3.
aseptik selama A :
melakukan Resiko infeksi belum
pemeriksaan VT. terjadi
2. Mengukur tanda- P :
tanda vital dan lakukan Tekankan penggunaan
pemeriksaan darah teknik asepsis dalam
lengkap. melakukan
pemeriksaan VT.
3. Mencatat Kaji ulang
karakteristik dari karakteristik dari
cairan amnion cairan amniotik.
Observasi TTV dan
lakukan pemeriksaan
darah lengkap.
BAB IV
PEMBAHASAN
Untuk rencana asuhan keperawatannnya sama dengan intervensi yang dilakukan dalam
menurunkan kecemasan pada Ny. B yang telah diberikan oleh perawat. Perubahan
prioritas diagnosa keperawatan utama yang terjadi pada Ny. B ini dari Nyeri berhubungan
dengan stimulasi ujung saraf simpatis dan parasimpatis sekunder terhadap dilatasi serviks dan
kontraksi uterus menjadi Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya
pengetahuan tentang proses persalinan terjadi karena pasien tidak dapat berkonsentrasi dengan
kecemasannya walaupun intervensi keperawatan sudah diberikan, selain itu pasien
dipersiapkan untuk melakukan operasi untuk menolong klien dan bayinya. Untuk itu
diharapkan dari tenaga medis khususnya perawat harus memberikan informasi yang adekuat
dan dukungan intrapartal baik itu dukungan spiritual maupun psikologis selama pasien di
rumah sakit.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Kehamilan Serotinus
Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu atau
lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian. Meskipun
kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari seluruh kehamilan, sebagian di
antaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih disebabkan oleh kekeliruan dalam
memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai informasi yang tepat mengenai lama
kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya semakin lama janin yang benar-benar postterm
itu berada didalam rahim, semakin besar pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk
mengalami gangguan yang berat (Cunningham, 1995).
Etiologi dari kehamilan serotinus sampai saat ini belum diketahui secara pasti beberapa
faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan serotinusadalah:
Ketidaktentuan tanggal menstruasi, ketidakmampuan ibu mengingat HPHT.
Faktor hormonal
Faktor herediter
B. SARAN
Pada ibu hamil diharapkan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya
selama kehamilan dengan pemeriksaan kehamilan secara teratur sehingga gangguan dan resiko
selama kehamilan dapat dideteksi secara dini oleh tenaga kesehatan. Dan bagi keluarga
khususnya suami , ibu agar dapat berpartisipasi dalam pemberian support mental dan motivasi
pada ibu haml dalam mengahadapi kehamilan serotinus ataupun ketuban pecah dini (KPD).
DAFTAR PUSTAKA
Koniak, M Reeder. 1992. Maternity Nursing Family, Newborn, and Womans Health Care. Philadelpia:
J. B. Lippincott Company.
Lowdermilk & Shannon, E Perry. 2000. Maternity & Womans Health Care. Philadelpia: Mosby.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
EGC.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka FKUI.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Bina Pustaka FKUI.
Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
http//www.pdpersi.com.ketubanpecahdini.