Anda di halaman 1dari 25

Laporan Pendahuluan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

A. KONSEP DASAR BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


1. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir (Amru sofian,2012).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru alhir yang berat
badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-
bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram. (Nugroho Iman santosa)
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir rendah adalah bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(Wong,2009).
BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat
badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayah,2005).

2. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat
lahir rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari
saifuddin,2001) :
1.        Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2.        Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500
gram.
3.        Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam
tiga kelompok :
1.        Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2.        Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap.
3.        Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1.        Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2.        Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk
masa gestasi itu.

3.  Etiologi
Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab
kelahiran bayi berat badan lahir rendah,yaitu :
1.      Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga
neonates preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
persalinan premature atau BBLR adalah :
a.       Faktor ibu :
·         Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
·         Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
·         Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
·         Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
·         Primigravidarum.
·         Usia ibu < 20 tahun.
b.      Faktor kehamilan
c.       Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly
congenital.
d.      Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.

Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :


·         LK <33 cm, LD < 30 cm.
·         Gerakan otot bmasih hipotonis.
·         Umur kehamilan <37 minggu.
·         Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan halus.
·         Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
·         Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan pelipis lengan.
·         Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
·         Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.

2.      Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu :
a.       Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu.
b.      Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada
dismatur adalah :
·         Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
·         Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali pusat).
·         Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan)
·         Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.
4.    Patofisiologi (Pathway)

 
5.    Manisfestasi Klinis
        Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat
badan rendah adalah :
1.      Sebelum lahir
·         Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
·         Pergerakan janin lebih lambat.
·         Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.
2.      Setelah bayi lahir
·         Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
·         Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
·         Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan intra
uterine.
·         Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1.        Berat badan dari 2500 gram.
2.        Panjang kurang dari 45 cm.
3.        LD < 30 cm.
4.        LK < 33 cm.
5.        Umur kehamilan < 37 minggu
6.        Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
7.        Otot hipotonik lemah.
8.        Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
9.        Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

6.  Komplikasi BBLR


Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
1.      Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2.      Hipoglikemia simtomatik.
3.      Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk yang berikutnya.
4.      Asfiksia neonetorom.
5.      Hiperbulirubinemia.

7. Pemeriksaan Diagnostik
1.        Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2.        Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3.        Titer torch sesuai indikasi.
4.        Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5.        Pemantauan elektrolit.
6.        Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

8. Penatalaksanaan BBLR
1.      Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
2.      Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka suhunya
untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg
adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan
sebagainyasehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
3.      Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum
memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan
sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang
lebih kecil.
4.      Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.
5.      Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
§  Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit.
§  Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang bayi.

6.      Pemberian makanan.


Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu
terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama,
dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
B. Rencana Asuhan Keperawatn

1. Pengkajian
a.       Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b.      Orang tua : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan dan alamat.
c.       Riwayat kesehatan :

1.        Riwayat antenatal :


§  Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi buruk,merokok,
ktergantungan obat-obatan,DM, penyakit kardiovaskuler dan paru.
§  Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple,kelainan congenital.
§  Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengat
permasalahan pada bayi baru lahir.
§  Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun plasenta previa.
§  Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan system pusat pernafasan.

2.   Riwayat post natal :


§  Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-3), asfiksia
berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
§  Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram,
LK kurang atau lebih dari normal (34-36)
§  Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
§  Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB :
frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
§  Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh terhadap
BBLR kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis psikotropika, kebiasaan
ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kebiasaan ibu melakukan
diet ketat atau pantangan makanan tertentu.
§  Hubungan psikologis . sebaiknya segera setelah bayi baru alhir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
§  Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan
hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos
yang baik.
§  Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi
n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal
pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering
tidak teratur.
§  Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
§  Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
§  Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi
terhadap cahaya.
§  Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lender.
§  Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
§  Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
§  Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
§  Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara
wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
§  Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising usus
timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena
GI tract belum sempurna.
§  Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
§  Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia
mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
§  Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta
warna dari feces.
§  Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
§  Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang.

2.  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR
yaitu:
1.      Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan,
dan ketidakseimbangan metabolik
2.      Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat
regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan
lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat,
cadangan metabolik buruk)
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah,
dan refleks lemah.
4.      Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak
efektif
5.      Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak,
ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
6.      Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau
hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen)
yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis
imatur.
7.      Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8.      Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan
dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan
dengan orang tua.
9.      Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,
kelembaban kulit.
10.  Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai
dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya,
dan berharap agar bayinya cepat sembuh.
3. Rencana Keperawatan

1.    Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau
kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolic.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif.


Kriteria hasil:
§  Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
§  Membran mukosa merah muda.

Intervensi Rasional
Mandiri:
§  Kaji frekwensi dan pola pernapasan,§  Membantu dalam membedakan periode
perhatikan adanya apnea dan perputaran pernapasan normal dari
perubahan frekwensi jantung. serangan apnetik sejati, terutama sering
§  Isap jalan napas sesuai kebutuhan terjadi pad gestasi minggu ke-30
§  Menghilangkan mukus yang neyumbat
§  Posisikan bayi pada abdomen atau jalan napas
posisi telentang dengan gulungan §  Posisi ini memudahkan pernapasan dan
popok dibawah bahu untuk menurunkan episode apnea, khususnya
menghasilkan hiperekstensi bila ditemukan adanya hipoksia,
§  Tinjau ulang riwayat ibu terhadap asidosis metabolik atau hiperkapnea
obat-obatan yang akan §  Magnesium sulfat dan narkotik menekan
memperberat depresi pernapasan pusat pernapasan dan aktifitas SSP
pada bayi   §  Hipoksia, asidosis netabolik,
hiperkapnea, hipoglikemia,
Kolaborasi : hipokalsemia dan sepsis memperberat
§  Pantau pemeriksaan laboratorium serangan apnetik
sesuai indikasi §  Perbaikan kadar oksigen dan
§  Berikan oksigen sesuai indikasi karbondioksida dapat meningkatkan
§  Berikan obat-obatan yang sesuai fungsi pernapasan
indikasi

2.       Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat


regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan
lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan
metabolik buruk).

Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.

Kriteria hasil :
§  Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).

Intervensi Rasional
Mandiri :    Hipotermia membuat bayi cenderung
   Kaji suhu dengan memeriksa merasa stres karena dingin, penggunaan
suhu rektal pada awalnya, simpanan lemak tidak dapat diperbaruai
selanjutnya periksa suhu aksila bila ada dan penurunan sensivitas  untuk
atau gunakan alat termostat meningkatkan kadar CO2 atau penurunan
dengan dasar terbuka dan kadar O2.
penyebar hangat.    Mempertahankan lingkungan termonetral,
   Tempatkan bayi pada inkubator membantu mencegah stres karena dingin
atau dalam keadaan hangat    Hipertermi dengan peningkatan laju
   Pantau sistem pengatur suhu , metabolisme kebutuhan oksigen dan
penyebar hangat (pertahankan glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
batas atas pada 98,6°F, bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
bergantung pada ukuran dan    Penurunan keluaran dan peningkatan berat
usia bayi) jenis urine dihubungkan dengan penurunan
   Kaji haluaran dan berat jenis perfusi ginjal selama periode stres karena
urine rasa dingin
   Pantau penambahan berat badan    Ketidakadekuatan  penambahan berat badan
berturut-turut. Bila penambahan meskipun masukan kalori adekuat dapat
berat badan tidak adekuat, menandakan bahwa kalori digunakan
tingkatkan suhu lingkungan untuk mempertahankan suhu lingkungan
sesuai indikasi.  tubuh, sehingga memerlukan peningkatan
   Perhatikan perkembangan
takikardia, warna kemerahan, suhu lingkungan.
diaforesis, letargi, apnea atau    Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat berlanjut
aktifitas kejang. pada kerusakan otak bila tidak teratasi.
   Stres dingin meningkatkan kebutuhan
Kolaborasi : terhadap glukosa dan oksigen serta dapat
§  Pantau pemeriksaan laboratorium mengakibatkan masalah asam basa bila
sesuai indikasi (GDA, glukosa bayi mengalami metabolisme anaerobik
serum, elektrolit dan kadar bila kadar oksigen yang cukup tidak
bilirubin) tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin
§  Berikan obat-obat sesuai dengan indirek dapat terjadi karena pelepasan
indikasi :  fenobarbital asam lemak dari meta bolisme lemak
coklat dengan asam lemak bersaing
dengan bilirubin pada pada bagian ikatan
di albumin.
   Membantu mencegah kejang berkenaan
dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkan hipertermi
   Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi
pada hiportemia dan hipertermia

     
3.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks
lemah.

Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.

Kriteria hasil :
§  Bayi mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat.
§  Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal
dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : §  Menentukan metode pemberian makan
§  Kaji maturitas refleks berkenaan yang tepat untuk bayi
dengan pemberian makan §  Pemberian makan pertama bayi stabil
(misalnya : mengisap, menelan, memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12
dan batuk) jam setelah kelahiran. Bila distres
§  Auskultasi adanya bising usus, kaji pernapasan ada  cairan parenteral di
status fisik dan statuys pernapasan indikasikan dan cairan peroral harus
§  Kaji berat badan dengan ditunda
menimbang berat badan setiap §  Mengidentifikasikan adanya resiko
hari, kemudian dokumentasikan derajat dan resiko terhadap pola
pada grafik pertumbuhan bayi pertumbuhan. Bayi SGA dengan
§  Pantau masuka dan dan kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan
pengeluaran. Hitung konsumsi kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA
kalori dan elektrolit setiap hari mungkin telah mengalami penurunan
§  Kaji tingkat hidrasi, perhatikan berat badan dealam uterus atau
fontanel, turgor kulit, berat jenis mengalami penurunan simpanan
urine, kondisi membran mukosa, lemak/glikogen.
fruktuasi berat badan. §  Memberikan informasi tentang masukan
§  Kaji tanda-tanda hipoglikemia; aktual dalam hubungannya dengan
takipnea dan pernapasan tidak perkiraan kebutuhan untuk digunakan
teratur, apnea, letargi, fruktuasi dalam penyesuaian diet.
suhu, dan diaphoresis. Pemberian§  Peningkatan kebutuhan metabolik dari
makan buruk, gugup, menangis, bayi SGA dapat meningkatkan
nada tinggi, gemetar, mata kebutuhan cairan. Keadaan bayi
terbalik, dan aktifitas kejang. hiperglikemia dapat mengakibatkan
diuresi pada bayi. Pemberian cairan
Kolaborasi : intravena mungkin diperlukan untuk
§  Pantau pemeriksaan laboratorium memenuhi peningkatan kebutuhan,
sesuai indikasi :  Glukas serum. tetapi harus dengan hati-hati ditangani
Nitrogen urea darah, kreatin, untuk menghindari kelebihan cairan
osmolalitas serum/urine, elektrolit§  Karena glukosa adalah sumber utama dari
urine bahan bakar untuk otak, kekurangan
§  Berikan suplemen elektrolit sesuai dapat menyebabkan kerusakan SSP
indikasi misalnya kalsium permanen.hipoglikemia secara bermakna
glukonat 10% meningkatkan mobilitas mortalitas serta
efek berat yang lama bergantung pada
durasi masing-masing episode.

Kolaborasi :
§  Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3
jam lahir bayi SGA saat cadangan
glikogen dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan
lemak.
§  Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrien dan kadar cairan
akibat  malnutrisi.
§  Ketidakstabilan metabolik pada bayi
SGA/LGA dapat memerlukan suplemen
untuk mempertashankan homeostasis.

4.      Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak


efektif.

Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi.


Kriteri hasil :
§  Suhu tubuh dalam batas normal
§  Tidak ada tanda-tanda infeksi.
§  Leukosit 5.000-10.000

Intervensi Rasional
Mandiri : §  Untuk mengetahui lebih dini adanya
§  Kaji adanya tanda – tanda infeksi tanda-tanda terjadinya infeksi
§  Lakukan isolasi bayi lain yang §  Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai kebijakan meminimalkan terjadinya infeksi  yang
insitusi lebih luas
§  Sebelum dan setelah menangani §  Untuk mencegah terjadinya infeksi
bayi, lakukan pencucian tangan §  Untuk mencegah terjadinya infeksi
§  Yakinkan semua peralatan yang §  Untuk mencegah terjadinya infeksi yang
kontak dengan bayi bersih dan berlanjut pada bayi
steril
§  Cegah personal yang mengalami
infeksi menular untuk tidak kontak
langsung dengan bayi.

5.       Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal
imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.

Tujuan : cairan terpenuhi.

Kriteria hasil :
§  Bebas dari tanda-tanda dehidrasi
§  Menunjukan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri : §  Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
§  Bandingkan masukan dan sementara kebutuhan terapi cairan kira-
pengeluaran urine setiap shift dan kira 80-100 ml/kg/hari pada hari
keseimbangan kumulatif setiap pertama, meningkat sampai 120-140
periodik 24 jam ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
§  Pantau berat jenis urine setiap Pengambilan darah untuk tes
selesai berkemih atau setiap 2-4 menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
jam dengan menginspirasi urine §  Meskipun imaturitas ginjal dan
dari popok bayi bila bayi tidak ketidaknyamanan untuk
tahan dengan kantong penampung mengonsentrasikan urine biasanya
urine. mengakibatkan berat jenis yang rendah
§  Evaluasi turgor kulit, membran pada bayi preterm ( rentang
mukosa, dan keadaan fontanel normal1,006-1,013). Kadar yang
anterior. rendah menandakan volume cairan
§  Pantau tekanan darah, nadi, dan berlebihan dan kadar lebih besar dari
tekanan arterial rata-rata (TAR) 1,013 menandakan ketidakmampuan
masukan cairan dan dehidrasi.
§  Kehialangan atau perpindahan cairan
yang minimal dapat dengan cepat
Kolaborasi : menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh
§  Pantau pemeriksaan laboratorium turgor kulit yang buruk, membran
sesuai dengan indikasi Ht mukosa kering, dan fontanel cekung.
§  Berikan infus parenteral dalam §  Kehilangan 25% volume darah
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, mengakibatakan syok dengan TAR <
khususnya pada PDA, displasia 25 mmHg menandakan hipotensi.
bronkopulmonal (BPD), atau entero
§  Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas
coltis nekrotisan (NEC) normal 45-53% kalium serum
§  Berikan tranfusi darah. §  Hipoglikemia dapat terjadi karena
kehilangan melalui selang nasogastrik
diare atau muntah.
§  Penggantian cairan darah menambah
volume darah, membantu
mengenbalikan vasokonstriksi akibat
dengan hipoksia, asidosis, dan pirau
kanan ke kiri melalui PDA dan telah
membantu dalam penurunan
komplikasi enterokolitis nekrotisan dan
displasia bronkopulmonal.
§  Mungkin perlu untuk mempertahankan
kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan
kehilangan darah.

6.      Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi
sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang
berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.

Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan


memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen
otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular.

Kriteria hasil:
§  Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau
perdarahan intraventrikel.

Intervensi Rasional
§  Kurangi rangsangan lingkungan §  Respons stres, terutama peningkatan
§  Organisasikan asuhan selama tekanan darah, dapat miningkatkan
jamsibuk normal sebanyak resiko peningkatan TIK
mungkin §  Untuk meminimalkan gangguan tidur
§  Tutup dan buka kelambu dan lampu
tidur dan kebisingan intermiten yang sering
§  Tutup inkubator dengan kain dan §  Untuk memungkinkan jadwal siang dan
pasang tanda “jangan diganggu” malam
§  Kaji dan tangani nyeri menggunakan§  Untuk mengurangi cahaya dan tidak
metode farmakologis dan non- membangunkan periode istirahat bayi
farmakologis §  Nyeri meningkatkan tekanan darah
§  Kenali tanda stres fisik dan stimulasi§  Untuk segera memberi intervensi yang
berlebih memadai
§  Hindari obat dan larutan hipertonis §  Akan meningkatkan tekanan darah otak
§  Pertahankan oksigenasi yang §  Hipoksia akan meningkatkan aliran
adekuat darah otak tekanan intrakranial
§  Hindari memutar kepala ke samping§  Akan mengurangi aliran arteri karotis
tiba-tiba dan oksigenasi ke otak
  

7.      Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.

Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan.

Kriteria hasil :
§  Pasien tidak merintih atau menangis kesakitan.
§  Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal.

Intervensi Rasional
§  Kaji keefektifan upaya kontrol §  Beberapa upaya (misalnya menggosok)
nyeri non farmakologis dapat meningkatkan distres bayi
§  Dorong orang tua untuk prematur
memberikan upaya kenyamanan §  Sebagai orang tua bayi, kenyamanan lebih
bila mungkin efektif diberikan langsung oleh orang tua
§  Tunjukkan sikap sensitif dan kasih kepada bayinya
sayang pada bayi
§  Seorang bayi sangat membutuhkan kasih
sayang, khususnya dari orang tua

8.      Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan


kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang
tua.

Intervensi Rasional
§  Berikan nutrisi yang maksimal §  Untuk menjamin penambahan berat
§  Berikan periode istrahat yang teratur badan dan pertunbuhan otak yang tetap
tanpa gangguan §  Untuk mengurangi panggunaan O2 dan
§  Kenali tanda stimulus yang kalori yang tidak perlu
berlebihan (terkejut, menguap, §  Untuk membiarkan istirahat bayi denagn
aversi aktif, menangis) tenang
§  Tingkatkan interaksi orang tua-bayi§  Sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal

9.      Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,


kelembaban kulit.

Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit.

Kriteria hasil:
§  Kulit tetap bersih dan utuh.
§  Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjadinya iritasi.

Intervensi Rasional
§  Observasi tekstur dan warna kulit. §  Untuk mengetahui adanya kelainan pada
§  Jaga kebersihan kulit bayi. kulit secara dini
§  Ganti pakaian setiap basah. §  Meminimalkan kontak kulit bayi dengan
zat-zat yang dapat merusak kulit pada
§  Jaga kebersihan tempat tidur. bayi
§  Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. §  Untuk meminimalisir terjadinya iritasi
pada kulit bayi
§  Untuk mencegah kerusakan kulit pada
bayi

10.  Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai


dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan
berharap agar bayinya cepat sembuh.

Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya.

Kriteria hasil:
§  Orang tua atau keluarga mengekspresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi
dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan keterlibatan dalam asuhan.

Intervensi Rasional
§  Kaji tingkat pemahaman klien §  Belajar tergantung pada emosi dan
berikan instruksi /informasi pada kesiapan fisik dan diingatkan pada
klien maupun keluarga tentang tahapan individu
penyakitnya, baik tertulis atau §  Menurunkan ansietas dan dapat
lisan. menimbulkan perbaikan partisipasi pada
§  Jelaskan proses penyakit individu. rencana pengobatan.
Dorong orang terdekat §  Meningkatkan kerjasama dalam program
menanyakan pertanyaan pengobatan dan mencegah penghentian
§  Jelaskan tentang dosis obat, obatsesuai perbaikan kondisi pasien.
frekwensi, tujuan pengobatan dan
§  Mencegah/menurunkan ketidaknyaman
alasan tentang pemberian obat sehubungan dengan terapi dan
kepeda keluarga meningkatkan kerjasama.
§  Kaji potensial efek samping obat
 
4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan
dokter atau petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi

Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada


hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015.


Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth Weight.
http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?op=modload&name=NS-
Indicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses Tanggal 10 April 2015.
Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta : AR
Group.
Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC.

Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.

Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta :
Media Action Publishing.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai