Integumen
PRODI DIII KEPERAWATAN
MATARAM
2017
Luka Bakar Transplantasi Kulit Case Study
Pendahuluan
Tujuan Pembelajaran
Zona Kerusakan
TIU
Klasifikasi Mahasiswa akan dapat mengelola
asuhan keperawatan pada klien dengan
Patofisiologi luka bakar
TIK
SIRS/MOD-MOF 1. Menjelaskan definisi, etiologi,
klasifikasi, patofisiologi, manifestasi
klinik, komplikasi pemeriksaan spesifik
Perawatan Luka dan penatalaksanaan pada pada luka
bakar
Penatalaksanaan 2. Melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan luka bakar
Px. Diagnostik
• Zona Koagulasi
• Zona Statis
• Zona Hiperemi
(Moenadjat, 2003)
back
Klasifikasi
Derajat II dangkal
Kerusakan mengenai
bagian superfisial dari
dermis, Folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
Penyembuhan terjadi
secara spontan dalam
waktu 21 hari.
Derajat II dalam
Kerusakan mengenai hampir
seluruh bagian dermis,
Apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian
masih utuh, Penyembuhan
terjadi lebih lama, tergantung
apendises kulit yang tersisa.
Penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari 1 bulan.
Luka Bakar Derajat III
• Kerusakan mengenai seluruh
ketebalan dermis dan lapisan yang
lebih dalam.
• Apendises kulit mengalami
kerusakan.
• Tidak dijumpai bula
• Kulit yang terbakar berwarna abu-
abu dan pucat kering, letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar
akibat koagulasi protein pada lapis
epidermis dan dermis (dikenal
dengan sebutan skar)
• Tidak dijumpai rasa nyeri
• Penyembuhan terjadi lama
• Penyebab: tersengat arus listrik,
terkena cairan mendidih dalam
waktu lama, terbakar nyala api.
Keparahan Cedera
(American Burn Association)Herndron, 2002
Distress Pernapasan
Inflamasi Saluran Pernapasan
Bawah (4-7 hari)
Penumpukan Fibrin
Hati2x
Terbentuk membran hialin pemberia
n O2
Gangguan pertukaran O2
Anjuran
pemberian
ARDS
4-5 hari pos injury O2: 2-4 ltr/mnt
B
Eskar pada dinding dada
Penurunan Pa O2
Inflamasi Akut
C
Edematus sel endotel
Ekstrapasasi cairan
intravaskuler ke intersisiel
Penimbunan cairan
back
SIRS
(Systemic Inflamatory Respone Syndrome)
• Suatu respon klinik yang bersifat sistemik, sebagai
dampak dari pelepasan mediator inflamasi yang
mulanya bersifat fisiologik namun oleh karena adanya
pengaruh beberapa faktor respon ini berubah secara
berlebihan dan menyebabkan kerusakan organ
sistemik
• Gejala SIRS:
1. Hipertermia (>38oC), hipotermi (<360C)
2. Takikardi (> 90 x/mnt)
3. Takipnu (> 20 x/mnt) atau tekanan parsial CO2 rendah
(PaCO2 <32mmHg)
4. Lekositosis (>12.000 sel/mm3), lekopeni (<4000
sel/mm3) tau dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk
imatur
Proses Penyembuhan Luka
1. Fase inflamasi
2. Fase destruktif
3. Fase proliferatif
4. Fase maturasi
Perawatan Luka Bakar
(Oswari,2000)
Perawatan terbuka
Keuntungan:
• oksigenasi kulit lebih baik
• bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
• lebih praktis dan efisien
• rasa takut waktu mengganti perban tidak ada
• rasa nyeri berkurang
Kerugian:
• tidak cocok bagi pasien yang perlu dibawa ke RS
• mudah terkontaminasi dengan kuman
• privasi terganggu atau pasien tidak merasa nyaman
• tidak cocok untuk luka bakar kaki dan tangan
• dari segi etika berkurang
• bila ada kerusakan lain, tidak dapat diobati dengan cara terbuka (misalnya
patah tulang).
Perawatan Tertutup
Keuntungan
• mengurangi kontaminasi
• pasien merasa lebih nyaman
Kerugian
• oksigenasi kulit kurang
• balutan seringkali membatasi gerakan pasien
• waktu membuka balutan sering terjadi perdarahan
• menimbulkan nyeri
• biaya perawatan bertambah
• membutuhkan perawatan lebih lama
Prosedur Perawatan
back
Penatalaksanaan
1. Fase Akut / Syok
• Di tempat kejadian
– Bebaskan dari sumber trauma panas
– Jangan berdiri / berlari, karena api akan membesar
– Api dipadamkan dengan disiram air, ditutup kain basah atau berguling
– Bawa penderita ke RS
• Di Unit Gawat Darurat
Life Saving fungsi pernafasan dan cairan ( A, B, C )
– Pemasangan intubasi ( Trauma Inhalasi )
– Pemberian Oksigen
– Fluid resuscitation : 2-4 cc RL x BB x LPTT
8 jam I : ½ ; 8 jam II : ¼ ; 8 jam III: ¼
– Pemasangan kateter urin
– Pemasangan nasogastric tube jika luka bakar > 20 % LPTT
– Pemeriksaan EKG ( Trauma Listrik )
Perawatan luka juga penting mempengaruhi kondisi umum penderita dan
penyembuhan luka
– Luka dicuci, debridement
– Topikal silver sulfadiazine
– Tutup kassa steril
– Luka dibuka hari ke-5 kecuali ada infeksi
2. Fase Sub Akut
• Masa di dalam perawatan di ruangan atau unit luka
bakar dimana masalah yang ada berkaitan dengan luka,
infeksi, sepsis, curling ulcer, masalah nutrisi dll.
• Fase ini dimulai 48 hingga 72 jam pasca luka bakar.
• Status respirasi, sirkulasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit serta fungsi gastrointestinal harus tetap dijaga.
• Perawatan luka bakar dan pengendalian nyeri
merupakan prioritas pada tahap ini.
3. Fase Rehabilitasi
back
Diet (Almatsier, 2005)
Tujuan:
1. Untuk mempercepat penyembuhan
2. Mencegah terjadinya gangguan
metabolic
3. Mempertahankan status gizi secara
optimal selama proses penyembuahn
dengan cara: (Almatsier, 2005)
Syarat-Syarat Pemberian
• Nutrisi enteral dini (NED)
• Protein tinggi, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total
• Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total
• Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total.
Bila mengalami trauma inhalasi, karbohidrat diberikan 45-55 %
dari kebutuhan energi total
• Vitamin diberikan diatas AKG (Angka Kecukupan Gizi): suplemen.
Kebutuhan beberapa jenis vitamin adalah sebagai berikut
• Vitamin A minimal 2 x AKG
• Vitamin B minimal 2 x AKG
• Vitamin C minimal 2 x AKG
• Vitamin E 200 SI
• Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium,
fosfor, dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk
suplemen
• Cairan tinggi
Jenis diet dan indikasi
pemberian dibagi 2 yaitu
Diet Luka Bakar (I)
• Diberikan berupa Air Gula Garam Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh
dengan pengaturan sebagai berikut:
– 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong, diberi AGGS dan Makanan Cair
Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip dengan kecepatan 50 ml/ jam
– 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan
kecepatan yang sama
– 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah , energi ditingkatkan
menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75ml/menit. Diatas 24 jam bila tidak ada
keluhan, kecepatan pemberian makanan dinaikkan sampai dengan 100 ml/menit
– Apabila ada keluhan kembung dan mual, AGGS dan makanan Cair Penuh
diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian dihentikan selama 2
jam
• Komposisi AGGS:
– Air 200ml
– Gula/Sirup25g/30ml
– Garam Dapur2g/ 2 bks
– Soda Kue 1g/1bks
Diet Luka Bakar (II)
• Perpindahan dari diet luka baker I, yaitu diberikan segera
setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan
makanan cair penuh dengan nilai energi 1kkal/ml, serta
sirkulasi cairan tubuh normal. Cara pemberian sebagai
berikut:
– Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien,
dapat berbentuk cairan, saring, lumat, lunak atau biasa
– Cairan AGGS diberikan tidak terbatas
– Bila diberikan dalam bentuk cair , frekuensi pemberian 8 kali/
hari, volume tiap kali pemberian disesuaikan dengan
kemampuan pasien, maksimal 350 ml
– Bila diberikan dalam bentuk sarimg, frekuensi pemberian 3-4
kali sehari dan dapat dikombinasikan dengan makan cair
penuh untuk memenuhi kebutuhan gizi
– Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi
pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga
asupan zat gizi terpenuhi.
back
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
9 9 9 9 9 9
18 18 18 18 18 18
18 18 16 16 13 13
Derajat
Klinis Rasa nyeri
kedalaman
Derajat I Hyperemis Hyper estesia
3 Resiko tinggi infeksi b/d Rx. Penyakit kronis, tindakan Rx. faktor resiko terkena infeksi,
pertahanan primer dan pembedahan, situasional dan status nutrisi
maturasional
sekunder inadekuat
4 Nyeri b/d kerusakan Respon verbal/kode individu Fokus pada diri sendiri, ekspresi
jaringan terhadap gambaran nyeri wajah menahan nyeri, perilaku
distraksi, perilaku protektif, respon
autonomik (diaforeses,perubahan
TD,N,RR)
5 Perubahan perfusi jaringan Nyeri, penurunan nadi, perubahan Edema, perubahan fungsi sensori
b/d hipovolemia, penurunan warna kulit, perubahan suhu kulit, dan motorik, perubahan jaringan
CR > 3det trofik (luka sulit sembuh)
aliran darah
No Dx Keperawatan Mayor Minor
6 Kerusakan mobilitas fisik Keterbatsan untuk Keterbatasan aktivitas, malas
b/d kontraktur, gangguan menggerakkan sendi untuk bergerak
neuromuskuler
7 Kerusakan integritas kulit Kerusakan jaringan epidermal Luka pada kulit, eritema, lesi,
b/d destruksi lapisan kulit dan dermal pruritus
back
Referensi
• Donald, Mezebish.2006. Skin Grafting.Web MD. L:\skingraft-net\eMedicine - Skin Grafting Article
by Donald Grande, MD.htm diakses 27 Pebruari 2007
• Brady JG, Grande DJ, Katz AE: The purse-string suture in facial reconstruction. J Dermatol Surg
Oncol 1992 Sep; 18(9): 812-6
• Davis JS: The Story of Plastic Surgery. Ann Surg 1994; 113: 641
• Hauben DJ, Baruchin A, Mahler A: On the histroy of the free skin graft. Ann Plast Surg 1982 Sep;
9(3): 242-5
• Morison.2004. Manajemen Luka. EGC.Jakarta
• American Society of Plastic Surgeons website. Available at:
http://www.plasticsurgery.org/public_education/procedures/ReconstructiveSurgery.cfm#5.
Accessed November 14, 2006.
• Medical encyclopedia: skin graft. Medline Plus website. Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002982.htm. Accessed October 14, 2005.
• Sabiston DC Jr. Textbook of Surgery, 17th ed. Philadelphia, PA: WB Saunders Co.; 2004.
• US Food and Drug Administration website. Available at: http://www.fda.gov/. Accessed October
14, 2005.
• University of Florida College of Medicine, Division of Plastic and Reconstructive Surgery website.
Available at: http://www.surgery.ufl.edu/plasticsurgery/. Accessed October 14, 2005