Anda di halaman 1dari 39

REFERAT

LUKA BAKAR
• Disusun oleh :
• dr. Maya Dewi Permatasari

• Pembimbing :
• dr. Tubagus Yuli Rohmawanur, Sp. An
PENDAHULUAN
 Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter.
 Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap
tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan
tindakan emergency, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia.
 Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut makin
meningkat
 Hal yang penting dalam penanganan luka bakar adalah resusitasi cairan pada 48
jam pertama, terutama pada pasien dengan luka bakar yang luas.
 Dimana pemberian resusitasi cairan ini tidak boleh dilakukan dengan
sembarangan, agar efek samping resusitasi cairan tidak terjadi diantaranya edema
pulmo.
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
• Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan
atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
ETIOLOGI

Paparan api Uap Panas Aliran listrik Radiasi

Air Panas Gas Panas Zat kimia Sunburn


Klasifikasi Luka bakar

Derajat I (luka bakar superfisial) hanya


mengenai epidermis dan terasa hangat,
nyeri, merah, lembut dan pucat saat
disentuh. Biasanya tidak ada lepuh.
Contoh tipikal dari luka bakar derajat I
ini adalah luka bakar akibat sengatan
matahari
Luka Bakar Derajat 1
Derajat II (luka bakar ketebalan parsial)
meluas melalui epidermis dan masuk ke
dermis. Kedalaman dermis bisa bermacam-
macam (superfisial atau deep dermis).
Luka bakar ini biasanya terasa sangat
nyeri, tampak merah, melepuh, lembab,
lembut dan pucat saat disentuh.
Contoh luka bakar derajat II adalah luka
Luka Bakar Derajat 2 bakar akibat terkena permukaan yang
panas, cairan panas atau api.
Luka Bakar Derajat 2-A Luka Bakar Derajat 2-B
Derajat III (luka bakar ketebalan penuh)
meluas melalui epidermis dan dermis dan
masuk ke dalam lemak subkutan atau
lapisan yang lebih dalam lagi. Luka bakar
ini memiliki sedikit atau tidak ada rasa
sakit sama sekali, bisa berwarna putih,
coklat, atau hangus dan terasa keras atau
kasar saat palpasi tanpa blansing. Luka
Luka Bakar Derajat 3
bakar derajat III ini dapat terjadi akibat
nyala api, cairan panas atau gas yang
sangat panas.
Luas Luka Bakar
Biasnaya dihitung dengan menggunakan persentase total luas permukaan tubuh
(% TBSA) yang terbakar
 Rule of Nines
Derajat luka bakar dibagi berdasarkan luas permukaan
tubuh yang terdiri dari 9% untuk kepala, 9% untuk
masing-masing lengan, 18% untuk dada dan perut
anterior, 18% untuk dada dan punggung posterior,
18% untuk masing-masing tungkai, dan 1% untuk
perineum.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas
relatif permukaan kepala anak lebih besar. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil
berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-
20 untuk anak.
Pembagian Luka Bakar
Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun
atau di atas usia 50 tahun
Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan
pada butir pertama

Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum


Luka Bakar berat
(major burn) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar

Luka bakar listrik tegangan tinggi

Disertai trauma lainnya

Pasien-pasien dengan resiko tinggi


Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

Luka Bakar Sedang Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia
(moderate burn) < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %

Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak


maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum
Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

Luka Bakar Ringan Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia
lanjut

Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia


(tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
Patofisiologi Luka Bakar
Pembuluh kapiler yang terpajan Meningkatnya permeabilitas
suhu tinggi rusak dan menyebabkan edema dan
permeabilitas meninggi. Sel menimbulkan bula yang
darah yang ada di dalamnya ikut mengandung banyak elektrolit. Hal
rusak sehingga dapat terjadi itu menyebabkan berkurangnya
anemia. volume cairan intravaskuler

Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan


cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan
ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Patofisiologi luka bakar

Bila luas luka bakar kurang dari 20%,


biasanya mekanisme kompensasi Edema laring yang dapat
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi menyebabkan hambatan jalan
bila lebih dari 20%, akan terjadi syok napas dengan gejala sesak napas,
hipovolemik dengan gejala yang khas, takipnea, stridor, suara serak dan
seperti gelisah, pucat, dingin, dahak berwarna gelap akibat
berkeringat, nadi kecil dan cepat, jelaga.
tekanan darah menurun dan produksi
urin yang berkurang.
Patofisiologi luka bakar
CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas,
bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan
yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60%
hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Fase pada luka bakar
Fase awal, fase akut, fase syok

Dikarenakan adanya eskar


Masalah utama berkisar melingkar di dada atau
pada gangguan yang trauma multipel di rongga
terjadi pada saluran nafas toraks; dan gangguan
yaitu gangguan mekanisme sirkulasi seperti
bernafas keseimbangan cairan
elektrolit, syok hipovolemia.
 Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Systemic Inflammatory Response Syndrome


(SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction
Syndrome (MODS) dan sepsis

Dampak dan atau perkembangan masalah


yang timbul pada fase pertama dan masalah
yang bermula dari kerusakan jaringan (luka
dan sepsis luka)
 Fase lanjut

Berlangsung setelah penutupan luka sampai


terjadinya maturasi jaringan.

Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka


bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan
deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan
jaringan atau struktur tertentu akibat proses
inflamasi yang hebat dan berlangsung lama
Zona kerusakan jaringan
Zona koagulasi,
zona nekrosis

Daerah yang langsung


mengalami kerusakan
(koagulasi protein) akibat
pengaruh cedera termis,
hampir dapat dipastikan
jaringan ini mengalami
nekrosis beberapa saat
setelah kontak
Zona statis

Berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di


daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh
darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit,
sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow
phenomena), diikuti perubahan permeabilitas
kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini
berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan
Zona hiperemi

daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi


berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan
reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan
terapi yang diberikan, zona ketiga dapat
mengalami penyembuhan spontan, atau berubah
menjadi zona kedua bahkan zona pertama.
Zona kerusakan jaringan
Tatalaksana Luka bakar
Pertolongan pertama setelah sumber
Upayah pertama
panas dihilangkan adalah merendam
saat terbakar adalah
daerah luka bakar dalam air atau
mematikan api pada
menyiram dengan air mengalir sekurang
tubuh
kurangnya selama 15 menit

Upayah pendinginan ini, dan upayah


mempertahankan suhu dingin pada
jam pertama akan menghentikan
proses koagulasi protein sel dalam
jaringan yang terpajan suhu tinggi
Mendinginkan daerah
yang terbakar dengan air

Prinsip utama
penanganan pada Mencegah infeksi
luka bakar ringan

Menutup permukaan luka.


luka dapat dirawat secara
tertutup ataupun terbuka.
Prioritas utama adalah Intubasi endotrakea
Pada luka bakar luas mempertahankan jalan dilakukan pada pasien
harus dievaluasi nafas tetap paten, yang menderita luka
secara sistematik ventilasi yang efektif bakar berat atau
dan mendukung kecurigaan adanya jejas
sirkulasi sistemik inhalasi atau luka bakar
di jalan nafas atas
Resusitasi Jalan napas
01 Intubasi

02 Krikotiroidotomi

03 Pemberian oksigen 100%

Perawatan jalan nafas


04
Resusitasi Luka Bakar
 Cara Evans
1).Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2).Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3). 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam


8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada
hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
 Cara Baxter

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam


8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada
hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis
normal yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500mL/ 24 jam atau
1mL/kgbb/jam dan 3mL/kgbb/jam pada pasien anak
Kekurangan ion K akibat banyaknya kerusakan sel dapat
diketahui dari EKG menunjukan depresi segmen ST atau
gelombang U.
 Antibiotik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi yang
banyak digunakan adalah golongan aminoglikosida yang efektif
terhadap pseudomonas.
 Untuk mengatasi nyeri paling baik diberikan opiat melalui intravena
dalam dosis serendah mungkin yang dapat menyebabkan analgesia
yang adekuat berupa morfin (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg
dan ‘maintenance’ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis
anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam)
 Pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam
dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan
 Diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan atau Toksoid.
Resusitasi Nutrisi

Pasien sadar : Dilakukan pemberian nutrisi yang


adekuat
Pasien tidak sadar : naso-gastric tube (NGT). Nutrisi
yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein,
50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak.
Penanganan lokal
Jenis obat yang dianjurkan seperti golongan Silver
Sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure
burn ointment).
Antibiotik khusus topikal diberikan dalam bentuk
sedian kasa (tulle).
Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau
nitras-argenti 0.5%. Kompres Nitras Argenti yang
selalu di basahi tiap 2 jam
Pembedahan
Eksisi dini Pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang
dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera
termis

 proses penyembuhan berlangsung lebih cepat


 Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi
komplikasi – komplikasi luka bakar (seperti SIRS)
 Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya
proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka
 Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II
dalam dan derajat III
Eksisi dini

Eksisi tangensial Eksisi fasial

Mengeksisi jaringan Teknik yang mengeksisi jaringan


yang terluka lapis demi yang terluka sampai lapisan
lapis sampai dijumpai fascia. Teknik ini digunakan pada
permukaan yang kasus luka bakar dengan
mengeluarkan darah ketebalan penuh (full thickness)
(endpoint) yang sangat luas atau luka bakar
yang sangat dalam
Menghentikan evaporate heat loss

Skin grafting Mengupayakan agar proses


penyembuhan terjadi sesuai dengan
waktu

Melindungi jaringan yang terbuka


Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama
tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka
bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang
terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga
turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.
Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal
ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta
parut hipertrofik dan kontraktur.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai