ARITMIA
Disusun Oleh :
dr. Kurnia Halim
Pembimbing :
dr. Tubagus Yuli Rohmawanur, Sp.An
Judul : Aritmia
Penyusun : dr. Kurnia Halim
Pembimbing Internsip
Puji syukur kepada Tuhan atas kasih karunia dan rahmatNya kepada penulis sehingga
referat ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka
memenuhi UKP yang di seminarkan dalam rangkaian kegiatan Program Internship Dokter
Indonesia.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis telah mendapat banyak bantuan, bimbingan
dan kerjasama dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak
terima kasih kepada :
1. dr. Tubagus Yuli, Sp.An selaku pembimbing dokter internship di Rumkit Tk. IV
Kencana Serang.
2. Rekan – rekan dokter intership yang hadir dalam referat.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus yang disusun ini juga tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Irama sinus normal didefinisikan sebagai suatu irama jantung yang pembentukan
impulsnya berasal dari nodus sinus dengan kecepatan antara 60 sampai 100 denyut per menit.
Bayi dan anak-anak secara umum memiliki denyut jantung yang lebih cepat dari pada orang
dewasa, baik pada saat istirahat maupun pada saat beraktifitas. Nodus sinus tidak hanya
bertindak sebagai suatu pembangkit otomatis bagi jantung, tapi ia juga memberi respon
terhadap rangsangan dari sistem saraf otonom dan bergantung pada efek kedua sistem saraf
otonom yang saling berlawanan, simpatis dan parasimpatis. Stimulasi vagal (parasimpatis)
mengakibatkan menurunnya impuls yang dikeluarkan oleh nodus sinus, sedangkan stimulasi
simpatis mengakibatkan meningkatnya impuls yang dikeluarkan oleh nodus sinus. Oleh karena
itu, kecepatan denyut jantung bergantung pada keseimbangan stimulasi dari kedua sistem saraf
otonom tersebut.1
Denyut jantung <60 kali per menit dikatakan sebagai suatu bradikardia dan kecepatan
denyutan >100 kali permenit disebut sebagai takikardia. Denyut jantung dihasilkan melalui
sebuah mekanisme aktivitas elektrik yang berasal dari nodus sinus di atrium kanan dan akan
disebarkan ke seluruh otot atrium yang pada akhirnya akan disebarkan ke otot ventrikel melalui
nodus atrioventrikular dan sistem His-Purkinje.1
Bila yang dimaksud dengan irama jantung normal adalah irama yang berasal
dari nodus SA, yang datang secara teratur dengan frekuensi antara 60-100/menit dan
dengan hantaran tak mengalami hambatan pada tingkat manapun, maka irama jantung
lainnya dapat dikatakan sebagai aritmia. Jelaslah bahwa untuk membaca irama jantung,
disamping frekuensi dan teratur tidaknya, harus dilihat juga tempat asal (focus) irama
tersebut. Nodus SA merupakan focus irama jantung yang paling dominan, sehingga
pada umumnya irama jantung adalah irama sinus. Bila nodus SA tidak dapat lagi
mendominasi focus lainnya, maka irama jantung akan dijalankan oleh focus lainnya
itu. Fokus irama jantung ini menjadi dasar dan klasifikasi aritmia.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa teori yang menerangkan mekanisme aritmia, yang biasanya dipicu oleh denyut
prematur. Pembentukan rangsangan dapat bertambah dengan adanya peningkatan otomatisasi,
aktivitas pemicu, dan terjadinya reentry.5
- Peningkatan otomatisasi
Dapat disebabkan oleh early after depolarization yang terjadi pada fase 2 dan
fase 3 potensial aksi atau pada after delayed depolarization. Mekanisme ini
terjadi karena adanya kelainan elektris pada jantung. Setelah hiperpolarisasi, ion
Na dan Ca masuk kedalam sel sehingga peningkatan sedikit saja dapat
mencetuskan potensia aksi. Hai ini dapat terjadi pada peningkatan kadar
katekolamin, hiperkalsemia, intoksikasi digitalis, atau pada hipokalemia yang
dapat menyebabkan akumulasi Ca pada intrasel.
- Mekanisme reentri
2. Sinus Bradikardi
Sinus bradikardi adalah gangguan irama jantung di mana jantung berdenyut lebih lambat
dari normal, yaitu 60x/menit. Bradikardi disebabkan karena adanya gangguan pada
nodus SA, gangguan sistem konduksi jantung, gangguan metabolik (hipotiroidisme),
dan kerusakan pada jantung akibat serangan jantung atau penyakit jantung. Gejala yang
timbul bervariasi, dari asimtomatik hingga muncul gejala sinkop/hampir sinkop,
dispneu, nyeri dada, lemah, dan pusing.1
Mekanisme
Atrial flutter memiliki variasi bentuk; yang paling sering adalah "isthmus-dependent
counterclokwise atrial flutter", diikuti oleh "isthmus-dependent clockwise atrial flutter", dan
atypical atrial flutter. Seperti yang disebutkan di atas, pada atrium terbentuk jalur aksesoris
dengan impuls listrik yang terus-menerus berputar dengan cepat yang melibatkan daerah
atrium yang besar. Variasi yang terbanyak adalah counterclockwise artinya impuls elektrik
berputar dalam sirkuit sirkus dengan arah yang berlawanan arah jarum jam. Apapun
bentuknya jalur ini menghasilkan denyut atrium yang bervariasi antara 250-340 denyut per
menit.7
Denyut ventrikular pada atrial flutter biasanya lebih lambat dibandingkan dengan
denyut atrial yang disebabkan oleh hambatan impuls pada nodus AV. Nodus AV melindungi
ventrikel dari denyut atrium yang cepat dengan hanya mengizinkan sebagian kecil dari
impuls yang masuk untuk melewati nodus AV. Oleh karena itu biasanya kita jumpai dua
(2:1) atau tiga (3:1) denyut atrium dengan satu denyut ventrikel.7
Selama atrial flutter, aktifitas listrik berasal dari nodus sinus dalam sirkuit yang besar
sehngga menyebabkan atrial berkontraksi sangat cepat. Peningkatkan kontraksi atrium juga
ikut meningkatkan kontraksi dari ventrikel. Atrial flutter berasal dari atrium kanan dan turun
melalui katup trikuspid dan diantara atrium kanan dan ventrikel kanan.8
Faktor resiko
Atrial fluter sering terjadi pada orang dengan penyakit jantung kronik, penyakit
jantung rematik, gangguan katub jantung, penyakit jantung bawaan, kelainan jantung seperti
emfisema dan tekanan darah tinggi. Operasi jantung dapat menimbulkan jaringan parut yang
menimbulkan resiko terjadinya atrial fluter. Atrial fluter juga dapat terjadi pada orang tanpa
kelainan jantung. Semakin tua umur maka semakin beresiko untuk terkena atrial fluter. Atrial
fluter spontan dapat terjadi pada orang dengan atrial fibrilasi yang diterapi dengan obat
antiaritmia.7
Gambaran EKG
Gambaran yang khas dari counterclockwise atrial flutter ditandai dengan gelombang
gigi gergaji negatif pada sadapan II, III dan AVF. Pada clockwise atrial fluter ditandai dengan
gelombang flutter positif di EKG sadapan II, III, dan aVF. Kedua jenis atrial flutter atrium
disebabkan oleh siklus reentri. Atrial fluter memiliki ritme reguler ditandai dengan jarak R-R
yang sama, denyut atrium bervariasi antara 250-350 denyut per menit. Denyut ventrikel
bervariasi, pada tipe konduksi 2:1 ventrikel rate biasanya sekitar 150 denyut per menit
disertai bentuk gigi gergaji (sawtooth)
Gambar Counterclockwise Atrial Flutter7
Terapi
Manajemen awal dari atrial flutter mirip dengan pengobatan AF. Konversi segera ke
irama sinus atau kontrol cepat terhadap laju respons ventrikel mungkin diperlukan ,
tergantung pada status hemodinamik pasien. Pilihan terapi yang dapat dipilih seperti
kardioversi dengan arus listris DC, kardioversi kimia menggunakan obat antiaritmia. Terapi
obat dengan beta blocker, calcium channel blockers, dan digitalis dapat digunakan untuk
memperlambat tingkat respon ventrikel. Obat antiaritmia golongan IC dapat digunakan untuk
memblokade kanal natrium sehingga memperlambat waktu konduksi intraatrial. Alat pacu
jantung permanen atau sementara juga dapat digunakan untuk mengembalikan irama sinus.
Atrial flutter yang terlambat diobati dapat mengakibatkan konduksi gelombang yang cepat
sehingga ventrikel ikut berdenyut sangat cepat. Hal ini dapat berubah menjadi fibrilasi
ventrikel.8
b. Klasifikasi
Secara klinis, terdapat 5 tipe AF yang dapat dibedakan berdasarkan presentasi dan
durasi aritmia.9
1. First diagnosed AF: setiap pasien yang baru pertama kali terdiagnosis dengan AF
tanpa melihat durasi atau beratnya gejala yang ditimbulkan oleh AF tersebut.
2. Paroxysmal AF: AF yang biasanya hilang dengan sendirinya dalam 48 jam sampai
7 hari. Jika dalam 48 jam belum berubah ke irama sinus maka kemungkinan kecil
untuk dapat berubah ke irama sinus lagi sehingga perlu dipertimbangkan
pemberian antikoagulan.
3. Persistent AF: episode AF yang bertahan sampai lebih dari 7 hari dan
membutuhkan kardioversi untuk terminasi dengan obat atau dengan elektrik.
4. Long standing persistent AF: episode AF yang berlangsung lebih dari 1 tahun dan
strategi yang diterapkan masih kontrol irama jantung (rhythm control).
5. Permanent AF: jika AF menetap dan secara klinis dapat diterima oleh pasien dan
dokter sehingga strategi managemen adalah tata laksana kontrol laju jantung (rate
control)
c. Diagnosis
Anamnesis
Riwayat penyakit harus diketahui secara menyeluruh pada pasien yang diduga mengalami
atrial fibrilasi. Berikut ini beberapa hal yang harus diketahui pada saat anamnesis pada
pasien yang di duga mengalami AF.9,10
1. Apakah irama jantung selama episode serangan dirasakan teratur atau tidak teratur ?
2. Kapan pertama kali muncul serangan?
3. Apakah ada faktor pencetus seperti olahraga , emosi , atau penggunaan alkohol ?
4. Apakah gejala selama episode sedang atau berat. Beratnya dapat dinyatakan dengan
menggunakan skor EHRA
5. Apakah serangan sering atau jarang, dan durasinya panjang atau pendek
6. Apakah ada riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit serebrovaskular ,stroke,
diabetes , atau penyakit paru kronis ?
7. Apakah ada kebiasaan penyalahgunaan alkohol ?
8. Apakah ada riwayat keluarga AF ?
:
Derajat keparahan dari AF menurut EHRA9
d. Diferensial diagnosis
Karena tonus otonomik mempengaruhi dari konduksi listrik pada nodus AV,
manuver vagal dapat mengurang konduksi dan mengurangi gejala yang
dirasakan pasien. Manuver vagal yang dapat dilakukan seperti manuver
Valsalva and Mueller, gagging, pemijatan sinus karotis dan merendam wajah
pada air es.
b. Adenosin
Adenosine dapat memblok nodus AV secara akut sehingga menjadi pilihan terapi
AVNRT. Banya penelitian yang menunjukan bahwa pemberian adenosin
100% efektif pada AVNRT. Dosis inisiasi yaitu 6 mg dan diikuti 12 mg jika
dosis pertama tidak efektif. Karena durasi kerja yang singkat, pemberian
adenosis maintenance dilanjutkan dengan bolus cepat.
c. Obat lain
Obat yang bisa digunakan untuk AVNRT seperti verapamil, yang merupakan
obat golongan CCB. Obat ini memperlambat konduksi pada jalur lambat
maupun jalur cepat. Dosis yang digunakan 5mg bolus dan diikuti bolus 5mg
tambahan setelah 10 menit. Obat yang meningkatkan tonus vagus dapat
diberikan pada AVNRT seperti digoxin sodium channel blockers kelas Ia dan
Ic dapat diberikan.
d. Ablasi Kateter
Faktor Resiko
Pada dasarnya penyebab takikardi ventrikel yang paling sering adalah penyakit
jantung koroner (PJK), termasuk infark miokard yang disebabkan PJK. TV akut biasanya
terjadi 48 jam setelah Infark myocard acute (IMA). Takikardi ventrikel dapat pula
disebabkan oleh structural heart disease, seperti : prolaps katup mitral, Tetralogi offalot
(TOF), dilatasi dan hipertrofi kardiomiopati atau bisa juga oleh efek obat-obatan (intoksi
digitalis).7,12
Mekanisme TV
Mekanisme TV dalam banyak kasus adalah karena reentri. Penelitian pada TV dengan
iskemia miokardium dapat dimulai, dihentikan, dan reset dengan stimulasi listrik terprogram
sehingga mendukung teori reentri sebagai mekanisme untuk bentuk TV. Rangkaian reentri
paling sering ada dalam zona perbatasan bekas luka. Substansi pasca iskemia miokardium
akan tetap disekresi lebih dari 2 minggu setelah iskemia. Dengan adanya iskemia tersebut
akan mengganggu fungsi pompa dari jantung dan mengaktivasi sistem neurohormonal yang
menyebabkan perubahan dari dinding jantung dan dapat berkontribusi untuk proaritmia
.Pasien dengan TV memiliki risiko tinggi kambuh dari TV bahkan ketika gagal jantung dan
iskemia koroner dikendalikan. Data awal menunjukkan bahwa risiko TV tertinggi selama
tahun pertama (3 -5 %) setelah MI tetapi onset baru TV dapat terjadi bertahun-tahun
kemudian. Selain akibat adanya reentri, takikardi ventrikel dapat disebabkan oleh kelainan
genetik, obat-obatan, penyakit jantung bawaan, dan kardiomiopati.12
Tatalaksana
Pengobatan untuk ventrikel takikardi dapat dilakukan yaitu:
1. TV Monomorfik
Pengobatan pada monomorfik TV yaitu : Adenosine 6 mg kemudian
dilanjutkan dengan dosis kedua sebesar 12 mg jika dibutuhkan. Amiodaron
150 mg bolus melalui intra vena diberikan selama 10 menit. Bila tidak
berhasil dilanjutkan dengan pemberian amiodaron dosis pemeliharaan 360
mg/6 jam pertama kemudian 540 mg/18 jam berikutnya. Dosis maksimal
kumulatif adalah 2,2 gr/24 jam termasuk yang diberikan pada saat tindakan
resusitasi. Kardioversi adalah tindakan berikutnya jika obat-obatan gagal
mengatasi takikardi ventrikel. Energi awal yaitu 100 joule.7,13
2. TV Polimorfik
Jika terdapat perpanjangan QT interval tindakan yang harus dilakukan adalah
mengoreksi kelainan elektrolit. Obat pilihan adalah magnesium sulfat.
Kardioversi merupakan tindakan berikutnya jika obat-obatan gagal mengatasi
takikardi ventrikel .7
Alur tatalaksana kegawatdaruratan takikardi dengan nadi13
2.6 Ekstrasistol
Ekstrasistol merupakan suatu denyutan yang disebabkan oleh impuls yang abnormal
di dalam jantung (baik itu di atrium, vebtrikel maupun sistem konduksi). Ekstrasistol sering
terlihat pada jantung yang sehat juga. Ekstrasisitol muncul sebagai satu denyutan, diantara
satu denyut normal (bigeminus, atau dua denyutan sinus (trigeminus) atau dapat terjadi pada
dua serial (couplet) atau tiga serial (triplet). Pada kebanyakan pasien ekstrasistol biasanya
asimptomatik. Walaupun jarang, ekstrasistol dapat menyebabkan gejala yang menganggu
seperti palpitasi, serangan panik, dyspneu atau hiperventilasi.14
Supraventrikular Ekstrasistol
Supraventrikular ekstrasistol berasal dari atrium, pada miokardium atrium, atau pada
AV node. Ekstrasistol supraventrikel bermanifestasi pada gelombang P yang prematur.
Kompleks QRS dapat normal atau melebar. Kebanyakan konduksi dari supraventrikular
ekstrasistol dihambat, sehingga terjadi jeda pada sinus berikutnya. Terapi obat biasanya
diresepkan hanya jika gejala tidak dapat ditolerir atau pola debar ektopik menyebabkan
bahaya. Beta bloker biasanya dicobakan pertama kali karena obat ini relatif aman. Progonis
dari suprsventrikual ekstrasistol tidak terlalu signifikan, namun pada keadaan yang jarang
dapat menyebabkan aritmian yang berkelanjutan.14
Tidak perlu diobati jika jarang, timbul pada pasien tanpa / tidak dicurigai kelainan
jantung organik. Perlu pengobatan bila terjadi pada keadaan iskemia miokard akut,
bigemini, trigemini, atau multifokal, alvo ventrikel. Koreksi gangguan elektrolit,
keseimbangan asam basa, hipoksia, pengobatan dapat denganProkainamid,
Disopiramid, Amiodaron, Meksiletin. Bila pengobatan tidak perlu segera, obat-obat
tersebut dapat diberikan secara oral.
DAFTAR PUSTAKA