Pembimbing :
dr. Adrianus Kosasih, SpJP
Disusun Oleh :
Chyntia Fitri Utami
030.15.050
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga referat ini yang berjudul “Atrial
Fibrillation Pathophysiology” dapat diselesaikan. Referat ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit dalam.
Referat ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat dr. Adrianus Kosasih, Sp.JP atas bimbingan dan waktu yang telah
diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun referat ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya selaku penulis sangat terbuka untuk
menerima berbagai kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan referat ini.
Demikian referat ini disusun semoga dapat bermanfaat bagi banyak pihak
dan pembaca pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Klasifikasi atrial fibrilasi menurut waktu presentasinya ………… 8
Gambar 2. Atrial fibrilasi dengan respon ventrikel normal …………………. 9
Gambar 3. Atrial fibrilasi dengan respon ventrikel cepat …………………… 9
Gambar 4. Atrial fibrilasi dengan respon ventrikel lambat …………………. 10
Gambar 5. Daftar pertanyaan ……………………………………………….. 11
Gambar 6. Mekanisme elektrofisiologis atrial fibrilasi ……………………. 18
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi AF berdasarkan ACC/AHA/ESC 2006 ………………… 7
v
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Atrium fibrilasi merupakan takiaritmia supraventricular yang khas dengan
aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi
mekanis atrium, sehingga atrium menghantarkan impuls terus menerus ke nodus
atrioventrikular (AV).5 Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh periode refrakter dari
nodus AV dan terjadi tanpa diduga dan menimbulkan respon ventrikel yang sangat
ireguler.5,6
2.2 Epidemiologi
Atrial Fibrilasi terjadi pada 1-2% dari populasi dan akan semakin
meningkat dalam 50 tahun ke depan.2 Atrial fibrilasi juga merupakan kelainan
jantung yang paling banyak pada lanjut usia dengan usia rata-rata dari mereka
yang terkena dampak ini sekitar 75 tahun. 1 Prevalensi fibrilasi atrial meningkat
berdasarkan usia, mulai dari 0,5% pada usia 40-50 tahun dan mendekati 5-15%
pada usia 80 tahun.1,2
Berdasarkan penelitian Conti S, et al yang dilakukan di Amerika dan Eropa
pada November 2012 sampai Juni 2015 terhadap 395 orang ditemukan bahwa
atrial fibrilasi lebih banyak pada laki-laki yaitu 52,4% dibandingkan perempuan
yaitu 47,6%.7 Berdasarkan dari data National Health Service (NHS), dalam 20
tahun terakhir terjadi peningkatan penemuan atrial fibrilasi sebesar 60% pada
pasien-pasien yang datang ke rumah sakit. Pada tahun 2008, tercatat sekitar
850.000 kunjungan beberapa rumah sakit di Inggris akibat atrial fibrilasi, total
oembiayaan yang harus dikeluarkan untuk masalah ini mencapai 2,2 juta Euro
setiap tahunnya.2 Sepertiga pasien atrial fibrilasi dapat menderita ansietas yang
menetap bahkan depresi. Gejalanya antara lain, palpitasi, napas terasa pendek, rasa
melayang, ingin pingsan kelelahan dan nyeri dada. Pada penelitian secara luas,
didapatkan data perkiraan rata-rata pasien dengan atrial fibrilasi mengalami
keterlambatan dalam penegakkan diagnosis selama 2.6 tahun semenjak onset
pertama kali.2 Atrial Fibrilasi dapat menyebabkan gagal jantung melalui
mekanisme peningkatan tekanan atrium, peningkatan beban volume jantung,
disfungsi katup dan stimulasi neurohormonal yang kronis. Distensi pada atrium
kiri dapat menyebabkan atrial fibrilasi seperti yang terjadi pada pasien penyakit
katup jantung dengan prevalensi sebesar 30% dan 10-15% pada defek septal
atrium. Sekitar 20% populasi pasien atrial fibrilasi mengalami penyakit jantung
coroner meskipun keterkaitan antara atrial fibrilasi dengan perfusi coroner masih
belum jelas.3
2.3 Etiologi
Atrial fibrilasi sangat berkaitan dengan faktor-faktor risiko berikut ini,
yaitu :8
Hemodinamik stress
Peningkatan tekanan intra-atrium menghasilkan remodeling listrik dan
struktural atrium dan merupakan predisposisi untuk atrial fibrilasi.
Penyebab paling umum dari peningkatan tekanan atrium adalah penyakit
katup mitral atau tricuspid dan disfungsi ventrikel kiri. Hipertensis sistemik
atau paru juga biasanya merupakan predisposisi untuk tekanan atrium yang
meningkat, sedangkan tumor intrakardiak atau thrombus adalah penyebab
yang jarang.
Atrial iskemia
Penyakit arteri coroner jarang mengarah langsung ke iskemia atrium dan
atrial fibrilasi. Paling umum adalah iskemia ventrikel yang parah
menyebabkan peningkatan tekanan intra-atrium dan atrial fibrilasi.
Inflamasi
Miokarditis dan pericarditis mungkin idiopatik atau dapat terjadi terkait
dengan penyakit oembuluh darah kolagen, infeksi virus atau bakteri,
pernah bedah jantung, esophagus atau toraks.
Non-cardiovaskular respiratory
Emboli paru, pneumonia, kanker paru dan hipotermia telah dikaitkan
dengan atrial fibrilasi.
Obat-obatan dan alkohol
Stimulan, alkohol dan kokain dapat memicu atrial fibrilasi. Penggunaan
alkohol akut atau kronis yaitu holiday atau Saturday night heart juga
dikenal sebagai kardiomiopati terkait alkohol. Penggunaan obat-obatan
terlarang yaitu, stimulan, metamfetamin, kokain telah secara khusus
ditemukan terkait dengan atrial fibrilasi. Sementara, hubungan penggunaan
alkohol kronis dan atrial fibrilasi telah dilaporkan dalam beberapa
penelitian sebelumnya. Penelitian terbaru menemukan hubungan dengan
penggunaan alkohol sedang bahkan dengan peningkatan risiko atrial
fibrilasi.
Gangguan endokrin
Hipertiroidisme, diabetes, dan pheochromocytoma telah dihubungankan
dengan atrial fibrilasi.
Gangguan neurologik
Proses intracranial seperti perdarahan subarachnoid atau stroke dapat
memicu atrial fibrilasi.
Faktor genetik
Riwayat atrial fibrilasi pada usia lanjut tampaknya memberi kemungkinan
pada peningkatan atrial fibrilasi dan silsilah keluarga atrial fibrilasi
kadang-kadang dikaitkan dengan kelainan ion channel yang ditentukan,
terutama kanal natrium. Studi kohort menunjukkan bahwa atrial fibrilasi
keluarga dikaitkan dengan peningkatan risiko atrial fibrilasi. Peningkatan
ini tidak berkurang dengan penyesuaian untuk genetik dan faktor atrial
fibrilasi lainnya.
Usia lanjut
Atrial fibrilasi sangat tergantung pada usia. Usia mempengaruhi 4% orang
yang lebih tua dari 60 tahun dan 8% orang yang lebih tua dari 80 tahun.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi atrial fibrilasi berdasarkan gabungan American College of
Cardiology (ACC), American Heart Association (AHA) dan European Society of
Cardiology (ESC) 2006, yaitu :2,8
Secara klinis atrial fibrilasi dapat dibedakan menjadi lima jenis menurut
waktu presentasi dan durasinya, yaitu :9
1. Atrial fibrilasi yang pertama kali terdiagnosis
Jenis ini berlaku untuk pasien yang pertama kali datang dengan manifestasi
klinis atrial fibrilasi, tanpa memandang durasi atau berat ringannya gejala
yang muncul.
2. Atrial fibrilasi paroksismal
Atrial fibrilasi yang mengalami terminasi spontan dalam 48 jam, namun
dapat berlanjut hingga 7 hari.
3. Atrial fibrilasi persisten
Atrial fibrilasi dengan episode menetap hingga lebih dari 7 hari atau atrial
fibrilasi yang memerlukan kardioversi dengan obat atau listrik.
4. Atrial fibrilasi persisten lama (long standing persistent)
Atrial fibrilasi yang bertahan hingga 1 tahun dan strategi kendali irama
masih akan diterapkan.
5. Atrial fibrilasi permanen
Atrial fibrilasi yang ditetapkan sebagai permanen oleh dokter (dan pasien)
sehingga strategi kendali irama sudah tidak digunakan lagi. Apabila
strategi kendali irama masih digunakan, maka atrial fibrilasi masuk ke
katagori atrial fibrilasi persisten lama.
Klasifikasi atrial fibrilasi seperti diatas tidaklah selalu eksklusif satu sama
lain. Artinya, seorang pasien mungkin dapat mengalami beberapa episode atrial
fibrilasi paroksismal dan pada waktu lain kadang-kadang persisten atau
sebaliknya. Untuk itu, secara praktis, pasien dapat dimasukan ke salah satu
kategori di atas berdasarkan manifestasi klinis yang paling dominan.
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Spektrum presentasi klinis atrial fibrilasi sangat bervariasi, mulai dari
asimtomatik hingga syok kardiogenik atau kejadian serebrovaskular berat. Hampir
> 50% episode atrial fibrilasi tidak menyebabkan gejala (silent atrial fibrillation).
Beberapa gejala ringan yang mungkin dikeluhkan pasien antara lain :10
Palpitasi. Umumnya diekspresikan oleh pasien sebagai: pukulan
genderang, gemuruh guntur, atau kecipak ikan di dalam dada.
Mudah lelah atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik
Presinkop atau sinkop
Kelemahan umum, pusing
Selain itu, atrial fibrilasi juga dapat menyebabkan gangguan hemodinamik,
kardiomiopati yang diinduksi oleh takikardia, dan tromboembolisme sistemik.
Penilaian awal dari pasien dengan atrial fibrilasi yang baru pertama kali
terdiagnosis harus berfokus pada stabilitas hemodinamik dari pasien.10
Selain mencari gejala-gejala tersebut, anamnesis dari setiap pasien yang
dicurigai mengalami atrial fibrilasi harus meliputi pertanyaan-pertanyaan yang
relevan, yaitu :11
Penilaian klasifikasi atrial fibrilasi berdasarkan waktu presentasi, durasi, dan
frekuensi gejala.
Penilaian faktor-faktor presipitasi (misalnya aktivitas, tidur, alkohol). Peran
kafein sebagai faktor pemicu masih kontradiktif.
Penilaian cara terminasi (misalnya manuver vagal).
Riwayat penggunaan obat antiaritmia dan kendali laju sebelumnya.
Penilaian adakah penyakit jantung struktural yang mendasarinya.
Riwayat prosedur ablasi atrial fibrilasi secara pembedahan (operasi Maze) atau
perkutan (dengan kateter).
Evaluasi penyakit-penyakit komorbiditas yang memiliki potensi untuk
berkontribusi terhadap inisiasi atrial fibrilasi (misalnya hipertensi, penyakit
jantung koroner, diabetes melitus, hipertiroid, penyakit jantung valvular, dan
PPOK).
2.5.7 Ekokardiografi
Ekokardiografi transtorakal (ETT) terutama bermanfaat untuk :3
Evaluasi penyakit jantung katup
Evaluasi ukuran atrium, ventrikel dan dimensi dinding
Estimasi fungsi ventrikel dan evaluasi trombus ventrikel
Estimasi tekanan sistolik paru (hipertensi pulmonal)
Evaluasi penyakit perikardial
Ekokardiografi transtorakal memiliki sensitivitas rendah dalam mendeteksi
thrombus di atrium kiri.
Ekokardiografi transesofageal (ETE) terutama bermanfaat untuk :3
Trombus atrium kiri (terutama di AAK)
Memandu kardioversi (bila terlihat trombus, kardioversi harus ditunda)
Ekokardiografi transesofageal adalah modalitas utama untuk tujuan ini.
BAB III
PATOFISIOLOGI ATRIAL FIBRILASI
3.1 Patofisiologi
Pada jantung sehat normal, alat pacu jantung yang dominan adalah nodus
sinoatrial (SA node). Struktur ini yang terletak di persimpangan vena cava
superior dan atrium kanan, memulai impuls listrik yang bergerak melalui atrium
dan menyebabkan atrium kanan kiri berkontraksi dan memompa darah ke
ventrikel. Impuls listrik ditransmisikan dari atrium ke ventrikel melalui
atrioventricular nodus (AV node). Dengan cara ini, aktivitas listrik antara atrium
dan ventrikel disinkronkan, menghasilkan fungsi jantung yang optimal. Perubahan
struktural dan impuls pemicu abnormal, aktivitas listrik atrium dapat menjadi tidak
terkorodinasi dan kacau, sehingga menghasilkan atrial fibrilasi. Bukti terbaru
menunjukkan bahwa pemicu ini sebagian besar muncul dari denyut prematur
(fokus) di pembuluh darah paru, tetapi mungkin timbul di tempat lain, misalnya
vena cava superior. Peregangan atrium akut, serta perubahan nada simpatis dan
parasimpatis dapat meningkatkan frekuensi pemicu ini. Pada atrial fibrilasi
persisten, biasanya terdapat beberapa wavelet reentran yang menciptakan pola
aktivitas listrik yang terus menerus kacau. Aktivasitas atrium tidak teratur dan
biasanya melebihi 200 hingga 400 bpm. Nodus AV akan menyaring bebarapa
impuls ini, tetapi pada akhirnya atrial fibrilasi menghasilkan respons ventrikel
cepat yang tidak teraratur.15
Renovasi listrik merupakan konsekuensi dari tingkat atrium yang tinggi
termasuk pemendekan periode refraktori miosit atrium dan perlambatan kecepatan
konduksi atrium. Remodeling struktural ditandai oleh perubahan miosit atrium di
interstitium, dan oleh perubahan komposisi matriks ekstraseluler dan deposisi
jaringan fibrotik. Perubahan pada tingkat miosit atrium termasuk hilangnya
struktur kontraktil dan fetal-like protein, dan akumulasi glikogen di interstitium
atrium. Perubahan interstitium terutama dimanifestasikan oleh pengendapan serat
kolagen di sekitar kardiomiosit. Renovasi kontraktil terutama disebabkan oleh
gangguan penanganan kalsium dan dapat menyebabkan disfungsi mekanik atrium
yang mungkin bersifat sementara atau berkembang menjadi disfungsi ireversibel.
Gangguan kontraktilitas disebabkan oleh perubahan lokal dalam fisiologi sel dan
juga dari remodeling structural miosit atrium (kehilangan jeda persimpangan). Ciri
morfologis lain yang diamati terkait dengan atrial fibrilasi adalah adanya sel-sel
inflamasi dalam miokardium atrium.8
Penelitian lain adalah bahwa ada sumber cepat atau focus yang secara
berulang melepaskan dan mengalirkan ke atrium. Frekuensi impuls-impuls ini
terlalu cepat untuk memungkinkan atrium lainnnya terorganisir, menghasilkan
fibrilasi. Fokus ektopik ini biasanya timbul dari vena pulmonalis dan dapat
meningkat dengan tonus vagal. Aktivitas ini biasanya paroksismal, setidaknya
pada tahap awal, dan dapat mempengaruhi pasien dengan atrium tampaknya
secara structural normal. Mekanisme inisiasi fokus ini mungkin juga mendasari
banyak penyebab atrial fibrilasi persisten, dengan atau tanpa penyakit jantung
struktural. Pasien dengan etiologi atrial fibrilasi ini biasanya lebih muda, atletis,
dan memiliki nada parasimpatis tinggi dengan denyut jantung basal lambat.15
Atrial fibrilasi (AF) merupakan aritmia yang paling sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari dan paling sering menjadi penyebab seseorang harus menjalani
perawatan di rumah sakit. Walaupun bukan merupakan keadaan yang mengancam
jiwa secara langsung, tetapi atrial fibrilasi berhubungan dengan peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas. Atrium fibrilasi adalah takiaritmia supraventricular
yang khas dengan aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan
perburukan fungsi mekanis atrium, sehingga atrium menghantarkan impuls terus
menerus ke nodus atrioventrikular (AV).
Pada jantung sehat normal, alat pacu jantung yang dominan adalah nodus
sinoatrial (SA node). Struktur ini yang terletak di persimpangan vena cava
superior dan atrium kanan, memulai impuls listrik yang bergerak melalui atrium
dan menyebabkan atrium kanan kiri berkontraksi dan memompa darah ke
ventrikel. Impuls listrik ditransmisikan dari atrium ke ventrikel melalui
atrioventricular nodus (AV node). Dengan cara ini, aktivitas listrik antara atrium
dan ventrikel disinkronkan, menghasilkan fungsi jantung yang optimal. Perubahan
struktural dan impuls pemicu abnormal, aktivitas listrik atrium dapat menjadi tidak
terkorodinasi dan kacau, sehingga menghasilkan atrial fibrilasi. Pada atrial fibrilasi
persisten, biasanya terdapat beberapa wavelet reentran yang menciptakan pola
aktivitas listrik yang terus menerus kacau. Aktivasitas atrium tidak teratur dan
biasanya melebihi 200 hingga 400 bpm. Nodus AV akan menyaring bebarapa
impuls ini, tetapi pada akhirnya atrial fibrilasi menghasilkan respons ventrikel
cepat yang tidak teraratur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rofi’I M. Identifikasi fibrilasi atrium pada syarat elektrokardiogram
(EKG) menggunakan support vector machine (SVM). Jurnal SIMETRIS.
2018;9(1):h231-40.
2. Nasution SA, Ranitya R, Ginanjar E. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Fibrilasi Atrium. Ed 6. Interna Publishing. 2014.h1365-79.
3. Yunadi Y. Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium. Jakarta: Centra
Communications. 2014.
4. Marzona I, O’Donnell M, Teo K. Increased risk of cognitive and functional
decline in patients with atrial fibrillation: results of the ontarget and
transcend studies. Can Med Assoc J. 2012;184(6):h329-39.
5. Chugh SS, Havmoeller R, Narayanan K, Singh D, Rienstra M, Benjamin
EJ, et al. Worldwide epidemiology of atrial fibrillation: A global burden of
disease 2010 study. Circulation. 2014;129(8):h837-47.
6. Hui DS, Morley JE, Mikolajczak PC, Lee R. Atrial fibrillation; A major
risk factor for cognitive decline. Am Heart J. 2015;169:h448-56.
7. Conti S, James AR, Bernard JG. Baseline demographics, safety, and
patient acceptance of an insertable cardiac monitor for atrial fibrillation
screening: The Reveal-AF Study. Journal of Atrial Fibrillation.
2017;9(6):h1-5.
8. Rosenthal L, Rottman JN. Atrial fibrillation. Page avalaible at :
https://www.emedicine.medscape.com [accessed on 2020 Jul]
9. European Heart Rhythm A, Europeam Association for Cardio-Thoracic S,
Camm AJ. Guidelines for the management of atrial fibrillation: the task
force for the management of atrial fibrillation of the European Society of
Cardiology (ESC). Europace: European pacing, arrhythmias, and cardiac
electrophysiology : journal of the working groups on cardiac pacing,
arrhythmias, and cardiac cellular electrophysiology of the European
Society of Cardiology. 2010;12:h1460-420.
10. Atrial Fibrillation (A Fib) Awareness. 2013. Page available at :
http://www.hrsonline.org [Accessed on 2020 Jul]
12. van den Bos EJ, Constantinescu AA, van Domburg RT, Akin S, Jordaens
LJ, Kofflard MJ. Minor elevations in troponin I are associated with
mortality and adverse cardiac events in patients with atrial fibrillation.
European heart journal 2011;32:611-7.
14. Wann LS, Curtis AB, January CT, et al. 2011 ACCF/AHA/HRS focused
update on the management of patients with atrial fibrillation (Updating the
2006 Guideline): a report of the American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines. Journal of the American College of Cardiology 2011;57:223-
42.
15. Iwasuki Y, Nishida K, Kato T, Nattel S. Atrial fibrillation
pathophysiology: implications for management. CIRCULATIONAHA.
2011;124(20):h2264-74.