Pembimbing :
DR. dr Meilani Kumala, SpGK (K)
Disusun oleh :
Putri Ayuning Tyas (406172009) Dewi Sri Fitriani (406172091)
Jumlah individu dengan usia di atas 60 tahun mencapai tiga kali lipat
dalam 50 tahun, sehinggda dibutuhkan strategi yang tepat untuk mendukung
“healthy aging” dan mencegah disabilitas. Menurut data Kemenkes tahun 2017,
jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah 23,66 juta jiwa (9,03% dari total
penduduk), dan diprediksi pada tahun 2020 akan menjadi 7,08 juta. Suatu negara
dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas 7%.. Rasio
ketergantungan penduduk lansia Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar 13,28
(setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 14 orang
lansia). Penurunan pada massa otot skeletal dan kekuatan, atau merujuk kepada
sarcopenia, merupakan contributor penting dalam terjadinya risiko pernyakit, serta
predictor dari frailty dan disabilitas. Nutrisi yang optimal dan intervensi fisik
(strength training) mempunyai perana penting untuk mencegah penyakit kronis
dan mempertahankan kesehatan lansia
Banyak produk nutrisi komersial yang dikembangkan untuk mengatasi
sarcopenia, terutama mengandung antioksidan dalam dosis besar, seperti vitamin
C dan E. suplementasi tersebut dapat berkaitan dengan adaptasi pada aktivitas
fisik yang dilakukan, atau dapat saja tidak memiliki efek yang jelas. Suplementasi
vitamin C dan E dapat menumpulkan signaling sel yang terkait dengan hipertrofi
otot pada inividu yang melakukan latihan kekuatan. Meskipun tidak ada efek pada
pemberian suplemen terhadap pertumbuhan otot selama 10 minggu latihan,
kekuatan juga menjadi menurun. Studi dari Bobeuf et al menyatakan bahwa
pemberian suplementasi dapat memberikan efek benefit dan juga tanpa efek
dalam pertumbuhan otot ketika diinduksi oleh latihan kekuatan. Studi dari Ryan et
la menunjukkan adanya efek suplementasi vitamin C dan E pada tikus tua ketika
olahraga repetitive. Secara teori, suplementasi antioksidan memberikan efek
paradoks, dalam mengfasilitasi dan menurunkan adaptasi otot pada latihan
kekuatan, dengan mempengaruhi keseimbangan redoks seluler.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
4
• Latihan kekuatan
- Dilakukan selama 12 minggu à terdrii atas 3 sesi latiahn semua
badan/minggu, dengan menjlanakn latiahn menggunakan beban untuk
memberikan efek pada otot besar
- Dua dari 3 sesi setiap minggu à dilakukan dalam intensitas sedang (8-
10 repitisi, dengan istirahat 1 menit pada tiap repetisi) à 1 sisanya
dapat berupa intensitas berat (3-5 repetisi dengan isitrahat 2 menit pada
tiap set), dan intensitas ringan (13-15 reptiisi, dengan 45 detik istirahat
pada tiap set)
- Jumlah set latihan dapat ditingkatkan 1-4 set dalam 10 minggu pertama
à kemudian diturunkan 1 set di 2 minggu terakhir. Peningkatan set
bergantung pada jumlah repetisi maksimun yang dapat dicapai
- Sebelum latihan utama dimulai à dilakukan pemansan yang
intesnitasnya adlah 50% dari target latihan utama di hari itu
- Latihan dipimpin oleh 2 instruktur berpengalaman, dan dilakukan
penyesuaian berat pada beban setiap minggu
1. Karakteristik subjek
• Didapatkan 35 subjek lansia laki-laki dengan rerata usia 68 +/- 6 tahun à
3 subjek diesklusi (1 karena tidak menyelesaikan studi, 1 karena maslaah
pada lutut, dan 1 karena masalah tekhnis)
• Rerata berat badan subjek adalah 84 kg di kelompok placebo dan 82 kg di
kelompok antioksidan, dengan massa lemak 28% dan 27% secara
berturutu-turut
2. Primary outcome
• Kedua kelompok mengalami peningkatan bermakna pada massa tubuh
bebas lemak total dan di lengan setelah 12 minggu, p<0,05
• Perubahan peningkatan signifikan di kelompok placebo pada massa bebas
lemak total (2191 gram vs 867 gram) dan kaki (727 gram vs 343 gram)
dibanding antioksidan, p=0,03
• Terdapat kecenderungan peningkatan massa lemak bebas di batang tubuh
pada kelompok plasebo dibanding antioksidan (1091 gram vs 228 gram),
namun tidak bermakna secara statistic (p>0,05)
• Tidak ada perbedaan pada peningkatan massa lemak beabas di tangan
antar kedua kelompok (561 gram vs 435 gram), p=0,9
• Tidak ada perbedaan bermakna pada peningkatan massa lemak total dan
massa lemak antar kedua kelompok
3. Secondary outcome
• Kedua kelompok mengalami peningkatan pada tebal semua otot setelah
4,8, dan 12 minggu dibanding data baseline (p<0,05)
***
THERAPY STUDY: Are the results of the trial valid? (Internal Validity)
Petient : Lansia usia > 60 tahun yg belum pernah ikut serta dalam
latian kekuatan rutin
Intervention : suplementasi antioksidan (vitamin C dan E) + latihan
kekuatan otot rutin
Comparison : suplementasi plasebo + latihan kekuatan otot rutin
Outcome : Perbaikan pada massa bebas lemak, ketebalan otot, dan
kekuatan otot
CHECKLIST OXFORD
1a. R- Was the assignment of patients to treatments randomised?
What is best? Where do I find the information?
Centralised computer randomisation is ideal The Methods should tell you how
and often used in multi-centred trials. Smaller patients were allocated to groups and
trials may use an independent person (e.g, the whether or not randomisation was
hospital pharmacy) to “police” the concealed.
randomization.
Tidak dapat ditentukan nilai dari RRR, ARR, dan NNT dalam penelitian
ini
2. How precise was the estimate of the treatment effect?
Hasil penelitian ini dapat dipercaya, karena hasil penelitian berada pada rentang nilai
CI95%, meskipun akan lebih baik jika ditampilkan nilai dari Odds Ratio (OR) atau
Risk Reduction (RR)