Anda di halaman 1dari 19

Critical Appraisal

Vitamin C and E supplementation blunt increase in


total lean body mass in elderly men after strength
training

Pembimbing :
DR. dr Meilani Kumala, SpGK (K)

Disusun oleh :
Putri Ayuning Tyas (406172009) Dewi Sri Fitriani (406172091)

Kent Vilandka (406172039) Michael Chen (406172096)


Evelline Priscillia P (406172085) Ferdian Gunawan (406172110)
Kurnia Halim (406172088) Yulianto Haryono (406172122)
Richard Anderson D (406172096)

Kepaniteraan Klinik Geriatri


STW Ria Pembangunan Cibubur
Periode 23 Desember 2019 – 26 Januari 2020
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta
2020

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
1

PENDAHULUAN

Jumlah individu dengan usia di atas 60 tahun mencapai tiga kali lipat
dalam 50 tahun, sehinggda dibutuhkan strategi yang tepat untuk mendukung
“healthy aging” dan mencegah disabilitas. Menurut data Kemenkes tahun 2017,
jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah 23,66 juta jiwa (9,03% dari total
penduduk), dan diprediksi pada tahun 2020 akan menjadi 7,08 juta. Suatu negara
dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas 7%.. Rasio
ketergantungan penduduk lansia Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar 13,28
(setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 14 orang
lansia). Penurunan pada massa otot skeletal dan kekuatan, atau merujuk kepada
sarcopenia, merupakan contributor penting dalam terjadinya risiko pernyakit, serta
predictor dari frailty dan disabilitas. Nutrisi yang optimal dan intervensi fisik
(strength training) mempunyai perana penting untuk mencegah penyakit kronis
dan mempertahankan kesehatan lansia
Banyak produk nutrisi komersial yang dikembangkan untuk mengatasi
sarcopenia, terutama mengandung antioksidan dalam dosis besar, seperti vitamin
C dan E. suplementasi tersebut dapat berkaitan dengan adaptasi pada aktivitas
fisik yang dilakukan, atau dapat saja tidak memiliki efek yang jelas. Suplementasi
vitamin C dan E dapat menumpulkan signaling sel yang terkait dengan hipertrofi
otot pada inividu yang melakukan latihan kekuatan. Meskipun tidak ada efek pada
pemberian suplemen terhadap pertumbuhan otot selama 10 minggu latihan,
kekuatan juga menjadi menurun. Studi dari Bobeuf et al menyatakan bahwa
pemberian suplementasi dapat memberikan efek benefit dan juga tanpa efek
dalam pertumbuhan otot ketika diinduksi oleh latihan kekuatan. Studi dari Ryan et
la menunjukkan adanya efek suplementasi vitamin C dan E pada tikus tua ketika
olahraga repetitive. Secara teori, suplementasi antioksidan memberikan efek
paradoks, dalam mengfasilitasi dan menurunkan adaptasi otot pada latihan
kekuatan, dengan mempengaruhi keseimbangan redoks seluler.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
2

TELAAH KRITIS

1. Gambaran Umum Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis RCT, plasebo kontrol, dan double blinding
yang dilakukan untuk membandingkan kombinasi suplementasi antioksidan
(vitamin C dan E) atau placebo dengan latihan kekuatan otot yang dilakukan
selama 12 minggu. Didapatkan 32 subjek (16 plasebo dan 16 antioksidan) yang
terlibat dalam penelitian. Latihan diobservasi oleh instruktur yang sama dan
terlatih, sekaligus untuk mengobservasi compliance dari pemberian suplementasi.
Outcome penelitian adalah perbaikan pada massa bebas lemak tubuh, ketebalan
otot, dan kekuatan otot. Analisis penelitian menggunakan prinsip ITT. Hasil
bermakna didapatkan pada massa lemak total tubuh dan tebal otot rekuts femoris
yang lebih tinggi dari sebelum intervensi pada kelompok placebo dibanding anti-
oksidan

2. Penilaian Kesahihan / Validitas


Penelitian merupakan jenis randomized controlled trial, placeb-controlled
experiment, yang bertujuan untuk menginvestigasi apakah suplementasi vitamin C
dan E dapat mempengaruhi adaptasi latiahn kekuatan pada lansia selama 12
minggu. Hipotesa penelitian adalah suplementasi vitamin dapat meningkatkan
massa otot bebas lemak dan juga ketebalan otot itu sendiri pada lansia yang
menjalankan latiahnkekuatan selama 3x/minggu. Studi dilakukan di komunitas
local Kristiansand, Norwegia. Studi telah mendapat persetujuan etik dari komite
terkait. Semua subjek mendapat inform consent.

Terdapat kriteri inklusi yang dinyatakan dalam penelitian (secara tersirat) :

a. Usia lansia lebih dari 60 tahun


b. Tidak terlibat dalam latiahn kekuatan sistematis (< 1 sesi/minggu) dalam 6
bulan terakhir
c. Tidak ada masalah pada skrining jantung yang dilakukan oleh kardiologist

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
3

Kriteria eksklusi tidak dinyatakan dalam penelitian adalah :

a. Terdapat penyakit signifikan yang menyertai (PPOK, kanker, penyakit


jantung, dsb)
b. Terdapat disabilitas dalam menjalankan latihan kekuatan
c. Menggunakan medikasi atau suplemen yang dapat menggantu intervensi
penelitian

Intervensi dan randomisasi yang dilakukan dalam penelitian adalah :

• Sebelum proses randomisasi à dilakukan pengenalan pada program


latihan dan tes 1 RM (one repetition maximun) kepada semua subjek
selama 2 minggu tanpa suplementasi
• Subjek dirandomisasi menjadi 2 kelompok à antooksidan (vitamin C dan
E) dan placebo (selulosa dan dikalsium fosfat) à dilakukan stratifikasi
berdasarkan kekuatan otot maksimal (pengukuran 1 RM)
• Subjek diminta untuk meneruskan habit aktivitas fisik dan diet yang sudah
ada
• Kelompok antioksidan
- mendapat pil yg mengandung 250 mg vitamin C dan 58,75 mg vitamin
E
- Pada hari latihan à subjek menngkomsumsi 2 pil 1-3 jam sebelum
latihan dan 2 pil lagi di 2 jam setelah latihan
- Pada hari tanpa latihan à subjek mengkomsumsi 2 pil pada pagi hari
dan 2 pil pada malam hari
- Dilakukan pencatatan pada compliance penggunaan pil
• Kelompok placebo
- Mendapat pil dengan ukuran, bentuk, dan penampakan yang sama à
mengandung selulosa dan dikalsium fosfat
- Cara pemberian dan evaluasi compliance sama dengan pil antioksidan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
4

• Latihan kekuatan
- Dilakukan selama 12 minggu à terdrii atas 3 sesi latiahn semua
badan/minggu, dengan menjlanakn latiahn menggunakan beban untuk
memberikan efek pada otot besar
- Dua dari 3 sesi setiap minggu à dilakukan dalam intensitas sedang (8-
10 repitisi, dengan istirahat 1 menit pada tiap repetisi) à 1 sisanya
dapat berupa intensitas berat (3-5 repetisi dengan isitrahat 2 menit pada
tiap set), dan intensitas ringan (13-15 reptiisi, dengan 45 detik istirahat
pada tiap set)
- Jumlah set latihan dapat ditingkatkan 1-4 set dalam 10 minggu pertama
à kemudian diturunkan 1 set di 2 minggu terakhir. Peningkatan set
bergantung pada jumlah repetisi maksimun yang dapat dicapai
- Sebelum latihan utama dimulai à dilakukan pemansan yang
intesnitasnya adlah 50% dari target latihan utama di hari itu
- Latihan dipimpin oleh 2 instruktur berpengalaman, dan dilakukan
penyesuaian berat pada beban setiap minggu

Data yang dikur adalah

• Data demografis à usia, tinggi badan, berat baan


• Data komposisi tubuh, berupa :
- Massa bebas lemak dengan DXA scan(dual energy X-ray
Absrobsitometry) (GE-Lunar Prodigy, USA) à diukur pada waktu
puasa, namun ½ L air diizinkan untuk diminum setelah bangun di pagi
hari à dilakukan 2 kali pada hari yang berbeda, dan dilakukam
analisis, dengan batas agrrement/perbedaan adalah -0,23 +/- 1,76 kg
untuk massa bebas lemak tubuh total, 0,1 +/- 0,6 kg untuk massa
bebas lemak kaki dan tangan, dan 0,6 +/_ 1,1 kg untuk massa bebas
lemak batang tubuh
- Ketebalan otot dengan ultrasonografi (B-Mode, LogicScan 128 CEXT-
IZ kit, Lithuania) à diukur pada M. vastus lateralis, m. rektus femoris,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
5

m. biceps brachii, dan m. brachialis pada tangan dan kaki dominan à
pengukuran dilakukan pada 2 tempat yang berbeda, dan 2 hari
berturut-turut, kemudian dianalisis. Ketebalan otot didefinsikan
sebagai jarak terkecil antara aponeurosis atas dan bawah otot,
menggunakan transduser yang bervariasi (25%, 50%, dan 75%). Batas
agreement dari M. biceps brachii dan m brachialis adlah 0,2 +/- 1 mm
(variasi koefisiens 1,55%), m. rektus femoris 0,1 +/- 0,6 mm (variasi
koefisiens 1,58%),, 0,6 +/- 1,1 mm untuk m. vastus lateralis (variasi
koefisiens 2,45%),
- Kekuatan otot à dengan tes 1RM à mengukur ekstensi kaki, press
leg, dan biceps curl à dilakukan sebanyak 4 kali, dengan istirahat 2
menit pada tiap sesi à peningkatan minimal dari beban yang
bdiberikan adalah 2,5 kg pada ekstensi kaki, 5 kg pada leg press, dan 1
kg pada biceps curl
Tes dilakukan pada hari yang berbeda-beda untuk tiap jenis à
pengambilan data dilakukan oleh orang yang sama

• Sampel darah puasa (> 12 jam) à untuk mengukur kadar vitamin C


(metode dari Karlsen et al), dan vitamin E (metode dari Bastani et al)
• Data intake nutrisi pada hari ke 4 tes data antopometri khsuus à intake
energi, intake protein, dan intake vitamin C dan E
• Data habitual aktivitas fisik à selama 4 hari berturut-turut à
menggunakan phycial activity monitor SenseWear Pro3 Armband (body
Media Inc, USA)
• Pengukuran data komposisi tubuh, intake nutrisi, dan habitual fisik à
kembali diambil pada akhir penelitian (4-7 hari setelah latihan terakhir),
dan tambahan pada minggu 4 dan 8 untuk tes ultrasonografi dan 1RM
• Untuk memastikan bahwa tidak terjadi pembengkakan otot sertlah latihan
à pengambilan data DXA dan ultrasonografi dilakukan minimal 3 hari
setelah latihan terakhir dilakukan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
6

Outcome yang diingikan dalam penelitian adalah (tidak dijelaskan secara
gamblang):

• Primary outcome à Komposisi tubuh (massa bebas lemak)


• Secondary outcome à ketebalan otot, kekuatan otot dan 1RM, kadar
vitamin C dan E

Metode analisis penelitian ini adalah sebagai berikut :

• Estimasi besar sampel adalah minimal 16 orang di tiap kelompok à untuk


mendeteksi perbedaan massa bebas lemak 0,7 kg dan perbedaan kekuatan
otot 11% antara kedua grup, dengan power 80%, dan signifikansi 0,05
• Prinsip analisis penelitian adalah dengan Intention-to Treat (ITT) à
dinyatakan secara eksplisit
• Analisis data statistic antara kedua kelompok à dengan Mann Whitney U
test
• Analsis data sebelum dan setelah intervensi di tiap kelompok à dengan
Wilcoxon signed rank test
• Nilai kemaknaan ditetapkan p<0,05
• Analisis menggunakan SPSS Statistic 19.0

3. Penilaian Kepentingan / Importance


Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa :

1. Karakteristik subjek
• Didapatkan 35 subjek lansia laki-laki dengan rerata usia 68 +/- 6 tahun à
3 subjek diesklusi (1 karena tidak menyelesaikan studi, 1 karena maslaah
pada lutut, dan 1 karena masalah tekhnis)
• Rerata berat badan subjek adalah 84 kg di kelompok placebo dan 82 kg di
kelompok antioksidan, dengan massa lemak 28% dan 27% secara
berturutu-turut

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
7

• Subjek dibagi menjadi 17 subjek di kelompok antioksidan dan 17 subjek
di kelompok placebo
• Compliance subjek pada sesi latihan yang diberikan adalah 94% pada
kedua kelompok à semua subjek mencapai 85% sesi latihan sepanjang
intervensi
• Tidak ada perbedaan data baseline pada hampir semua indikator antara
kedua kelompok (p>0,05), kecuali pada kaar intake protein harian dan
tebal m.vastus lateralis
• Subjek di kelompok antioksidan memiliki kadar protein yang lebih tinggi
dibanding placebo (102 vs 85 gram/hari), p<0,05
• Subjek di kelompok placebo memiliki otot m.vastus lateralis yang lebih
tebal dibanding antioksidan (25 mmvs 24 mm), p<0,05

2. Primary outcome
• Kedua kelompok mengalami peningkatan bermakna pada massa tubuh
bebas lemak total dan di lengan setelah 12 minggu, p<0,05
• Perubahan peningkatan signifikan di kelompok placebo pada massa bebas
lemak total (2191 gram vs 867 gram) dan kaki (727 gram vs 343 gram)
dibanding antioksidan, p=0,03
• Terdapat kecenderungan peningkatan massa lemak bebas di batang tubuh
pada kelompok plasebo dibanding antioksidan (1091 gram vs 228 gram),
namun tidak bermakna secara statistic (p>0,05)
• Tidak ada perbedaan pada peningkatan massa lemak beabas di tangan
antar kedua kelompok (561 gram vs 435 gram), p=0,9
• Tidak ada perbedaan bermakna pada peningkatan massa lemak total dan
massa lemak antar kedua kelompok

3. Secondary outcome
• Kedua kelompok mengalami peningkatan pada tebal semua otot setelah
4,8, dan 12 minggu dibanding data baseline (p<0,05)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
8

• Peningkatan tebal otot terbesar ditemukan signifikan pada otot m.rektus
femoris di kelompok plasebo dibanding antioksidan (3,4 mm vs 1,9 mm),
p=0,01
• Tidak ada perbedaan bermakna pada peningkatan tebal otot m. vastus
lateralis (1,5 mm vs 1,9 mm), m. biceps brachii dan m. brachilais (1,9 mm
vs 2,1 mm) antar kedua kelompok setelah intervensi (p>0,05)
• Kedua kelompok mengalami peningkatan bermakna pada tes 1RM, untuk
ekstensi kaki (12,5 kg vs 12,5 kg), leg press (50 kg di placebo vs 60 kg di
antioksidan), dan biceps curl (4 kg vs 4 kg), p<0,05
• Tidak ada hubungan bermakna antara peningkatan kekuatan otot dengan
massa bebas lemak atau ketebalan otot (r<0,4, p>0,05)
• Kelompok antioksidan mengalmai peningkatan kadar vitamin E yang lebih
tinggi secara signifikan setelah intervensi dibanding placebo (15,7% vs
8%) p=0,001
• Tidak ada perbedaan bermakna pada peningkatan kadar vitamin C antar
kedua kelompok setelah intervensi (p=0,07)

4. Penilaian Kemampuan Terapan / Applicability


Penelitian ini ingin melihat efek dari suplementasi vitamin C dan E dterhadap
adaptasi latihan kekuatan pada lansia. Di Indonesia, jumlah penduduk usia lanjut
di Indonesia mencapai peringkat lima besar terbanyak di dunia, yakni 18,1 juta
pada tahun 2010 dan akan meningkat dua kali lipat menjadi 36 juta pada tahun
2025. Angka harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 67,8 tahun pada tahun
2000-2005 dan menjadi 73,6 tahun pada tahun 2020-2025.1 Konsep penelitian ini
bukan merupakan hal yang baru, Penatalaksanaan perbaikan kualitas hidup
komprehensif pada geritatri dilakukan dengan pemberian asupan protein yang
cukup (terutama asam amino esensial leusin), suplementasi vitamin D, E, dan C,
antioksidan, selenium, serta aktivitas fisik berupa resistance training (30
menit/sesi, 2 kali seminggu).2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
9

Hasil peneltian menunjukkan jika terdapaat peningkatan massa bebas
lemak total dan ketebalan otot m.rektus femoris yang lebih rendah di kelompok
antioksidan dibanding placebo. Namun tidak ada perbedaan pada perubahan
massa bebas lemak di tangan, dan ketebalan otot m. vastus lateralis, m. biceps
brachii, dan m. brachialis. Peningkatan hipertrofi otot yang lebih tinggi pada
kelompokk plasebo dapat disebabkan karena pelemahan singling untuk hipertrofi
(p38, ERK1/2, dan p70s6K) dengan pemberian suplemen antioksidan. Hasil
peneltiian perlu diterima dengan pertimbangan karena :

• Peningkatan massa bebas lemak yg lebih tinggi di kelompok placebo yang


ada dapat disebabkan karena intensitas latihan kekuatan yang tinggi
• Adanya peningkatan bermakna juga terjadi pada kelompok dengan
pemberian antioksidan
• Kelompok antioksidan mengkomsumsi jumlah protein harian yang lebih
tinggi.
• Subjek terlalu heterogen, dapat saja sebagian besar subjek ada pada
keadaan sehat tanpa sarcopenia, sehingga hasil penelitian menjadi bias
Peneliti berpendapat bahwa peningkatan ketebalan yang lebih tinggi di otot
m.rektus femoris pada pemberian plasebo, mungkin disebabkan karena produksi
stress oksidatif yang lebih tinggi di otot tersebut, sehingga antioksidan bekerja
lebih tinggi di tempat tersebut. Pemberian suplementasi vitamin C dan E mungkin
dapat menuurnkan respon hipertrofi pada latihan otot. Penelitian dari Thomas et
al, menyatakan bahwa sarcopenia pada lansia berkaitan dengan peningkatan
RONS (reactive oxygen/nitrogen species), yang dapat diatasi dengan pembeiran
antioksidan (seperti vitamin C, vitamin E, karotenoid, resveratrol, dsb). Hal ini
menunjukkan adanya biological plausibility dari vitamin C dan E untuk
meningkatkan sistesis protein pada sarcopenia, meskipun dengan efisiensi yang
rendah.3 Subjek yang diteliti memiliki kemiriipan dengan subjek di Indonesia,
karena tidak ada kriteria khusus lansia pada pengambilan sampel. Compliance
pada penelitian adalah baik yang ditunjukkan dengan 94% subjek mengikuti
follow up sampai dengan selesai dan drop-out adalah 8%, sehingga dapat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
10

diterapkan pada sampel terpilih karena instrument penelitian yang mudah.
Randomisasi dilakukan dengan baik, yang ditunjukkan dengan tidak adanya
perbedaan data baseline antar 2 kelompok (kecuali pada tebal otot vastus lateral
dan intake protein). Generabilitas jurnal dapat diterima di Indonesia.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
11

KETERBATASAN DAN KEKUATAN PENELITIAN
Keterbatasan dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sampel relative kecil, dan waktu penelitian relatif singkat
2. Kriteria sampling terlalu umum, sehingga subjek dapat menjadi heterogen
3. Karaktersitik dari subjek dan beberapa hasil penelitian yang sudah diteliti
dimasukkan dalam metodelogi penelitian, yang harusnya ada pada bagian
hasil
4. Tidak dijelaskan metode randomisasi dan alokasi subjek yang dilakukan
oleh peneliti
5. Tidak dipaparkan alur peneltiian dalam pengambilan subjek
6. Terdapat perbedaan data ketebalan otot m. vastus lateralis yang lebih
tinggi di placebo, sehingga efek hipertrofi menjadi berkurang dan efek
antioksidan menjadi tidak terdeteksi
7. Outcome tidak dinyatakan secara gamblang oleh peneliti
8. Hasil penelitian tidak cukup kuat untuk mendeteksi perubahan/efek yang
terjadi pada suplementasi vitamin C dan E secara kuat
9. Tidak dapat dilakukan pmeriksaan biomolekuler atau biopsy untuk
menunjukkaan efek perubahan yang mungkin terjadi

Kekuatan penelitian ini adalah:


1. Terdapat kesesuaian tujuan dan hipotesa penelitian dengan metodelogi
penelitian
2. Metode randomisasi dilakukan dengan baik, dimana hampir semua
indikator baseline tidak berbeda antar kedua kelompok
3. Dilakukan double blinding kepada subjek dan peneliti, untuk menghindari
terjadinya bias
4. Terdapat observasi yang baik dalam pelaksanaan latihan kekuatan dan
pemberian suplementasi
5. Pemberian placebo dan antioksidan serupa dalam hal bentuk, penampakan,
dan cara pemberian, yang menghindarkan dari adanya bias

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
12

6. Compliance penelitian baik, dan drop-out rendah
7. Prosedur peneltiian dijelaskan dengan baik, menggunakan instrument yang
valid, dan panduan yang sudah dibuktikan sebelumnya (dimasukkan sitasi
sumber pada tiap pengukuran/prosdur yang dilakukan)
8. Data peneltiian diambil menggunakan alat yang valid dan reliabel

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
13

KESIMPULAN

Perbandingan dengan penelitian-penelitian pendahulunya adalah sebagai


berikut:

1. Penelitian oleh Boebuf et al à tidak terdapat efek pada massa bebas


lemak dengan latihan kekuatan intensitas tinggi (3x8 repetisi dari 80%
IRM, 3x/minggu), sementara pemberian supleemntasi vitamin C dan E
yang dikombinasikan dengan latihan kekuatan dapat meningkatkan massa
lemak signifikan. Namun tidak terdapat perbedaan pada massa bebas
lemak apendikular dan massa otot yang diukur dengan eksresi kreatinin
antar kedua kelompok à berbeda dengan hasil penelitian ini, akibat tidak
terdeteksinya efek pada suplemen karena latihan yang dirancang
merupakan intensitas sedang dan non-periodik
2. Penelitian oleh Peterson et al à terdapat efek superior dari latihan
kekuatan yang dirancang periodic dan dengan intensitas tinggi pada lansia
3. Penelitian oleh Jackson et al à menyatakan jika penggunaan suplementasi
anti-oksidan dosis tinggi dapat memodulasi proses penuaan dan
mensupresi ROS fisiologis
4. Penelitian pada hewan oleh Makane et al à menyatakan bahwa terdapat
penurunan hipertrofi otot plantaris dengan pemberian vitamin C yang
dikombinasi dengan overload mekanis pada tikus, karena efek penurunan
(blunt) signalling p38. ERK1/2, dan p70S6K
5. Penelitian oleh Prior et al à menyatakan bahwa otot m. rektus femoris
lebih rentan mengalami exercise-induced damage dan hipertrofi akibat
olahraga pada latihan yang berat dibanding m. vastus lateralis
6. Penelitian oleh Narici et al à peningkatan nilai 1RM yang tidak
berhubungan dengan peningkatan tebal/massa bebas lemak total pada
pemberian antioksidan dan placebo terjadi akibat respons faktor neural dan
faktor instrinsik yang tidak dpaat terdeteksi (misalnya peningkatan berat
komposisi rantai myosin)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
14

Sebagai kesimpulan, jurnal ini termasuk jurnal yang baik karena
metodelogi penelitian yang baik dan sesuai, penggunaan instrument yang valid
dan jelas, dan pemaparan hasil penelitian yang cukup baik. Penelitian memiliki
validitas internal dan eksternal yang baik Penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian suplementasi vitamin C dan E pada latihan kekuatan dapat
melemahkan peningkatkan massa otot pada lansia, sehingga perlu diberikan
dengan pertimbangan. Generabilitas penelitian umumnya dapat diterima di
Indonesia.

***

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik [Internet]. Data untuk perencanaan pembangunan


dalam era desentralisasi; 2013 [diakses Juni 2013]. Diunduh dari:
http://www. datastatistik-indonesia.com.
2. Setiati S. Geriatric Medicine, Sarkopenia, Frailty, dan Kualitas Hidup
Pasien Usia Lanjut : Tantangan Masa Depan Pendidikan, Penelitian dan
Pelayanan Kedokteran di Indonesia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
Universitas Indonesia. December 2013:1(3);234-241
3. Thomas B. Oxidative stress, Sarcopenia, Antioxidant Strategies and
Exercise. Journal of the International Society of Antioxidants.
2016:3(3);1-4

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
16

LEMBAR KERJA PENILAIAN STUDI

THERAPY STUDY: Are the results of the trial valid? (Internal Validity)

What question did the study ask?

Petient : Lansia usia > 60 tahun yg belum pernah ikut serta dalam
latian kekuatan rutin
Intervention : suplementasi antioksidan (vitamin C dan E) + latihan
kekuatan otot rutin
Comparison : suplementasi plasebo + latihan kekuatan otot rutin
Outcome : Perbaikan pada massa bebas lemak, ketebalan otot, dan
kekuatan otot
CHECKLIST OXFORD
1a. R- Was the assignment of patients to treatments randomised?
What is best? Where do I find the information?
Centralised computer randomisation is ideal The Methods should tell you how
and often used in multi-centred trials. Smaller patients were allocated to groups and
trials may use an independent person (e.g, the whether or not randomisation was
hospital pharmacy) to “police” the concealed.
randomization.

This paper: Yes √ No Unclear


Comment: Tidak dijelaskan metode randomisasi yang dilakukan, demikian juga
dengan metode alokasi subjek. Penelitian bersifat single centered. Tidak terdapat
perbedaan pada hampir semua indikator data baseline (kecuali tebal otot vastus lateral
dan intake protein)
1b. R- Were the groups similar at the start of the trial?
What is best? Where do I find the information?
If the randomisation process worked (that is, The Results should have a table of
achieved comparable groups) the groups should be "Baseline Characteristics" comparing
similar. The more similar the groups the better it the randomized groups on a number
is. of variables that could affect the
There should be some indication of whether outcome (ie. age, risk factors etc). If
differences between groups are statistically not, there may be a description of
significant (ie. p values). group similarity in the first paragraphs
of the Results section.

This paper: Yes √ No Unclear


Comment: c

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
17

2a. A – Aside from the allocated treatment, were groups treated equally?
What is best? Where do I find the information?
Apart from the intervention the patients in the Look in the Methods section for the
different groups should be treated the same, follow-up schedule, and permitted
eg., additional treatments or tests. additional treatments, etc and in
Results for actual use.

This paper: Yes √ No Unclear


Comment: Diberikan perlakukan/intervensi yang sama pada kedua kelompok, yaitu
melanjutkan aktivitas fisik dan diet seperti sebelumnya, pemberian suplementasi yang
serupa antara anti-oksidan dan placebo, serta sesi latihan yang serupa untuk tiap subjek
2b. A – Were all patients who entered the trial accounted for? – and were they
analysed in the groups to which they were randomised?
What is best? Where do I find the information?
Losses to follow-up should be minimal – The Results section should say how
preferably less than 20%. However, if few many patients were randomised (eg.,
patients have the outcome of interest, then Baseline Characteristics table) and
even small losses to follow-up can bias the how many patients were actually
results. Patients should also be analysed in the included in the analysis. You will
groups to which they were randomised – need to read the results section to
‘intention-to-treat analysis’. clarify the number and reason for
losses to follow-up.

This paper: Yes √ No Unclear


Comment: jumlah subjek yang drop-out adalah 8%, yang alasannya dijelaskan
oleh peneliti. Analisis menggunakan prinsip ITT, dimana subjek yang drop-out
disertakan dalam analisis penelitian
3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept
“blind” to which treatment was being received?
What is best? Where do I find the information?
It is ideal if the study is ‘double-blinded’ – First, look in the Methods section to
that is, both patients and investigators are see if there is some mention of
unaware of treatment allocation. If the masking of treatments, eg., placebos
outcome is objective (eg., death) then blinding with the same appearance or sham
is less critical. If the outcome is subjective therapy. Second, the Methods section
(eg., symptoms or function) then blinding of should describe how the outcome was
the outcome assessor is critical. assessed and whether the assessor/s
were aware of the patients' treatment.

This paper: Yes √ No Unclear


Comment: Dilakukan double blinding dalam penelitian

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
18

What were the results?
1. How large was the treatment effect?
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa:

• Kedua kelompok mengalami peningkatan bermakna pada massa tubuh


bebas lemak total dan di lengan setelah 12 minggu, p<0,05
• Perubahan peningkatan signifikan di kelompok placebo pada massa
bebas lemak total (2191 gram vs 867 gram) dan kaki (727 gram vs 343
gram) dibanding antioksidan, p=0,03
• Peningkatan tebal otot terbesar ditemukan signifikan pada otot m.rektus
femoris di kelompok plasebo dibanding antioksidan (3,4 mm vs 1,9
mm), p=0,01
• Kedua kelompok mengalami peningkatan bermakna pada tes 1RM,
untuk ekstensi kaki (12,5 kg vs 12,5 kg), leg press (50 kg di placebo vs
60 kg di antioksidan), dan biceps curl (4 kg vs 4 kg), p<0,05. Namun
tidak berbeda antara kedua kelompok
• Tidak ada hubungan bermakna antara peningkatan kekuatan otot dengan
massa bebas lemak atau ketebalan otot (r<0,4, p>0,05)

Tidak dapat ditentukan nilai dari RRR, ARR, dan NNT dalam penelitian
ini
2. How precise was the estimate of the treatment effect?
Hasil penelitian ini dapat dipercaya, karena hasil penelitian berada pada rentang nilai
CI95%, meskipun akan lebih baik jika ditampilkan nilai dari Odds Ratio (OR) atau
Risk Reduction (RR)

Will the results help me in caring for my patient? (External Validity/Applicability)


The questions that you should ask before you decide to apply the results of the study to
your patient are:
• Is my patient so different to those in the study that the results cannot apply? No
(Karakteristik subjek hampir serupa dengan kondisi di Indonesia)
• Is the treatment feasible in my setting? Yes (Dapat feasible, karena compliance
penelitian baik dan angka dro-out yang rendah, instrument penelitian mudah)
• Will the potential benefits of treatment outweigh the potential harms of treatment
for my patient? Yes (Terdapat biological plausibility dari vitamin C dan E
untuk meningkatkan sistesis protein pada sarcopenia, meskipun dengan
efisiensi yang rendah, tidak ada morbiditas yang terjadi pada pemberian
suplementasi)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
19

Anda mungkin juga menyukai