Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PORTOFOLIO

Penyusun:
dr. Muhammad Fahman Alghifari

Pembimbing:
dr. Deddy Setiawan
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RSUD KOJA, JAKARTA UTARA
Oktober 2020
Borang Portofolio Kasus Medis #1

Topik: Luka Bakar

Tanggal (kasus): 3 Agustus 2020 Presenter: dr. Muhammad Fahman


Alghifari

Tangga Presentasi: 12 Oktober 2020 Pendamping: dr. Deddy Setiawan

Tempat Presentasi: RSUD Koja

2
Objektif Presentasi:

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi: Luka Bakar pada pasien perempuan usia 48 tahun.

□ Tujuan: Penegakan diagnosis dan penanganan Luka Bakar

Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan:

3
Cara □ Presentasi dan
□ Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas: Diskusi

Data Pasien: Tn. Tommy 24 tahun Pekerjaan: Karyawan

Nama Faskes: RSUD Koja Telp: Terdaftar Sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/gambaran klins: Combutio grade 2 -/+ 20%

2. Riwayat pengobatan: -

4
3. Riwayat kesehatan/penyakit: -

4. Riwayat keluarga: -

5. Riwayat pekerjaan: Ibu Rumah Tangga

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: -

7. Riwayat imunisasi: -

8. Lain-lain: -

5
Tinjauan Pustaka Luka Bakar
Definisi
Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran api di tubuh
(flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn) dan suhu yang sangat rendah. (1,2,3,4)

Epidemiologi
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka morbiditas 96,1%
lebih banyak terjadi pada wanita (69%).

Etiologi Luka Bakar


Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat kimia. Ketika
kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak
panas pada kulit dan ketebalan kulit..(1,4,7,10)
1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)

Luka bakar termal disebabkan oleh air panas (scald), jilitan api ke tubuh (flash), koboran
api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya

6
(misalnya plastik logam panas dan lain-lain).

2. Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga.

3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam
hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima,
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh
dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground.

7
4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe luka
bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk keperluan terapeutik
dalam kedokteran dan industri.

Klasifikasi Luka Bakar


Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar. .(1,4,7)

I. Berdasarkan kedalamannya.
1. Luka bakar derajat I (superficial burns)

Luka bakar derajat ini terbatas hanya sampai lapisan epidermis. Gejalanya
berupa kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi dari dermis, nyeri, hangat pada
perabaan dan pengisian kapilernya cepat. Pada derajat ini, fungsi kulit masih utuh.
Contoh luka bakar derajat I adalah bila kulit terpapar oleh sinar matahari yang
terlalu lama, atau tersiram air panas. (1,2,4)

2. Luka bakar derajat II (partial thickness burns)

8
Luka bakar derajat II merupakan luka bakar yang kedalamanya mencapai
dermis. Bila luka bakar ini mengenai sebagian permukaan dermis, luka bakar ini
dikenali sebagai superficial partial thickeness burns atau luka bakar derajat II A.
Luka bakar derajat II A ini tampak eritema, nyeri, pucat jika ditekan, dan ditandai
adanya bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitas dindingya meningkat. (1,2,4,7,10)
Luka bakar derajat II yang mengenai sebagian reticular dermis (deep partial
thickeness), luka bakar ini dikenali sebagai deep partial thickeness burns atau luka
bakar derajat II B. Luka bakar derajat II B ini tampak lebih pucat, tetapi masih
nyeri jika ditusuk degan jarum (pin prick test). (1,2, 4,7,10)

3. Luka bakar derajat III (full-thickess burns)

Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan epidermis sampai ke
lemak subkutan. Luka bakar ini ditandai dengan eskar yang keras, tidak nyeri, dan
warnanya hitam, putih, atau merah ceri. Tidak ada sisa epidermis maupun dermis
sehingga luka harus sembuh dengan reepitelisasi dari tepi luka. Full-thickness
burns memerlukan eksisi dengan skin grafting. (1,2, 4,7,10)
4. Luka bakar derjat IV
Luka bakar derajat ini bisa meluas hingga mencapai organ dibawah kulit
seperti otot dan tulang. (1,2, 4,7,10)

9
Patofisiologi Luka Bakar

Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat evaporasi
yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua
dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar
kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya,
tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urin berkurrang.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem
laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah.
Pada keracunan yang berat dapat terjadi koma. 3
Respon Lokal

Terdapat 3 zona luka bakar yaitu: (1)

1. Zona Koagulasi

10
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas
dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan oleh
koagulasi constituent proteins.
2. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan perfusi
jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler (kebocoran vaskuler) dan respon
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin
berkakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya
masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona ini kecuali jika terjadi sepsis
berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.

Respon Sistemik
Perlepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat terjadinya luka bakar
memiliki efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% luas permukaan tubuh. Perubahan-
perubahan yang terjadi sebagai efek sistemik tersebut berupa: (1)
1. Gangguan Kardiovaskuler, berupa peningkatan permeabilitas vaskuler yang
menyebabkan keluarnya protein dan cairan dari intravaskuler ke interstitial. Terjadi
vasokontriksi di pembuluh darah splanchnic dan perifer.
2. Gangguan respirasi, mediator inflamasi menyebabkan bronkokontriksi, dan pada luka
bakar yang berat dapat timbul Respiratory Distress Syndrome (RDS).
3. Gangguan metabolik, terjadi peningkatan basal metabolic rate hingga 3 kali lipat. Hal

11
ini disertai dengan dengan adanya hipoperfusi splanchnic menyababkan dibutuhkannya
pemberian makanan enteral secara agresif untuk menurunkan katabolisme dan
mempertahankan integritas saluran pencernaan.
4. Gangguan imunologis, terdapat penurunan sistem imun yang mempengaruhi sistem
imun humoral dan seluler.

Diagnosis dan Evaluasi Luka Bakar

I. Berdasarkan luas permukaan luka bakar.

Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh atau
Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of
Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan
pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada
anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu
ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun. (1,2, 4,7,10)

12
Gambar 8: Wallence Rule of Nines
(Dikutip dari : Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2)

Gambar 9: Lund and Browder


(Dikutip dari : Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2)
Tatalaksana Luka Bakar

1. Prehospital

13
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di
tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Membebaskan pasien dari
pajanan atau sumber dengan memperhatikan keselamatan diri sendiri. Bahan yang
meleleh atau menempel pada kulit tidak bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat
disiriamkan ke atas luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian, namun air dingin
tidak dapat diberikan untuk mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.
(1,2,4,7,10)

2. Resusitasi jalan nafas


Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada luka
bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan sebelum
edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum dilakukan intubasi,
oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask. Intubasi bertujuan untuk
mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas pemeliharaan jalan napas
(penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage. Krikotiroidotomi masih menjadi
perdebatan karena dianggap terlalu agresif dan morbiditasnya lebih besar
dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi dilakukan pada kasus yang diperkirakan
akan lama menggunakan ETT yaitu lebih dari 2 minggu pada luka bakar luas yang
disertai cedera inhalasi. Kemudian dilakukan pemberian oksigen 2-4 liter/menit
melalui pipa endotracheal. Terapi inhalasi mengupayakan suasana udara yang lebih
baik disaluran napas dengan cara uap air menurunkan suhu yang meningkat pada
proses inflamasi dan mencairkan sekret yang kental sehingga lebih mudah
dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan pemantauan gejala dan distres
pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak, gelisah,takipneu, pernapasan dangkal,
bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan stridor. Pemeriksaan penunjang yang
perlu dilakukan adalah analisa gas darah serial dan foto thorax. (1,2,4,7,10)
3. Resusitasi cairan

14
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah: (1,4,7,10)

1. Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler


regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
2. Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.
3. Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin
survival seluruh sel
4. Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis.
I. Jenis cairan

Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan hipertonik
dan koloid: (1,4,7,10)
Larutan kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah
Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam
plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan
normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di ruang intravaskular karena
cairan ini banyak keluar ke ruang interstisial. Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL)
akan meningkatkan volume intravaskuer 300 ml. (1,4,7,10)
Larutan hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam
hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5 %,

15
7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga
cairan akan berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan garam
hipertonik meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan
cairan dari intraseluler. (1,4,7,10)
Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan Dextran.
Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi membran kapiler,
oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan didalam ruang intravaskuler.
Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
molekul akan berpindah ke ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk
edema interstisium yang ada. (1,3.6, 8)

Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas, mekanisme


bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi debridement secara alami,
mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi), pencucian luka, wound dressing dan
pemberian antibiotik topikal. Tujuan perawatan luka adalah untuk menutup luka
dengan mengupaya proses reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut
dan kontraktur dan untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini
mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini
dilakukan setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang cukup
berat. Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran besar
(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya. (1,4,7,10)
Penggunaan tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai penutup

16
luka yang memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan
untuk mengatasi infeksi pada luka. (1,4,7,10)

5. Eksisi dan graft

Luka bakar derajat IIB dan III tidak dapat mengalami penyembuhan spontan tanpa
autografting. Jika dibiarkan, jaringan yang sudah mati ini akan menjadi fokus inflamasi
dan infeksi. Eksisi dini dan grafting saat ini dilakukan sebagian besar ahli bedah karena
memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan debridement serial. Setelah dilakukan
eksisi, luka harus ditutup melalui skin graft (pencakokan kulit) dengan menggunakan
biological dressing. (1,4,7,10)

Daftar pustaka:

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88

17
2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :
Surabaya Plastic Surgery.
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p
118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-
Hill Companies. New York. p 245-259
5. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal.
November 2006
6. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus. Januari
2008
7. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. Agustus
2008
8. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles of
Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
9. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007

10. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari 2006

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis Luka Bakar


2. Evaluasi berkala pasien dengan Luka Bakar
3. Tatalaksana dan pencegahan Luka Bakar

18
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif:
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan luka bakar akibat ledakan tabung gas elpiji. Awalnya pasien
sedang memasang tabung gas, lalu wajah pasien terkena semburan gas tersebut. kejadian
jam 6 pagi hari ini. luka bakar terdapat di bagian wajah, leher, bahu kanan kiri dan tangan
kanan kiri. Setelah kejadian wajah pasien sempat diolesi pasta gigi, kemudian pasien
segera dibawa ke rumah sakit. Saat ini pasien mengeluhkan nyeri pada lokasi luka bakar,
lemas (-), sesak (-), batuk (-), suara serak (-), menggigil (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat alergi disangkal.
- Riwayat trauma disangkal.
- Riwayat operasi disangkal.
Riwayat Keluarga: -
Riwayat sosial:-
Riwayat pernikahan:-

2. Objektif:
Pemeriksaan Fisik Umum

19
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Tampak tenang
Tekanan Darah : 165/114 / mm Hg
Nadi : 90 x/menit (teratur, kuat, penuh)
Suhu : 36oC
Pernapasan : 20 x/menit (teratur, dalam)
Berat badan : 60 kg
Pemeriksaan Sistem
Kepala : normosefali, tidak ada deformitas, rambut hitam tersebar merata
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : tidak teraba pembesaran KGB, trakea di tengah
Jantung : S1 S2 normal, tidak terdapat murmur maupun gallop, apeks jantung pada
linea axillaris anterior, batas kiri jantung ICS VI linea axillaris anterior
Paru : vesikuler pada kedua lapang paru, tidak terdapat ronki maupun wheezing
Abdomen : tampak datar, bisiung usus positif, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, tidak terdapat edema
Ext bawah :
- wajah 9%
- lengan kanan depan belakang 4.5%
- lengan kiri depan belakang 4.5%
- Bahu kanan kiri 2%

20
EMBED PBrush

21
22
Lab Darah :

23
24
 Foto Polos Dada:

25
3. Assessment:
Combutio grade 2 -/+ 20%

4. Plan:
Rencana Tatalaksana
- 20% x 4 x 60kg= 4800 cc/24 jam, 8 jam pertama 2400 cc
- ketorolak 30 mg
-tetagam
-burnazin zalf
-O2 4 lpm, DC
Konsul dr. Tomie SpBP:

26
 Inf asering rumus baxter, pasang dc monitor balans cairan
 Inj ceftazidim 3x1gr
 Inj ketorolac 3x30mg
 Inj vit C 2x1 amp
 Inj omeprazol 2x1amp
 Sucralfat syr 3xC1
 Rawat luka dengan tulle burnazin cream kassa tebal
 Masuk rawat inap
 Wajah rawat luka daryantule kloramfenikol salep mata

Jakarta, Oktober 2020

dr. Muhammad Fahman Alghifari dr. Deddy Setiawan

27
28

Anda mungkin juga menyukai