Penyusun:
dr. Muhammad Fahman Alghifari
Pembimbing:
dr. Deddy Setiawan
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RSUD KOJA, JAKARTA UTARA
Oktober 2020
Borang Portofolio Kasus Medis #1
2
Objektif Presentasi:
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan:
3
Cara □ Presentasi dan
□ Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas: Diskusi
2. Riwayat pengobatan: -
4
3. Riwayat kesehatan/penyakit: -
4. Riwayat keluarga: -
7. Riwayat imunisasi: -
8. Lain-lain: -
5
Tinjauan Pustaka Luka Bakar
Definisi
Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran api di tubuh
(flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn) dan suhu yang sangat rendah. (1,2,3,4)
Epidemiologi
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka morbiditas 96,1%
lebih banyak terjadi pada wanita (69%).
Luka bakar termal disebabkan oleh air panas (scald), jilitan api ke tubuh (flash), koboran
api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya
6
(misalnya plastik logam panas dan lain-lain).
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga.
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam
hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima,
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh
dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground.
7
4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe luka
bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk keperluan terapeutik
dalam kedokteran dan industri.
I. Berdasarkan kedalamannya.
1. Luka bakar derajat I (superficial burns)
Luka bakar derajat ini terbatas hanya sampai lapisan epidermis. Gejalanya
berupa kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi dari dermis, nyeri, hangat pada
perabaan dan pengisian kapilernya cepat. Pada derajat ini, fungsi kulit masih utuh.
Contoh luka bakar derajat I adalah bila kulit terpapar oleh sinar matahari yang
terlalu lama, atau tersiram air panas. (1,2,4)
8
Luka bakar derajat II merupakan luka bakar yang kedalamanya mencapai
dermis. Bila luka bakar ini mengenai sebagian permukaan dermis, luka bakar ini
dikenali sebagai superficial partial thickeness burns atau luka bakar derajat II A.
Luka bakar derajat II A ini tampak eritema, nyeri, pucat jika ditekan, dan ditandai
adanya bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitas dindingya meningkat. (1,2,4,7,10)
Luka bakar derajat II yang mengenai sebagian reticular dermis (deep partial
thickeness), luka bakar ini dikenali sebagai deep partial thickeness burns atau luka
bakar derajat II B. Luka bakar derajat II B ini tampak lebih pucat, tetapi masih
nyeri jika ditusuk degan jarum (pin prick test). (1,2, 4,7,10)
Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan epidermis sampai ke
lemak subkutan. Luka bakar ini ditandai dengan eskar yang keras, tidak nyeri, dan
warnanya hitam, putih, atau merah ceri. Tidak ada sisa epidermis maupun dermis
sehingga luka harus sembuh dengan reepitelisasi dari tepi luka. Full-thickness
burns memerlukan eksisi dengan skin grafting. (1,2, 4,7,10)
4. Luka bakar derjat IV
Luka bakar derajat ini bisa meluas hingga mencapai organ dibawah kulit
seperti otot dan tulang. (1,2, 4,7,10)
9
Patofisiologi Luka Bakar
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat evaporasi
yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua
dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar
kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya,
tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urin berkurrang.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem
laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah.
Pada keracunan yang berat dapat terjadi koma. 3
Respon Lokal
1. Zona Koagulasi
10
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas
dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan oleh
koagulasi constituent proteins.
2. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan perfusi
jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler (kebocoran vaskuler) dan respon
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin
berkakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya
masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona ini kecuali jika terjadi sepsis
berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.
Respon Sistemik
Perlepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat terjadinya luka bakar
memiliki efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% luas permukaan tubuh. Perubahan-
perubahan yang terjadi sebagai efek sistemik tersebut berupa: (1)
1. Gangguan Kardiovaskuler, berupa peningkatan permeabilitas vaskuler yang
menyebabkan keluarnya protein dan cairan dari intravaskuler ke interstitial. Terjadi
vasokontriksi di pembuluh darah splanchnic dan perifer.
2. Gangguan respirasi, mediator inflamasi menyebabkan bronkokontriksi, dan pada luka
bakar yang berat dapat timbul Respiratory Distress Syndrome (RDS).
3. Gangguan metabolik, terjadi peningkatan basal metabolic rate hingga 3 kali lipat. Hal
11
ini disertai dengan dengan adanya hipoperfusi splanchnic menyababkan dibutuhkannya
pemberian makanan enteral secara agresif untuk menurunkan katabolisme dan
mempertahankan integritas saluran pencernaan.
4. Gangguan imunologis, terdapat penurunan sistem imun yang mempengaruhi sistem
imun humoral dan seluler.
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh atau
Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of
Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan
pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada
anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu
ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun. (1,2, 4,7,10)
12
Gambar 8: Wallence Rule of Nines
(Dikutip dari : Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2)
1. Prehospital
13
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di
tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Membebaskan pasien dari
pajanan atau sumber dengan memperhatikan keselamatan diri sendiri. Bahan yang
meleleh atau menempel pada kulit tidak bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat
disiriamkan ke atas luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian, namun air dingin
tidak dapat diberikan untuk mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.
(1,2,4,7,10)
14
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah: (1,4,7,10)
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan hipertonik
dan koloid: (1,4,7,10)
Larutan kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah
Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam
plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan
normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di ruang intravaskular karena
cairan ini banyak keluar ke ruang interstisial. Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL)
akan meningkatkan volume intravaskuer 300 ml. (1,4,7,10)
Larutan hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam
hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5 %,
15
7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga
cairan akan berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan garam
hipertonik meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan
cairan dari intraseluler. (1,4,7,10)
Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan Dextran.
Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi membran kapiler,
oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan didalam ruang intravaskuler.
Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
molekul akan berpindah ke ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk
edema interstisium yang ada. (1,3.6, 8)
16
luka yang memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan
untuk mengatasi infeksi pada luka. (1,4,7,10)
Luka bakar derajat IIB dan III tidak dapat mengalami penyembuhan spontan tanpa
autografting. Jika dibiarkan, jaringan yang sudah mati ini akan menjadi fokus inflamasi
dan infeksi. Eksisi dini dan grafting saat ini dilakukan sebagian besar ahli bedah karena
memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan debridement serial. Setelah dilakukan
eksisi, luka harus ditutup melalui skin graft (pencakokan kulit) dengan menggunakan
biological dressing. (1,4,7,10)
Daftar pustaka:
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88
17
2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :
Surabaya Plastic Surgery.
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p
118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-
Hill Companies. New York. p 245-259
5. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal.
November 2006
6. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus. Januari
2008
7. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. Agustus
2008
8. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles of
Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
9. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007
10. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari 2006
Hasil pembelajaran:
18
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif:
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan luka bakar akibat ledakan tabung gas elpiji. Awalnya pasien
sedang memasang tabung gas, lalu wajah pasien terkena semburan gas tersebut. kejadian
jam 6 pagi hari ini. luka bakar terdapat di bagian wajah, leher, bahu kanan kiri dan tangan
kanan kiri. Setelah kejadian wajah pasien sempat diolesi pasta gigi, kemudian pasien
segera dibawa ke rumah sakit. Saat ini pasien mengeluhkan nyeri pada lokasi luka bakar,
lemas (-), sesak (-), batuk (-), suara serak (-), menggigil (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat alergi disangkal.
- Riwayat trauma disangkal.
- Riwayat operasi disangkal.
Riwayat Keluarga: -
Riwayat sosial:-
Riwayat pernikahan:-
2. Objektif:
Pemeriksaan Fisik Umum
19
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Tampak tenang
Tekanan Darah : 165/114 / mm Hg
Nadi : 90 x/menit (teratur, kuat, penuh)
Suhu : 36oC
Pernapasan : 20 x/menit (teratur, dalam)
Berat badan : 60 kg
Pemeriksaan Sistem
Kepala : normosefali, tidak ada deformitas, rambut hitam tersebar merata
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : tidak teraba pembesaran KGB, trakea di tengah
Jantung : S1 S2 normal, tidak terdapat murmur maupun gallop, apeks jantung pada
linea axillaris anterior, batas kiri jantung ICS VI linea axillaris anterior
Paru : vesikuler pada kedua lapang paru, tidak terdapat ronki maupun wheezing
Abdomen : tampak datar, bisiung usus positif, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, tidak terdapat edema
Ext bawah :
- wajah 9%
- lengan kanan depan belakang 4.5%
- lengan kiri depan belakang 4.5%
- Bahu kanan kiri 2%
20
EMBED PBrush
21
22
Lab Darah :
23
24
Foto Polos Dada:
25
3. Assessment:
Combutio grade 2 -/+ 20%
4. Plan:
Rencana Tatalaksana
- 20% x 4 x 60kg= 4800 cc/24 jam, 8 jam pertama 2400 cc
- ketorolak 30 mg
-tetagam
-burnazin zalf
-O2 4 lpm, DC
Konsul dr. Tomie SpBP:
26
Inf asering rumus baxter, pasang dc monitor balans cairan
Inj ceftazidim 3x1gr
Inj ketorolac 3x30mg
Inj vit C 2x1 amp
Inj omeprazol 2x1amp
Sucralfat syr 3xC1
Rawat luka dengan tulle burnazin cream kassa tebal
Masuk rawat inap
Wajah rawat luka daryantule kloramfenikol salep mata
27
28