A. PENGERTIAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh karena kontak dengan suhu
yang tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, juga oleh sebab
kontek dengan suhu rendah (Arif, Mansjoer. 2000:44).
Luka Bakar adalah luka yang disebabkan transfer energi dan sumber panas
ke tubuh (Brunner & Suddarth, 2000:73).
Luka Bakar adalah luka yang disebabkan oleh panas kering atau panas
basah, terkena bahan kimia, arus listrik dan radiasi (Barbara C, Long,
1996:64)
Luka Bakar adalah luka yang disebabkan oleh terbakar api secara langsung
maupun tidak langsung juga pemajanan suhu tinggi matahari, listrik,
maupun bahan kimia (Syamsuw Dayat, 1997:82)
B. ETIOLOGI
Penyebab luka bakar yang paling sering secara umum adalah :
1. Kontak dengan nyala api
2. Kontak dengan bahan cair /padat yang panas
3. Kontak dengan bahan kimia
4. Kontak langsung dengan bahan kimia
5. Kontak dengan arus listrik yang tinggi
6. Sinar Ultraviolet (Sengatan sinar matahari )
(Barbara C,Long ,1996 :641-642 )
C. PATOFISIOLOGI
Cedera termis dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit sampai syok yang dapat menimbulkan asidosis nekrosis tubular akut
dan disfungsi serebral, kondisi-kondisi ini dijumpai pada kontak awal
/akut/syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama .
Dengan kehilangan kulit sebagai pelindung luka sangat mudah
terinfeksi, selain itu kehilangan kulit yang luas terjadi penguapan cairan tubuh
yang berlebihan, penguapan cairan ini disertai protein dan energi sehingga
terjadi gangguan katabolisme jaringan nekrosis yang ada melepas toksin yang
dapat menimbulkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan gangguan fungsi
organ-organ tubuh seperti hepar dan paru. Reaksi yang berkepanjangan akibat
luka bakar menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional.
Kondisi ini menyebabkan parut yang tidak beraturan, kontraktur, deformitas
sendi, dsb.
D. KEDALAMAN LUKA BAKAR
1. Derajat I (Superfisial )
Luka hanya terbatas epidermis dengan tanda kemerahan pada kulit akan
sembuh dalam waktu 5-7 hari.
2. Derajat II (Luka bakar dermis )
Luka mencapai dermis tapi masih ada demen epitel yang tersisa seperti
epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut. Tanda
luka pada derajat II: luka lebih pucat dari derajat I, karena adanya iritasi
ujung syaraf sensori, juga timbul bola berisi cairan eksudat yang keluar
karena permeabilitas dinding yang meninggi. Luka derajat II dibedakan
menjadi:
a. Derajat II dangkal
Kerusakan mengenai superfisial dan dermis ,penyembuhan secara
spontan dalam 10-14 hari .
b. Derajat II dalam
Kerusakan hampir semua bagian dermis ,subyektif merasakan nyeri
.Penyembuhan lebih lama tergantung dari yang dimiliki kemampuan
Derajat III dengan luas lebih dari 10% dan terdapat dimuka, kaki
dan tangan .
Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak atau
fraktur
Luka bakar akibat listrik
2. Sedang
Derajat III dengan luas kurang dari 10% kecuali muka, kaki dan
tangan
3. Ringan
2.
G. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi segera mungkin
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada
kulit yang vital dan elemen didalamnya ada pembatasan pembentukan jaringan
parut. Pada saat kejadian hal pertama yang harus dilakukan atau diperhatikan
adalah menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit
yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air yang
mengalir. (Arif Mansjoer, 2000:44-47).
Hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan luka, yaitu:
1.
Penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka terbagi dalam 3 fase:
a.
Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah fase yang berentang dari terjadinya luka bakar
sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan
vaskular dan proliferasi selular. Daerah luka mengalami agregasi
trombosit dan mengeluarkan serotonin. Mulai timbul epitelisasi.
b.
Fase fibroblastik
Fase yang dimulai pada hari ke- 4-20 pasca luka bakar. Fase ini timbul
serbukan fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara
klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.
c.
Fase Maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Fase ini terjadi penurunan
aktivitas selular dan vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih
dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang.
Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat,
tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
2.
Infeksi
Infeksi secara klinis dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan
mikroorganisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan dan
tergantung pada banyaknya mikroorganisme patogen dan meningkat
dengan virulensi dan resistensi dari pasien (Rice ,WFA,1995).
3.
Penanganan Luka
a.
Pendinginan Luka
Tindakan pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah pasien
berada pada zona luka bakar lebih halam. Tindakan ini juga dapat
mengurangi perluasan kerusakan fisik sel, mencegah dehidrasi dan
membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
b.
Debridemen
Tindakan debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dari
jaringan nekrosis atai bahan lain yang menempel pada luka .tindakan
ini bisa dilakukan pada saat pendinginan luka, perawatan luka,
penggantian balutan, atau pada saat tindakan pembedahan. Selain itu
debridemen juga digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi luka
dan mempercepat proses penyembuhan luka.
c.
Tindakan Pembedahan
H. KOMPLIKASI
Menurut Efendi ,Christantie,1999:22)
1. Septikemia
5. Kontraktur
2. Pneumonia
7. Dekubitus
4. Deformitas
8. Sindrom Kompartemen
9. Ileus paralitik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN LUKA BAKAR
A. PENGKAJIAN
1. Wawancara
-
Alergi
2. Pemeriksaan Fisik
-
Pengkajian Umum
Kesadaran
TTV
BB
TB
Pengkajian Luka
Luas luka
Kedalaman luka
3. Pemeriksaan Laboratorium
-
Elektrolit serum
BUN
Bronkoskopi
Koagulasi
B. PATHWAY KEPERAWATAN
Faktor Penyebab
(Termal, Kimia, Listrik, Radiasi)
Nyeri
Luka Bakar
Keracunan Karbondioksida
Kerusakan
Peningkatan
Jaringan
Pembuluh Darah
Kematian Sel
Udema
Hipovolemia &
Hemokonsentrasi
Resiko Tinggi
Infeksi
Kekurangan
Volume Cairan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. keracunan karbon monoksida atau
cedera inhalasi
2. Nyeri (akut) b.d. luka bakar
3. Kekurangan volume cairan b.d. peningkatan permeabilitas pembuluh
darah.
4. Resiko infeksi b.d. cedera luka bakar.
D. INTERVENSI
1. DX I
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. keracunan karbon monoksida atau
cedera inhalasi
BB stabil
c. Monitor TTV
d. Monitor status nutrisi
e. Anjurkan untuk banyak asupan cairan
4. DX IV
Resiko infeksi b.d. cedera luka bakar.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi/infeksi berkurang (hilang)
NOC: Risk Control
Kriteria Hasil:
-
Kriteria Hasil
Skala
II
III
IV
BB stabil
mencegah infeksi
-
DAFTAR PUSTAKA
KONSEP DASAR
PSORIASIS
A. DEFINISI
Penyakit psoriasis adalah penyakit akibat kegagalan proses
pematangan kulit. Kulit normalnya mengalami proses penggantian selama 28
hari. Akan tetapi pada kasus ini penggantian kulit semakin cepat sehingga
epidermis tidak terbentuk normal dan berlapis-lapis/bersisik.
Psoriasis merupakan penyakit yang dirasa aneh oleh masyarakat,
karena pada beberapa kasus mengenai seluruh tubuh. Kondisi pasien cukup
memprihatinkan, kulit bersisik, dan bau badan amis sehingga pasien psoriasis
mendapat julukan manusia lilin atau manusia ikan.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian psoriasis yaitu:
Psoriasis adalah penyakit kulit kronis dengan bentuk lesi-lesi yang khas
berupa penebalan epidermis dengan pergantian epidermis yang cepat.
(Harahap, M, 1990)
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis yang residif yang
ditandai oleh adanya macula eritematosa, bentuknya dapat bulat atau
lonjong yang tertutup skuama tebal, transparanm atau putih keabu-abuan.
(Djuanda A, 2001)
Psoriasis ialah penyakit yang bersifat kronis dan residif, ditandai dengan
adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,
Kulit kepala
Tengkuk
Interskapula
Lumbosakral
C. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia dengan angka
kesakitan yang berbeda-beda. Pada bangsa yang berkulit hitam seperti di
Afrika jarang ditemukan.
akan kambuh lagi bahkan lebih berat. Obat lainnya yaitu klorokuin dan
obat antihipertensi betabloker.
d. Stress Psikologis
Dapat menghambat pertumbuhan sel-sel epidermis, tetapi bila
penderita sensitive terhadap sinat matahari, malahan penyakit psoriasis
akan bertambah hebat karena reaksi isomorfik.
e. Kehamilan
Kadang-kadang wanita yang menderita psoriasis dapat sembuh saat
hamil, tetapi akan kambuh lagi sesudah bayinya lahir, dan penyakit ini
akan kebal terhadap pengobatan selama beberapa bulan.
E. PATOGENESIS
Perubahan morfologik dan kerusakan sel epidermis pada penderita
psoriasis telah banyak diketahui gambaran histopatologi kulit yang terkena
psoriasis seringkali menunjukkan akumulasi sel monosit dan limfosit di
puncak papil dermis dan di dalam stratum basalis. Sel-sel radang ini tampak
lebih banyak, apabila lesi bertambah hebat. Pembesaran dan pemanjangan
papil dermis menyebabkan epidermodermal bertambah luas dan menyebabkan
lipatan di lapisan bawah stratum spinosum tambah banyak.
Proses ini juga menyebabkan masa pertumbuhan kulit menjadi lebih
cepat dan masa pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari normal, dari 28
hari menjadi 3-4 hari. Stratum granulosum tidak terbentuk dan di dalam
stratum korneum terjadi parakeratosis. Dengan pemendekan interval proses
keratinisasi sel epidermis dan stratum basalis menjadi stratum korneum,
proses pematangan dan keratinisasi gagal mencapai proses yang sempurna.
Selain proses keratinisasi terganggu, proses biokimiawi di dalam
masing-masing sel berubahdengan mikroskop electron dapat dilihat, di dalam
sel epidermis, produksi tonofilamen keratin dan butir-butir keratohialin
berkurang dan adenosine 35 monofosfas (AMP-siklik) pada lesi-lesi psoriasis
berkurang. Ini sangat penting dalam pengaturan aktivitas mitosis sel
epidermis.
F. GAMBARAN KLINIK
Penderita psoriasis umummnya tidak menunjukkan perubahan
keadaan umum, kecuali bila stadium penyakitnya sudah sampai pada
eritrodermia. Ada penderita yang mengeluh gatal, merasa kaku, atau sakit bila
bergerak. Gejala pertama psoriasis berupa makula dan papula eritem.
Makuola merah, papul, skuama putih perak, pustul menyebar secara
sentrifugal. Daerah yang sering terkena adalah permukaan ekstensor
ekstermitas, kulit kepala, dan daerah sakrum dan anal. Akibat penyebaran
yang seperti ini dijumpai beberapa bentuk psoriasis yaitu :
Scalp psoriasis, psoriasis ini menyerang kurang lebih 50% dari pasien.
Ditandai dengan kemerahan pada kulit yag meningkat menjadi plakat
dengan skuama perak pada scalp.
terjadi
apabila
penderita
mengalami
hipotermi
dan
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dapay membantu menyokong
diagnosis psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari
penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilakukan, seperti pemeriksaan darah
rutin, mencaripenyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk
penyakit diabetes mellitus.
Pemeriksaan Histopatologi
Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis ialah
hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum granulosum.
Papilomatosis ini dapat memberi beberapa variasi bentuk seperti gambaran
pemukul bola kasti atau pemukul bola golf.
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga
pematangan keratinisasi terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal.
Di dalam sel-sel tanduk ini masih dapat ditemukan inti-inti sel yang disebut
parakeratosis. Di dalam stratum korneum dapat ditemukan kantong-kantong
kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro
abses Munro. Pada puncak papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah
kecil yang disertai oleh sebukan sel-sel radang limfosit dan monosit.
H. PENGOBATAN
Psoriasis sebaiknya diobati secara topical, jika hasilnya kurang
memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan sistemik, karena efek
sampingnya pengobatan sistemik lebih banyak.
1. Pengobatan Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada psoriasis eritrodermik dan
psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednisone
sehari, jika telah sembuh dosis diturunkan perlahan-lahan.
b. Obat sitostatik
Obat sitostatik yang biasanya digunakan ialah metotreksat. Indikasinya
jalan untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis dengan lesi
kulit, dan eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan
obat standar.
Kontraindikasinya ialah jika terdapat kelainan hepar, ginjal, system
hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya
tuberkolosis), ulkus peptikum, colitis ulserosa, dan psikosis.
c. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Di antara
penderita Parkinson yang sekaligus juga menderita psoriasis, ada yang
membaik psoriasisnya dengan pengobatan levodopa. Menurut uji coba
yang kami lakukan obat ini berhasil menyembuhkan kira-kira sejumlah
40% kasus psoriasis. Dosisnya antara 2 x 250 mg 3 x 500 mg, efek
sampingnya berupa: mual, muntah, enoreksida, hipotensi, gangguan
psikik, dan pada jantung.
d. DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis
pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek
sampingnya ialah: anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan
agranulositosis.
e. Etretinat (tegison, tigason)
Obat ini merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang
sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya.
Dapat pula digunakan untuk eritroderma psoriatika. Cara kerjanya
belum diketahui pasti. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi
proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.
f. Siklosporin
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kg berat badan sehari.
Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk
psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi
kekambuhan.
2. Pengobatan Topikal
a. Preparat ter
Obat topical yang biasa kami gunakan ialah preparat ter, yang
mempunyai efek antiradang. Menurut asalnya preparat ter dibagi
menjadi 3, yakni yang berasal dari:
-
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid topical juga memberi hasil yang baik, saying harganya
terlalu mahal. Harus dipilih golongan kortikosteroid yang poten,
misalnya dengan senyawa flour. Jika lesi hanya beberapa dapat pula
disuntikan triamsinolon asetonid intralesi seminggu sekali.
c. Ditranol (antralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya ialah mewarnai kulit dan
pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 0,8% dalam pasta
atau salap. Penyembuhan dalam 3 minggu.
d. Pengobatan dengan penyinaran
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat
mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara
yang terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi saying tidak dapat
diukur dan jika berlebihan malah akan memperhebat psoriasis. Karena
itu digunakan sinar ultraviolet antifisial, di antaranya sinar A yang
dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri
atau berkombinasi dengan psoralen (8 metoksipsoralen, metoksalen)
dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang
terkenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN PSORIASIS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, penyakit psoriasis
dapat menyerang semua kelompok umur. Tetapi umumnya pada orang
dewasa; jenis kelamin, insidens pada pria agak lebih banyak dari pada
wanita; suku bangsa, lebih banyak diderita orang kulit putih daripada
kulit berwarna.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul, lesi bersisik pada kulit, terasa agak gatal dan
panas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya infeksi sehingga tanda-tanda infeksi dapat ditemukan, dapat
juga karena faktor psikologis. Biasanya klien sedang mengalami
kondisi psikologis yang tidak menyenangkan (stres, sedih, marah, dll.
Lesi yang timbul semakin menghebat pada cuaca yang dingin, dan rasa
gatal semakin terasa terutama pada daerah predileksi.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu sebagian klien pernah menderita penyakit
yang sama dengan kondisi yang dirasa sekarang. Riwayat penyakit
infeksi juga perlu dikaji (mis: tonsillitis, faringitis, atau TB paru).
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Diduga faktor genetic/herediter juga mempengaruhi sehingga perlu
dikaji riwayat keluarga yang menderita psoriasis.
6. Riwayat Psikososial
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, penyakit ini
menyebabkan ganggguan kosmetik karena psoriasis dapat mengenai
seluruh tubuh sehingga tidak enak dipandang mata .
7. Kebiasaan Sehari-hari
Perlu dikaji kebiasaan membersihkan diri klien, cara mandi (lesi
psoriasis tidak boleh digosok secara kasar karena dapat menimbulkan
trauma
[Fenomena
Koebner])
dan
dapat
merangsang
proses
B. PATHWAY KEPERAWATAN
Faktor Predisposisi
Faktor Herediter
Faktor psikis
infeksi Vokal
Penyakit Metabolik
Gangguan Pencernaan
Faktor Cuaca
Faktor Provokatif
Fakor Trauma
Faktor Infeksi
Obat-obatan
Sinar UV
Stress
Kehamilan
Epidermal Bertambah
Luas
Bertambah Lipatan
Dibawah Stratum Spinosum
Gangguan
Konsep Diri
Kurang
Pengetahuan
Kerusakan
Interaksi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
D. INTERVENSI
DX I
Kerusakan Interaksi Sosial b.d Keadaan yang memalukan pada
psoriasis
NOC:
Tujuan: Kerusakan Interaksi sosial tidak terjadi
Kriteria Hasil:
Ket.Skala :
1.
Tidak ada
2.
Terbatas
3.
Sedang
4.
Banyak
5.
Luas
2.
3.
Identifikasi
tugas-tugas
yang
dapat
meningkatkan
atau
DX II
Harga Diri Rendah b.d Gangguan gambaran diri akibat penyakit kronik
NOC: Harga Diri
Tujuan: Tidak terjadi harga diri rendah
Kriteria Hasil:
Membuka komunikasi
Tingkat kepercayaan
Ket.Skala :
1. Tidak Pernah Positif
2. jarang
3. Kadang
4. Selalu
5. Selalu Positif
NIC: Peningkatan Harga Diri
1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
2. Pertahankan kontak mata dalam berkomunikasi dengan sesama
3. fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang meningkatkan harga diri
4. Monitor frekuensi dari pengakuan diri yang negatif
5. Monitor tingkat harga diri secara teratur
DX III
Kurang pengetahuan b.d Keterbatasan paparan informasi
NOC: Pengetahuan Prosedur Perawatan
Tujuan: Diharapkan tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan
penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil:
Mendekripsikan prosedur
Ket.Skala :
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Sedang
4. Berat
5. Extensif
NIC: Mengajarkan Proses Penyakit
1. Tingkatkan tingkat pengetahuan pasien yang derhubungan dengan
proses penyakit yang spesifik.
2. Deskripsikan tanda dan gejala umum dari penyakit.
3. Identifikasi penyebab yang mungkin
4. Diskusikan terapi atau perawatan
5. Intruksikan kepada pasien untuk meminimalkan efek samping
E. EVALUASI
DX I
Kerusakan Interaksi Sosial b.d Keadaan yang memalukan pada
psoriasis
Kriteria Hasil
Interaksi
dengan
teman
terdekat
Interaksi
keluarga
DX II
Skala
4
dengan
anggota
Harga Diri Rendah b.d Gangguan gambaran diri akibat penyakit kronik
Kriteria Hasil
Verbalisasi penerimaan diri
Mempertahankan
Skala
4
5
5
kontak
mata
Membuka komunikasi
Tingkat kepercayaan
DX III
Kurang pengetahuan b.d Keterbatasan paparan informasi
Kriteria Hasil
Mendekripsikan
Skala
5
5
prosedur
Menjelaskan
tujuan
4
dari prosedur
Mendeskripsikan tahap
4
dari prosedur
Mendeskripsikan
hubungan
pencegahan
dengan
prosedur
Mendeskripsikan
Menunjukan prosedur
perawatan
Mendeskripsikan
potensial efek seimbang
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Jakarta: Hipokrates.
Harahap, Marwali, dkk. 1984. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Medan:
Penerbit Alumni.
Rahariyani, Dwi L. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan SIstem
Intergumen. Jakarta: EGC.
KONSEP DASAR
1. Pengertian Dermatitis
Menurut Sarwono (2003:11) dermatitis merupakan penyakit inflamasi
supervisial kulit baik faktor endogen maupun faktor eksogen.
Menurut Mansjoer (2000:11) dermatitis merupakan epideermo-dermatitis
sebagai gejala subyektif pruritas.
Menurut Hembing (2004) dermatitis atau yang sering dikenal eksim
merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan, itu dapat terjadi
karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, umumnya
menyebabkan peradangan dan gatal pada kulit.
2. Etiologi
Menurut Djuanda (1993:12) penyebab dermatitis kadang-kadang tidak
diketahui penyebabnya, sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agenagen yang beraneka ragam, misal zat kimia, protein,bakteri dan fungus.
Respon tersebut biasanya berhubungan dengan alergi.
3. Patofisiologi
Menurut Mansjoer A. (2000:87) patofisiologi dari dermatitis karena
perubahan hipopatologik, dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis
tergantung pada stadiumnya.
Pada penderita akut, perubahan paling dini dan paling ringan adalah
erytema dan edema serta kelainan pada epidermis berapa vesikel atau bula,
spongiosis, edema intisel, dan eksositosis terutama sel mononuklear. Kadang
tampak krusta menutupi epidermis, dermis lembab pembuluh darah melebar
disekitarnya terdapat sel radang mononuklear.
Pada stadium sub akut hampir seperti pada stadium akut jumlah resikel
sedikit, lebih kecil dan mengeluarkan cairan (cozing) dan kemudian menjadi
kusta dan squama, kelainan di dermis menyerupai stadium akut.
Pada stadium kronis kulit akan mengalami Lichenifikasi (penebalan
dengan tanda-tanda kulit yang jelas), spongiosis ringan kadang-kadang terlihat
sedangkan vertikel tidak lagi ditemukan.
4. Penatalaksanaan
a. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
anti histamin-antiserotonin, anti bradikinin, anti-SRS-A dsb. Pada kasus
berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
Bila dermatitis akut diberi kompres. Bila sun akut, diberi losio (bedak
kocok), pasta krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik,
diberi salep.
5. Patofisiologi
Hipersensitivitas
tipe lambat
Hapten berpenetrasi ke
dlm kulit
Antigen lengkap
Ditangkap&diproses
makrofag & sel langerhans
Limfosit T bereaksi
Kulit tersenditisasi
Saluran limfe
Darah parakortikal
kel.getah bening regional
Berdiferensiasi&berproli
ferasi btk sel T efektor
Sbgian kembali ke
kult sistem limfoid
Fase elisitasi
Kontak ulang dg
hapten yg sama
Sel efektor
tersensitisasi
limfokin
Timbul gejala
-KLASIFIKASI
Klasifikasi ekzema didasarkan atas kriteria patogik, walaupun kebanyakan bentuk
penyakit tidak diketahui. Ekzema dibagi atas 2 tipe :
1. Endogen ( konstitusional )
Contoh : Dermatitis atopik, dermatitis seboroik, liken simpeks kronis,
dermatitis non spesifik ( pompoliks, dermatitis numuler,
dermatitis xerotik, dermatitis otosensitisasi), dan dermatitis
karena obat.
2. Eksogen
Contoh : Dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis
foto alergik, dermatitis infektif, dan dermatofitid.
TIPE ENDOGEN
1. DERMATITIS ATOPIK (EKZEMA ATOPIK)
Dermatitis atopik (DA) adalah dermatitis yang terjadi pada orang
yang mempunyai riwayat atopi. Atopi berasal dari bahasa Yunani yang
berarti penyakit aneh ataupun hipersensitivitas abnormal untuk melawan
faktor-faktor lingkungan, dijumpai pada penderita ataupun keluarganya,
tanpa sensitisasi yang jelas sebelumnya. Diatesis atopik ditandai dengan
adanya reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan dari lingkungan
sekitarnya seperti : bahan iritan, alergen, dan kecenderungan untuk
memproduksi IgE. IgE serum lebih tinggi pada penderita DA
dibandingkan dengan penderita atopik lainnya ; dan paling tinggi pada
penderita DA serta penyakit pernafasan dan alergik.
MANIFESTASI KLINIK
Dermatitis atopik merupakan bentuk ekzema
paling sering
Faktor turunan
Faktor imunologi
Gangguan imunologi yang menonjol pada DA adalah adanya
peningkatan produksi IgE karena aktivitas limfosit T yang
meningkat
PENGOBATAN
a.
Tindakan Umum
Aeroallergen : D. pteronyssinus
Mikroba
Faktor psikis
b.
Tahap-Tahap Pengobatan
Tahap 1
Antihistamin :
Klorferinamine 2-4 mg, 3 kali sehari hydroxizine : 5-10 mg 3
kali sehari. Pada anak sekolah jangan diberikan yang non
sedatif : cefterizine, loratadin, astemizol, terfenadin (bersama
dengan eritromisin menimbulkan aritmia).
Tahap 2
Steroid oral
Rawat, kompres
Terapi foto
Sinar ultraviolet A (UVA dimulai dengan 3-5 J, naikkan 0,5 J
setiap kali kunjungan dan berhenti pada 8-10 J. Diberikan 2-3
kali seminggu, UVA ini dapat melumpuhkan sel langerhans.
UVB dimulai dengan 30-50 mJ ; naikkan 10mJ setiap kali
kunjungan, dan berhenti bila telah mencapai 80-100 mJ
Tahap 3
Siklosporin
Metotrexat
Injeksi Timopentin
Natamycine
Siklosporin topical
c.
Pix lithantracis
Ichtamol 2-10%
- Antiseptik
- Antibiotika
Aminoglikosid : gentamisin, basitrasin
Makrolid : eritromisin, klindamisisn
Klortetrasiklin 2-5%
Asam fusidat
Harus diingat pengobatan dengan preparat ter jangan diberikan pada
ekzema yang eksudatif dan ekzema dengan infeksi sekunder. Juga
hindari dengan paparan sinar matahari.
2. DERMATITIS SEBOROIK
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat
pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan
muka, kronik dan superfisial.
ETIOLOGI
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti. Hanya didapati
aktivitas kelenjar sebasea berlebihan. Dermatitia seboroik dijumpai pada
bayi dan pada usia setelah pubertas. Kemungkinan ada pengaruh hormon.
Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah
lahir dan penyakitnya akan mulai membaik bila kadar hormon ini
menurun. Penelitian lain menunjukkan bahwa Pityrosporum ovale
(Malassezia ovale), jamurlipofilik, banyak jumlahnya pada penderita
dermatitis seboroik.
karena
banyak
kelenjar
sebasea,
yaitu
kulit
kepala,
retroaurikula, alis mata, bulu mata, sulkus nasolabialis, telinga, leher, dada,
daerah lipatan, aksila, inguinal, glutea, dibawah buah dada. Distribusinya
biasanya bilateral dan simetris berupa bercak ataupun plakat dengan batas
yang tidak jelas, eritem ringan dan sedang, skuama berminyak dan
kekuningan. Dermatitis seboroik jarang menyebabkan kerontokan rambut.
Terjadi perubahan komposisi produk kelenjar sebasea, sehingga bakteri
komensal yang ada dipermukaan kulit dapat berkembang biak, seperti
Pityrosporon ovale dan spesies piokok
Ruamnya berbeda-beda, sering ditemukan pada kulit yang
berminyak. Ruamnya berupa skuama yang berminyak, berwarna
kekuningan, dengan batas yang tak jelas da dasar berwarna merah
(eritem). Pada dermatitis seboroik ringan, hanya didapati skuama pada
kulit kepala. Skuama berwarna putih dan merata tanpa eritem. Dermatitis
seboroik berat dapat mengenai alis mata, kening, pangkal hidung, sulkus
nasolabialis, belakang telinga, daerah presternal dan daerah diantara
scapula. Blefaritis ringan sering terjadi. Bila lebih berkembang lagi,
lesinya dapat mengenai daerah ketiak, infra mamma, sekitar pusar, daerah
anogenital, lipatan gluteus, dan daerah inguinal.
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik ini dibagi 3 yaitu :
a. Seboroik kepala
b. Seboroik muka
c. Seboroik badan dan sela-sela
PENGOBATAN
a. Tindakan umum
Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan
sering kambuh. Harus dihindari factor pencetus seperti : stress
emosional, makanan berlemak, dan sebagainya.
b. Pengobatan topikal
Digunakan sampo yang mengandung sulfur atau asm salisil dan
selenium sulfide 2%, 2-3 kali seminggu selama 5-10 menit. Atau dapat
diberikan sampo yang mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 12%. Kemudian dapat diberikan krim untuk tempat yang tidak berambut
atau
losio/gel
kortikosteroid
untuk
daerah
yang
berambut.
4. DERMATITIS STATIS
Dermatitis statis yang terjadi akibat adanya gangguan aliran darah
vena di tungkai bawah. Hal ini terjadi karena adanya gangguan katub vena
sehingga tekanan kapiler meningkat dan terjadi kerusakan kapiler yang
menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah karena
kapiler rusak. Selanjutnya timbul statis yang ireversibel. Jaringan akhirnya
dipenuhi cairan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk
hemosiderin. Hemosiderin mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan
pertama. Sering ada riwayat trauma seminggu atau lebih sebelumnya pada
daerah yang sakit, sebelum timbul dermatitis yang menyeluruh tersebut.
7. DERMATITIS NUMULER
Dermatitis yang bentuk lesinya yang bulat seperti uang logam.
ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Banyak faktor berperan
untuk terjadinya dermatitis ini. Kolonisasi lesi oleh stafilokokus dapat
memperberat penyakit meskipun tanpa tanda-tanda infeksi. Meskipun
demikian, sensitivitas alergik terhadap stafilokokus atau mikrokokus dapat
menyebabkan perluasan lesi. Dermatitis ini tidak berhubungan dengan
atopi. Insidensi terutama pada musim dingin. Penyakit ini bertambah jelek
pada waktu panas. Dermatitis numuler terutama mengenai laki-laki dan
eksaserbasi terjadi pada waktu musim panas, lembab. Bahan iritan, seperti
kain wol, sabun, sering mandi, dan obat-obat, dapat menumbulkan iritasi.
Faktor pencetus harus dihindari, seperti pakaian wol, stres emosional,
mandi berulang-ulang dengan sabun sehingga menjadi kulit kering,
terutama waktu musim dingin dan kelembaban yang rendah.
MANIFESTASI KLINIK
Kelainan kulit mula-mula berupa papulo vesikula di atas dasar
eritem yang timbul mendadak pada kulit yang tampak normal, kemudian
pecah, sehingga terjadi eksudasi dan krusta. Erupsi dimulai tunggal atau
beberapa buah. Timbul bercak eritematous yang berbentuk uang logam.
Lesi dapat berair sehingga timbul krusta. Bisa dijumpai pustula.
Bila penyakit berlanjut, vesikula akan berkurang banyak, terbentuk
skuama, dan sering disertai penyembuhan di bagian sentral dan pelebaran
di bagian perifer. Pada fase akut, dijumpai lesi berwarna merah, basah,
berksurta, dan sangat gatal. Pada fase kronik dijumpai lesi yang kering,
berskuama, dan likenifikasi. Ada rasa gatal, kadang-kadang rasa panas.
Distribusinya adalah bagian ekstensor ekstremitas atas, terutama
bagian dorsal tangan, dan badan. Pada laki-laki, sering timbul di daerah
ekstremitas bagian bawah.
lokalisasinya
di
tempat
yang
banyak
berkeringat
Steroid topikal.
A.
B.
iritan yang tidak terlalu kuat, seperti sabun, deterjen, dan larutan
antiseptik.
MANIFESTASI KULIT
Dapat dibagi dalam dua stadium:
Stadium I : Kulit kering dan pecah-pecah. Stadium ini dapat sembuh
dengan sendirinya
C.
DERMATITIS TANGAN
Dermatitis ini sering terjadi pada ibu rumah tangga. Sering terjadi
1. Hindarkan sabun
2. Pakai sarung tangan kalau bekerja
3. Topikal : dapat diberikan kortikosteroid
4. Bila lesi akut (kulit bengkak dan basah) dapat diberikan
kompres dengan liquor Burowi 1:20 tiap dua jam sekali
5. Kemudian dapat diberikan kortikosteroid topikal ataupun
sistemik.
II. DERMATITIS KONTAK ALERGIK
Dermatitis kontak alergik (DKA) dapat terjadi karena kulit
terpajan/berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat sensitizer (alergen).
Dermatitis kontak alergik lebih kurang merupakan 20% dari seluruh
dermatitis kontak.
PATOFISIOLOGI
DKA, yang digolongkan dalam reaksi imunologik tipe IV,
merupakan hipersensitivitas lambat.
Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis kontak alergik.
1. Fase Primer (induktif/afferen), yaitu penetrasi bahan yang mempunyai
berat molekul kecil (hapten) ke kulit, yang kemudian berkaitan dengan
karier protein di epidermis. Komponen tersebut akan disajikan oleh sel
Langerhans (LCs) pada sel T. Di kelenjar limfe regional, komplek yang
terbentuk akan merangsang sel limfosit T di daerah parakorteks untuk
memperbanyak diri dan berdiferenisasi menjadi sel T efektor dan sel
memori. Terbentuklah sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,
peredaran perifer, dll.
2. Fase sekunder (eksitasi/eferen), yaitu pajanan hapten pada individu
yang telah tersensitasi, sehingga antigen disajikan lagi oleh sel
Langerhans ke sel T memori di kulit dan limfe regional. Kemudian
terjadi reaksi imun yang menghasilkan limfokin. Terjadi reaksi
inflamasi dengan perantaraan sel T, karena lepasnya bahan-bahan
limfokin dan sitokin. Terjadinya reaksi ini maksimum 24-48 jam.
PENGOBATAN
Emolien topikal.
kandida disebut kandidid reaksi eczema ini terlokalisir pada tangan dan
inguinal.
14. DERMATITIS EKSFOLIATIFA GENERALISATA
Dermatitis
eksfoliata
generalisata
adalah
suatu
kelainan
Puritis
Tidak menjaga
kebersihan ,
kebiasaan hidup tak
sehat
Ekskorasi, erosi
Resiko terhadap
penularan infeksi
Resiko
infeksi
hipertermi
Kerusakan integritas
kulit
gangguan citra tubuh
PENGKAJIAN
Data subjektif
Bila terjadi cedera akut dari dermatitis kontak atau eksaserbasi eksim,
sangat penting untuk mengetahui faktor penyebabnya agar dapat mencegah kontak
ulang atau terhadap perubahan. Data yang harus dikumpulkan sejak awal ialah :
1. Pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak
2. Kemungkinan bisa kontak dengan bahan yang menimbulkan iritasi
dirumah, tempat pekerjaan, atau pada waktu kegiatan rekreasi.
3. Riwayat tentang infeksi yang berulang ulang, kemungkianan
berkurangnya respon imunatif.
4. Resep obat baru, terutama penicillin atau sulfanilamidz.
5. Peningkatan stress yang dicatat pasien
6. Faktor faktor yang membuat lebih parah ( resep dokter atau pengobatan
pribadi)
7. Luasnya pruritus dan faktor yang membuat lebih parah.
Data objektif
Lesi diperiksa setiap hari untuk diketahui apakah terdapat perubahan atau
ada infeksi. Observasi dilaksanakan apakah pasien masih suka menggaruk garuk
lesi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi
2. Risiko infeksi b.d erosi, ekskorasi
3. Hipertermi b.d proses infeksi
4. Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dermatitis)
INTERVENSI
Dx 1
Kerusakan integritas kulit b.d lesi
NOC : Tissue integrity
Kriteria hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
longgar
Dx 2
Risiko infeksi b.d erosi, ekskorasi
NOC :Imune status
Kriteria hasil :
timbulnya infeksi
Batasi pengunjung
Dorong istirahat
Dx 3
Hipertermi b.d proses infeksi
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil :
Nadi
dan
pernapasan
dalam
rentang
yang
diharapkan
Perubahan warna kulit tidak ada
kebutuhan
Dx 4
EVALUASI
Dx
Kriteria hasil
Skala
Keterangan skala
Integri
bisa
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
tas
kulit
yang
baik
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
i jaringan baik
Mamp
II
melindungi
kulit
mempertahankan
dan
2 : Jarang dilakukan
kelembaban
4
Pasien
5 : Selalu dilakukan
III
Menu
njukan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
Menu
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
Suhu
kulit
dalam
rentang
yang
diharapkan
Suhu
4
4
penatalaksanaannya
IV
Nadi
3 : Kompromi baik
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Marwali.2000.Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta:Hipokrates.
Kenneth. 1984 .Pedoman Terapi Dermatologis. Yogyakarta : Yayasan Eksterna
Medika.
Manjoer,Arif,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3.Jakarta:Media
Aesculapius.
Smeitzer,Suzana C,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8.Jakarta:EGC.