Disusun oleh
Kelompok 3 / Kelas 3B
1. Rifqoh Adiya I.K 1501100061
2. Lavenia Ika Novitasari 1501100062
3. Henny Rosa Rosyida 1501100064
4. Anisa Nurkholifah 1501100065
5. Nabilah Alwafi T.S 1501100066
6. Miranda Amami R 1501100067
7. Thanti Rhusdiana W 1501100068
8. Febri Dwi Hariono 1501100070
9. Alif Reza Q.R 1501100074
2.1.2 PREVELENSI
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang
dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang
terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua
sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua
puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan
tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi
gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari
50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75%
mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar
biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang
diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan
penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan
fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih
efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada
sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan
tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya,
penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan
permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar
yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh
cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan
komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api
atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia
memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan
listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain
dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat
mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik
pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan
umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar
sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar
tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta
terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan
langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur,
status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi
beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar
sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau
kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya.
Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan
yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang
yang menyertai pada luka bakar tertentu.
2.1.3 ETIOLOGI
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
2.1.4 KLASIFIKASI
Berikut ini merupakan klasifikasi luka bakar :
a. Berdasarkan kedalamannya, luka bakar diklasifikasikan menjadi :
1) Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat I merusak bagian kulit yaitu epidermis, ini biasa
dikarenakan akibat terjemur matahari. Pada awalnya terasa nyeri karena
ujung-ujung saraf sensorik teriritasi dan kemudian gatal akibat stimulasi
reseptor sensoris dan biasanya akan sembuh dengan spontan tanpa
meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama adalah setiap
luka bakar yang di dalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan
jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah
yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi
oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan
dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar
derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam
5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama
akan sembuh tanpa bekas.
Luka bakar derajat I :
1) Disebut juga luka bakar superficial
2) Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah
dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
3) Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
4) Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).
2) Luka bakar derajat II
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna
merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal,
nyeri karena ujung_ujung saraf teriritasi. luka bakar dibedakan menjadi 2,
yaitu :
a) Derajat II dangkal (superficial)
mengenai bagian superficial dari dermis. Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit
seperti olikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar
masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lenih dari sebulan.
Luka bakar derajat II :
1) Superficial partial thickness:
a) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
b) Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada
luka bakar grade I
c) Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
d) Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang
basah
e) Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena
tekanan
f) Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena
infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
2) Deep partial thickness
a) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
b) disertai juga dengan bula
c) permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari
d) vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikit
pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran
darah luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.
3) Luka bakar derajat III
Yang terkena dalam luka bakar derajat III adalah seluruh bagian dermis
dan bagian lapisan lemak. Organ-organ seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Luka akan tampak
berwarna putih , coklat, merah atau hitam. Luka ini tidak akan
menimbulkan rasa nyeri karena semua reseptor sensoris telah mengalami
kerusakan total. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan
yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau
coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa
nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
Luka bakar derajat III :
1) Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
2) Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur.
3) Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan
tulang.
4) Luka bakar grade IV
Berwarna hitam
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan Jilatan api, sinar Kering tidak ada Bertambah Nyeri
partial ultra violet gelembung. merah.
superfisial (terbakar oleh Oedem minimal atau
(tingkat I) matahari). tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan
ujung jari, berisi kembali
bila tekanan dilepas.
Lebih dalam Kontak dengan Blister besar dan lembab Berbintik- Sangat
dari ketebalan bahan air atau yang ukurannya bintik yang nyeri
partial bahan padat. bertambah besar. kurang jelas,
(tingkat II) Jilatan api Pucat bial ditekan dengan putih, coklat,
- Superfis kepada pakaian. ujung jari, bila tekanan pink, daerah
ial Jilatan langsung dilepas berisi kembali. merah coklat.
- Dalam kimiawi.
Sinar ultra violet.
Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak sakit,
sepenuhnya bahan cair atau mengelupas. hitam, coklat sedikit
(tingkat III) padat. Pembuluh darah seperti tua. sakit.
Nyala api. arang terlihat dibawah Hitam. Rambut
Kimia. kulit yang mengelupas. Merah. mudah
Kontak dengan Gelembung jarang, lepas bila
arus listrik. dindingnya sangat tipis, dicabut.
tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas, dan kontraktur.
Luas luka bakar pada dewasa dihitung menggunakan rumus sembilan (Rule of
nine) yang diprovokasi oleh Wallace, yaitu :
1. Kepala dan leher : 9%
2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4. Tungkai masing-masing 18% : 36%
5. Genitatalia/perineum : 1%
Total : 100%
Pada anak-anak menggunakan tabel dari lund atau Browder yang mengacu pada
ukuran bagian tubuh terbesar pada seorang bayi/anak (yaitu kepala) (Moenadjat,
2009).
Usia (tahun) 0 1 5 10 15 Dws
A-kepala (muka belakang) 9 8 6 5 4 3
B-1 paha (muka belakang) 2 3 4 4 4 4
2.1.6 PATOFISIOLOGI
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2
pada anak baru lahir sampai 2 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit
terbakar atau terpajan suhu tinggi, maka pembuluh kapiler di bawahnya,
area sekitar, dan area yang jauh sekalipun akan rusak dan menyebabkan
permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke
interstisial sehingga terjadi oedema dan bula yang mengandung banyak
elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan
hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan.
Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya
cairan intravaskuler. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%,
mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang
terbakar luas (lebih dari 20%) dapat terjadi syok hipovolemik disertai
gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil
dan cepat, tekanan darah menurun, serta produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permebilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka
terjadi di wajah dapat terjadi kerusaakan mukosa jalan napas dengan
gejala sesak napas, takipnoe, stridor, suara parau, dan dahak berwarna
gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas
beracun lainnya. Karbon monoksida sangat kuat terikat dengan
hemoglobin sehingga hemoglobin tidak lagi mampu mengikat oksigen.
Tanda keracunan ringan, yaitu lemas, binggung, pusing, mual dan
muntah.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang intertisial ke
pembuluh darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis. Luka
bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman akan
mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak
tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal,
pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman
penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita
sendiri, juga kontaminasi dari kuman saluran napas atas dan
kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial
biasanya sangat berbahaya karena kumanya banyak yang sudah resisten
terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya infeksi biasanya disebabkan oleh kuman gram positif
yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian
dapat terjadi invasi kuman gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang
dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya,
terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi
pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka
bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama
dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan
keropeng yang mudah lepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang
invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan
jaringan keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik. Akibatnya,
luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi
kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang
terbakar dan menimbulkan trombosis.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi luka bakar derajat dua dapat
sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini
dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar
sebasea, sel basal, sel keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar
derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang
nyeri, gatal, kaku, dan secara ekstetik sangat jelek. Luka bakar yang
derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur.
Bila ini terjadi di persendian fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Stres atau beban faali serta hipoperfusi daerah splangnikus pada
penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di
mukosa lambung atau duedonum dengan gejala yang sama dengan
gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal dengan tukak Curling atau
stress ulcer. Aliran darah ke lambung berkurang, sehingga terjadi
iskemia mukosa. Bila keadaan ini berlanjut dapat timbul ulkus akibat
nekrosis mukosa lambung. Yang dikhawatirkan dari tukak Curling ini
adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemisis dan
melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga
keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang
karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah terjadi infeksi.
Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori
tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat
dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita
menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun.
Kecatatan akibat luka bakar ini sangat hebat, terutama bila mengenai
wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat
tersebut, sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang disebut
schizophrenia post burn. (Sjamsuhidajat, dkk, 2010).
2.1.7 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan luka bakar
a. Pertolongan pertama saat kejadian menurut Sjamsuhidayat, dkk. (2010)
1) Luka bakar suhu atau thermal
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar dengan kain basah.
Atau korban dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling-guling agar
bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang
panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang
terbakar atau menyelup-kan diri ke air dingin atau melepas baju yang
tersiram air panas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam
daerah luka bakar dalam air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Upaya pendinginan ini dan upaya mempertahankan suhu
dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di
jaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan terlangsung walaupun api
telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas.
Perhatikan adanya pucat atau warna buah Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi
ceri merah pada kulit yang cidera pernafasan.
Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari Bila kepala/leher terbakar, bantal dapat
penggunaan bantal di bawah kepala, menghambat pernafasan, menyebabkan
sesuai indikasi nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar
dan meningkatkan konstriktur leher.
Dorong batuk/latihan nafas dalam dan Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan
perubahan posisi sering. drainase sekret.
Hisapan (bila perlu) pada perawatan Membantu mempertahankan jalan nafas bersih,
ekstrem, pertahankan teknik steril. tetapi harus dilakukan kewaspadaan karena
edema mukosa dan inflamasi. Teknik steril
menurunkan risiko infeksi.
Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji Peningkatan sekret/penurunan kemampuan
kemampuan untuk bicara dan/atau untuk menelan menunjukkan peningkatan
menelan sekret oral secara periodik. edema trakeal dan dapat mengindikasikan
kebutuhan untuk intubasi.
Selidiki perubahan perilaku/mental Meskipun sering berhubungan dengan nyeri,
contoh gelisah, agitasi, kacau mental. perubahan kesadaran dapat menunjukkan
terjadinya/memburuknya hipoksia.
Awasi 24 jam keseimbngan cairan, Perpindahan cairan atau kelebihan penggantian
perhatikan variasi/perubahan. cairan meningkatkan risiko edema paru.
Catatan : Cedera inhalasi meningkatkan
kebutuhan cairan sebanyak 35% atau lebih
karena edema.
Lakukan program kolaborasi meliputi : O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis.
Berikan pelembab O2 melalui cara yang Pelembaban menurunkan pengeringan saluran
tepat, contoh masker wajah pernafasan dan menurunkan viskositas sputum.
Awasi/gambaran seri GDA Data dasar penting untuk pengkajian lanjut
status pernafasan dan pedoman untuk
pengobatan. PaO2 kurang dari 50, PaCO2 lebih
besar dari 50 dan penurunan pH menunjukkan
inhalasi asap dan terjadinya pneumonia/SDPD.
Kaji ulang seri rontgen Perubahan menunjukkan atelektasis/edema
paru tak dapat terjadi selama 2 3 hari setelah
terbakar
Berikan/bantu fisioterapi dada/spirometri Fisioterapi dada mengalirkan area dependen
intensif. paru, sementara spirometri intensif dilakukan
untuk memperbaiki ekspansi paru, sehingga
meningkatkan fungsi pernafasan dan
menurunkan atelektasis.
Siapkan/bantu intubasi atau trakeostomi Intubasi/dukungan mekanikal dibutuhkan bila
sesuai indikasi. jalan nafas edema atau luka bakar
mempengaruhi fungsi paru/oksegenasi.
Resiko tinggi kekurangan volume Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan Memberikan pedoman untuk penggantian
cairan berhubungan dengan mendemostrasikan status kapiler dan kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.
Kehilangan cairan melalui rute cairan dan biokimia
abnormal. Peningkatan kebutuhan : membaik. Awasi pengeluaran urine dan berat Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan
status hypermetabolik, ketidak Kriteria evaluasi: tak ada jenisnya. Observasi warna urine dan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada
cukupan pemasukan. Kehilangan manifestasi dehidrasi, hemates sesuai indikasi. orang dewasa. Urine berwarna merah pada
perdarahan. resolusi oedema, kerusakan otot masif karena adanyadarah dan
elektrolit serum dalam keluarnya mioglobin.
batas normal, haluaran Perkirakan drainase luka dan kehilangan Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan
urine di atas 30 ml/jam. yang tampak protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan
melalui evaporasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan pengeluaran urine.
Timbang berat badan setiap hari Penggantian cairan tergantung pada berat
badan pertama dan perubahan selanjutnya
Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan
tiap hari sesuai indikasi cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi
dan pengeluaran urine.
Selidiki perubahan mental Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan ketidak adequatnya volume
sirkulasi/penurunan perfusi serebral
Observasi distensi Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari
abdomen,hematomesis,feces hitam. semua pasien yang luka bakar berat(dapat
Hemates drainase NG dan feces secara terjadi pada awal minggu pertama).
periodik.
Lakukan program kolaborasi meliputi :
Pasang / pertahankan kateter urine Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah
stasis atau refleks urine.
Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV. Memungkinkan infus cairan cepat.
Berikan penggantian cairan IV yang Resusitasi cairan menggantikan kehilangan
dihitung, elektrolit, plasma, albumin. cairan/elektrolit dan membantu mencegah
komplikasi.
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan
Hb, elektrolit, natrium ). SDM dan kebutuhan penggantian cairan dan
elektrolit.
Berikan obat sesuai indikasi :
- Diuretika contohnya Manitol Meningkatkan pengeluaran urine dan
(Osmitrol) membersihkan tubulus dari debris /mencegah
nekrosis.
Penggantian lanjut karena kehilangan urine
- Kalium dalam jumlah besar
Menurunkan keasaman gastrik sedangkan
- Antasida inhibitor histamin menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster.
Pantau: Mengidentifikasi penyimpangan indikasi
- Tanda-tanda vital setiap jam selama kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
periode darurat, setiap 2 jam selama diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam pasca
periode akut, dan setiap 4 jam luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai
selama periode rehabilitasi. oleh hipovolemia yang mencetuskan individu
- Warna urine. pada perfusi ginjal dan jarinagn tak adekuat.
- Masukan dan haluaran setiap jam
selama periode darurat, setiap 4 jam
selama periode akut, setiap 8 jam
selama periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL dan laporan
elektrolit.
- Berat badan setiap hari.
- CVP (tekanan vena sentral) setiap
jam bial diperlukan.
- Status umum setiap 8 jam. Inspeksi adekuat dari luka bakar.
Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan Penggantian cairan cepat penting untuk
semua pakaian dan perhiasan dari area mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan
luka bakar. bermakna terjadi melalui jarinagn yang
terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran
Mulai terapi IV yang ditentukan dengan tekanan vena sentral memberikan data tentang
jarum lubang besar (18G), lebih disukai status volume cairan intravaskular.
melalui kulit yang telah terluka bakar.
Bila pasien menaglami luka bakar luas
dan menunjukkan gejala-gejala syok Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia
hipovolemik, bantu dokter dengan dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka
pemasangan kateter vena sentral untuk bakar luas, perpindahan cairan dari ruang
pemantauan CVP. intravaskular ke ruang interstitial menimbukan
Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 hipovolemi.
ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6
mmHg, bikarbonat serum di bawah Pasien rentan pada kelebihan beban volume
rentang normal, gelisah, TD di bawah intravaskular selama periode pemulihan bila
rentang normal, urine gelap atau encer perpindahan cairan dari kompartemen
gelap. interstitial pada kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak positif ennandakan
Konsultasi doketr bila manifestasi adanya perdarahan GI. Perdarahan GI
kelebihan cairan terjadi. menandakan adaya stres ulkus (Curlings).
Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien pada ulkus stres yang
Tes guaiak muntahan warna kopi atau disebabkan peningkatan sekresi hormon-
feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan hormon adrenal dan asam HCl oleh lambung.
positif.
PEMBAHASAN
3.1 PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal pasien masuk : 17 April 2017
Tanggal pengkajian : 20 April 2017
Pukul : 09.35 WIB
1. Identitas Klien
Nama : Ny. T
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Kawin
No. Register : 12345
Dx Medis : Combustio
Dokter PJ : dr. H. Chamid T, SpB
Ruang / Kamar : Melati / II
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hub. Dengan pasien : Suami
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Alamat : Limpung Batang
B. PENGKAJIAN GORDON
1. Pola Persepsi Tentang Kesehatan dan Management Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien datang ke IGD dengan keluhan tubuh terkena api kompor dari perut
ke kepala.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut keterangan klien dan keluarga, klien belum pernah mengalami sakit
seperti ini dan belum pernah diopname di Rumah Sakit.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dari IGD keruang Melati pukul 10.00 WIB dengan keluhan
tubuh terkena api kompor dari perut ke kepala, sadar, perih, nafsu makan
berkurang, lemah, Tekanan darah : 110/70 mmHg, Suhu : 37,30 C , Nadi : 84
kali/menit, Pernafasan : 18 kali/menit.
d. Riwayat Pengobatan keluarga bila sakit
Klien dan keluarga biasa memeriksakan diri ke Puskesmas bila sakit.
Anggota keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular
e. Pengobatan yang Sedang Dijalani
Klien sedang menjalani rawat inap di ruang Melati RSUD Kalisari
Kabupaten Batang dengan diagnosa Combustio.
f. Allergi
Klien tidak mempunyai riwayat allergi terhadap obat-obatan maupun
makanan.
g. Preventif Kesehatan Lingkungan
Lingkungan sekitar klien aman, jauh dari trauma mekanik, elektrik dan termal.
h. Preventif Gaya Hidup
Klien tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol.
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Suhu Tubuh
- Keadaan kulit : Lembab
- Temperatur : 37.30 C
b. Nutrisi
Status Nutrisi :
- Karakteristik fisik : Turgor Baik
- Penampilan umum : KU sedang
Hal Sebelum MRS Saat MRS
Kebiasaan makan 3x sehari 1 porsi 3x sehari porsi
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk pauk Sesuai diit
Kebiasaan minum 7 gelas/hari 5 gelas/hari
Jenis minuman Air putih, teh manis Air putih, teh manis
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Minuman pantangan Tidak ada Tidak ada
Selera makan Baik Kurang
3. Pola Eliminasi
a. BAK
Hal Sebelum MRS Saat MRS
Kebiasaan +6 x sehari +4 x sehari
Warna Kuning jernih Kuning
Kelancaran Baik/lancar Baik/lancar
Faktor yang Jenis makanan atau minuman dan jumlah cairan yang
mempengaruhi masuk
b. BAB
Hal Sebelum MRS Saat MRS
Kebiasaan 1 x sehari 2 x sehari
Konsistensi Lunak Agak keras
Kelancaran Baik Tidak baik
Warna Kuning tengguli Kuning kecoklatan
Faktor yang Jenis makanan dan mobilisasi fisik.
mempengaruhi
4. Pola Aktivitas dan latihan
a. Sebelum Sakit
Klien melaksanakan aktivitas dengan baik, baik sebagai istri maupun
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
b. Selama sakit
Mobilisasi klien selama sakit berkurang kerena klien merasa pusing, klien
hanya tiduran. Sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dibantu oleh perawat dan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Muka : Lesu, terdapat lepuhan luka
Rambut : Bersih, hitam tidak rontok
Telinga : Bersih tidak ada om dan serumen, pendengaran baik
Hidung : Tidak ada polip dan epitaksis
Mata : Tidak ada ikterik, konjungtiva normal
Dada : Simetris, gerakan dada normal
Perut : Terdapat lepuhan luka bakar
Kulit : Bersih, terdapat luka, turgor jelek
Kuku : Bersih, pendek
Ekstrimitas atas : Baik, terpasang infus sebelah kiri
Ekstrimitas bawah : Baik, tidak ada odem dan varises
2. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Abdomen : Nyeri pada kulit perut
Ekstrimitas : Hangat, nadi 84 X/menit, irama jelas dan teratur
3. Perkusi
Dada : Tidak ada krepitasi
Perut : Tidak kembung
4. Auskultasi
Dada : Bunyi jantung normal
Abdomen : Peristaltik baik
d. Pernafasan
1. Jalan Nafas : Bersih tidak ada sumbatan
2. Respon Serebral
- Kesadaran : Compos Mentis
- Orientasi : Baik
3. Sirkulasi dan Pernafasan
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Pernafasan : 18 X/menit
- Nadi : 84 X/menit
- Suhu tubuh : 37,3oC
5. Pola Istirahat dan Tidur
Hal Sebelum MRS Saat MRS
Kebiasaan tidur malam + 8 jam + 4 jam sering terbangun
Kebiasaan tidur siang Hanya istirahat ringan Terbangun
Keluhan Tidak ada Tidak bisa tidur dan
sering terbangun
9. Pola Seksual
Klien berjenis kelamin perempuan dan belum pernah mengalami ganguan
dengan alat reprodukasinya.
C. DATA PENUNJANG
Therapy tanggal 20 April 2017 :
- Infus NaCl 32 tetes/menit
- Injeksi Ampicillin 1gr/8 jam
- Injeksi Cimetidin 1 gr/8 jam
- Injeksi Orasic 100 gr/12 jam
- Injeksi Gentamicyn 80 ge/12 jam
D. PENGELOMPOKAN DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Klien mengatakan sakit bila bergerak Luka bakar dari perut ke kepala
Klien mengatakan nyeri pada dearah Klien menyeringai kesakitan
luka bakar
Klien mengatakan cemas terhadap Oedem pada daerah luka bakar.
penyakitnya
Terpasang infuse NaCl 32 tetes/menit
Luka masih basah, terdapat bula
E. ANALISA DATA
No. DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Klien mengatakan
sakit bila bergerak.
DO : Odem pada daerah
luka bakar (perut ke
kepala), terpasang infus
NaCl 32 tts/mnt.