Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun Oleh :
Mar’atus Solikhah
2311040154

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
202
A. Konsep Dasar Penyakit

1. Defenisi BBLR

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan

lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada

waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).

Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu

bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa

memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah

melahirkan).

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan

kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).
2. Klasifikasi BBLR

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi

berat lahir rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul

Bari saifuddin,2001) :

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.

b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang

dari 1500 gram.

c. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari

1000 gram.

Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan

dalam tiga kelompok :

a. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.


b. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42

minggu lengkap.

c. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.

Ada dua macam BBLR yaitu :

a. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi

yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan

berat badan sesuai.

b. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari

seharusnya untuk masa gestasi itu.

3. Etiologi

Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013).


Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:

a. Faktor genetik atau kromosom

b. Infeksi

c. Bahan toksik

d. Insufisiensi atau disfungsi plasenta

e. Radiasi

f. Faktor nutrisi

g. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat

pada masa kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-

obatan, dan sebagainya.

Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran

berat badan lahir rendah yang berhubungan, yaitu:


a. Faktor ibu

1) Paritas

2) Abortus spontan sebelumnya

3) Infertilitas

4) Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun

atau diatas 35 tahun

5) Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat

6) Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan

pembuluh darah, perokok

b. Faktor kehamilan

1) Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum


2) Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban

pecah dini c. Faktor janin

1) Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.

2) Infeksi congenital (missal : rubella)

d. Faktor yang masih belum diketahui

4. Patofisiologi BBLR

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat

badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. Secara umum

penyebab dari bayi

berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor antara

lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20

tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu


dekat,
berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan

pembuluh darah, perokok.

BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan

hidramnion, hamil ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam

rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500

gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari

30 cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo

banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah,

pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada

umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah

Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres


respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama
bila masa

gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent

ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,

hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah,

infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),

bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal.


5. pathway
6. Manifestasi klinis BBLR

Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat

badan lahir rendah adalah:

a. Sebelum bayi lahir

1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus

prematurus, dan lahir mati.

2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

3) Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan

janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak

lanjut

4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut

seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan


oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.

b. Setelah bayi lahir

1) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin

2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu

3) Bayi small for date sama dengan bayi retardasi

pertumbuhan intrauterine.

4) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat

dalam tubuhnya.

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

a. Berat kurang dari 2500 gram.

b. Panjang kurang dari 45 cm.

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.


d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

f. Kepala lebih besar.

g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.

h. Otot hipotonik lemah.

i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.

j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.

k. Kepala tidak mampu tegak.

l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.

m. Nadi 100 – 140 kali / menit.

7. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak

ditangani secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :

a. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada

bayi).

b. Hipoglikemia simtomatik.

c. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru

belum sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi

mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam

alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang

tinggi untuk yang berikutnya.

d. Asfiksia neonetorom.

e. Hiperbulirubinemia
b. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.

b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.

c. Titer torch sesuai indikasi.

d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.

e. Pemantauan elektrolit.

f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

8. Penatalaksaan

a. Medis

1) Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen

2) Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup


4) Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan

antibiotik yang tepat

b. Penanganan secara umum:

1) Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin

besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi

serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan

didalam incubator

2) Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam

mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara

memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370


C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu

lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan

dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah

yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga

memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.

Suhu perawatan harus diatas 25 0 C,

bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C untuk

bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

3) Inkubator

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat

didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan

melalui “jendela“

atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam


incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai
0
sekitar 29,4 C,

untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi

yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam

keadaan telanjang, hal

ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi

dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap

pernafasan lebih mudah.

4) Pemberin oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi

bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan

surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %


dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi

dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan

pada jaringan retina

bayi yang dapat menimbulkan kebutaa


5) Pencegahan infeksi

Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai

system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai

sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.

Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan

gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat

bayi.

6) Pemberian makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk

membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan

hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat

diberikan melalui kateter

( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan


menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih

banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm

B. Masalah Premature

Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa

masalah yang dapat terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka

panjang maupun

jangka pendek. Masalah jangka pendeknya antara lain adalah sebagai berikut:

1. Gangguan metabolik, antara lain sebagai berikut:

a. Hipotermia

Terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan

pengaturan suhu tubuh bayi yang belum matang.

b. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa
serum yang rendah pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL..

Oleh karena itu bayi prematur membutuhkan ASI sesegera

mungkin setelah lahir dan minum sering atau setiap 2 jam.

c. Hiperglikemia

Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat

prematur karena mendapat cairan glukosa berlebihan secara

intravena.

d. Masalah pemberian ASI

Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh

bayi yang kecil, dan keadaan bayi yang kurang energi,

lemah serta lambungnya yang kecil dan tidak dapat

mengisap.

2. Gangguan imunitas, antara lain sebagai berikut:

a. Gangguan imonologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena

kadar Ig G maupun gamma globulin yang rendah.

b. Kejang saat dilahirkan

Kejang dapat terjadi karena infeksi sebelum lahir (prenatal),

perdarahan intrakranial atau akibat vitamin B6 yang

dikonsumsi ibu.

c. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)

Bayi prematur menjadi kuning lebih awal dari pada

bayi cukup bulan pada umumnya.

3. Gangguan pernafasan, antara lain sebagai berikut:

a. Sindroma gangguan pernapasan


Sindroma gangguan pernapasan pada bayi prematur adalah

perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya

jumlah surfaktan pada paru-paru.

b. Asfiksia

Dampak kelahiran prematur adalah proses adaptasi

bayi terhadap pernapasan waktu lahir sehingga mengalami

asfiksia waktu lahir dan membutuhan resusitasi.

c. Apneu periodik (henti napas)

Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang

belum sempurna menyebabkan bayi dengan kelahiran

prematur berhenti

bernapas.

d. Paru-paru belum berkembang

Organ paru-paru yang belum berkembang

menyebabkan bayi mengalami sesak napas (asfiksia) dan

membutuhkan resusitasi dengan cepat.

e. Retrolental fibroplasia

Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang

disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan.

Kelainan ini sering terjadi

pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 2000

gram dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi

atau lebih dari 40%.

4. Gangguan sistem peredaran darah, antara lain sebagai berikut:

a. Masalah perdarahan
Perdarahan pada bayi yang lahir prematur dapat

disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan darah

atau karena faktor fungsi pembekuan darah yang abnormal

atau menurun.

b. Anemia

Anemia pada bayi prematur dapat terjadi lebih dini

karena disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca lahir,

persediaan zat besi

janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah

sebagai akibat pertumbuhan yang lebih cepat.

c. Gangguan jantung

Gangguan jantung yang sering ditemui pada bayi prematur

adalah patent ductus ateriosus (PDA).

d. Gangguan pada otak

Gangguan pada otak yang dapat terjadi pada bayi

prematur adalah intraventricular hemorrhage

e. Bayi prematur dengan ikterus

Peningkatan kadar bilirubin dalam darah mengakibatkan

perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa,

sklera, dan organ lain pada bayi.

f. Kejang

Suatu kondisi yang terjadi pada bayi prematur yang

ditandai dengan adanya tremor dan disertai penurunan

kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut,

mata, dan anggota gerak lain, serta terjadinya kekakuan

seluruh tubuh
g. Hipoglikemia

Suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah dan

di bawah normal, yang dapat mengakibatkan bayi menjadi


gelisah dan tremor, apatis, kejang, lemah, letargis,
kesulitan makan,

keringat banyak, hipertermi bahkan henti jantung.

5. Gangguan cairan dan elektrolit, antara lain sebagai berikut:

a. Gangguan eliminasi

Pada bayi prematur dapat terjadi edema dan asidosis

metabolik karena ginjal yang imatur baik secara anatomis

maupun fisiologis

b. Distensi abdomen

Kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari

motilitas usus yang berkurang, volume lambung berkurang

sehingga waktu

pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna

dan mengabsorbsi zat lemak, laktosa, vitamin, yang larut

dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang.

c. Gangguan pencernaan

Saluran pencernaan pada bayi prematur masih belum

berfungsi dengan sempurna sehingga penyerapan nutrisi

masih lemah dan kurang baik.

d. Gangguan elektrolit

Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan


lingkungan, dan penyakit bayi.

Masalah jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi

prematur menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), antara

lain adalah sebagai

berikut:

1. Masalah psikis, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan

b. Gangguan bicara dan komunikasi

c. Gangguan neurologi dan kognisi

d. Gangguan belajar atau masalah pendidikan

e. Gangguan atensi dan hiperaktif

2. Masalah fisik antara lain adalah sebagai berikut:

a. Penyakit paru kronis

b. Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran

c. Kelainan bawaan (kelainan kongenital)

C. Pemrikssaan penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah

sebagai berikut:

1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat

hingga 23.000- 24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan

menurun bila ada sepsis.

2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih

menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar

menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal.


3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah

berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.

4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl

pada 1-2 hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.


5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama

setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70

mg/dl pada hari ketiga.

6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada

awal kehidupan.

7. Pemeriksaan analisa gas darah.

D. Penatalaksanaan

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau

penanganan yang dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai

berikut:

1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur

mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya

harus dipertahankan dengan ketat.

2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan

dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi

termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum

sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan

dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan

kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan

tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus

dilakukan dengan ketat.

5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih serta pertahankan suhu tetap hangat.

6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.

7. Tali pusat dalam keadaan bersih.

E. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR

RENDAH (BBLR)

A. Pengkajian

1. Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal

lahir jenis kelamin

2. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau

kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari

riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:

1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi,

gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau

dengan penyakit seperti

diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.

2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya

kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan

preterm.

3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau

periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak

pada petugas kesehatan.

4) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia

kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).

5) Riwayat natalk omplikasi persalinan juga mempunyai

kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi

baru lahir. Yang perlu dikaji :


a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun

plasenta previa.

b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena

pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat

menekan sistem pusat pernafasan.

b. Riwayat post natal

1) Yang perlu dikaji antara lain

2) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit

kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS

(7-10) asfiksia ringan.

3) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm


2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal

(34-36 cm).

4) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus

anetrecial aesofagal.

4. Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR

gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan

menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau

personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi

kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan

juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,

hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.

5. Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,

jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah


6. Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh

terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-

obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu

mengkonsumsi minuman

beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang

makanan tertentu.

7. Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir

dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi

memungkinkan. Hal ini

berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan

perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu

dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan

perawatan yang intensif

8. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah

dan hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari

responnya terhadap

rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai

dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat

menunjukan kondisi neonatos yang baik.

9. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila

penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada

tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m),

untuk respirasi normal

pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat

respirasi sering tidak teratur.

10. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
11. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau

cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung

kemungkinan adanya

peningkatan tekanan intrakranial.

12. Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada

bleeding conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil

menunjukan refleksi terhadap cahaya.

13. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat

penumpukan lender.

14. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

15. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.

16. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.

17. Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan

suara wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari

100x/m.

18. Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah

ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut

buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya

hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa

kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract belum

sempurna.

19. Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak

adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

20. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah

kelainan letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates


perempuan lihat labia
mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang

perdarahan.

21. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang

air besar serta warna dari feces.

22. Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya

patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari

tangan serta jumlahnya.

23. Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan

sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai

keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.


Diagnosa keperawatan

1. Defisit nutrisi b.d ketidak adekuatan mencerna makanan


2. Risiko infeksi b.d peningkatan Paparan Organisme Patogen Lingkungan
3. Risiko Termoregulasi Tidak Efektif B.D Suhu Lingkungan
Diagnosa Perencanaan
No
(Sesuai Tujuan Intervens Rasional
Prioritas) Kriteria Hasil A T i
1. Defisit Nutrisi b.d Memran
Setelah mukosa tindakan
dilakukan 1 5 Promosi Berat Badan
kuning
Ketidakmampua keperawatan selama 1x24 jam Observasi
Bayi cengeng 1 5
n Mencerna diharapkan status nutrisi bayi 1. Identifikasi 1. Mengetahui penyebab BB turun
Makanan membaik dengan kriteria hasil : kemungkinan
Status Nutrisi Bayi (L.03031) penyebab BB kurang 2. Mengetahui adanya mual muntah
2. Monitor adanya mual
dan muntah 3. Mengetahui berat badan
3. Monitor berat badan
Terapeutik 4. Agar makanan yang diberikan tepat
1. Sediakan makanan yang
Keterangan : tepat sesuai kondisi 5. Mengetahui jenis makanan yang bergizi tinggi
1. Meningkat pasien
2. Cukup meningkat Edukasi
3. Sedang 2. Jelaskan kepada ibu tentang
4. Cukup menurun jenis makanan yang bergizi
5. Menurun tinggi, namun tetap
terjangkau
indikator A T
Berat 1 5
badan
Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan Intervensi Rasional
(Sesuai Prioritas)
2 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi (I.14539) - Untuk onitor tanda dan gejala infeksi
Peningkatan paparan selama 1x24 jam diharapkan tingkat ansietas Observasi lokal dan siskemik
organisme patogen menurun dengan kriteria hasil - Untuk membatasi jumlah pengunjung
- Monitor tanda dan gejala
lingkungan Tingkat infeksi (L.14137) - Untuk melakukan perawatan kulit
infeksi lokal dan siskemik
indikator A T - Untuk menjaga kebersihan tangan
Terapeutik
untuk pertahanan teknik aseptik pada
Demam 2 5
- Bataasi jumlah pengunjung pasien yang berisiko tinggi
kemerahan 2 5
- Berikan perawatan kulit - Untuk mengetahui tanda dan gejala
Keterangan :
- Cuci tangan sebelumdan infeksi
1. Meningkat
sesudah kontak dengan - Untuk mengajarkan cara cuci tangan
2. Cukup meningkat
pasien dan lingkungan yang benar
3. Sedang
4. Cukup menurun pasien
5. Menurun - Pertahankan teknik aseptik
indikator A T pada pasien berisiko tinggi
Kadar sel darah putih 2 5 Edukasi
Keterangan : - Jelaskan tanda dan gejala
1. Memburuk infeksi
2. Cukup memburuk - Ajarkan cara mencuci tangan
3. Sedang dengan benar
4. Cukup membaik
- Ajarkan etika batuk
5. Membaik
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan Intervens Rasional
(Sesuai
Prioritas) i
3 Risiko termoreguasi Setelah dilakukan tindakan Edukasi termoregulasi
b.d suhu lingkungan keperawatan selama 1x24 jam ( I.12457) - Untuk mengidentifikasi persiapan dan kemampuan
diharapkan tingkat ansietas Observasi : menerima informasi
menurun dengan kriteria hasil - Untuk mempersiapkan materi, media terkait dengan
- Identifikasi persiapan
Termoregulasi neonatu (L.14135) dan kemampuan penkes
Indikator A T menerima informasi - Untuk mengetahui kompres hangat jika anak demam
Suhu 2 - Untuk mengetahui cara pengukuran suhu yang benar
Terapeutik
tubuh
- Sediakan materi dan
Suhu 2 5
media pendidikan
kulit
kesehatan
Pengisian 2 5
kapiler - Jadwalkan penkes
Keterangan : sesuai kesepakatan
1. Memburuk - Berikan kesempatan
2. Cukup memburuk untuk bertanya
3. Sedang Edukasi
4. Cukup membaik - Ajarkan kompres
5. Membaik hangat jika anak
demam
- Ajarkan cara
pengukuran suhu
badan
- Anjurkan
penggunaan pakaian
yang dapat menyerap
keringat
-
DAFTAR PUSTAKA
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3
Edisi 20.
Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan
Klasifikasi 2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih
Bahasa, Made Suwarwati
Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction
publishing Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan
Bayi Resiko Tinggi
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan:
Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji
Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Proverawati A, Sulistyorini CI (2010). Berat badan lahir rendah. Yogyakarta :

N
u
h
a

M
e
d
i
k
a
Purwanto, Fitri. 2001. Buku Pedoman Rencana Asuhan Keperawtan
Bedah
Anak. Jakarta : Amarta Jakarta
Rukiyah, Yulianti. 2012. Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
CV. Trans Info
Media
Sulistiarini, D., & Berliana, M. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kelahiran Prematur di Indonesia : Analisis Data Riskesdas 2013. E-
Journal
Widya Kesehatan dan Lingkungan, 1(2), 109–115.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik.
Jakarta. Buku Kedokteran
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta:
Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.innappni.or.id
Wong, Donna L, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (6 ed.).
Jakarta: EGC, 2012

Anda mungkin juga menyukai