Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK NY. N DENGAN BBLR


DI RUANG MELATI RSUD DR H. SOEWONDO

Dosen pembimbing : Ns. Wahyuningsih, M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Sinta Selviana
NIM : 2107080

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS,DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2023/2024
A. KONSEP DASAR TEORI
1. Definisi
Bayi BBLR prematur adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau
sama dengan 2500 gram tanpa memandang masa gestasi dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Kondisi bayi seperti itu masih menjadi masalah di dunia,
karena penyebab timbulnya penyakit dan kematian pada bayi yang baru lahir.
(Ulfianasari et al. 2023) Berat badan pada kehamilan khusus apapun sangat
bervariasi dan harus digambarkan pada grafik percentile. Bayi yang berat
badannya diatas percentile 90 dinamakan besar untuk umur kehamilan yang
dibawah precentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Berdasarkan itu
bahwa 10% semua bayi ringan untuk umur kehamilan. Bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram pada saat lahir dinamakan berat badan lahir rendah. Ada
beberapa definisi mengenai bayi dengan berat badan lahir rendah yang perlu
diktehui oleh bidan dan perawat. Neontaus/ bayi baru lahir dengan memiliki berat
badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram
WHO Pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat
badan nya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi berat badan lahir
rendah. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat rendah
dibedakan 2 yaitu Bayi berat lahir rendah (BBLR) Berat lahir 1500-2500 gram
dan Bayi berat badan sangat rendah (BBLSR).

2. Etiologi
Ada 3 faktor yang menjadi penyebab kelahiran bayi BBLR yakni :
1. Faktor ibu
a. Toksenia gravidarum yaitu pereklamsi dan eklamsi
b. Kelainan bentuk uterus ( misalnya: uterus bicornis, incompeten serviks)
c. Tumor ( misalnya mioma uteri, sistoma)
d. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
- Akut dengan gejala panas dingin ( misalnya tifus, abdominalis,
malaria)
- Kronis ( Misalnya TBC, penyakit jantung)
e. Trauma pada masa kehamilan antara lain :
- Fisik ( misalnya jatuh)
- Psikologis ( stress)
f. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Faktor janin
a. kehamilan ganda
b. hidraamnion
c. ketuban pecah dini
d. cacat bawaan
e. infeksi( misalnya: rubeol, sifilis, toksoplasmosis)
f. insufisiensi plasenta

1
g. inkomplitibilitas darah ibu dan janin( factor rhesus, golongan darah A, B,
O)
3. Faktor plasenta
a. plasenta previa
b. solusio plasenta.(Santoso 2021)

3. Patofisiologi
Berdasarkan beberapa faktor etiologi yang disebutkan, hal itu akan
menyebabkan gangguan sirkulasi utero plasenta. Akibatnya akan terjadi
insufisiensi plasenta, yang menyebabkan suflai nutrisi dan oksigen ke janin tidak
adekuat. Hal ini lama kelamaan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan intra
uterin dan lahir lah bayi BBLR. Neonatus dan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan atau bayi BBLR tidak dapat menghasilkan kalori melalui
peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan karena respon menggigil bayi tidak
ada atau kurang, sehingga tidak dapat menambah aktifitas. Sumber utama kalori
bila ada stress, dingin atau suhu lingkungan rendah adalah termogenesis non sifer.
Sebagai respon terhadap ruangan dingin tubuh bayi akan mengeluarkan
neropinetrin yang menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat
untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawah oleh darah kejaringan. stresa
dingin dapat menyebabkan hipoksia,metabolisme asidosis dan hipoglikemia.
peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stress dingin akan
meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen.
Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen
berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume
paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru ( paru
imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih lama
pada kondisi tekanan oksigen yang kurang. (Wulan et al. 2023)

2
4. Phatways

Gambar 1 : phatways BBLR


Sumber : Novitha Putri (2019)

3
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran klinis biasanya digunakan untuk
menggambarkan sesuatu kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis dari
BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan dismaturitas.
Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :
1. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
4. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
5. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
6. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
7. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
8. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis kelamin
perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum turunnya
testis.
9. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
10. Menangis dan lemah.
11. Pernapasan kurang teratur.
12. Sering terjadi serangan apnea.
13. Refleks tonik leher masih lemah.
14. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna

Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari dismaturitas


sebagai berikut :
1. Kulit pucat ada seperti noda
2. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
3. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
4. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
5. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
6. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan. (Astuti, Arso, and Wigati 2019)

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.

4
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.

7. Komplikasi
a. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,
penyakit membran hialin
b. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
c. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
d. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
e. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
f. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal (Ramadhan n.d.)

8. Penatalaksanaan
A. Medis
1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
4. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
B. Penanganan secara umum:
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 0 C s/d 370 C.Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,

5
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O 2 yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi
o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm. (Nur n.d.)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian fokus
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan disini, semua
data dikumpulkan secara sistematis guna memnentukan status kesehatan pasien
saat ini. tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi kesehatan.
Data yang diperoleh berguna untuk menentukan tahap lanjutnya dalam proses
keperawatan. Data yang salah atau kurang tepat mengakibatkan kesalahan dalam
penetapan diagnose yang tentunya akan berdampak pada langkah selanjutnya
(Asmadi, 2008).
1. Identitas klien : Nama, No RM, umur, alamat, agama, penaggungjawab,
tanggal masuk rumah sakit.
2. Riwayat kesehatan:
a. Riwayat kesehatan sekarang : berat badan bayi kurang dan 2500 gram
rambut tipis clan hams, penampilan rapuh, kulit merah sampai merah
muda dengan vena dapat dilihat, rambut tipis dan halus, lanugo pada
punggung dan wajah, sedikit atau tidak ada bukti lemak subkutan, kepala

6
lebih besar dan tubuh, kartilago telingan berkembang buruk, sedikit
keriput hams pada telapak tangan dan kaki. Pada wanita klitoris menonjol,
pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung, dan testis
tidak menurun.
b. Riwayat kesehatan dahulu : pada ibu didapat kekurangan nutrisi, kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alcohol atau narkoba, karena adanya penyakit
kronis atau akut, dan atau gangguan proses persalinan.
c. Riwayat penyakit yang diderita ibu: Preeklamsia
3. Pemeriksaan fisik:
a. Keadaan umum klien
Biasanya neonatus terlihat lemah
b. Tanda-tanda vital
Suhu normal 36,5 – 37,5 ⁰ C, frekuensi nadi normal 120-160x/menit,
frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1 menit penuh. Normalnya 40 –
60x/menit
c. Antropometri
Berat badan ≤ 2500 gram, panjang kurang dari 45 cm, LD < 30 cm, LK <
33 cm.
d. B1 (breathing)
1. Inspeksi : pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, bentuk
2. dada normal atau tidak, RR 40-60 x/menit.
3. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, merasakan getaran vocal fremitus ada
atau tidak
4. Auskultasi : adanya suara tambahan, dengkuran, wheezing atau tidak,
rhonchi atau tidak, normalnya vesikuler.
5. Perkusi : sonor atau pekak.
e. B2 (blood)
1. Inspeksi : Pembuluh darah kulit banyak terlihat, sianosis atau tidak.
2. Palpasi : nadi rata-rata 120-160 per menit pada bagian apical dengan
3. ritme teratur.
4. Perkusi : normal redup, ukuran dan bentuk jantung normal atau tidak.
5. Auskultasi : pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian intercosta, yang menunjukkan aliran darah dari
kanan ke kiri karena hipertensi atau atelektasis paru. Adanya suara
tambahan gallop atau tidak, mur-mur atau tidak.
f. B3 (brain)
a) Inspeksi :Reflex dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten
gerak reflek hanya berkembang sebagian, menelan, menghisap dan
batuk sangat lemah atau tidak efektif. Otot hipotonik, tungkai abduksi,
sendi lulut dan kaki fleksi, lebih banyak tidur dari pada terbangun.
b) Refleks moro : timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila
kepala tiba-tiba digerakkan (Saifuddin. 2006).
c) Refleks rooting : bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi
(Saifuddin, 2006).

7
d) Refleks graphs : refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat
dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi (Frasser,
2009).
e) Reflek suckling : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka (Frasser, 2009).
Refleks menghisap pada bayi ikterus kurang (Surasmi, 2006).
f) Reflek tonicneck : pada posisi terlentang, ekstremitas di sisi tubuh
dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh
lainnya fleksi (Frasser, 2009).
g. B4 (bladder)
Inspeksi : genetalia imatur biasanya testis belum sempurna, labia minor
belum tertutup labia mayor.
h. B5 (bowel)
a) Inspeksi : cavum oris, lidah untuk melihat ada tidaknya kelainan,
ada tidaknya penegangan abdomen, ada atau tidak anus.
Pengeluaran meconium biasanya terjadi pada waktu 12 jam
b) Palpasi : ada nyeri atau tidak, di kuadran mana
c) Auskultasi : imatur peristaltic.
d) Perkusi : jika dilambung, , kandung kemih berbunyi timpani. Jika
pada hati, pancreas ginjal berbunyi pekak.
i. B6 (bone)
a) Inspeksi :tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak,
gerakan lemah dan aktif atau letargik
b) Perkusi : Reflek patella
c) Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak, kaji kekuatan otot dengan
penentuan tingkat kekuatan otot dengan nilai kekuatan otot.
j. B7 Sistem Pengindraan
Pada BBLR akan di jumpai lebih banyak tidur
k. B8 Sistem Endocrin
Pada BBLR akan mengalami hipoglikemia, karena cadangan glukosa
rendah.
l. Pemeriksaan Antropometri :
Panjang badan kurang dari 45 cm, berat badan kurang dari 2500 gram,
lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas kurang dari 9 cm,
lingkar kepala fronto occipitalis kurang dari 12 cm, lingkar kepala
submetobregmatika kurang dari 9,5 cm.

2. Diagnosa keperawatan
a Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otor pernafasan (D.
0005)

8
b Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
(D.0019)
c Hipotermia b.d Kekurangan lemak subkutan (D.0131)

3. Intervensi

NO TGL D INTERVENSI
/JAM X TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
KE
P
1 27 Nov 1 Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas - Untuk
2023 tindakan (I.01011) Mengetahui
keperawatan Observasi pola nafas
selama 3x 24 jam 1. Monitor pola nafas pasien
diharapkan pola (frekuensi, usaha - Untuk
nafas efektif nafas) mengetakui
(L.01004) dengan 2. Monitor bunyi adanya suara
kriteria hasil: nafas tambahan tambahan
- Tidak ada (wheezing, ronchie) - Agar jalan
penggunaan Terapeutik nafas tetap
otot bantu 1. Pertahankan paten
nafas kepatenan jalan - Agar
- Tidak ada nafas mengencerkan
pursed lips 2. Berikan minum dahak
hangat - Agar jalan
3. Lakukan fisioterapi nafas paten
dada jika perlu - Untuk
4. Keluarkan mengurangi
sumbatan padat keluhan sesak
dengan nafas
forsepmcgill - Untuk
5. Berikan oksigen mengurangi
jika perlu keluhan batuk

9
Edukasi
1. Anjarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspetoran jika
perlu

2 27 Nov 2 Setelah dilakukan 1. Monitor BB - Membantu


2023 tindakan 2. Pasang selang OGT suplai nutrisi
keperawatan 3x24 3. Kaji kemampuan untuk tubuh
jam diharapkan reflek hisap - Indikasi bayi
kebutuhan nutrisi 4. Monitor asupan intake mampu
terpenuhi dan output cairan menyerap
(L.03031), dengan 5. Kolaborasi dengan nutrisi
kriteria hasil : ahli gizi untuk - Mengatur
- BB pemberian nutrisi keseimbangan
seimbang cairan
2500-3500 Pada klien
gram - Asupan nutrisi
- Reflek bayi bisa
hisap kuat tercukupi
- Intake ASI
adekuat

3 27 Nov 3 setelah dilakukan Manajemen Hipotermi -Untuk memonitor


2023 tindakan (I.14507) suhu tubuh
keperawatan 3x24 Observasi -Untuk mengurangi
jam diharapkan 1. Monitor suhu tubuh hipotermi
hipotermi tubu -Untuk
stabil (L.14134), Terapeutik menghangatkan
dengan kriteria 1. Lakukan

10
hasil : penghangatan pasif pasien
- Suhu tubuh 2. Sediakan Untuk
normal lingkungan yang mengurangi
36,2-37,5ºC hangat risiko hipotermi
- Akral Edukasi
hangat 1. Anjurkan
- Bayi tidak makan/minum
menggigil hangat

11
Daftar Pustaka

Astuti, Sinta Indi, Septo Pawelas Arso, and Putri Asmita Wigati. 2019. “Stimulasi Oral Pada
Bayi BBLR.” Belum 3: 103–11. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm.
Nur, Nadya. “ASUHAN KEPERAWATAN BBLR.”
Ramadhan, moh dhika. “Asuhan Keperawatan Anak Bblr.”
Santoso, Hari. 2021. “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. Mn. Bblr Dengan Hipotermi
Dengan Penerapan Perawatan Metode Kanguru.” : 62.
https://repository.unar.ac.id/jspui/handle/123456789/1413.
Ulfianasari, Evri et al. 2023. “Asuhan Keperawatan Dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) : Studi Kasus.” Jurnal Kesehatan Masa Depan 2(1): 39–44.
Wulan, Dyah et al. 2023. “Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah Risk Factors For Low
Birth Weight Babies.” Medula 13(1): 136–40.

Anda mungkin juga menyukai