TINJAUAN PUSTAKA
Bayi adalah anak yang memiliki rentang usia antara 0-12 bulan. Pada masa ini
bayi dalam fase pertama dalam kehidupan, dimana memerlukan adanya adaptasi
terhadap lingkungan sekitar.BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Menurut WHO dalam Bebasari, Agonwardi dan Nandiati (2017) BBLR ini
dapat meningkatkan mortalitas, morbiditas, disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR
bukan hanya penyebab utama kematian bayi dan penyebab kesakitan, studi terbaru
menemukan bahwa BBLR juga meningkatkan risiko untuk penyakit tidak menular
seperti diabetes dan kardiovaskuler di kemudian hari (WHO, 2014).
BBLR merupakan bayi dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang
masa kehamilan, yang ditimbang 1 jam setelah bayi lahir (Pudiastuti, 2011).
Beberapa penyebab terjadinya BBLR diantaranya adalah ibu hamil mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK),mengalami anemia, kurangnya suplai zat gizi ibu
hamil, paritas ibu atau jumlah anak yang dilahirkan ibu dan jarak kelahiran antara
anak yang satu dengan selanjutnya, umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun tergolong
dalam resiko tinggi) serta tingi badan ibu. Bayi dengan BBLR dibutuhkan
penanganan serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah mengalami hipotermi
dan belum sempurna pembentuakan organ tubuhnya sehingga rentan mengalami
kematian (Rahfiluddin, 2017).
2.2. Etiologi BBLR
Beberapa studi telah melaporkan bahwa perkawinan usia muda yang disusul
dengan kehamilan akan berdampak negatif bagi kesehatan ibu dan janin yang sedang
dikandungnya. Salah satunya adalah meningkatnya risiko kelahiran BBLR. Ibu hamil
pada usia remaja (<20 tahun) mempunyai risiko kalahiran BBLR 4,1 kali lebih
banyak dibandingkan dengan ibu hamil di usia <20 tahun (Merzalia, 2018).
Faktor risiko utama bayi khususnya pada bayi BBLR mengalami hipotermi
yaitu dikarenakan belum matangnya sistem termoregulasi yang berfungsi sebagai
pusat pengaturan suhu tubuh dan juga dikarenakan minimalnya jumlah lemak pada
subkutan bayi. Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi juga disebabkan karena
kurangnya pengetahuan tentang mekanisme kehilangan panas dari tubuh bayi dan
pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Risiko untuk terjadinya hipotermi
dikarenakan perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir, bayi dipisahkan dari
ibunya segera setelah lahir, berat badan bayi yang kurang dan memandikan bayi
segera setelah lahir.
1) Evaporasi
Jalan utama bayi kehilangan panas adalah dengan evaporasi. Kehilangan
panas dapat terjadi dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh
bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi
yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikerigkan atau
diselimuti.
2) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Tempat tidur/timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh
bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda
tersebut.
3) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di
dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
4) Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda
benda tersebut menyerap radiasi panas bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung). Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada
bayi, maka lakukan hal hal tersebut:
a) Keringkan bayi secara seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut kering dan hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Menurut Sudarti & Afroh, (2013) faktor-faktor yang menyebabkan
hipotermi antara lain kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir, bayi
dipisahkan dengan ibunya setelah lahir, BBLR, kondisi ruangan yang
dingin, asfiksia, dan hipoksia
Tanda-tanda BBLR dibagi menjadi 2 yaitu tanda-tanda bayi pada kurang bulan
dan tanda-tanda bayi pada bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan karena dismaturitas, artinya
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu) tapi berat badan lahirnya lebih
kecil dari masa kehamilannya seharusnya. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi menjadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu yang sedang hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya dapat melahirkan bayi dengan berat
badan normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi yang normal, tidak
menderita sakit dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil,
ibu akan melahirkan bayi lebih sehat daripada kondisi sebaliknya.
Ibu hamil dengan kondisi kurang gizi kronis sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi jika ibu menderita
anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya
member sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolism besi yang
normal. Kekurangan yang besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupunsel otak. Anemia gizi dapat menimbulkan
kematian janin didalam kandungan, cacat bawaan, abortus, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar (Nelson, 2010)
2.5. Komplikasi
Komplikasi BBLR Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir
rendah antara lain :
a. Hipotermi
b. Hipoglikemi
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hiperbilirubinemia
e. Sindroma gawat nafas
f. Paten duktus arteriosus
g. Infeksi
h. Perdarahan intraventrikuler
i. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain :
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (Retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
2.6. Prognosis
Pronologi berat badan lahir rendah ini tergantungdari berat ringannya masalah
perinatal, misalnya masa genetasi (makin muda masa generasi atau makin rendah
berat badan makin tinggi angka kematian), asfikasi atau iskemia otak, sindroma
gangguan pernafasan, perdarahan intra ventikuler, displasa bronkupulmonal,
retrolental fibroplasia infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hiplogikemia,
hiperbilirubinemia). Prognosis ini tergantung dari keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua, dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal
(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi
gangguan pernafasan, afiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain)
(sarwono, 2007;h. 783).
2.9.1. Pengkajian
Pengkajian gangguan suhu tubuh pada bayi BBLR dapat berupa berikut:
Depkes, RI. (2009). Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Dengan Perawatan Motode Kanguru di Rumah Sakit dan Jejaringya. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Sayekti¹, P., Rita, M., & SiT, N. S. (2020). GAMBARAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN
2018-2019 (Doctoral dissertation).