KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
2020
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT........................................................................... 1
II. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................. 1
III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK BAHASAN ................... 2
IV. METODA ............................................................................................... 3
V. MEDIA DAN ALAT BANTU ................................................................... 3
VI. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN ............................................ 4
VII. URAIAN MATERI .................................................................................. 6
MATERI POKOK 1. KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI ............... 6
MATERI POKOK 2. PROTOKOL KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
DAN MASYARAKAT ......................................................................... 8
MATERI POKOK 3. PEMULASARAN JENAZAH ................................. 10
MATERI POKOK 4. KEWASPADAAN ISOLASI ................................... 12
MATERI POKOK 5. KEWASPADAAN STANDAR ................................ 11
MATERI POKOK 6. KEWASPADAAN TRANSMISI.............................. 15
VIII. EVALUASI MANDIRI............................................................................. 21
IX. REFERENSI .......................................................................................... 21
X. LAMPIRAN……………………………………………………………………
i
MODUL III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA KASUS POTENSIAL
KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB ) DAN WABAH
I. DESKRIPSI SINGKAT
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melakukan pencegahan dan
pengendalian infeksi pada kasus potensial kejadian luar biasa ( KLB ) dan
wabah sesuai pedoman PPI baik di Puskesmas dan masyarakat
2
3. Transmisi airborne
4. Transmisi vehicle
5. Transmisi Vektor
IV. METODE
a. Ceramah dan Tanya Jawab
b. Diskusi
c. Simulasi
3
VI. LANGKAH LANGKA KEGIATAN PEMBELAJARAN
4
C. Langkah ke 3: Diskusi
Langkah langkah
1. Fasilitator membagi 3 kelompok kecil @ 10 orang, dengan materi
a. Kelompok 1 : Kebersihan Tangan
b. Kelompok 2 : APD
c. Kelompok 3 : Dekontaminasi
2. Setiap kelompok menentukan ketua, notulen, dan penyaji
3. Setiap kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan
a. Indikasi
b. Transmisi
c. Tata cara
4. Peserta mendokumentasikan hasil diskusi
D. Langkah ke 4 : Simulasi
Langkah langkah
1. Kebersihan tangan ( SOP kebersihan tangan )
a. Fasilitator memperagakan cara kebersihan tangan
b. Peserta dibagi 3 kelompok
c. Masing masing kelompok diberikan kesempatan selama 5 menit untuk
mempraktekan kebersihan tangan
d. Kelompok lain mengamati dan memberi masukan
5
E. Langkah ke 5 : Evaluasi
Kegiatan fasilitator
Melakukan evaluasi kepada peserta dengan cara lisan memakai quiz
sehingga dapat diketahui sejauh mana peserta menangkap materi
pembelajaran yang diberikan fasilitator
F. Langkah 6 : Rangkuman
1. Fasilitator merangkum inti materi yang harus diperhatikan sesuai
dengan tujuan pembelajaran materi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi pada kasus kejadian luar biasa (KLB) dan wabah
2. Menutup materi dengan mengucapkan salam dan terima kasih.
6
3. Lingkungan
Adalah tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh dan
berkembang biak dan siap untuk ditularkan ke orang lain.
Lingkungan pada modul ini adalah di FKTP dan di masyarakat.
Penyakit infeksi dapat menyebar kepada orang lain dan berpotensial
menjadi KLB bila tak dilakukan pencegahan dan pengendalian.
7
B. MATERI POKOK 2
PROTOKOL KESEHATAN DI TEMPAT KERJA DAN MASYARAKAT
Pada materi pokok ini akan dijelaskan protokol kesehatan yang dilakukan
di tempat kerja dan masyarakat
1. Protokol Kesehatan di tempat kerja :
a. Pengukuran susu
Pengukuran suhu dilakukan dipintu masuk gerbang RS
Khusus petugas diruangan perawatan sebelum dan sesudah
melaksanakan tugas dilakukan Pengukuran suhu
b. Skrining tanda gejala
Bila hasil skrining ditemukan suhu tubuh > 37,5 derajat C atau salah
satu gejala maka petugas diarahkan berobat ke poli pada hari kerja
dan IGD diluar hari kerja
c. Lakukan kebersihan tangan
d. Gunakan siku untuk menutup
e. Gunakan masker kecuali makan dan minum
f. Tidak berkerumunan dan menjaga jarak di mesin absensi
g. Bersihkan meja / area kerja sebelum dan setelah digunakan
h. Menjaga jarak dengan rekan kerja minimal 1 meter
i. Usahakan aliran darah dan sinar matahari masuk ke ruang kerja
j. Hindari kontak fisik seperti bersalaman dan berpelukan
k. Saat makan :
1) Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum
dan sesudah makan
2) Menggunakan peralatan makan sendiri
3) Menjaga jarak minimal 1 meter
4) Tidak diperkenankan bercakap-cakap saat makan
5) Masker yang dilepas diletakkan dalam lipatan kertas dan
gunakan
6) kembali setelah makan
7) Peralatan makan segera dibersihkan
8) Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai sabun
9) dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer
8
l. Saat Ibadah :
1) Memakai peralatan ibadah sendiri meliputi mukena, sajadah,
Kitab suci dan lain sebagainya
2) Menggunakan masker saat ibadah
3) Menjaga jarak minimal 1 meter antar sesama jamaah
4) Hindari kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan
5) Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai
sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer
m. Penggunaan Toilet bersama :
1) Tetap gunakan masker saat di toilet.
2) Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau
menggunakan handsanitizer sebelum dan sesudah memegang
handle pintu.
3) Jika ada batuk dan bersin saat di toilet, maka tutup mulut dan
hidung dengan lengan bagian dalam kemudian cuci lengan
dengan sabun dan air.
2. Protokol Kesehatan Di Masyarakat :
a. Perlindungan Individu
1) Gunakan Alat pelindung Diri
2) Lakukan Kebersihan tangan
3) Menjaga jarak 1 meter
4) Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Perlindungan Masyarakat
1) Pencegahan dengan kegiatan promosi kesehatan, edukasi,
sosialisasi, informasi)
2) Perlindungan melalui penyediaan sarana cuci tangan,
handsanitizer, sabun cuci tangan
3) Pengaturan jaga jarak
4) Disinfeksi permukaan, ruangan dan peralatan secara berkala
5) Gunakan masker
9
C. MATERI POKOK 3
PEMULASARAN JENAZAH
10
a) Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas/plester
kedap air,
b) Lepaskan alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus
diplester dengan rapat.
c) Memandikan jenazah tetap memperhatikan kewaspadaan isolasi
disaksikan oleh keluarga. Air untuk memandikan jenazah dicampur
bahan disinfektan (Natrium Hipoklorit) dengan konsentrasi 0,5%.
d) Jenazah dikeringkan dengan handuk sekali pakai
e) Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
f) Sebelum dimasukkan ke kantong jenazah dilakukan prosesi sesuai
dengan agama dan keyakinan
g) Kemudian jenazah dimasukkan dalam kantong jenazah dan
resleting ditutup dan di lem silikon, tidak boleh dibuka lagi (kantong
jenazah terbuat dari plastik yang kedap air dengan ketebalan
khusus)
h) Kantong jenazah dimasukkan dalam peti jenazah yang diberi lem
kayu sekelilingnya dan segera dikubur
i) Autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan
direktur rumah sakit. Autopsi dilakukan oleh petugas khusus dan
dilakukan sebelum pemulasaran jenazah.
j) Jenazah harus diantar/diangkut dengan mobil jenazah.
k) Jenazah disemayamkan di dalam ruang pemulasaraan jenazah
tidak lebih dari 4 jam.
l) Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, maka
pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah tersebut.
m) Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.
n) Petugas pemulasaran jenazah menempatkan semua limbah yang
terkait dengan pemulasaran jenazah dalam kantong infeksius yang
tertut
11
D. MATERI POKOK 4
KEWASPADAAN ISOLASI
E. MATERI POKOK 5
KEWASPADAAN STANDAR
c. Pengelolaan Limbah
Perawatan pasien infeksi merupakan sumber penularan penyakit yang
potensial sebagai sumber agennya. Perlakuannya memerlukan
penanganan khusus agar tidak terkontaminasi dengan bahan yang
berpotensi sebagai sumber penularan. Petugas yang melaksanakan
pekerjaan ini harus sudah terlatih dan mengetahui prosedurnya, memakai
alat pelindung diri yang sesuai dengan kewaspadaan transmisi kontak.
Limbah dari ruang perawatan pasien infeksi sudah terpisahkan secara
baik sesuai dengan jenis limbahnya. Seperti kantong sampah hitam untuk
limbah non infeksi, kantong kuning/ merah untuk sampah infeksi/ sangat
infeksius. Petugas di bagian pengelola limbah harus paham, tidak
membuka lagi limbah yang ada didalamnya segera dilakukan
pembakaran melalui incenerator. Pada kasus Ebola misalnya limbah
yang di dapatkan saat penanganan kasus PVE mendapatkan perlakuan
yang khusus karena sangat infeksius dan dapat menularkan kepada
13
lingkungan beberapa hal yang perlu diperhatikan memakai kantong
plastik infeksius (warna kuning/merah), kontainer khusus benda tajam,
alat angkut kontainer (troli, dll), incenerator, APD untuk pengelola limbah
(sarung tangan karet, baju kedap air/apron, masker bedah, kaca mata,
sepatu boot karet dapat digantikan dengan penutup sepatu kedap air).
F. MATERI POKOK 6
KEWASPADAAN TRANSMISI
Kewaspadaan berdasarkan transmisi
Kewaspadaan berdasarkan transmisi setelah terdiagnosis jenis infeksinya
dan cara penularannya maka tata cara PPI harus diterapkan untuk
memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab infeksi dan pemilihan
jeniis APD diterapkan pada pasien yang diketahui maupun dugaan
terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat ditransmisikan lewat
udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan terkontaminasi. Jenis
kewaspadaan berdasarkan transmisi yaitu kontak, droplet, airborne,
vehikulum dan vektor. Penyebaran infeksi dapat dapat terjadi lebih dari
satu cara transmisi
14
1. Transmisi kontak
Merupakan cara transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkan
infeksi di Puskesmas dan masyarakat. Transmisi agen penyakit dapat melalui
kontak langsung atau tidak langsung. Kontak langsung meliputi kontak
permukaan kulit terluka/abrasi, orang, Alat pelindung yang
rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.
Beberapa contoh aktivitas yang berpotensi terjadi penularan secara
kontak antara lain:
petugas membantu pasien bergerak,
petugas mengganti verband pada luka basah,
petugas tanpa sarung tangan merawat oral pada pasien herpes simpleks
virus atau scabies.
Transmisi kontak tidak langsung d a p a t terjadi kontak antara orang
yang rentan dengan benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di
lingkungan,
instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan petugas
terkontaminasi dari satu pasien ke pasien lain yang belum dicuci,
sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan
yang lainnya, dan melalui mainan anak.
Kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan
melalui tangan petugas atau benda mati di lingkungan pasien,
Hindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak
berhubungan dengan perawatan pasien seperti pegangan pintu,
tombol lampu, telepon dan lainnya.
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut
saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa
sarung tangan.
Salah satu contoh penyakit ditransmisikan melalui kontak langsung atau
tidak langsung dari sekret pasien yang sakit atau sudah memiliki gejala
adalah penyakit Covid 19. Penyebaran langsung dari infeksi terjadi ketika
seseorang menularkan dari orang-ke-orang secara kontak dan droplet dan
secara airborne bila ada tindakan yang memicu aerosolisasi. Penyebaran
tidak langsung dari infeksi terjadi ketika tangan petugas kesehatan
terkontaminasi akibat kontak dengan peralatan yang terpapar
15
mikroorganisme. Hal ini kemudian dapat menyebar ke pasien.
Penempatan pasien dilakukan atau tempatkan di ruang rawat terpisah. Bila
tidak mungkin dapat dilakukan secara kohorting. Bila keduanya tidak
mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi
pasien. Tempatkan dengan jarak lebih dari 1 meter antar tempat tidur.
Tranportasi pasien dibatasi geraknya, transport pasien hanya kalau perlu
saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko
minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan.
APD petugas dalam penanganan kasus Covid 19 adalah memakai sarung
tangan bersih non steril atau lateks saat masuk ke ruang pasien, ganti
sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain).
Lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci
tangan dengan antiseptik. Pakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang
pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan
lingkungan, barang di ruang pasien, cairan diare pasien, luka terbuka dan
lainnya (semua cairan tubuh pasien). Lepaskan gaun sebelum keluar
ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien
lain
Sebagai contoh pasien yang datang dengan diare saat terjadi peningkatan
kasus, mungkin memiliki sumber penularan.yang mengkontaminasi
pakaian dan badan pasien. Ketika memeriksa pasien tersebut harus
mematuhi aturan pencegahan terhadap transmisi kontak pada saat
memeriksa, pakaian, peralatan dan badan pasien yang mungkin telah
terkontaminasi. maka APD yang dipakai adalah:
o Kenakan celemek plastik dan sarung tangan sekali pakai untuk semua
interaksi yang mungkin melibatkan kontak langsung dengan pasien.
o Pakailah sarung tangan jika ada risiko terpapar darah, cairan tubuh,
sekresi atau ekskresi.
o Lakukan kebersihan tangan setelah kontak penderita/ melepas sarung
tangan.
2. Transmisi droplet
Penularan secara droplet terjadi pada kasus mengandung mikroba dengan
ukuran lebih dari 5 mikron atau droplet besar. Sumber penularan akan
16
tersebar saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction,
bronkoskopi dan lainnya. Droplet akan jatuh dalam jarak 1 meter dari
sumber. Transmisi droplet d a p a t t e r j a d i j u g a kontak konjungtiva
atau mucus membrane hidung/mulut. Beberapa penyakit menular
dengan cara droplet seperti Covid 19, common cold, respiratory syncytial
virus (RSV), influenza (H1N1, H5N1), dll.
Pencegahan transmisi ini dengan memakai masker bedah dan menjaga
jarak lebih dari 1 meter dengan tetap melakukan prinsip kebersihan tangan.
Bila melakukan suction, memasang pipa laryng/ intubasi, bronkoskopi
maka harus melengkapi diri dengan goggle dan visor dan masker
respiratory partikulat
Kasus flu burung (avian influenza/H5N1) adalah menghindari kontak
dengan unggas terinfeksi atau benda yang terkontaminasi, menghindari
peternakan unggas yang terinfeksi, hati-hati ketika menangani unggas,
memasak unggas dengan baik, dan jangan lupa tetap menjaga kebersihan
tangan sesuai dengan aturan yang baku. WHO dan CDC menyarankan
perawatan pasien dengan flu burung sesuai kewaspadaan penularan lewat
udara, droplet dan kontak
Beberapa contoh seperti infeksi influenza dan meningitis meningokokus
yang ditularkan secara droplet pasien selama batuk, bersin, berbicara, atau
saat melakukan prosedur induksi batuk (induksi dahak, pemberian obat
aerosol, penyedotan saluran napas dan selama pengobatan lesi/abses
saat aerosolisasi dan drainase cairan, tindakan invasif bronkoskopi,
intubasi, maka dilakukan kegiatan seperti:
Kenakan celemek plastik sekali pakai, sarung tangan dan masker bedah
untuk semua interaksi kontak langsung atau tidak langsung dalam jarak
dekat dengan pasien (yaitu 3 kaki/1 meter) memakai bedah masker wajah.
Pakailah sarung tangan jika ada risiko terpapar darah, cairan tubuh,
sekresi atau ekskresi.
Mencuci tangan setelah kontak penderita, setelah membuka sarung
tangan, sarung tangan bukan pengganti cuci tangan
Masker Respirator (FFP2 /3) masker untuk kasus yang dicurigai atau
dikonfirmasi infeksi tertentu yang belum jelas metode penularannya,
selama prosedur menghasilkan aerosol seperti prosedur/ tindakan di atas.
17
3. Transmisi air borne
Penularan melalui udara berasal dari droplet dengan ukuran partikelnya
kurang dari 5 mikron, evaporasi droplet dapat terbawa aliran udara
lebih dari 2 meter dari sumbernya. Beberapa penyakit yang transmisi
dengan cara ini seperti varicella zoster, tuberkulosis, dll
Pencegahan penularan dengan menggunakan APD yang wajib digunakan
adalah masker respiratory partikulat dengan melakukan Fit test, sehingga tak
ada celah antara masker dengan wajah pemakai.
Seperti pada kasus COVID-19, beberapa tindakan yang mengandung
aerosol perlu diwaspadai secara inhalasi sehingga perlu pemakaian APD
yang lengkap masker respiratory partikulat
Infeksi yang ditularkan oleh partikel pernapasan yang sangat kecil
dimisalkan infeksi paru atau laring Tuberkulosis.
Kenakan pakai celemek plastik, sarung tangan dan respirator mask
(FFP2 /3) untuk semua interaksi dengan pasien.
Memakai Sarung tangan jika ada risiko terpapar darah, cairan tubuh,
sekresi atau ekskresi
Lakukan cuci tangan setelah kontak penderita/membuka sarung tangan.
Masker FFP3 direkomendasikan untuk:
semua prosedur menghasilkan aerosol
semua pasien dengan infeksi udara yang dicurigai atau dikonfirmasi dan
untuk perawatan rutin pasien TB yang multi resistan terhadap obat TB
Masker FFP3 direkomendasikan untuk perawatan rutin pasien dengan atau
diduga atau TB laring mana MDR-TB atau XDR-TB.
Jika seorang pasien yang diduga atau diketahui memiliki infeksi yang
ditularkan melalui rute udara sedang menunggu di daerah komunal,
mereka harus diminta untuk memakai masker bedah karena ini akan
mengurangi risiko penularan kepada orang lain .
18
udara misalnya, TB harus ditempatkan di ruang tunggu khusus, jauh dari
pasien lain. Jika tunggu khusus tidak tersedia maka pasien ini harus
ditempatkan setidaknya satu meter dari pasien lain jika memungkinkan.
Pertimbangkan penyediaan masker bedah untuk pasien yang
membutuhkan tetesan dan udara tindakan pencegahan untuk memakai
sementara dalam praktek.
Memiliki APD yang sesuai tersedia untuk setiap staf praktek yang
memerlukannya.
Setelah pasien, bersih dan dekontaminasi peralatan dan lingkungan
yang sesuai (lihat dekontaminasi pedoman).
4. Transmisi vehicle
Transmisi common vehicle penularan ini melalui benda mati yang telah
terkontaminasi oleh kuman, dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih
dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah
darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan, dan sebagainya.
5. Transmisi vector
Transmisi vektor terjadi ketika vektor seperti nyamuk, lalat, kutu, kutu, tikus,
dan hama lainnya menjadi sumber penularan. Beberapa cara penularan
dengan transmisi kontak tidak langsung dengan material ekskresi dan
sekresi, material yang keluar dari vektor, menggigit langsung.
19
X. REFERENSI:
1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya (KemKes, 2017)
2. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Covid 19 revisi 5
(KemKes, 2020)
3. Pedoman Alat Pelindung Diri (Kemkes, 2020)
4. Pedoman Pemulasaran Dan Penguburan Jenazah Covid-19 Di
Masyarakat, (Kemenkes 2020)
5. Pedoman Penyelidikan Dan Penanggulangan kejadian luar Biasa
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan, Edisi Revisi (Kemenkes 2017)
20
IX. LAMPIRAN
Tujuan:
Setelah melakukan diskusi kelompok, peserta mampu melakukan tindakan PPI
pada penyakit menular potensial KLB dan wabah
Waktu: 60 menit
21
Panduan Simulasi Kasus
Tujuan:
Setelah melakukan simulasi kasus, peserta mampu melakukan tindakan PPI
pada penyakit menular potensial KLB dan wabah
22
4. Saat kelompok melakukan simulasi, kelompok lain sebagai observer dan
memberikan tanggapan dan masukkannya (@5 menit)
5. Fasilitator merangkum dan menyimpulkan hasil simulasi (10 menit)
Waktu: 75 menit
Penugasan:
1. APD apa yang harus digunakan petugas saat menerima pasien ini?
2. Bagaimana penempatan pasien ini di Poliklinik?
Kasus 2. COVID 19
23
tenggorok, batuk kering Sebelumnya Bp Dana sempat kontak dengan teman
kerja yang positif Covid 1 minggu yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik T: 120/80, N: 100 x/m, RR 30x/menit dan sempat
dilakukan pengukuran Saturasi Oksigen 93 %, suhu 38 C. Pasien dicurigai
sebagai kasus suspek Covid19, kemudian dirujuk ke RS Rujukan di Kabupaten
Muara Enim.
Penugasan:
1. Diskusikan bagaimana penempatan pasien ini saat datang ke puskesmas
untuk berobat.
2. Apa yang harus dilakukan petugas Kesehatan saat akan merujuk pasien ini?
3. Bp Dana akan dirujuk dengan menggunakan ambulans, tidak ada sekat
diantara ruang pasien dengan driver. Petugas driver adalah Bp Sudin dan
perawat yang mendampingi adalah Bp David. APD apa yang harus dipakai
mereka?
4. Apabila selesai merujuk, bagaimana untuk dekontaminasi ambulans nya?
5. Istri Bp Dana, Ny Dini tidak ada keluhan demikian juga dengan putrinya Dina
yang berumur 5 tahun. Bila mereka harus isolasi mandiri, apa yang harus
disampaikan agar mereka tetap sehat. Protokol Kesehatan apa yang harus
dipatuhi?
24
TIM PENYUSUN
Penasehat:
drg. R. Vensya Sitohang M.Epid (Direktur Surveilans dan Karantina
Kesehatan)
Penangggungjawab:
drh. Endang Burni. P, M.Kes (Kasubdit Surveilans Kemenkes)
Ketua:
dr. Triya Novita Dinihari, (Kepala Seksi Kewaspadaan Dini)
Sekretaris:
Abdurahman, SKM, M.Kes
Tim Penyusun:
Abdurahman, SKM, M.Kes Subdit Surveilans
Abdur Rachim, SKM, M.Kes PAEI
dr. Aisyah, MKM BBPK Ciloto
Bayu Aji, SE, MScPH Subdit Advokasi Kesehatan Dit. Promkes
Berkat Putra S. SKM Subdit Surveilans
Edy Purwanto, SKM, M.Kes Subdit Surveilans
Eka Muhiriyah, SKM, MKM Subdit Surveilans
Emita Ajis, SKM, MPH Subdit Surveilans
Helvy Yunida,S.Tr.Keb,SAP, MM BBPK Ciloto
Husni, SKM, MPH FETP Indonesia
Kambang Sariadji, M.Biomed Puslitbang Biomedis
dr. Listiana Azizah, Sp.KP Subdit Penyakit Infeksi Emerging
dr. Masri Sembiring Maha,DTMH,MCTM Puslitbang Biomedis
Menikha Maulida, SKM , MPH FETP Indonesia
dr. A. Muchtar Nasir , M.Epid Subdit Penyakit Infeksi Emerging
Nina Hernawati, S.Kep, Ners, MKKK BBPK Ciloto
Puhilan, SKM, M.Epid Subdit Surveilans
Tanti Lukitaningsih, SKM, M.Kes PAEI
dr. Titi Sundari, Sp.P RSPI Sulianti Saroso
Ns. Tri Diani Agustuti, S,Kep, M.Kep RSPI Sulianti Saroso
dr. Yan Bani Luza Prima W., MKM BBPK Ciloto
Dr. drg. Siti Nur Anisah, MPH Puslat SDM Kesehatan
25