Anda di halaman 1dari 27

MODUL III

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PADA KASUS POTENSIAL KEJADIAN LUAR BIASA
( KLB ) DAN WABAH
PELATIHAN PENANGGULANGAN KLB DAN WABAH UNTUK TIM
GERAK CEPAT (TGC) DI PUSKESMAS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
2020
DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT........................................................................... 1
II. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................. 1
III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK BAHASAN ................... 2
IV. METODA ............................................................................................... 3
V. MEDIA DAN ALAT BANTU ................................................................... 3
VI. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN ............................................ 4
VII. URAIAN MATERI .................................................................................. 6
MATERI POKOK 1. KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI ............... 6
MATERI POKOK 2. PROTOKOL KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
DAN MASYARAKAT ......................................................................... 8
MATERI POKOK 3. PEMULASARAN JENAZAH ................................. 10
MATERI POKOK 4. KEWASPADAAN ISOLASI ................................... 12
MATERI POKOK 5. KEWASPADAAN STANDAR ................................ 11
MATERI POKOK 6. KEWASPADAAN TRANSMISI.............................. 15
VIII. EVALUASI MANDIRI............................................................................. 21
IX. REFERENSI .......................................................................................... 21
X. LAMPIRAN……………………………………………………………………

i
MODUL III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA KASUS POTENSIAL
KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB ) DAN WABAH

I. DESKRIPSI SINGKAT

Berkembangnya ilmu pengetahuan dalam bidang pelayanan kesehatan dan


perawatan pasien saat ini, disertai perkembangan jenis penyakit baru yang
berpotensi menjadi KLB dan atau wabah. Pasien tidak hanya dilayani di rumah
sakit dan Puskesmas lainnya, tetapi di rumah atau di masyarakat. Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada kasus potensial Kejadian Luar biasa (KLB)
dan atau wabah sangat penting karena mampu mencegah penyebaran dan
pengendalian penyakit. Kejadian penyakit infeksi yang menular dapat terjadi di
rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas) dan di masyarakat.
Kegiatan utama PPI adalah menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari
Kewaspadaan Standar dan berdasarkan pola transmisi masing-masing penyakit.
Kewaspadaan isolasi mutlak dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan oleh seluruh tim yang terlibat dalam pelayanan kesehatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melakukan pencegahan dan
pengendalian infeksi pada kasus potensial kejadian luar biasa ( KLB ) dan
wabah sesuai pedoman PPI baik di Puskesmas dan masyarakat

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Konsep Dasar Penyakit Infeksi
2. Menjelaskan Pemulasaran jenazah
3. Menjelaskan Protokol Kesehatan di masyarakat
4. Melakukan Kewaspadaan Isolasi
5. Melakukan Kewaspadaan Standar
6. Melakukan Kewaspadaan Transmisi
1
III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:
A. Materi Pokok 1: Konsep Dasar Penyakit Infeksi
Sub Materi Pokok :
1. Penjamu
2. Agen
3. Lingkungan
Mata Rantai penularan
1. Agen ( Penyebab Infeksi )
2. Reservoir ( Tempat kuman hidup & berkembang )
3. Portal of Exit ( Pintu Keluar )
4. Transmisi ( Cara Penularan )
5. Portal of Entry ( Pintu Masuk )
6. Susceptible host ( Pejamu rentan )
B. Materi Pokok 2 : Protokol Kesehatan di masyarakat
C. Materi Pokok 3: Pemulasaran jenazah
D. Materi Pokok 4 : Kewaspadaan Isolasi
E. Materi Pokok 5 : Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD)
3. Penanganan limbah
4. Peralatan perawatan pasien
5. Pengendalian lingkungan
6. Penatalaksanaan linen
7. Kesehatan karyawan
8. Penempatan pasien
9. Hygiene respirasi/Etika batuk
10. Praktek menyuntik yang aman
11. Praktek pencegahan untuk prosedur lumbal punksi
F. Materi Pokok 6 : Kewaspadaan transmisi
1. Transmisi kontak
2. Transmisi droplet

2
3. Transmisi airborne
4. Transmisi vehicle
5. Transmisi Vektor

IV. METODE
a. Ceramah dan Tanya Jawab
b. Diskusi
c. Simulasi

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


a. Komputer
b. LCD
c. Bahan tayang
d. Modul
e. Flipchart dan Spidol
f. Lembar observasi
g. Hands Rub dan cat acrilyric
h. APD lengkap
i. Alat dekontaminasi ( ember, sikat panjang, clorin, gelas ukur)
j. Kantong sampah Kuning, Hitam dan Merah
k. Standar Operasional Prosedur (SOP)
l. Lembar observasi

3
VI. LANGKAH LANGKA KEGIATAN PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan Langkah Langkah kegiatan dalam proses


pembelajaran mata pelatihan ini

A. Langkah 1: Pengkondisian Peserta


Kegiatan Fasilitator
1. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas.
2. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
3. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan
memperkenalkan diri. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan dan
target yang diharapkan.
4. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi pada kasus potensial kejadian luar biasa ( KLB ) dan
wabah.

B. Langkah 2: Penjelasan Materi


Kegiatan Fasilitator
1. Menggali pengetahuan Pencegahan dan pengendalian infeksi pada
kasus potensial kejadian luar biasa (KLB ) dan wabah
2. Menjelaskan Pencegahan dan Pengendalian infeksi pada kasus
potensial kejadian luar biasa (KLB ) dan wabah :
3. Menyampaikan pertanyaan tentang ruang lingkup yang dibahas
4. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
5. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta

4
C. Langkah ke 3: Diskusi
Langkah langkah
1. Fasilitator membagi 3 kelompok kecil @ 10 orang, dengan materi
a. Kelompok 1 : Kebersihan Tangan
b. Kelompok 2 : APD
c. Kelompok 3 : Dekontaminasi
2. Setiap kelompok menentukan ketua, notulen, dan penyaji
3. Setiap kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan
a. Indikasi
b. Transmisi
c. Tata cara
4. Peserta mendokumentasikan hasil diskusi

D. Langkah ke 4 : Simulasi
Langkah langkah
1. Kebersihan tangan ( SOP kebersihan tangan )
a. Fasilitator memperagakan cara kebersihan tangan
b. Peserta dibagi 3 kelompok
c. Masing masing kelompok diberikan kesempatan selama 5 menit untuk
mempraktekan kebersihan tangan
d. Kelompok lain mengamati dan memberi masukan

2. APD ( SOP pemakaian dan pelepasan APD )


a. Fasilitator memperagakan cara pemakaian APD dan pelepasan APD
b. Peserta dibagi 3 kelompok masing masing kelompok 10 orang
c. Dari masing masing kelompok mengirimkan 2 perwakilan untuk
d. memperagakan pemakain dan pelepasan APD dengan di pandu oleh
fasilitator
e. Masing masing kelompok ada perwakilan yang menjadi observer
f. Anggota kelompok lain mengamati dan memberi masukan

3. Dekontaminasi ( SOP dekontaminasi)


a. Fasilitator memperagakan cara dekontaminas
b. Peserta dibagi 3 kelompok masing masing kelompok 10 orang
c. Dari masing masing kelompok mengirimkan 1 perwakilan untuk
memperagakan pemakain dan pelepasan APD dengan di pandu oleh
fasilitator
d. Masing masing kelompok ada perwakilan yang menjadi observer
e. Anggota kelompok lain mengamati dan memberi masukan

5
E. Langkah ke 5 : Evaluasi
Kegiatan fasilitator
Melakukan evaluasi kepada peserta dengan cara lisan memakai quiz
sehingga dapat diketahui sejauh mana peserta menangkap materi
pembelajaran yang diberikan fasilitator

F. Langkah 6 : Rangkuman
1. Fasilitator merangkum inti materi yang harus diperhatikan sesuai
dengan tujuan pembelajaran materi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi pada kasus kejadian luar biasa (KLB) dan wabah
2. Menutup materi dengan mengucapkan salam dan terima kasih.

VII. URAIAN MATERI


A. MATERI POKOK 1
KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan global
termasuk Indonesia, beberapa penyakit infeksi dapat berupa penyakit
yang lama yang muncul kembali yang menimbulkan masalah dan ada
beberapa yang sama sekali baru. Penyebaran penyakit tidak bisa
dihindari bersama orang melakukan perjalanan dari satu wilayah ke
tempat lainnya dalam hitungan jam/hari. Terjadinya infeksi ada beberapa
hal yang berperan yaitu penjamu (host), agen, dan lingkungan dan mata
rantai penularan .
1. Penjamu
Adalah orang yang menjadi tempat atau proses terjadi infeksi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah usia, status gizi, status
imunisasi, penyakit kronis, pengobatan imunosupresan, dengan
penyakit kronis. Faktor lainnya jenis kelamin, ras, status ekonomi,
gaya hidup,pekerjaan dan herediter
2. Agen
Adalah mikrorganisme penyebab infeksi seperti bakteri, virus,
jamur, dan parasite. Peran agen ini sangat tergantung patogenitas,
virulensi dan jumlah. Agen ini berpotensi berubah (mutasi), karena
pengaruh dari adaptasi terhadap lingkungan dan penjamu

6
3. Lingkungan
Adalah tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh dan
berkembang biak dan siap untuk ditularkan ke orang lain.
Lingkungan pada modul ini adalah di FKTP dan di masyarakat.
Penyakit infeksi dapat menyebar kepada orang lain dan berpotensial
menjadi KLB bila tak dilakukan pencegahan dan pengendalian.

Mata Rantai Penularan :


1. Agen penyebab infeksi
Mikroorganisme penyebab infeksi, seperti : bakteri, virus, jamur dan
parasit
2. Reservoir
Tempat agen infeksi hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap
ditularkan kepada penjamu / manusia. Reservoir terbanyak adalah
pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh tumbuhan,air, tanah,
lingkungan dan bahan organik lainnya
3. Portal of Exit
Tempat agen infeksi keluar dari rservoir, melalui saluran nafas,
saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta
4. Transmisi/ Cara penularan melalui :
a. Kontak
b. Droplet
c. Airborne
d. Vehicle (makanan/air/darah)
e. Vector
5. Portal of Entry
Pintu masuk agen infeksi (saluran nafas, saluran cerna, saluran
kemih, kulit tidak mutuh)
6. Susceptible host
Individu rentan, tidak mampu melawan agen infeksi
Faktor yang mempengaruhi : umur, status gizi, imunisasi, penyakit
kronis, trauma, obat, immunosupresan, dll

7
B. MATERI POKOK 2
PROTOKOL KESEHATAN DI TEMPAT KERJA DAN MASYARAKAT
Pada materi pokok ini akan dijelaskan protokol kesehatan yang dilakukan
di tempat kerja dan masyarakat
1. Protokol Kesehatan di tempat kerja :
a. Pengukuran susu
Pengukuran suhu dilakukan dipintu masuk gerbang RS
Khusus petugas diruangan perawatan sebelum dan sesudah
melaksanakan tugas dilakukan Pengukuran suhu
b. Skrining tanda gejala
Bila hasil skrining ditemukan suhu tubuh > 37,5 derajat C atau salah
satu gejala maka petugas diarahkan berobat ke poli pada hari kerja
dan IGD diluar hari kerja
c. Lakukan kebersihan tangan
d. Gunakan siku untuk menutup
e. Gunakan masker kecuali makan dan minum
f. Tidak berkerumunan dan menjaga jarak di mesin absensi
g. Bersihkan meja / area kerja sebelum dan setelah digunakan
h. Menjaga jarak dengan rekan kerja minimal 1 meter
i. Usahakan aliran darah dan sinar matahari masuk ke ruang kerja
j. Hindari kontak fisik seperti bersalaman dan berpelukan
k. Saat makan :
1) Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum
dan sesudah makan
2) Menggunakan peralatan makan sendiri
3) Menjaga jarak minimal 1 meter
4) Tidak diperkenankan bercakap-cakap saat makan
5) Masker yang dilepas diletakkan dalam lipatan kertas dan
gunakan
6) kembali setelah makan
7) Peralatan makan segera dibersihkan
8) Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai sabun
9) dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer

8
l. Saat Ibadah :
1) Memakai peralatan ibadah sendiri meliputi mukena, sajadah,
Kitab suci dan lain sebagainya
2) Menggunakan masker saat ibadah
3) Menjaga jarak minimal 1 meter antar sesama jamaah
4) Hindari kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan
5) Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai
sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer
m. Penggunaan Toilet bersama :
1) Tetap gunakan masker saat di toilet.
2) Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau
menggunakan handsanitizer sebelum dan sesudah memegang
handle pintu.
3) Jika ada batuk dan bersin saat di toilet, maka tutup mulut dan
hidung dengan lengan bagian dalam kemudian cuci lengan
dengan sabun dan air.
2. Protokol Kesehatan Di Masyarakat :
a. Perlindungan Individu
1) Gunakan Alat pelindung Diri
2) Lakukan Kebersihan tangan
3) Menjaga jarak 1 meter
4) Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Perlindungan Masyarakat
1) Pencegahan dengan kegiatan promosi kesehatan, edukasi,
sosialisasi, informasi)
2) Perlindungan melalui penyediaan sarana cuci tangan,
handsanitizer, sabun cuci tangan
3) Pengaturan jaga jarak
4) Disinfeksi permukaan, ruangan dan peralatan secara berkala
5) Gunakan masker

9
C. MATERI POKOK 3
PEMULASARAN JENAZAH

Jenazah pasien dengan infeksi sudah teridentifikasi berdasarkan label


yang tergantung di kakinya. Jenazah dibedakan berdasarkan perbedaan
mode/ route transmisi dan risiko infeksi dari penyakit yaitu:
1. Kategori 1 (label biru) seperti penyakit bukan penyakit kategori 2 dan 3
2. Kategori 2 (label Kuning) seperti penyakit HIV, Hepatitis, SARS, avian
influenza
3. Kategori 3 (Label Merah) seperti penyakit Anthrax, Plaque, rabies, viral
hemorrhagic fever.

Petugas yang melaksanakan pemulasaran jenazah kasus infeksi


harus divaksinasi hepatitis B, dan terlatih dalam PPI dasar, paham
menggunakan APD sesuai pola transmisi penyakit. Kantong Jenazah
memakai kantong plastik dengan ukuran 195 cm x 95 cm dan harus
berresleting/ tertutup dengan ketat, bagian luar kantong harus bisa
didesinfeksi. Hal lainnya Linen habis dipakai direndam dengan larutan
desinfekstant selama 30 menit. Sebagai contoh kasus PIE, berdasarkan
publikasi dalam jurnal WHO jenazah pasien dengan PIE yang positif
dapat menularkan ke orang yang kontak. Mengingat hal ini maka
pemulasaran jenazah menggunakan tata cara sebagai berikut:
1. Jenazah diperlakukan sesuai dengan agama dan keyakinan yang
berduka
2. Pemulasaran jenazah dilakukan oleh petugas yang terlatih
3. Jenazah tidak boleh disentuh secara langsung
4. Petugas/keluarga yang menangani pemulasaran jenazah
menggunakan APD
5. Pemindahan jenazah dari ruangan ke kamar jenazah sesegera
mungkin menggunakan kantong jenazah yang kedap air
6. Melakukan kebersihan tangan (hand hygiene) sesuai ketentuan
menggunakan air mengalir dan sabun anti septik.
7. Perlakuan terhadap jenazah:

10
a) Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas/plester
kedap air,
b) Lepaskan alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus
diplester dengan rapat.
c) Memandikan jenazah tetap memperhatikan kewaspadaan isolasi
disaksikan oleh keluarga. Air untuk memandikan jenazah dicampur
bahan disinfektan (Natrium Hipoklorit) dengan konsentrasi 0,5%.
d) Jenazah dikeringkan dengan handuk sekali pakai
e) Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
f) Sebelum dimasukkan ke kantong jenazah dilakukan prosesi sesuai
dengan agama dan keyakinan
g) Kemudian jenazah dimasukkan dalam kantong jenazah dan
resleting ditutup dan di lem silikon, tidak boleh dibuka lagi (kantong
jenazah terbuat dari plastik yang kedap air dengan ketebalan
khusus)
h) Kantong jenazah dimasukkan dalam peti jenazah yang diberi lem
kayu sekelilingnya dan segera dikubur
i) Autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan
direktur rumah sakit. Autopsi dilakukan oleh petugas khusus dan
dilakukan sebelum pemulasaran jenazah.
j) Jenazah harus diantar/diangkut dengan mobil jenazah.
k) Jenazah disemayamkan di dalam ruang pemulasaraan jenazah
tidak lebih dari 4 jam.
l) Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, maka
pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah tersebut.
m) Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.
n) Petugas pemulasaran jenazah menempatkan semua limbah yang
terkait dengan pemulasaran jenazah dalam kantong infeksius yang
tertut

11
D. MATERI POKOK 4
KEWASPADAAN ISOLASI

Pencegahan dan pengendalian infeksi dilakukan di rumah sakit,


Puskesmas dan masyarakat merupakan suatu upaya untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada petugas, pasien
pengunjung dan masyarakat. Kegiatan PPI adalah Kewaspadaan isolasi
yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi berdasarkan
transmisi. Kewaspadaan standar harus diterapkan oleh petugas dan
masyarakat secara rutin, konsisten di pelayanan fasilitas kesehatan dan
masyarakat. Kewaspadaan berdasarkan transmisi terdiri dari kontak,
droplet, airborne, vehikulum (vehicle), dan vektor

E. MATERI POKOK 5
KEWASPADAAN STANDAR

Untuk mengurangi risiko terinfeksi penyakit menular pada petugas


kesehatan, pasien, pengunjung dan masyarakat baik dari sumber infeksi
yang di ketahui maupun yang tidak diketahui. Diciptakan untuk mencegah
transmisi silang sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil pemeriksaan
laboratorium belum ada dan harus diterapkan terhadap semua pasien
yang berkunjung di Puskesmas.
Kewaspadaan Standar terdiri dari :
a. Kebersihan tangan (hand hygiene)
Berpindahnya satu kuman ketempat yang lain semua perantara tangan
demikin juga penyebaran penyakit oleh karena itu langkah awal
kewaspadaan standar pelaksanaan PPI adalah kebersihan tangan.
Pedoman yang dipakai sebagai acuan adalah 5 pergerakan (five
movements) dari WHO yaitu sebelum kontak pasien, sebelum prosedur
aseptik, setelah kontak cairan tubuh yang berisiko (darah, sekresi,
ekskresi, peralatan yang terkontaminasi), setelah kontak dengan pasien
dan setelah kontak dengan permukaan lingkungan sekitar pasien.
Langkah–langkah WHO yaitu cairan berbasis alkohol dan sabun dengan
air mengalir. Beberapa hal yang perlukan diperhatikan pada tahapan ini
antara lain adalah bila tangan tampak kotor, mengandung bahan
12
berprotein, cairan tubuh, maka cuci tangan dengan sabun
biasa/antimikroba dengan air mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor,
setelah kontak dengan bahan atau material agen maka lakukan
kebersihan tangan/dekontaminasi dengan hand rubs cairan berbahan
dasar alkohol.

b. Alat pelindung diri


APD berfungsi untuk mencegah kontak langsung dengan sumber infeksi.
Pemilihannya disesuaikan pola transmisi penyakit. Faktor-faktor harus
diperhatikan pada pemakaian APD sebagai berikut
1 ) Kenakan APD yang sesuai sebelum kontak dengan pasien, gunakan
dengan hati-hati,
2) Jangan menyebabkan kontaminasi,
3) Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat limbah infeksius
yang telah disediakan di ruang ganti khusus.
4) Lepas masker di luar ruangan dan
5) Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah
membersihankan tangan sesuai pedoman.

c. Pengelolaan Limbah
Perawatan pasien infeksi merupakan sumber penularan penyakit yang
potensial sebagai sumber agennya. Perlakuannya memerlukan
penanganan khusus agar tidak terkontaminasi dengan bahan yang
berpotensi sebagai sumber penularan. Petugas yang melaksanakan
pekerjaan ini harus sudah terlatih dan mengetahui prosedurnya, memakai
alat pelindung diri yang sesuai dengan kewaspadaan transmisi kontak.
Limbah dari ruang perawatan pasien infeksi sudah terpisahkan secara
baik sesuai dengan jenis limbahnya. Seperti kantong sampah hitam untuk
limbah non infeksi, kantong kuning/ merah untuk sampah infeksi/ sangat
infeksius. Petugas di bagian pengelola limbah harus paham, tidak
membuka lagi limbah yang ada didalamnya segera dilakukan
pembakaran melalui incenerator. Pada kasus Ebola misalnya limbah
yang di dapatkan saat penanganan kasus PVE mendapatkan perlakuan
yang khusus karena sangat infeksius dan dapat menularkan kepada

13
lingkungan beberapa hal yang perlu diperhatikan memakai kantong
plastik infeksius (warna kuning/merah), kontainer khusus benda tajam,
alat angkut kontainer (troli, dll), incenerator, APD untuk pengelola limbah
(sarung tangan karet, baju kedap air/apron, masker bedah, kaca mata,
sepatu boot karet dapat digantikan dengan penutup sepatu kedap air).

Sedangkan prosedur pengelolaan limbah:


 Semua limbah ditangani oleh petugas yang sudah terlatih
 Benda tajam (jarum suntik, tabung suntik, benda berbahan kaca) dan
tabung yang kontak dengan darah atau cairan tubuh diletakkan dalam
kontainer khusus benda tajam.

Limbah infeksius padat dan tidak tajam dikumpulkan ke dalam plastik


kedap air dan dimasukkan kedalam kontainer tertutup. Kontainer tidak
boleh bersentuhan dengan petugas pembawa kontainer, dapat
dipindahkan dengan menggunakan alat (troli, dll). Semua limbah padat
dan tajam segera dimusnahkan menggunakan incenerator. Limbah cair
diolah di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Tempat pengelolaan
limbah akhir merupakan area terbatas untuk orang lain dan terbebas dari
binatang.

F. MATERI POKOK 6
KEWASPADAAN TRANSMISI
Kewaspadaan berdasarkan transmisi
Kewaspadaan berdasarkan transmisi setelah terdiagnosis jenis infeksinya
dan cara penularannya maka tata cara PPI harus diterapkan untuk
memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab infeksi dan pemilihan
jeniis APD diterapkan pada pasien yang diketahui maupun dugaan
terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat ditransmisikan lewat
udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan terkontaminasi. Jenis
kewaspadaan berdasarkan transmisi yaitu kontak, droplet, airborne,
vehikulum dan vektor. Penyebaran infeksi dapat dapat terjadi lebih dari
satu cara transmisi

14
1. Transmisi kontak
Merupakan cara transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkan
infeksi di Puskesmas dan masyarakat. Transmisi agen penyakit dapat melalui
kontak langsung atau tidak langsung. Kontak langsung meliputi kontak
permukaan kulit terluka/abrasi, orang, Alat pelindung yang
rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.
Beberapa contoh aktivitas yang berpotensi terjadi penularan secara
kontak antara lain:
 petugas membantu pasien bergerak,
 petugas mengganti verband pada luka basah,
 petugas tanpa sarung tangan merawat oral pada pasien herpes simpleks
virus atau scabies.
 Transmisi kontak tidak langsung d a p a t terjadi kontak antara orang
yang rentan dengan benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di
lingkungan,
 instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan petugas
terkontaminasi dari satu pasien ke pasien lain yang belum dicuci,
 sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan
yang lainnya, dan melalui mainan anak.
 Kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan
melalui tangan petugas atau benda mati di lingkungan pasien,
 Hindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak
berhubungan dengan perawatan pasien seperti pegangan pintu,
tombol lampu, telepon dan lainnya.
 Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut
saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa
sarung tangan.
Salah satu contoh penyakit ditransmisikan melalui kontak langsung atau
tidak langsung dari sekret pasien yang sakit atau sudah memiliki gejala
adalah penyakit Covid 19. Penyebaran langsung dari infeksi terjadi ketika
seseorang menularkan dari orang-ke-orang secara kontak dan droplet dan
secara airborne bila ada tindakan yang memicu aerosolisasi. Penyebaran
tidak langsung dari infeksi terjadi ketika tangan petugas kesehatan
terkontaminasi akibat kontak dengan peralatan yang terpapar
15
mikroorganisme. Hal ini kemudian dapat menyebar ke pasien.
Penempatan pasien dilakukan atau tempatkan di ruang rawat terpisah. Bila
tidak mungkin dapat dilakukan secara kohorting. Bila keduanya tidak
mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi
pasien. Tempatkan dengan jarak lebih dari 1 meter antar tempat tidur.
Tranportasi pasien dibatasi geraknya, transport pasien hanya kalau perlu
saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko
minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan.
APD petugas dalam penanganan kasus Covid 19 adalah memakai sarung
tangan bersih non steril atau lateks saat masuk ke ruang pasien, ganti
sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain).
Lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci
tangan dengan antiseptik. Pakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang
pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan
lingkungan, barang di ruang pasien, cairan diare pasien, luka terbuka dan
lainnya (semua cairan tubuh pasien). Lepaskan gaun sebelum keluar
ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien
lain
Sebagai contoh pasien yang datang dengan diare saat terjadi peningkatan
kasus, mungkin memiliki sumber penularan.yang mengkontaminasi
pakaian dan badan pasien. Ketika memeriksa pasien tersebut harus
mematuhi aturan pencegahan terhadap transmisi kontak pada saat
memeriksa, pakaian, peralatan dan badan pasien yang mungkin telah
terkontaminasi. maka APD yang dipakai adalah:
o Kenakan celemek plastik dan sarung tangan sekali pakai untuk semua
interaksi yang mungkin melibatkan kontak langsung dengan pasien.
o Pakailah sarung tangan jika ada risiko terpapar darah, cairan tubuh,
sekresi atau ekskresi.
o Lakukan kebersihan tangan setelah kontak penderita/ melepas sarung
tangan.

2. Transmisi droplet
Penularan secara droplet terjadi pada kasus mengandung mikroba dengan
ukuran lebih dari 5 mikron atau droplet besar. Sumber penularan akan

16
tersebar saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction,
bronkoskopi dan lainnya. Droplet akan jatuh dalam jarak 1 meter dari
sumber. Transmisi droplet d a p a t t e r j a d i j u g a kontak konjungtiva
atau mucus membrane hidung/mulut. Beberapa penyakit menular
dengan cara droplet seperti Covid 19, common cold, respiratory syncytial
virus (RSV), influenza (H1N1, H5N1), dll.
Pencegahan transmisi ini dengan memakai masker bedah dan menjaga
jarak lebih dari 1 meter dengan tetap melakukan prinsip kebersihan tangan.
Bila melakukan suction, memasang pipa laryng/ intubasi, bronkoskopi
maka harus melengkapi diri dengan goggle dan visor dan masker
respiratory partikulat
Kasus flu burung (avian influenza/H5N1) adalah menghindari kontak
dengan unggas terinfeksi atau benda yang terkontaminasi, menghindari
peternakan unggas yang terinfeksi, hati-hati ketika menangani unggas,
memasak unggas dengan baik, dan jangan lupa tetap menjaga kebersihan
tangan sesuai dengan aturan yang baku. WHO dan CDC menyarankan
perawatan pasien dengan flu burung sesuai kewaspadaan penularan lewat
udara, droplet dan kontak
Beberapa contoh seperti infeksi influenza dan meningitis meningokokus
yang ditularkan secara droplet pasien selama batuk, bersin, berbicara, atau
saat melakukan prosedur induksi batuk (induksi dahak, pemberian obat
aerosol, penyedotan saluran napas dan selama pengobatan lesi/abses
saat aerosolisasi dan drainase cairan, tindakan invasif bronkoskopi,
intubasi, maka dilakukan kegiatan seperti:
 Kenakan celemek plastik sekali pakai, sarung tangan dan masker bedah
untuk semua interaksi kontak langsung atau tidak langsung dalam jarak
dekat dengan pasien (yaitu 3 kaki/1 meter) memakai bedah masker wajah.
 Pakailah sarung tangan jika ada risiko terpapar darah, cairan tubuh,
sekresi atau ekskresi.
 Mencuci tangan setelah kontak penderita, setelah membuka sarung
tangan, sarung tangan bukan pengganti cuci tangan
 Masker Respirator (FFP2 /3) masker untuk kasus yang dicurigai atau
dikonfirmasi infeksi tertentu yang belum jelas metode penularannya,
selama prosedur menghasilkan aerosol seperti prosedur/ tindakan di atas.

17
3. Transmisi air borne
Penularan melalui udara berasal dari droplet dengan ukuran partikelnya
kurang dari 5 mikron, evaporasi droplet dapat terbawa aliran udara
lebih dari 2 meter dari sumbernya. Beberapa penyakit yang transmisi
dengan cara ini seperti varicella zoster, tuberkulosis, dll
Pencegahan penularan dengan menggunakan APD yang wajib digunakan
adalah masker respiratory partikulat dengan melakukan Fit test, sehingga tak
ada celah antara masker dengan wajah pemakai.
Seperti pada kasus COVID-19, beberapa tindakan yang mengandung
aerosol perlu diwaspadai secara inhalasi sehingga perlu pemakaian APD
yang lengkap masker respiratory partikulat
Infeksi yang ditularkan oleh partikel pernapasan yang sangat kecil
dimisalkan infeksi paru atau laring Tuberkulosis.
 Kenakan pakai celemek plastik, sarung tangan dan respirator mask
(FFP2 /3) untuk semua interaksi dengan pasien.
 Memakai Sarung tangan jika ada risiko terpapar darah, cairan tubuh,
sekresi atau ekskresi
 Lakukan cuci tangan setelah kontak penderita/membuka sarung tangan.
 Masker FFP3 direkomendasikan untuk:
semua prosedur menghasilkan aerosol
semua pasien dengan infeksi udara yang dicurigai atau dikonfirmasi dan
untuk perawatan rutin pasien TB yang multi resistan terhadap obat TB
Masker FFP3 direkomendasikan untuk perawatan rutin pasien dengan atau
diduga atau TB laring mana MDR-TB atau XDR-TB.
 Jika seorang pasien yang diduga atau diketahui memiliki infeksi yang
ditularkan melalui rute udara sedang menunggu di daerah komunal,
mereka harus diminta untuk memakai masker bedah karena ini akan
mengurangi risiko penularan kepada orang lain .

Langkah-langkah yang direkomendasikan untuk Pasien yang


Membutuhkan Transmisi Berdasarkan Kewaspadaan
 Penempatan pasien. Jika memungkinkan, pasien bergejala yang
menimbulkan risiko penularan droplet misalnya, influenza, atau transmisi

18
udara misalnya, TB harus ditempatkan di ruang tunggu khusus, jauh dari
pasien lain. Jika tunggu khusus tidak tersedia maka pasien ini harus
ditempatkan setidaknya satu meter dari pasien lain jika memungkinkan.
 Pertimbangkan penyediaan masker bedah untuk pasien yang
membutuhkan tetesan dan udara tindakan pencegahan untuk memakai
sementara dalam praktek.
 Memiliki APD yang sesuai tersedia untuk setiap staf praktek yang
memerlukannya.
 Setelah pasien, bersih dan dekontaminasi peralatan dan lingkungan
yang sesuai (lihat dekontaminasi pedoman).

4. Transmisi vehicle
Transmisi common vehicle penularan ini melalui benda mati yang telah
terkontaminasi oleh kuman, dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih
dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah
darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan, dan sebagainya.

5. Transmisi vector
Transmisi vektor terjadi ketika vektor seperti nyamuk, lalat, kutu, kutu, tikus,
dan hama lainnya menjadi sumber penularan. Beberapa cara penularan
dengan transmisi kontak tidak langsung dengan material ekskresi dan
sekresi, material yang keluar dari vektor, menggigit langsung.

VIII. EVALUASI MANDIRI


1. Jelaskan tentang dasar penyakit infeksi
2. Jelaskan tentang dasar PPI
3. Bagaimana cara pengelolaan limbah kasus infeksi
4. Sebutkan langkah hand hygiene pada kewaspadaan
5. Bagaimana cara pencegahan saat pemulasaran jenazah kasus
dengan infeksi.

19
X. REFERENSI:
1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya (KemKes, 2017)
2. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Covid 19 revisi 5
(KemKes, 2020)
3. Pedoman Alat Pelindung Diri (Kemkes, 2020)
4. Pedoman Pemulasaran Dan Penguburan Jenazah Covid-19 Di
Masyarakat, (Kemenkes 2020)
5. Pedoman Penyelidikan Dan Penanggulangan kejadian luar Biasa
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan, Edisi Revisi (Kemenkes 2017)

20
IX. LAMPIRAN

Panduan Diskusi Kelompok

Tindakan PPI pada Kasus DHF dan COVID 19

Tujuan:
Setelah melakukan diskusi kelompok, peserta mampu melakukan tindakan PPI
pada penyakit menular potensial KLB dan wabah

Alat dan Bahan:


1. Panduan Diskusi
2. Lembar kasus
3. Alat tulis
4. Laptop

Langkah-langkah Diskusi Kasus:


1. Fasilitator membagi peserta dalam 6 kelompok kecil @ 5 orang (Anggota
TGC Puskesmas). Fasilitator membagi kelompok 1-3 untuk kasus DHF dan
kelompok 4-6 untuk kasus Covid 19 (3 menit)
2. Masing-masing kelompok diminta mendiskusikan kasus yang diberikan
(waktu diskusi 15 menit)
3. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya @ 5
menit (waktu: 6 kelompok x 5 menit = 30 menit).
4. Fasilitator meminta kelompok lain untuk memberi masukan/komentar
terhadap presentasi dari kelompok (waktu = 7 menit)
5. Fasilitator merangkum dan menyimpulkan hasil presentasi diskusi kelompok
(5 menit)

Waktu: 60 menit

21
Panduan Simulasi Kasus

Tindakan PPI pada Kasus DHF dan COVID 19

Tujuan:
Setelah melakukan simulasi kasus, peserta mampu melakukan tindakan PPI
pada penyakit menular potensial KLB dan wabah

Alat dan Bahan:


1. Panduan Simulasi
2. Lembar kasus
3. Alat tulis
4. Laptop
5. SOP (hand hygiene, memakai dan melepas APD, dekontaminasi peralatan
dan lingkungan)
6. Gambar
7. Hand out
8. Cat acrylic
9. Antiseptik
10. APD set
11. Alat & bahan dekontaminasi peralatan & lingkungan

Langkah-langkah Simulasi Kasus

1. Simulasi ini melanjutkan dari diskusi kelompok, Fasilitator membagi 2


kelompok sesuai kasus (kelompok DHF dan Covid)
2. Masing-masing kelompok kasus baik DHF maupun Covid 19 membagi tugas
siapa yang akan mensimulasikan tindakan PPI hasil dari diskusi kelompok
dan menyusun skenario simulasi (15 menit)
3. Masing-masing kelompok kasus baik DHF maupun Covid 19
mensimulasikan tindakan PPI yang harus dilakukan pada kasusnya tersebut
(@ 20 menit)

22
4. Saat kelompok melakukan simulasi, kelompok lain sebagai observer dan
memberikan tanggapan dan masukkannya (@5 menit)
5. Fasilitator merangkum dan menyimpulkan hasil simulasi (10 menit)

Waktu: 75 menit

Kasus untuk Diskusi Kelompok dan Simulasi Penerapan PPI pada


Kasus DBD dan COVID 19

Kasus 1. Demam Berdarah (DBD)


Tanggal 3 Mei 2020 Bapak Aman datang ke Puskesmas Baros, kecamatan
Paliyan, Solo dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Demam disertai
kulit berbintik bintik merah yang baru muncul hari ini. Saat menggosok gigi,
didapatkan gusi yang berdarah. Tidak ada keluhan batuk pilek hanya badan
seluruh tubuh terasa pegal pegal. Saat datang ke puskesmas dan dilakukan
pemeriksaan ternyata suhu Bapak Aman 38,5 C. Setelah dilakukan pemeriksaan
darah, ternyata trombosit Bp Aman saat ini 90 ribu. Petugas Kesehatan menduga
Bp Aman terkena Demam Berdarah dan rencana akan merujuk ke RS atau
puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap.

Penugasan:
1. APD apa yang harus digunakan petugas saat menerima pasien ini?
2. Bagaimana penempatan pasien ini di Poliklinik?

Kasus 2. COVID 19

Tanggal 20 Juni 2020 Puskesmas Pinang, Kecamatan Belarik, Kabupaten Muara


Enim, Provinsi Sumsel kedatangan pasien an Bpk. Dana/32 th/Laki-laki. Alamat:
Jl. Bambu Raya No.3, RT.08/RW.3, Kelurahan Langsat, Kecamatan Belarik, Kab.
Muara Enim Lahir: 3 Maret 1988. Pekerjaan: Swasta dengan keluhan utama
penciuman berkurang. Pasien tidak bisa merasakan makanan sejak hari ini.
Pasien mengeluh demam sejak empat hari yang lalu yang sedikit berkurang
dengan minum obat warung. Pasien juga mengeluh nafas terasa berat, nyeri

23
tenggorok, batuk kering Sebelumnya Bp Dana sempat kontak dengan teman
kerja yang positif Covid 1 minggu yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik T: 120/80, N: 100 x/m, RR 30x/menit dan sempat
dilakukan pengukuran Saturasi Oksigen 93 %, suhu 38 C. Pasien dicurigai
sebagai kasus suspek Covid19, kemudian dirujuk ke RS Rujukan di Kabupaten
Muara Enim.

Penugasan:
1. Diskusikan bagaimana penempatan pasien ini saat datang ke puskesmas
untuk berobat.
2. Apa yang harus dilakukan petugas Kesehatan saat akan merujuk pasien ini?
3. Bp Dana akan dirujuk dengan menggunakan ambulans, tidak ada sekat
diantara ruang pasien dengan driver. Petugas driver adalah Bp Sudin dan
perawat yang mendampingi adalah Bp David. APD apa yang harus dipakai
mereka?
4. Apabila selesai merujuk, bagaimana untuk dekontaminasi ambulans nya?
5. Istri Bp Dana, Ny Dini tidak ada keluhan demikian juga dengan putrinya Dina
yang berumur 5 tahun. Bila mereka harus isolasi mandiri, apa yang harus
disampaikan agar mereka tetap sehat. Protokol Kesehatan apa yang harus
dipatuhi?

24
TIM PENYUSUN

Penasehat:
drg. R. Vensya Sitohang M.Epid (Direktur Surveilans dan Karantina
Kesehatan)

Penangggungjawab:
drh. Endang Burni. P, M.Kes (Kasubdit Surveilans Kemenkes)

Ketua:
dr. Triya Novita Dinihari, (Kepala Seksi Kewaspadaan Dini)

Sekretaris:
Abdurahman, SKM, M.Kes

Tim Penyusun:
Abdurahman, SKM, M.Kes Subdit Surveilans
Abdur Rachim, SKM, M.Kes PAEI
dr. Aisyah, MKM BBPK Ciloto
Bayu Aji, SE, MScPH Subdit Advokasi Kesehatan Dit. Promkes
Berkat Putra S. SKM Subdit Surveilans
Edy Purwanto, SKM, M.Kes Subdit Surveilans
Eka Muhiriyah, SKM, MKM Subdit Surveilans
Emita Ajis, SKM, MPH Subdit Surveilans
Helvy Yunida,S.Tr.Keb,SAP, MM BBPK Ciloto
Husni, SKM, MPH FETP Indonesia
Kambang Sariadji, M.Biomed Puslitbang Biomedis
dr. Listiana Azizah, Sp.KP Subdit Penyakit Infeksi Emerging
dr. Masri Sembiring Maha,DTMH,MCTM Puslitbang Biomedis
Menikha Maulida, SKM , MPH FETP Indonesia
dr. A. Muchtar Nasir , M.Epid Subdit Penyakit Infeksi Emerging
Nina Hernawati, S.Kep, Ners, MKKK BBPK Ciloto
Puhilan, SKM, M.Epid Subdit Surveilans
Tanti Lukitaningsih, SKM, M.Kes PAEI
dr. Titi Sundari, Sp.P RSPI Sulianti Saroso
Ns. Tri Diani Agustuti, S,Kep, M.Kep RSPI Sulianti Saroso
dr. Yan Bani Luza Prima W., MKM BBPK Ciloto
Dr. drg. Siti Nur Anisah, MPH Puslat SDM Kesehatan

25

Anda mungkin juga menyukai