Anda di halaman 1dari 4

Rangkuman Materi

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit dan Fasyankes


Lainnya (PPI Dasar)
Jakarta, 20-23 Februari 2017

PPI dalam standart Akreditasi versi 2012

 PPI di RS merupakan suatu upaya kegiatan utuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi
pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar RS.
 Ditinjau dari asal didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas atau berasal dari ligkungan RS
yang sebelumnya lebh dikenal dengan istilah infeksi nosokomial.
 Karena sering kali tidak bias secaara pasti ditentukan asal infeksi maka sekarang istilah infeksi
nosokomial diganti dengan istilah baru yaitu Healthcare Associated Infections (HAIs), dengn
pengertian yang lebih luas tidak hanya di RS tetapijuga infeksi di fasilitas kesehatan lainnya.
Khusus untuk infeksi di RS selanjutnya disebut Infeksi RS (IRS).
Konsep dasar HAIs = infeksi yang terjadi ketika pasien masuk RS, apabila pasien masuk sudah
terinfeksi berarti bukan HAIs. Harus diteliti riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat dirawat
sebelumnya.

Komite PPI yaitu penetapan mekanisme koordinasi untuk seluruh kegiatan PPI yang melibatkan dokter,
perawat dan tenaga lainnya sesuai ukuraan dan kompleksitas rumah sakit.

ICN (Infection Control Nurse)/ IPCN (Iinfection Prevention Controol Nurse) adalah individu yang
kompeten dalam praktek PPI yang diperolehnya melalui pendidikan, pelatihan, pengalaman atau
sertifikasi. ICN/ IPCN bekerja purna waktu, Dibantu beberapa IPCLN (Infection Prevention Control Link
Nurse) dari tiap unit, terutama yang berisiko terjainya infeksi.

Kebijakan Kemenkes bahwa setiap RS dan Fasyankes lainnya harus melaksanakan PPI.

RS dan Fasyankes harus memberikan pelayanan yang aman dan nyaman ke masyarakat melalui
penerapan patient safety. Salah satu goal dari patient safety adalah mengurangi resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan yang disebut dengan HAIs. HAIs dapat dicegah/diminimalkan melalui program PPI.
Dengan melaksanakan program PPI diharapkan dapat mengurangi HAIs, sehingga mutu layanan
kesehatan dapat ditingkatkan.

Program PPI dalam RS

1. Tindakan pencegahan & pengendalian infeksi


2. Penerapan kewaspadaan isolasi
3. Survielens
4. Diklat tentang PPI bagi semua staff RS
5. Pemakaian Antibiotik yang bijak
6. Kesehatan karyawan
5 MOMENT Patient Safety

1. Sebelum kontak dengan pasien


2. Sebelum melakukan tindakan aseptic
3. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
4. Sesudah kontak dengan pasien
5. Sesudah kontak dengan lingkungan pasien

Hand hygiene/kebersihan tangan merupakan salah satu procedure yang paling penting dan efektif
mencegah HAIs bila dilakukan dengan baik dan benar, karena tangan merupakan media transmisi kuman
pathogen tersering di Rumah Sakit. Penularan penyakit dari pasien ke petugas terbanyak melalui
taangan petugas.

Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan :

a. Melakukan handscub dengan cairan berbasis alcohol, dilakukan bila tangan tidak tampak kotor,
dilakukan selama 20-30 detik
b. Mencuci tanagan dengan sabundan air bila tangan tampak atau terasa kotor, terkontaminasi
dengan darah maupun cairan tubuh, dan bila berpotensi membentuk spora kuman, dilakukan
selama 40-60 detik

Alat Pelindung Diri (APD)

APD adalah peralatan khusus yang dipakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya phisikal, kemikal,
biologis/bahan infeksiun (OSHA). Tujuan penggunaan APD adalah untuk melindungi kulit tubuh,
membrane mukosa dari paparan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dan permukaan lingkunan
yang terkontaminasi.

APD terdiri dari :

 Masker
 Topi
 Handscoon
 Gaun
 Google
 Sepatu

Tahapan pemakaian APD dari yang terkecil resiko terkena infeksi yaitu sepatu, tutup kepala, masker,
google, gaun dan handscoon. Dan untuk melepasnya yaitu kebalikan dari pemakaian.

APD harus tersedia siap pakai di setiap ruangan. Sekali pakai untuk setiap tindakan dan setiap pasien.
Setiap APD yang terlihat ternoda harus segera diganti. APD yang sudah dipakai ditempatkan pada
container yang sudah tersedia. Setiap selesai tindakan APD harus segera dilepas.
Alur pemrosesan alat kesehatan setelah dipakai
Pre Cleaning : pemrosesan perendaman alat medis bekas pakai untuk menghilangkan noda darah dan
cairan tubuh, menggunakan enzymatic atau detergen.

Pembersihan : suatu proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat atau tidak terlihat pada
peralatan medis/objek setelah dilakukan perendaman, dengan menggunakan air mengalir, sikat
detergen sehingga kotoran/bahan organic hilang dari permukaan.

Desinfeksi : suatu proses untuk menghilangkan mikroorganisme virus, bakteri, parasite dan sejumlah
spora pada peralatan medis dengan menggunakan cairan desinfektan. Simpan dalam wadah yang
bersih, diterapkan untuk alat medis non kritikal

Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : Dapat membunuh semua mikroorganisme, kecuali endopsora. Caranya
rebus dalam air mendidih selama 20 menit, atau rendam dalam larutan kimiawi : Glutaraldehyde,
Hydrogen Peroksida. Diterapkan untuk alat medis Semi Kritikal.

Sterilisasi : suatu proses menghilangkan semua bentuk mikroorganisme pada peralatan medis termasuk
endospore yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan alat
sterilisator. Diterapkan untuk alat medis Kritikal.

Management linen dan laundry di RS bertujuan untuk memutus mata rantai transmisi kuman dan untuk
meminimalkan infeksi di RS. Prinsip dari pemisahan linen adalah semua pasien membawa infeksi. Jadi
untuk pemisahan linen hanya apabila terdapat cairan tubuh dan atau darah saja, diletakkan pada linen
infeksius, selain itu diletakkan di linen non infeksius.

Management limbah RS bertujuan untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh limbah
kepada pasien, pengunjung dan tenaga kesehatan serta melindungi masyarakat. Limbah RS dibagi
menjadi 5 jenis untuk membedakannya digunakan label berwarna, yaitu limbah non infeksius (hitam),
limbah infeksius (kuning), limbah sytotastik (ungu), limbah kimia (coklat), dan limbah radioaktif (merah).
Untuk pengelolaan limbah benda tajam yaitu membuangnya di safety box dengan metode one hand
(jangan memasukkan kembali jarum bekas suntikan dengan dua tangan).

Mengetahui,

Direktur RSUD Ciracas Yang membuat Laporan

(Sri Kustantini Hendrastuti) ( Putri Katnawati )

NIP. 196106081989102002)
Alur pemrosesan alat kesehatan setelah dipakai
Pre Cleaning : pemrosesan perendaman alat medis bekas pakai untuk menghilangkan noda darah dan
cairan tubuh, menggunakan enzymatic atau detergen.

Pembersihan : suatu proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat atau tidak terlihat pada
peralatan medis/objek setelah dilakukan perendaman, dengan menggunakan air mengalir, sikat
detergen sehingga kotoran/bahan organic hilang dari permukaan.

Desinfeksi : suatu proses untuk menghilangkan mikroorganisme virus, bakteri, parasite dan sejumlah
spora pada peralatan medis dengan menggunakan cairan desinfektan. Simpan dalam wadah yang
bersih, diterapkan untuk alat medis non kritikal

Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : Dapat membunuh semua mikroorganisme, kecuali endopsora. Caranya
rebus dalam air mendidih selama 20 menit, atau rendam dalam larutan kimiawi : Glutaraldehyde,
Hydrogen Peroksida. Diterapkan untuk alat medis Semi Kritikal.

Sterilisasi : suatu proses menghilangkan semua bentuk mikroorganisme pada peralatan medis termasuk
endospore yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan alat
sterilisator. Diterapkan untuk alat medis Kritikal.

Management linen dan laundry di RS bertujuan untuk memutus mata rantai transmisi kuman dan untuk
meminimalkan infeksi di RS. Prinsip dari pemisahan linen adalah semua pasien membawa infeksi. Jadi
untuk pemisahan linen hanya apabila terdapat cairan tubuh dan atau darah saja, diletakkan pada linen
infeksius, selain itu diletakkan di linen non infeksius.

Management limbah RS bertujuan untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh limbah
kepada pasien, pengunjung dan tenaga kesehatan serta melindungi masyarakat. Limbah RS dibagi
menjadi 5 jenis untuk membedakannya digunakan label berwarna, yaitu limbah non infeksius (hitam),
limbah infeksius (kuning), limbah sytotastik (ungu), limbah kimia (coklat), dan limbah radioaktif (merah).
Untuk pengelolaan limbah benda tajam yaitu membuangnya di safety box dengan metode one hand
(jangan memasukkan kembali jarum bekas suntikan dengan dua tangan).

Mengetahui,

Direktur RSUD Ciracas Yang membuat Laporan

(Sri Kustantini Hendrastuti) ( Baeti Nurrahmah )

NIP. 196106081989102002)

Anda mungkin juga menyukai